Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sulawesi Barat ialah salah satu provinsi kecil yang ada di Indonesia. Luas daratan Sulawesi Barat
hanya sekitar 0,33 persen luas daratan Indonesia atau tepatnya seluas 16.787,18 km2. Terbentang
dari utara ke selatan di sepanjang pesisir barat Pulau Sulawesi, provinsi ini berdampingan dengan
Sulawesi Tengah di sebelah utara dan Sulawesi Selatan di bagian selatan dan timur, serta selat
Makassar di sebelah barat. Sulawesi Barat diberkahi potensi geografis cukup strategis. Posisi
Sulawesi Barat di jalur khatulistiwa memungkinkan berbagai jenis tanaman dapat tumbuh subur
dan menjadikan provinsi ini semakin dikenal. Terdapat enam kabupaten di Sulawesi Barat, dimana
Mamuju Tengah sebagai kabupaten termuda hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Walaupun
demikian Kabupaten Mamuju sebagai ibukota provinsi tetap merupakan kabupaten terluas di
Sulawesi Barat, yakni meliputi 29,78 persen dari luas wilayah Sulawesi Barat.
Sebagai upaya untuk menjawab kebutuhan pembangunan dan meningkatkan kualitas pelayanan
pemerintahan kepada masyarakat dan demi melakukan peningkatan gejolak perekonomian
diperlukan penyediaan fasilitas pelayanan yang terpadu, lengkap dan memadai. Penyediaan fasilitas
pelayanan tersebut yang dirasakan mendesak bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Barat adalah
tersedianya kawasan perkantoran dan Kawasan perekonomian yang dibangun secara terintegrasi
dan terpadu pada satu wilayah yang terletak di ibukota Provinsi Sulawesi Barat atau Kabupaten
Mamuju. Penyediaan lokasi perkantoran dan perekonomian yang terpadu dan terintegrasi dalam
satu kawasan diharapkan dapat semakin memudahkan akses bagi masyarakat dalam memperoleh
layanan publik dari pemerintah serta lebih efisien dari sisi waktu dan biaya, sama dengan Kawasan
perekonomian dapat meningkatkan gejolak perekonomian serta meningkatkan nilai jual investasi
yang lebih baik lagi kedepannya.
Dalam konteks pembangunan wilayah, penentuan lokasi untuk pembangunan kawasan dengan
fungsi khusus memerlukan kajian yang komprehensif, sebab selain aspek keterpaduan alokasi
keruangan diperlukan pula kesesuaian regulasi peruntukan ruang sebagaimana telah ditetapkan
dalam rencana tata ruang wilayah provinsi. Oleh sebab itu, di dalam penetapan alokasi ruang
kawasan perkantoran dan perekonomian kesesuaian pola ruang perlu dikaji secara komprehensif,
sehingga tidak mengabaikan fungsi ekologi kawasan dan fungsi lainnya.
Grand Desain Penataan kawasan perkantoran dan perekonomian Provinsi Sulawesi Barat
merupakan salah satu bentuk perencanaan pembangunan yang bersifat teknis, sehingga perlu
memuat aspek perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang. Hal tersebut diperlukan mengingat peran kawasan tersebut sebagai citra suatu wilayah,
sehingga proses pembangunannya tidak hanya memerlukan pendekatan fisik ruang, namun juga
memerlukan pendekatan sosial dan budaya, sehingga wujud kawasan tersebut mencerminkan nilai
dan tatanan budaya lokal masyarakat. Dengan demikian penyusunan Grand Desain Penataan
kawasan perkantoran dan perekonomian ini digolongkan sebagai rencana penataan ruang dan
bangunan yang memiliki muatan pengaturan ruang yang memperlihatkan keterkaitan antara blok-
blok penggunaan kawasan untuk menjaga keserasian pemanfaatan ruang dengan manajemen
transportasi dan pelayanan utilitas.
Selain itu, kawasan perkantoran dan perekonomian diharapkan menjadi salah satu simpul dalam
menghubungkan berbagai peruntukan ruang yang terdapat di sekitar wilayah Kawasan-kawasan
disekitarnya itu sendiri. Dengan demikian, struktur ruang kawasan yang berada pada pusat simpul
yang terpadu dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai pendekatan pembangunan yang
berimbang antar kawasan.
Selain itu, mengingat desain kawasan perkantoran harus mengacu pada peraturan penataan ruang,
Oleh sebab itu, jenis data yang digunakan dalam proses desain kawasan harus senantiasa merujuk
pada posisi lokasi secara tepat diatas permukaan bumi (posisi geografis), dengan menunjukkan
posisi koordinat bumi yang sebenarnya. Namun demikian, untuk membantu mewujudkan visualisasi
kawasan secara utuh dapat pula digunakan model-model animasi yang sesuai.
3. SUMBER PENDANAAN
Anggaran Pengadaan Jasa Konsultansi Penyusunan Grand Desain Penataan rencana kawasan
perkantoran dan perekonomian bersumber dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) tahun anggaran 2019, Total nilai sebesar Rp. 200.000.000- (Dua Ratus Juta Rupiah),
4. LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan meliputi aspek:
1) Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang kawasan perkantoran, meliputi:
a. Struktur ruang, meliputi aspek:
Distribusi penduduk, meliputi distribusi penduduk tiap unit lingkungan dan kepadatan
penduduk pada setiap sub-kawasan permukiman.
Struktur pelayanan kegiatan kawasan, meliputi; perdagangan, pendidikan, kesehatan,
rekreasi dan olahraga
Sistem jaringan pergerakan, meliputi: jaringan jalan, terminal, angkutan penyeberangan,
dll
Sistem jaringan telekomunikasi, meliputi: stasiun telepon otomatis, rumah kabel,
jaringan telepon, dan lokasi BTS
Sistem jaringan air bersih, berupa bangunan pengambil air baku, instalasi produksi, dan
pipa saluran distribusi,
Sistem jaringan energi, berupa bangunan pembangkit, gardu induk, dll
Sistem prasarana pengelolaan lingkungan, berupa sistem pembuangan air limbah, sistem
persampahan (tempat pembuangan akhir, bangunan pengolahan sampah, dan
penampungan sementara)
b. Pola ruang, meliputi pengembangan kawasan budidaya dan kawasan lindung, dengan muatan
sebagai berikut:
Kawasan Budidaya, meliputi aspek:
Perumahan dan permukiman;
Perdagangan grosir atau eceran, jasa penginapan atau perhotelan;
Industri tanpa pencemaran, dan yang potensial mencemari udara dan atau air dan
atau suara;
Pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi dan atau olahraga, dan fasilitas sosial
lainnya;
Perkantoran pemerintah dan niaga;
Terminal angkutan jalan raya baik untuk penumpang atau barang, pelabuhan sungai,
pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, dan sarana transportasi lainnya;
Pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan;
Taman pemakaman umum;
Tempat pembuangan sampah akhir;
Kawasan Lindung, meliputi aspek:
Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan
bawahan lainnya;
Sempadan pantai, sungai, sekitar danau dan waduk, sekitar mata air, dan kawasan
terbuka hijau termasuk jalur hijau;
Cagar alam/pelestarian alam, dan suaka margasatwa;
Taman hutan raya, dan taman wisata alam lainnya; Kawasan cagar budaya;
Kawasan rawan letusan gunung berapi, rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan
gelombang pasang dan rawan banjir.
2) Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan yang didasarkan atas hasil analisis
kependudukan, sektor / kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan prasarana dan
sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan
efisiensi pelayanan. Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup:
a. Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan;
b. Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi kawasan;
c. Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi kawasan;
d. Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan kawasan;
Kebutuhan ekstensifikasi;
Kebutuhan intensifikasi;
Perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.
e. Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana kawasan.
3) Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional, meliputi:
a. Arahan kepadatan bangunan (KDB) untuk setiap blok peruntukan;
5. METODOLOGI
Kajian ini akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Konsultasi dengan SKPD dan pemangku kepentingan terkait
Kegiatan konsultasi dengan SKPD dan pemangku kepentingan terkait dilaksanakan dalam lingkup
pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat yaitu dengan Sekertariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat
6 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT T.A 2016
PENYUSUNAN GRAND DESAIN PENATAAN
KAWASAN PEMERINTAHAN DAN PEREKONOMIAN
PROVINSI SULAWESI BARAT
serta dengan pihak-pihak yang memliki keterkaitan secra langsung dengan tujuan kegiatan ini.
Kegiatan konsultasi dan pengumpulan data dilaksanakan untuk mendapatkan informasi dan
gambaran rencana yang telah dan akan dilaksanakan oleh masing-masing instansi pada wilayah
studi. Kegiatan konsultasi ini dimaksudkan untuk melakukan koordinasi pelaksanaan dan
sinkronisasi rencana yang akan dilaksanakan pada wilayah kajian.
Keterpaduan rencana dalam penyusunan rencana kawasan merupakan salah satu persoalan
krusial untuk menghindari overlapping, duplikasi dan ketidaksinronan basis perencanaan.
Koordinasi dan konsultasi ini diperlukan untuk mengefisienkan rencana pemanfaatan ruang dan
menghindari terjadinya penurunan kualitas ruang akibat penyusunan rencana pemanfaatan
ruang yang tidak terpadu.
2) Observasi dan Orientasi Lapangan
Observasi dan orientasi lapangan merupakan awal kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperoleh gambaran umum tentang kondisi wilayah. Kegiatan orientasi lapangan ini
dilaksanakan untuk memperoleh gambaran awal kondisi aktual kawasan, termasuk persoalan-
persoalan keruangan yang sudah terjadi atau mungkin terjadi. Salah satu tujuan kegiatan
observasi dan orientasi lapangan adalah mengetahui batas-batas wilayah kawasan yang akan
dikaji, identifikasi masalah sosial yang terkait dengan aspek kepemilikan lahan, serta persiapan
tahapan kegiatan survei detil dan pengecekan lapangan.
3) Penyediaan Data Keruangan (Spatial Data)
Data keruangan merupakan data yang terdiri atas data penginderaan jauh dan data dasar
keruangan. Data penginderaan jauh berupa data citra satelit resolusi tinggi pada kawasan yang
direncanakan. Data tersebut merupakan data dengan resolusi spasial minimal 1 m x 1 m dengan
akuisisi minimal 2 tahun dari proses perencanaan dilaksanakan.
Data dasar keruangan yang dibutuhkan adalah data yang memiliki referensi geografis sesuai
dengan standar data nasional pada Badan Informasi Geospasial (BIG). Data yang digunakan
harus memenuhi standar data untuk kebutuhan perencanaan pada skala semi detil atau skala
detil. Data tersebut antara lain; data topografi, data bathimetri, garis pantai, dll.
dimengerti oleh pengguna data sehingga SIG disini lebih bersifat sebagai sistem pendukung
keputusan spasial (spatial decision support system).
Tahapan pembuatan 3-D (Tiga Dimensi) dilakukan dengan membuat desain terhadap rencana
alokasi pemanfaatan ruang baik dari rencana pola ruang, dan rencana struktur ruang di kawasan
perkantoran ibukota Provinsi. Tahapan kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan seperangkat
pemrograman komputer berbasis CAD dan berbasis grafis lainnya.
Tenaga Pendukung
1) Asisten Tenaga Arsitektur
Minimal S1 membantu ketua tim dalam melakukan desain kawasan pada tingkat makro dan
mikro kawasan, menyusun rencana tata bangunan, mempersiapkan desain dan ornamen
bangunan gedung berdasarkan karakteristik lokal.
2) Sekertaris/administrasi
3) Operator Komputer
8. LAPORAN
Penyusunan Grand Desain Penataan Kompleks Perkantoran Provinsi Sulawesi Barat dibagi menjadi
4 bagian
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisikan penjelasan kembali terhadap metodologi, rencana kerja, dan
susunan personel termasuk base-line informasi yang telah di update terhadap kerangka penugasan.
Laporan Pendahuluan disiapkan sebanyak 5 (lima) copy.
Laporan Antara
Laporan Antara berisikan kompilasi data sekunder dan primer (hasil pengecekan lapangan) serta
Analisa yang digunakan. Laporan Antara diperbanyak sebanyak 5 (lima) copy.
Laporan Akhir
Laporan Akhir diserahkan 2 (dua) minggu setelah pembahasan. Saat tersebut, konsultan telah
menyempurnakan laporan berdasarkan hasil seminar, dan menyerahkan Laporan Final yang
mencakup :
1. Pembuatan Dokumen Akhir (Final Report) sebanyak 10 (sepuluh) examplar.
2. Buku Executive Summary Sebanyak 5 (Lima) examplar
3. Soft Copy File Dalam Bentuk Flaskdisk sebanyak 5 (Lima) buah.
9. Penutup
Demikian Kerangka Acuan Kegiatan ini dibuat dan dipergunakan untuk dipergunakan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan Grand Desain Penataan Kawasan Perkantoran dan Perekonomian pada
pemerintah Provinsi Sulawesi Barat