Anda di halaman 1dari 6

Banyak model evaluasi kurikulum yang dapat digunakan sebagai bagian integral dari pembelajaran

maupun pendidikan. Model-model evaluasi yang dikemukakan ini, mulai dipopulerkan sekitar 1960-
an; berangkat dari konsep evaluasi dalam arti luas. Sementara asesmen merupakan bagian dari
evaluasi itu sendiri. Pernyataan yang dimaksud, yakni: Evaluation is the process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives (Guba, 1968:). Ini
berarti, evaluasi merupakan suatu proses penggambaran, pemerolehan, dan penyediaan informasi
yang berguna untuk penetapan alternatif-alternatif keputusan', sedangkan asesmen ada di dalam
konstruk evaluasi pendidikan. Beberapa model evaluasi kurikulum yang sering digunakan sebagai
berikut:

Stuftlebeam’s Model (CIPP Model) Stake’s Model

Scriven’s Model

The CSE Model

Alkin’s Model

Malcolm Provus’s Model /Discrepancy Model

Tyler's Model

. Pophum, seperti dikulip ]. Stanley Ahman mcngklasifikasikan model evaluasi kurikuwm atua cmput
kclompok, yaitu: Goal altuinment models. b: judgement models emphasizing intrinsic criteria. 0.
judgement models emphasizing extrinsic criteria. d. Decisiun-fasilitation models. Goal attainment
models mcrupakan karya Ralph Tyler. Model ini menekankan puda pcntingnya pcrumusan tujuan
yang spesifik untuk setiap proses pgndidikan/ pendidikan; dan evaluasi dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa jauh pencapai' an tujuan tcrscbut. Scmcnlara itu, “judgement models
emphasizing intrinsic criteria” lcbih mcnckankan kriteria dari dalam atau menekankan pentingnya
proses daripadanya (product). Model ini banyak digunakan dalam menilai akreditasi suatu lembaga
pendidikan, dcngan mcnilai komponen-komponen pendidikan, seperti peserta didik, proses
pendidikan, staff, kesesuaian kurikulum dengan strategi pendidikan, lokasi dan gcdung sckolah.

Scbaliknya, model kctiga yaitu “judgement models emphasizing extrinsic criteria” lcbih mcnckankan
pada produk dari pada proses, yaitu dampak program kepada pe~ serta didik dan pcndidik. Model ini
banyak digunakan dalam evaluasi program, umpama mcnilai kurikulum baru. Salah satu contoh
model ini, seperti yang dikemukakan Stake, yaitu “Stake’s model”. Model keempat, yakni “decision
fasilitation models”, pada prinsipnya terdapat dalam model satu, dua, dan tiga. Namun perbedaan
yang bcrarti dalam model keempat ini yakni, penilai adalah pengumpul dan penyaji data.
Bcrdasarkan data itu, pengambi] keputusan (decision maker) dapat membuat keputusan. Salah satu
contoh dari model ini yaitu CIPP Model.

Apa yang dikemukakan Popham, pada prinsipnya berkaitan erat dengan modcl-modcl yan g tclah
diutarakan sebelumnya. Beberapa di antara model tersebut akan dibicarakan lebih lanjut pada
uraian berikut.

1. Stufflebeam’s Model (Context, Input, Process, Product)

Model ini mula-mula dikembangkan olch Stumebeam dan Guba pada 1968. CIPP mcrupakan
kcpendckan dari Context, Input, Process, dan Product. Stuftlebeam membuat batasan (merumuskan)
terlcbih dahulu tentang pengertian evaluasi sebagai bcrikut “educational evaluation is the process of
obtaining and providing useful info" mation for making educational decisions.” (Evaluasi pendidikan
merupakan proses Pcnycdiaan/pcngadaan informasi yang berguna untuk membuat keputusan dalam
bidang pendidikan.) Ini berarti pula bahwa penilai adalah penyedia informasi, bukan Pengambil
kcputusan.

2, Stake’s Model

Model evaluasi ini dikembangkan oleh Robert E. Stake tahun 196 7, dengan maksud memberikan
wahana yang lebih luas dalam bidang evaluasi pendidikan. Kalau selama ini arah/sasaran/penekanan
evaluasi pendidikan adalah pada product/pendidikan, Stake memunculkan wawasan yang lebih luas
dalam evaluasi pendidikan, yaitu evaluasi program pendidikan. Sebab, nilai yang dicapai peserta
didik dalam pendidikan tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan yang digunakan. Di dalam
evaluasi program ini, masuk juga evaluasi material dan komponen-komponen lainnya, yang
memengaruhi perwujudan program tersebut.

Model ini merupakan tipe evaluasi pendidikan yang menekankan pada kriteria ekstrinsik, yaitu
hasil/dampak suatu program pada tingkah laku peserta didik. Tujuan dan prosedur evaluasi
pendidikan tentu berbeda-beda antara satu tempat dan tempat lainnya. Sekolah A misalnya, dapat
menggunakan tes standar; sedangkan di sekolah B menggunakan tes yang lain lagi. Oleh karena itu,
evaluasi hasil belajar saja, sebenarnya belumlah lengkap, tanpa menilai program pendidikan secara
keseluruhan.

Model Stake menekankan pada dua operasi, yaitu “description dan judgement” serta membedakan
tiga fase informasi yaitu Antecedent, Transaction, dan Outcome. Description dan judgement dalam
evaluasi merupakan sesuatu yang esensial. Hal tersebut dikarenakan penggambaran suatu
objek/program secara utuh sangat pen
ting, sehingga pertimbangan yang diberikan mencakup pula aspek yang utuh, komprehensif, dan
menyeluruh.

3. Scriven’s Model

Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven (1967) dengan tujuan utama, pada waktu itu, evaluasi
kurikulum. Namun bentuk evaluasi yang dikemukakannya dapat dialihkan kepada asesmen proses
dan asesmen produk pembelajaran maupun asesmen program. Dengan kata lain, model Scriven
dapat diaplikasikan pada berbagai kegiatan dan program pendidikan maupun pembelajaran.

Scriven menekankan bahwa evaluasi itu adalah inter judgement ataupun “explanation” dan
evaluator adalah pengambil keputusan dan sekaligus penyedia informasi. Dengan demikian, ia
membedakan antara “Goal of evaluation dan role of evaluation”. (Dalam konteks ini, kata evaluasi
pada waktu itu (1967) mempunyai makna yang luas, tercakup di dalamnya kata asesmen yang
diartikan sebagai penilaian, dewasa ini.)

“Goal of Evaluation” terfokus pada evaluasi pencapaian tujuan, sedangkan “role of evaluation”
berhubungan dengan proses pendidikan, antara lain proses pengembangan kurkulum dan proses
pendidikan. Scriven, sekurang-kurangnya, memberikan beberapa kontribusi dalam evaluasi
pendidikan, antara‘lain:

a. Evaluasi Berdasarkan Kenyataan (Goal Free Evaluation)

b Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)

c. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)

D. Evaluasi Hasil/Impact/Result (Pay off Evaluation)

4. THE CSE Model of Evaluation

Model ini dikembangkan oleh Center for the Study of Evaluation (CSE) Pada

University of California. Rancangan evaluasi Model CSE ini bertujuan untuk menilai program
pendidikan, sedangkan evaluasi product merupakan bagian dari evaluasi pelaksanaan program.
Evaluasi dilakukan pada saat program dilaksanakan.
Secara sederhana langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut:

a. Evaluasi jenis kegiatan/program yang dibutuhkan (need assessment)

b. Perencanaan program (programme planning)

C. Evaluasi formatif (formative evaluation)

d. Evaluasi sumatif (summative evaluation)

5. Alkin’s Model

Model ini dikembangkan oleh Marvin C. Alkin dan ditujukan, terutama, untuk menilai program.
Dalam merumuskan model evaluasi program yang disusun, Alkin membuat batasan konstruk
evaluasi sebagai suatu proses penentuan area yang akan dievaluasi, pemilihan informasi yang cocok
untuk dievaluasi, pengumpulan dan analisis informasi serta penyusunan laporan/ringkasan data
yang berguna bagi pengambil keputusan dalam memilih alternatif yang tepat dari berbagai alternatif
yang ada.

Alkin berpendapat ada lima area yang perlu dievaluasi, dan akan sangat berarti bagi pengambil
keputusan; yaitu (1)evaluasi sistem (systems assessment); (2) perencanaan program (program
planning); (3)implementasi program (program implementation; (4)perbaikan program (program
improvement; dan (5) sertiflkasi program (program certification).

6. Ralph tylers model

Tayler mengemukakan ada 7 langkah utama dalam evaluasi program, yaitu sebagai berikut:

Menetapkan tujuan umum (goals) atau tujuan khusus (Objectives). Mengklasifikasikan tujuan-tujuan
khusus.

Merumuskan tujuan khusus dalam bentuk/term perilaku. Menemukan/menciptakan situasi yang


memungkinkan pencapaian tujuan yang telah digambarkan.

Mengembangkan dan/atau memilih teknik pengukuran yang tepat. Mengumpulkan data unjuk kerja
peserta didik.

g. Membandingkan data dengan tujuan dalam bentuk perilaku yang telah ditetapkan.
Satu hal yang perlu digarisbawahi tentang evaluasi model Tyler ini adalah evaluasi yang dilakukan
sangat berorientasi pada tujuan (objectives oriented). Iika tujuan telah dicapai, satu keputusan akan
diambil; jika tidak tercapai, atau tercapai hanya sebagian atau dalam jumlah yang terbatas,
keputusan lain mungkin yang diambil. Tyler menyatakan, evaluasi merupakan suatu proses yang
terus berulang. evaluasi akan memberikan masukan dalam reformulasi atau pendeflnisian kembali
tujuan, dan informasi yang didapat dari studi evaluasi terdahulu.

7. Malcom’s Provus Model

Pada hakikatnya, Malcolm Provus adalah pengikut Tyler dalam konstruk evaluasi.

Ia menyatakan bahwa tujuan evaluasi yaitu untuk menetapkan apakah akan memperbaiki,
memelihara, atau menghentikan program yang diberikan/dilaksanakan. Oleh karena itu, Provus
mengartikan evaluasi sebagai suatu proses: (1) menyetujui standar-standar program; (2)
menetapkan apakah ada diskrepansi antara aspek-aspek program yang dilaksanakan dan standar
program yang telah disetujui; dan (3) meng~ gunakan informasi deskrepansi tersebut untuk
mengidentiflkasi kelemahan-kelemah~ an program. Standar-standar program yang dimaksud
mencakup standar konten/ isi dan standar pengembangan. Dengan kata lain, evaluasi kurikulum
model Provus

ini, ditekankan pada mencari dan menemukaan diskrepansi antara standar unjuk

kerja tingkah laku dan standar tujuan yang telah ditetapkan.

IMPLEMENTASI EVALUASI KURIKULUM

Asesmen dan Evaluasi implementasi kurikulum diarahkan pada pelaksanaan kurikulum. Di samping
itu, ditujukan pula pada fathr-faktor komponen yang memengaruhi dan berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum, seperti: pengetahuan dan sikap pendidik, kepemimpinan kepala sekolah,
peserta didik, media dan alat belajar,

kegiatan pembelajaran, serta sistem superivisi. Untuk itu, dalam pelaksanaannya, dapat mengikuti
langkah-langkah berikut:

Rumuskan secara khusus tujuan asesmen dan evaluasi.

Pilih rancangan/metode yang cocok.


Identifikasi sumber-sumber informasi/data.

Susun instrumen untuk pengumpulan data.

Pilih atau kembangkan teknik atau strategi pengumpulan data.

Laksanakan uji coba instrumen dan strategi pengumpulan data sebagai pilot

proyek (dalam Skala kecil).

Laksanakan asesmen dan evaluasi dalam skala luas

Analisis data

Siapkan laporan dan balikan untuk pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai