Anda di halaman 1dari 57

A.

TUJUAN
Mempelajari kelinieran pengukuran berat

B. DASAR TEORI
Arduino

Gambar 1. Arduino Uno


Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328 (datasheet). Memiliki 14
pin input dari output digital dimana 6 pin input tersebut dapat digunakan sebagai output PWM
dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan
tombol reset. Untuk mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya
menghubungkan Board Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan kabel USB atau listrik
dengan AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk menjalankannya.
Uno berbeda dengan semua board sebelumnya dalam hal koneksi USB-to-serial yaitu
menggunakan fitur Atmega8U2 yang diprogram sebagai konverter USB-to-serial berbeda dengan
board sebelumnya yang menggunakan chip FTDI driver USB-to-serial.
Nama “Uno” berarti satu dalam bahasa Italia, untuk menandai peluncuran Arduino 1.0.
Uno dan versi 1.0 akan menjadi versi referensi dari Arduino. Uno adalah yang terbaru dalam
serangkaian board USB Arduino, dan sebagai model referensi untuk platform Arduino, untuk
perbandingan dengan versi sebelumnya, lihat indeks board Arduino.

Summary
Microcontroller ATmega328
Operasi dengan daya 5V Voltage
Input Tegangan (disarankan) 7-12V
Input Tegangan (batas) 6-20V
Digital I / O Pins 14 (dimana 6 memberikan output PWM)
Analog Input Pin 6
DC Lancar per I / O Pin 40 mA
Saat 3.3V Pin 50 mA DC
Flash Memory 32 KB (ATmega328) yang 0,5 KB digunakan oleh bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328)
EEPROM 1 KB (ATmega328)
Clock Speed 16 MHz

FSR 406

Gambar 2. FSR
Interlink Elektronics seri FSRTM 400 adalah bagian dari zona tunggal keluarga Force Sensing
ResistorTM. Force Sensing Resistors, atau FSRs, adalah perangkat polymer thick film (PTF) yang
kuat yang menunjukkan penurunan resistensi dengan peningkatan force yang diterapkan ke
permukaan sensor. Sensitivitas gaya ini dioptimalkan untuk digunakan dalam kontrol sentuhan
manusia dalam perangkat elektronik seperti otomotif elektronik, sistem medis, dan dalam
aplikasi industri dan robotika. Sensor 406 standar adalah sensor persegiberukuran 43,69 mm.
Custom sensor dapat diproduksi dalam ukuran mulai dari 5mm hingga lebih dari 600mm.

FSR adalah perangkat dua-kawat dengan resistansi yang bergantung pada gaya yang diterapkan.
Untuk konversi gaya-ke-tegangan sederhana, perangkat FSR dikaitkan dengan resistor
pengukuran dalam konfigurasi pembagi tegangan. Outputnya dijelaskan dengan persamaan:

Gambar 3 Grafik Voltase vs Force dengan variasi nilai RM

Gambar 4. Kurva resistansi FSR vs Force


Gambar 5. Gambar tabel karakteristik FSR

Uang logam 500 rupiah


Gambar 6. Gambar 2 sisi uang logam 500 rupiah
Nama Uang : Uang Logam Bank Indonesia Emisi 1997
Seri/ Emisi : Emisi 1997
Pecahan : Rp 500
Jaman/Masa : Jaman RI Kesatuan
Bahan : Aluminium Bronze
Bentuk : Bulat pipih

Tanggal
- Penerbitan : 28 August 1997
- Penarikan :-

Warna Dominan
- Depan : Kuning emas
- Belakang : Kuning emas

Ukuran
- Berat : 5,34 gram
- Tebal : 1,83 mm
- Diameter : 24,00 mm

Ciri-ciri
Gambar lambang negara Garuda Pancasila,
- Depan : teks "BANK INDONESIA"
Teks "Bunga Melati" dan "500 RUPIAH"
- Belakang : (besar)
- Samping : Rata

Linieritas
Uji Linearitas
Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variable mempunyai hubungan yang linear
atau tidak secara signifikan.Pengujian ini melihat bagaimana variable (X) mempengaruhi variable
(Y), baik itu pengaruh berbanding lurus maupun berbanding terbalik.Uji ini biasanya digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear.
Verifikasi hubungan linear
Pengujian ini juga berupa strategi untuk memverifikasi hubungan linier dan bisa dilakukan dalam
beberapa cara seperti, Analisis Residual, linearity test and curve estimation, danbivariate plot,
akan tetapi pada kasus tertentu hubungan linieritas tidak menjadi persyaratan uji statistik korelasi
maupun regresi, misalnya dalam analisis statistik dari suatu subjek penelitian berupa komputasi
koefisien korelasi dan persamaan regresi pada data sampel akan selalu valid untuk menjelaskan
hubungan linier yang ada serta untuk memprediksikan pada data sampel yang bersangkutan.
Jenis uji linearitas
Secara umum uji linearitas terbagi menjadi dua jenis, berupa prosedur analisis melalui grafik dan
melalui uji statistika. Dan dijabarkan sebagaiberikut :
1. Scatterplot
Scatter berfungsi untuk menjelaskan bentuk hubungan dari suatu variabel dalam bentu ktitik‐titik
dan menggambarkan sebaran data dari suatu hubungan variable
2. Analisis Grafik Residual
Analisis Residual digunakan untuk melihat dan menghubungkan antara nilai prediksi terstandar
dengan nilai residu terstan dar melalui grafik.
3. Metode Estimasi Kurva
Hubungan antar dua variabel terdiri dari berbagai pola/model hubungan. Ada yang Linier (Orde
1), kuadrat (Orde 2) ataupun Kuartik (Orde ke n).untuk melihat hubungan antar variabel yang diuji
mengikuti model yang dekat dengan hasil dari data yang dipakai/yang akan diujikan.
Kecenderungan dari model data tersebutakan menunjukkan bentuk hubungan dari model yang
dipakai.
4. Perbandingan Eta dan R kuadrat
Eta merupakan koefisien asosiasi nonlinier.Hubungan linear, eta sama dengan koefisien korelasi
(r Pearson). Jika hubungan non linier lebih besar – maka perbedaan antara eta dan r adalah
tingkatan ukuran hubungan nonlinier. Dan dapat dilihat Dalam SPSS, ANALYZE – COMPARE
MEANS – MEANS – OPTIONS klik ANOVA & ETA.
5. Uji Linieritas dari Anova
Perhitungan nilai F untuk setiap pasangan variabel berupa komponen linier dan nonlinier. Jika
signifikan sinilai F komponen nonlinier adalah di bawah titik kritis, dengan titik kritis 0,05
(misalnya p<0,05) sehingga hubungan yang teridentifikasi adalah nonlinier. Tidak hanya
hubungan linier, ANOVA juga digunakan untuk menguji hubungan polinomial, kuadrat, dan
lainnya.
C. HASIL PRAKTIKUM
Variasi nilai RM
Untuk variasi niali RM,pengukuran dilakukan dengan menggunakan OpAmp disetiap
pengukuran dan hanya memakai 1 luasan koin saja.
Hasil dari Serial Monitor
RM = 10k RM = 30k
Berat Output Berat Output
No No
(gram) (V) (gram) (V)
1 3,45 2,37 1 3,45 3,72
2 6,9 2,39 2 6,9 3,56
3 10,35 2,52 3 10,35 3,48
4 13,8 2,81 4 13,8 3,97
5 17,25 2,85 5 17,25 3,8
6 20,7 2,29 6 20,7 3,91
7 24,15 2,29 7 24,15 3,97
8 27,6 2,75 8 27,6 4,02
9 31,05 2,76 9 31,05 3,98
10 34,5 2,81 10 34,5 4,01
Hasil dari Voltmeter
RM = 10k RM = 30k
Berat Output Berat Output
No No
(gram) (V) (gram) (V)
1 6,9 2,7 1 6,9 3,51
2 13,8 2,96 2 13,8 3,71
3 27,6 2,63 3 27,6 4,11
Pengukuran tanpa OpAmp
Pada sesi pengukuran ini luasan yang dipakai hanya 1 luasan koin tanpa variasi luasan.
RM = 30k
Berat Output
No
(gram) (V)
1 3,45 3,66
2 6,9 3,8
3 10,35 3,59
4 13,8 4,08
5 17,25 4,11
6 20,7 3,87
7 24,15 4,16
Variasi luasan
RM = 30k
Berat Output
Luas
(gram) (V)
6,9 3,59
13,8 3,63
2 luasan 20,7 3,52
27,6 3,42
34,5 3,28
6,9 3,34
4 luasan
13,8 3,12
D. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengujian terhadap alat ukur berat berbasis tekanan
yaitu sensor FSR 406. Pengujian ini bertujuan untuk melihat kelinieran antara input dari sensor
tersebut,yang berupa tekanan yang dihasilakn oleh massa yang diukur,dalam kasus ini kita
memakai uang koin, terhadap output yang berupa perubahan nilai resistansi dari sensor tersebut.
Untuk mengetahui berapa besarnya massa benda praktikan memakai data sheet massa uang
logam yang banyak tersedia di internet. Selanjutnya, dikarenakan FSR tergolong sebagai sensor
aktif,sehingga untuk mendeteksi perubahan resistansi yang dihasilkan, FSR perlu diberi catu
daya sehingga perubahannya dapat diukur sebagai besaran tegangan/voltase (V).
Untuk mempermudah proses pengukuran dalam praktikum kali ini, praktikan memanfaatkan
sebuah mikrokontroller ATmega Arduino Uno. Dengan Arduino praktikan dapat memonitor
perubahan nilai nilai resistansi yang diwakili oleh perubahan tegangan,dari awal pemberian
beban hingga dicapai kondisi yang stabil, dan hasil yang stabil tersebut dicatat pada tabel hasil
pengukuran. Pemakaian arduino juga membantu masalah keperluan adanya catu daya untuk
sensor, didalam arduino sudah ada pin sumber tegangan 5V dan ground yang dapat dipakai
sebagai catu daya. Untuk menentukan berapa output yang stabil kami menetapkan waktu
penetapan sebesar 10 sekon.
Saat pengujian pertama dilakukan dengan menggunakan sebuah koin, tidak ada perubahan nilai
tegangan yang signifikan(tidak ada bedanya saat permukaan FSR kosong dan saat diberi beban
sebuah koin) dari yang ditampilkan arduino pada serial monitor. Awalnya kami mengira FSR
yang kami gunakan sudah rusak, namun saat kami mencoba memberi beban yang relative jauh
lebih besar dari koin,yaitu dengan menggunakan sebuah HT. Tegangan yang dipantau lewat
serial monitor akhirnya mengalami perubahan yang signifikan, dan ketika diberi tambahan beban
(HT+uang koin) juga terlihat perubahan nilai tegangan,meskipun tidak terlalu besar. Sehingga
kami memutuskan untuk memakai kondisi dimana disetiap pengukuran permukaan FSR sudah
diberi beban awal berupa HT sebagai kondisi awal pengukuran( titik referensi pengukuran).
Dalam proses pengambilan data kami melakukan 3 variasi pengukuran yakni nilai resistor yang
dipakai,luas penampang FSR yang dipakai, dan penggunaan OpAmp. Untuk hasilnya dapat
dilihat pada tabel dan grafik di atas.
Jika dibandingkan hasil pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan resistor 10K dan 30K,
hasilnya pengukuran dengan menggunakan resistor 30K lebih baik dari segi nilai regresi
liniernya. Selain itu, nilai voltase keluarannya relative lebih besar dibandingkan ketika kita
memakai resistor 10K.
Lalu untuk pengukiran tanpa mengunakan OpAmp, jika dibandingkan dengan pengukuran
dengan menggunakan OpAmp hasil pengukurannya lebih fluktuatif. Terakhir untuk variasi
luasan,dapat dilihat hasil pengukuran yang menggunakan 2 luasan,dengan beban massa yang
sama, nilai voltasenya lebih besar bila dibandingkan dengan tang menggunakan 4 luasan.
Lalu dari ketujuh grafik yang ada, 3 grafik menunjukkan nilai gradient negative yang seharusnya
tidak mungkin diperoleh sebab seharusnya semakin besar massa yang diukur,maka akan semakin
besar voltase yang terukur. Hasil ini justru menunjukkan hubungan yang berlawanan. Hal ini
mengindikasikan bahwa kondisi FSR mungkin sudaah tidak terlalu baik lagi untuk mengukur
massa benda.
Selanjutnya untuk hasil pengukuran yang paling linier dapat ditentukan oleh nilai regresi dari
masing-masing grafik hasil pengukuran. Disini hasil terbaik dengan nilai regresi sama dengan 1
diperoleh dari grafik pengukuran menggunakan voltmeter untuk rangkaian dengan OpAmp
RM=30K dan hanya menggunakan 1 luasanan koin,namun perlu digarisbawahi bahwa disini
hanya ada 3 titik pengukuran. Dan semakin sedikit titik pengukurannya maka semakin besar
peluang nilai R kuadrat mendekati 1,sehingga untuk memastikan apakah ini sudah merupakan
hasil yang terbaik diperlukan lebih banyak titik pengukuran yang diuji. Grafik dari hasil
pengukuran dengan menggunakan 4 luasan koin juga menunjukkan nilai R kuadrat = 1, namun
hasil ini diperoleh karena disini hanya memiliki 2 titik pengukuran sehingga pasti nilai R
kudratnya pasti 1.
E. KESIMPULAN
Kelinieran sebenarnya merupakan sebuah pola yang dipakai untuk menyederhanakan hubungan
antara nilai-nilai variable bebas (dalam kasus ini input dari pengukuran) dengan nilai-nilai
variable terikat(nilai output pengukuran). Dalam praktikum ini kit adapt melihat bahwa pada
kondisi sebenarnya, hubungan keduanya sebenarnya tidak linier.Ada banyak hal yang dapat
mempengaruhi hubungan kedua nilai tersebut. Dalam pengukuran ini factor-faktor yang kita uji
ada tiga yakni nilai resistor yang dipakai(RM),penggunaan OpAmp,dan luasan yang dipakai saat
pengukuran.

Namun sebenarnya masih banyak lagi factor yang mempengaruhi kelinieran suatu pengukuran.
Dari sekian pengujian yang telah dilakukan,dapat diperoleh kondisi mana,yang paling
tidak,mendekati hubungan linier tersebut. Sehingga kita dapat menggunakan kondisi tersebut
untuk memperoleh hasil pengukuran yang minim error.
F. DAFTAR PUSTAKA
“Pengertian Arduino UNO – iMe (iLearning Media).” [Daring]. Tersedia pada:
https://ilearning.me/sample-page-162/arduino/pengertian-arduino-uno/. [Diakses: 12-Mei-2018].
https://www.trossenrobotics.com/productdocs/2010-10-26-datasheet-fsr406-
layout2.pdf ,diakses pada 13 Mei 2018
“Uang - Bank Sentral Republik Indonesia.” [Daring]. Tersedia pada:
https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/koleksi/uang/Default.aspx. [Diakses: 12-Mei-2018].
“Uji Linearitas.” [Daring]. Tersedia pada: http://penalaran-unm.org/uji-linearitas/. [Diakses:
12 Mei-2018].

KELINIERAN HASIL PENGUKURAN


1. Tujuan
Mempelajari kelinieran pengukuran berat.
2. Dasar Teori
ARDUINO UNO

ARDUINO UNO merupakan board


microcontroller yang berbasis ATmega328 yang digunakan untuk melakukan suatu operasi baik
banyak maupun sedikit yang dikendalikan didalam 14 pin masukan dimana didalam pin tersebut
dapat dijadikan naik input maupun output. ARDUINO UNO juga dapat digunakan sebagai
masukan sinyal analog yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti mengubah bentuk
sinyal analog menjadi digital men-set suatu parameter dari suatu sensor. Dalam Arduino pun
didapatkan dapat dihubungkan dengan konektivitas USB agar dapat dimasukan sebuah program
didalamnya. Namun Arduino pun dapat hidupkan dengan memasok daya kedalam Arduino.
Arduino pun dilengkapi dengan kapasitas memory didalamnya sebesar 32 KB sehingga dapat
menyimpan data yang ada didalamnya. Arduino uno dapat diprogram menggunakan aplikasi
yang disediakan oleh Arduino yang dapat diunduh didalam website resmi dari Arduino.
LINIERITAS

kemampuan dari suatu instrumen untuk mendapatkan hasil dari parameter yang diukur agar sama
dengan kondisi aktual dari parameter yang sedang diukur. Kelinieritasan juga dapat digunakan
untuk melakukan suatu kalibrasi statis terhadap suatu pengukuran, dengan membandingkan data
yang diperoleh dari proses praktikum dan data acuan yang sudah dimiliki maka tingkat
kelinieritasan ini dapt dijadikan sebuah pembanding agar didapatkan suatu pengukuran yang sesuai
dengan kondisi real.
3. Hasil Praktikum
Resistor 10K Ohm
Resistor 30K Ohm

Tanpa OP AMP
Luasan Tunggal

Dua Luasan

Empat Luasan

Kondisi awal
Grafik 10K

Grafik 30K

Grafik tanpa OP-AMP

Grafik tanpa OP-AMP dengan multimeter


Grafik luasan satu koin

Grafik luasan 2 koin

4. Pembahasan
Pada praktikum SP 01 ini dilakukan praktikutm pengukuran terhadap sebuah koin untuk menguji
kelinieran dari suatu sensor atau instrumen. Pada percobaan kali ini sensor yang digunakan
merupakan sensor gaya atau tekanan yaitu FSR 408. Dimana sensor FSR 408 melakukan
pembacaan untuk setiap tekanan atau gaya yang dibebankan pada plat sensor diubah menjadi
tegangan keluaran, dimana tegangan keluaran inilah yang akan diukur kelinieritasnya dengan
beban yang diberikan. Untuk pengukuran ini dilakukan 3 kondisi yaitu saat menggunakan
hambatan mekanik senilai 10 Kohm, 30 Kohm, dan saat tidak menggunakan OP AMP.
Penggunaan resistor sangat mempengaruhi kelinieritasan dari berat yang diukur karena
penggunaan resistor mempengaruhi besar tegangan keluaran dari arduino, ditambah lagi
penggunaan OP AMP sebagai non-inverting sehingga memperbesar tegangan keluaran dari
ardunio dan juga membuat persebaran data semakin linier, penggunaan OP AMP juga dapat
mengatur keluaran dari input sehingga memiliki amplitudo yang lebih tinggi dari pada data input
OP AMP. Adapun untuk membandingkan hasil keluaran digunakan sebuah voltmeter yang dapat
dijadikan sebuah acuan dalam menggunakan analisis linieritas.
Dapat dilihat bahwa saat resistor sebesar 30K ohm data yang didapatkan hanya memiliki
kelinieritasan sebesar sekitar 38% namun saat nilai resistor dikecilkan menjadi 10k ohm maka
kelinieritasan meningkat secara drastis menjadi sebesar 90,76% namun sesaat OP AMP dilepas
pada rangkaian nilai dari linieritas semakin menurun dan mengakibatkan data yang ada semakin
tersebar sehingga tidak memiliki linieritas yang besar. Adapun untuk mendapatkan linieritas yang
tinggi dapat dilakukan manipulasi terhadap luasan yang akan diukur dapat dilihat dari grafik saat
luasan diperbesar maka didapatkan nilai dari linieritas meningkat menjadi 94.81% namun apabila
luasan ini semakin ditambah dengan suatu beban yang tidak rigid maka akan mengakibatkan
penurunan nilai dari linieritas dapat dilihat dari grafik bahwa semakin luasan yang ada
ditambahkan sebuah beban yang tidak rigid maka nilai dari linieritasan pun akan berkurang cukup
drastis yaitu sebesar 40%.
5. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis suatu kelinieran dari suatu instrumen maupun alat
maka perlu ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk dilakukan yaitu untuk mengambil
data sebanyak-banyaknya agar dapat dilakukan sebuah analisis yang valid. Karena pada
pengukuran menggunakan arduino yang dibaca oleh serial monitor adalah sesuatu yang berubah-
ubah secara fluktuatif maka perlu dilakukan pengambilan data yang banyak atau dilakukan sebuah
kesepakatan dalam pengambilan data yang ada sehingga data yang diambil mengikuti suatu aturan
tertentu.
Hal lain yang perlu diperhatikan lainya adalah untuk mendapatkan pengukuran yang mendapatkan
linieritas yang tinggi adalah dengan menggunakan resisitor yang berinilai kecil sehingga
pembacaan tegangan cukup besar untuk dibaca oleh arduino dan juga penggunaan OP AMP dapat
membantu untuk memperbesar tegangan yang dihasilkan oleh input. Dan juga apabila data yang
dihasilkan belum cukup linier maka pengukuran dapat dilakukan dengan memperbesar luasan dari
benda yang ingin diukur agar meningkatkan linieritas dari pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Priyatno 2009. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution)untukanalisis data
danujistatistik. Media Kom. Yogyakarta
Salkind, N. J., & Rasmussen, K. (2007). Encyclopedia of measurement and statistics. Thousand
Oaks, Calif.: SAGE Publications.
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
KELINIERAN HASIL PENGUKURAN

1. Tujuan Praktikum
Mempelajari kelinieran pengukuran berat
2. Dasar Teori
Praktikum SP-01 merupakan praktikum yang berjudul tentang Kelinieran Hasil Pengukuran.
Kelinieran sendiri memiliki definisi sebagai hubungan matematis atau hubungan fungsi yang
dapat direpresentasikan secara grafik sebagai sebuah garis lurus. Dalam sebuah sistem
pengukuran, hubungan antara masukan dan keluaran yang diinginkan adalah hubungan yang
bersifat linier. Hal ini akan mempermudah pengguna dalam melakukan analisis kesalahan hasil
pengukuran tersebut. Hubungan linier biasanya ditemui pada sistem orde pertama. Namun, hal
tersebut juga dapat terjadi pada sistem orde kedua dengan melakukan sedikit pendekatan.

Sensor yang digunakan dalam percobaan ini adalah sensor FSR406. FSR406 merupakan sensor
berat dengan menggunakan prinsip hambatan atau Force Sensing Resistor. FSR406 memiliki
ukuran standar sebesar 43.69mm2. Sensor ini mempunyai nilai sensitivitas yang berkisar antara
0.1 sampai 100 Newton.

Sensor FSR406 bekerja dengan mengubah gaya yang diterima sensor tersebut menjadi sinyal
listrik. Output sensor dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.
V_out=(R_M V)/(R_M+ R_FSR )

Dari hubungan di atas, sensor FSR akan menghasilkan output yang tinggi apabila dikenakan
gaya yang tinggi. Apabila RM dan RFSR ditukar, sensor akan menghasilkan output yang rendah
dengan input yang tinggi.

Selain menggunkana sensor FSR406, Praktikum ini juga menggunkan Arduino UNO sebagai
mikrokontroler. Arduino merupakan mikrokontroler single-board yang bersifat open-source.
Arduino memiliki tujuan untuk memudahkan penggunaan elektronik di berbagai bidang.
Arduino dapat dikembangkan oleh semua pihak karena bersifat open-source. Selain itu, arduino
dipilih karena memiliki harga yang terjangkau dibanding mikrokontroler lainnya.
3. Hasil Praktikum

Tabel 1 Data hasil praktikum untuk masing masing hambatan


RM 10K RM 30K
No. Berat(gram) Output (V) Output (V)(nett) No. Berat(gram) Output (V) Output (V)(nett)
1 3.45 0.88 -0.36 1 3.45 1.62 0.08
2 6.9 0.86 -0.38 2 6.9 1.9 0.36
3 10.35 1.42 0.18 3 10.35 1.63 0.09
4 13.8 1.78 0.54 4 13.8 1.17 -0.37
5 17.25 1.7 0.46 5 17.25 2.01 0.47
6 20.7 1.84 0.6 6 20.7 1.93 0.39
7 24.15 2.12 0.88 7 24.15 2.21 0.67
8 27.6 2.26 1.02 8 27.6 2.84 1.3
9 31.05 2.31 1.07 9 31.05 3.21 1.67
10 34.5 2.45 1.21 10 34.5 3.43 1.89

Tabel 2 Data hasil praktikum dengan Op-Amp


RM 30K
No. Berat(gram) Output (V) Output (V)(nett)
1 3.45 1.35 -0.19
2 6.9 1.29 -0.25
3 10.35 1.28 -0.26
4 13.8 1.36 -0.18
5 17.25 1.31 -0.23
6 20.7 1.34 -0.2
7 24.15 1.34 -0.2
8 27.6 1.32 -0.22
9 31.05 1.36 -0.18
10 34.5 1.28 -0.26
Tabel 3 Data hasil praktikum dengan dua permukaan
Dua Permukaan
No. Berat(gram) Output (V) Output (V)(nett)
2 6.9 1.73 0.19
4 13.8 1.49 -0.05
6 20.7 1.73 0.19
8 27.6 2.54 1
10 34.5 2.89 1.35

Tabel 4 Data hasil praktikum dengan empat permukaan


Empat Permukaan
No. Berat(gram) Output (V) Output (V)(nett)
4 13.8 0.89 -0.65
8 27.6 0.57 -0.97

Gambar 1 Grafik kelinieran data RM 10K


Gambar 2 Grafik kelinieran data RM 30K

4. Pembahasan

Praktikum SP-01 bertujuan untuk mengukur berat koin dengan menggunakan sensor FSR.
Sensor FSR bekerja dengan cara mengubah gaya yang diterima menjadi sinyal listrik.
Berdasarkan data hasil praktikum, RM 10K mempunyai kelinieran 0.9281 sedangkan RM 30K
mempunyai kelinieran 0.7437. Hal ini menunjukkan bahwa pada data RM 10K, masukan
memiliki pengaruh sebesar 0.9281 terhadap keluaran. Semakin tinggi pengaruh, sistem tersebut
dapat dikatakan sebagai sistem yang linier. Oleh karena itu, sistem dengan RM 10K lebih linier
dibanding RM 30K.

Pada saat praktikum, praktikan mengalami beberapa kendala, yaitu sensor kurang peka terhadap
masukan sehingga dalam pengukuran perlu ditambahkan beban agar masukan dapat terukur
dengan baik. Selain itu, nilai keluaran sensor dapat bervariasi setiap waktu sehingga dalam
pengukuran, praktikan perlu menunggu beberapa detik sebelum pengambilan data. Hal tersebut
dilakukan karena sensor membutuhkan waktu agar mencapai keadaan tunak.

5. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas, sistem dengan RM 10K mempunyai kelinieran yang lebih besar
daripada RM 30K. Hal tersebut menyatakan bahwa sistem RM 10K lebih linier dibanding sistem
RM 30K. Sistem akan lebih diharapkan oleh pengguna adalah sistem yang lebih linier. Hal ini
disebabkan bahwa sistem linier memiliki analisis kesalahan yang lebih mudah dibanding sistem
yang tidak linier.

Selain berat koin, permukaan koin juga berpengaruh terhadap keluaran sensor. Hal ini
disebabkan karena terkanan yang disebabkan oleh permukaan yang kecil lebih besar dibanding
permukaan yang besar. Hubungan tersebut mengacu pada persamaan tekanan.
P= F/A

6. Daftar Pustaka
Anonim. (n.d.). What is Arduino? Retrieved from Arduino.cc:
https://www.arduino.cc/en/Guide/Introduction
Doebelin, E. (2003). Measurement Systems Application and Design. New York: Mc-Graw Hill.

7. Lampiran

Kelinieran Hasil Pengukuran


Mei 20, 2018
I. Tujuan
Mempelajari kelinieran pengukuran berat
II. Dasar Teori
Menurut (Doebelin, 1990) kelinieran adalah tolak ukur yang diinginkan dalam suatu
pengukuran dimana tolak ukur tersebut dapat mendefinisikan desain dan analisis dari keseluruhan.
Kelinieran menunjukkan tinggi rendahnya akurasi dalam pengukuran. Sehingga dapat dikatakan
kelinieran dapat menunjukkan bagian mana saja yang error pada pengukuran. Dengan melihat
error tersebut, nantinya dapat disesuaikan alat yang tepat untuk pengukuran. Kelinieran
pengukuran berat dapat ditunjukkan oleh grafik sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik Kelinieran


Sensor yang digunakan pada pengukuran berat adalah OP Amp FSR406. FSR406 adalah
sensor yang ketika dikenai beban yang berat, resistansinya kecil. Hal ini menunjukkan tingkat
sensitivas FSR406 sebagai sensor. Datasheet FSR406 dapat ditunjukkan oleh gambar berikut
Gambar 2. Datasheet FSR406

III. Hasil
III.1. Tabel
Pada percobaan SP-01 digunakan beban agar tegangan koin dapat di-sensing sehingga
dapat diukur. Adapun berat beban adalah 0.28V. Hasil pada tabel-tabel berikut belum dikurangi
dengan berat beban.

RM = 10k, Tanpa OP Amp


No Berat (gram) Output (V)
1 3.45 1.25
2 6.9 1.61
3 10.35 1.63
4 13.8 1.64
5 17.25 2.12
6 20.7 2.22
7 24.15 2.3
8 27.6 2.44
9 31.05 2.46
10 34.5 2.49

RM = 30k, Tanpa OP Amp


Berat Output Multimeter Output Arduino
No
(gram) (V) (V)
1 3.45 2.69 2.5
2 6.9 3.24 3.16
3 10.35 3.07 2.93
4 13.8 3.67 3.57
5 17.25 3.67 3.58
6 20.7 3.7 3.6
7 24.15 3.53 3.45
8 27.6 3.61 3.53
9 31.05 3.84 3.7
10 34.5 3.6 3.53

RM = 30k, Tanpa OP Amp


Luas Berat (gram) Output (V)
6.9 0
13.8 0
20.7 1.04
27.6 1.09
2 Luasan 34.5 1.34
13.8 0
4 Luasan 27.6 0.01
RM = 30k, dengan OP Amp
No Berat (gram) Output (V)
1 3.45 2.06
2 6.9 2.18
3 10.35 2.27
4 13.8 2.8
5 17.25 3.07
6 20.7 3.5
7 24.15 3.68
8 27.6 3.7
9 31.05 3.7
10 34.5 3.86

III.2. Grafik

Tanpa OP Amp
Tanpa OP Amp, dengan multimeter dan arduino

Luasan tanpa OP Amp 30k


Dengan OP Amp 30k
IV. Pembahasan
Praktikum SP-01 ditujukan untuk menguji kelinieran hasil pengukuran. Pengukuran dilakukan
dengan memakai FSR406 sebagai sensor dan koin sebagai beban. Terdapat kesalahan teknis pada
sensor sehingga ditambah satuan luas beban dengan tegangan sebesar 0.28V. Didapatkan hasil-
hasil pengukuran, baik dalam OP Amp dan tanpa OP Amp yang ditunjukkan oleh tabel-tabel di
atas. Adapun dari masing-masing tabel dibuat grafik untuk mengetahui kelinieran sensor.
Kelinieran adalah simpangan maksimum tiap titik kalibrasi terhadap garis lurus kurva
kalibrasi. Pada masing-masing grafik didapatkan nilai regresinya secara berturut turut adalah.
Dimana nilai persentase simpangan tiap titik sama dengan nilai regresinya, yaitu nilai yang
menunjukkan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya nilai
regresi menunjukkan kelinieran pengukuran. Dapat dilihat pada masing-masing grafik nilainya
secara berturut-turut adalah 0.5771, 0.9212, 0.8577, dan 0.9252. Didapatkan dari empat nilai
regresi tersebut, bila diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil menjadi 0.9252, 0.9212,
0.8577, dan 0.5771. Nilai tertinggi jatuh kepada OP Amp (sensor) dengan resistor 30K, dengan
nilai 0.9252. Seperti yang diketahui, ketika sensor dikenai beban yang besar, nilai resistansinya
mengecil. Berlaku sebaliknya, dapat disimpulkan bahwa nilai resistansi yang besar dikenai oleh
beban yang kecil. Hal tersebut akan berpengaruh pada pengukuran, seperti yang ditunjukkan oleh
grafik di atas. Beban yang kecil, akan memberikan simpang titik yang kecil pula hinggan
mengurangi ketidaklinieran pengukuran. Nilai regresi terbesar kedua adalah 10K tanpa OP Amp,
dengan nilai 0.9212. Dengan tanpa OP Amp, maka akan berlaku sebaliknya. Sedangkan dengan 4
luasan tanpa OP Amp, nilai regresi sempurna satu. Dan untuk dua luasan nilainya 0.8577.
V. Kesimpulan
Pada Praktikum SP-01, dapat disimpulkan bahwa kelinieran merupakan simpangan maksimum
titik kalibrasi terhadap garis linier kalibrasi. Kelinieran menunjukkan tingkat akurasi pengukuran.
Untuk menghitung kelinieran, dapat diberlakukan uji coba beban terhadap sensor. Kemudian dapat
dianalisis kelinieran alat.
Dapat disimpulkan bahwa tanpa OP Amp, semakin besar beban, semakin besar nilai
regresinya. Semakin tinggi nilai regresinya, semakin tinggi tingkat akurasi. Semakin kecil
hambatannya, semakin besar nilai regresi (tingginya tingkat akurasi). Hingga kesimpulan akhir
untuk pengukuran tanpa OP Amp adalah tingginya tingkat akurasi pengukuran terjadi apabila nilai
hambatan kecil dan bebannya besar.
Untuk pengukuran dengan OP Amp, didapatkan bila beban besar, nilai resistensinya kecil.
Sehingga didapatkan nilai regresi yang tinggi. Hal ini menunjukkan tingkat akurasi pengukuran.
VI. Daftar Pustaka
Doebelin, Ernest O. 1990. Measurement Systems: Application and Design. United States of
America: McGraw-Hill Publishing Company. Fourth Edition
VII. Lampiran
Laporan Praktikum Sistem Pengukuran
tobiasaditya Uncategorized May 13, 2018 4 Minutes

A. Tujuan
Mempelajari kelinieran pengukuran berat
B. Dasar Teori

1. Arduino

Arduino adalah salah satu mikrokontroller yang banyak digunakan pada rangkaian elektronik.
Arduino mampu membaca input seperti keluaran dari sensor, input berupa button dan
menghasilkan output. Arduino memiliki banyak jenis, seperti Arduino Uno, Arduino Due,
Arduino Mega, Arduino Leonardo, Arduino Fio, Arduino Nano, dan masih banyak lagi. Namun,
yang paling banyak digunakan adalah Arduino Uno.

Di atas adalah gambar dari Arduino Uno yang sekarang mencapai versi R3 yang menggunakan
mikrokontroller ATMEGA328, memiliki 14 pin digital dan 6 pin analog yang kesemua pin bisa
dijadikan input maupun output. Untuk menghubungkan Arduino board ke PC untuk proses
pemrograman menggunakan software Arduino, dapat digunakan koneksi USB tipe A ke B
seperti kabel printer yang akan memberikan daya 5 V ke papan. Selain dari USB, daya dapat
diberikan menggunakan DC Power Jack.

2. Linearitas Pengukuran

Dalam pengukuran, selain akurasi, presisi, dan resolusi, terdapat 1 karakteristik lain dalam
pengukuran yaitu linearitas. Linearitas menunjukkan konsistensi dari sistem pengukuran untuk
keseluruhan rentang pengukuran. Semakin linear, maka alat pengukuran tersebut semakin baik
pada umumnya, namun juga bergantung dari indikator-indikator lain. Namun linearitas sendiri
sangat dipengaruhi oleh obyek yang akan diukur, seperti misalkan pengukuran massa, akan
dipengaruhi oleh material dari obyek tersebut. Jika terjadi perubahan material dari obyek, maka
linearitas dari pengukuran juga akan terpengaruh.
Kelinieritasan juga dapat digunakan untuk melakukan suatu kalibrasi statis terhadap suatu
pengukuran, dengan membandingkan data yang diperoleh dari proses praktikum dan data acuan
yang sudah dimiliki maka tingkat kelinieritasan ini dapat dijadikan sebuah pembanding agar
didapatkan suatu pengukuran yang sesuai dengan kondisi real.
C. Hasil

1. RM = 10k

No Berat (gram) Output (V)

1 3.45 3.03

2 6.9 3.12

3 10.35 3.1

4 13.8 3.19

5 17.25 3.25

6 20.7 3.42

7 24.15 3.33
8 27.6 3.46

9 31.05 3.43

10 34.5 3.47

2. RM = 30k

No Berat (gram) Output (V)

1 3.45 4.1

2 6.9 3.46

3 10.35 4.18

4 13.8 4.18

5 17.25 4.3

6 20.7 4.14

7 24.15 4.07
8 27.6 4.32

9 31.05 4.45

10 34.5 4.28

3. Tanpa Op-Amp

No Berat (gram) Output (V) Tegangan Multimeter

1 3.45 4.15 4.22

2 6.9 4.34 4.42

3 10.35 4.29 4.37

4 13.8 4.1 4.14

5 17.25 4.36 4.44

6 20.7 4.35 4.42


7 24.15 4.19 4.27

8 27.6 4.23 4.32

9 31.05 4.17 4.25

10 34.5 4.4 4.49

4. Luas

No Luas (Koin) Output Tegangan Multimeter

1 1 4.09 4.16

2 2 3.68 3.76

3 3 2.64 2.75

4 4 1.23 1.25
5. Luas 2 Koin

No Jumlah Koin (Luas 2 Koin) Output Tegangan Multimeter

1 2 2.51 2.67

2 3 2.23 2.25

3 4 2.55 2.6

4 5 2.96 3.02
6. Luas 4 Koin

No Luas Output Tegangan Multimeter

1 4×2 2.44 2.5

7. Kondisi awal (Hanya HT)

No Kondisi Tegangan (V)

1 Tanpa Op-Amp 3.1

2 Dengan Op-Amp 1.82

D. Pembahasan
Pada praktikum SP 01 ini dilakukan praktikutm pengukuran terhadap sebuah koin untuk menguji
kelinieran dari suatu sensor atau instrumen. Pada percobaan kali ini sensor yang digunakan
merupakan sensor gaya atau tekanan yaitu FSR 408. Dimana sensor FSR 408 melakukan
pembacaan untuk setiap tekanan atau gaya yang dibebankan pada plat sensor diubah menjadi
tegangan keluaran, dimana tegangan keluaran inilah yang akan diukur kelinieritasnya dengan
beban yang diberikan. Untuk pengukuran ini dilakukan 4 kondisi yaitu saat menggunakan
hambatan mekanik senilai 10 Kohm, 30 Kohm, dan saat tidak menggunakan OP AMP, serta
memvariasikan luas koin yang diletakkan pada FSR. Selain itu juga digunakan multimeter untuk
membandingkan hasil pengukuran antara multimeter dengan Arduino. Namun karena sensor
yang digunakan kurang sensitive dengan massa koin, maka digunakan HT (Handy Talky) yang
diletakkan “bediri” menimpa koin untuk dapat terbaca oleh sensor. Penambahan beban berupa
HT tidak akan mempengaruhi linearitas pengukuran karena hanya berpengaruh zero-drift saja.
Pertama, untuk pengukuran koin menggunakan resistor sebesar 10k dan dilakukan penambahan
jumlah koin yang ditumpuk satu sama lain, terlihat bahwa linearitas data mencapai 0.9067 yang
dapat dikatakan cukup baik, sedangkan saat digunakan resistor bernilai 30k, linearitas berkurang
drastic menjadi 0.3604. Resistor sendiri mempengaruhi nilai tegangan yang terbaca oleh Arduino
dari rangkaian pembagi tegangan, namun saat nilai resistor diperbesar, maka nilai tegangan yang
terbaca oleh Arduino cenderung akan semakin besar dan akan hanya berada disekitar 3.5-5 V
saja, menyebabkan linearitas dari pengukuran berkurang.
Selanjutnya, untuk perbandingan antara penggunaan Op-Amp dan tidak dengan penggunaan nilai
R yang sama yaitu 30k. Terlihat dari data yang dihasilkan, hasil yang diperoleh menjadi sangat
tidak linear. Op-amp digunakan sebagai voltage follower yang aplikasinya adalah
mengatasi loading effect pada rangkaian. Maka, saat tidak digunakan rangkaian voltage follower,
akan terjadi efek pembebanan yang mengurangi linearitas dari sistem pengukuran dari 0.3604
menjadi 0.0327. Selain itu, juga dilakukan perbandingan pengukuran menggunakan Arduino
dengan multimeter, namun hasil dari multimeter pun hanya memiliki linearitas 0.0493.
Perbedaan nilai antara Arduino dengan multimeter kemungkinan besar disebabkan oleh nilai
pengukuran menggunakan Arduino yang selalu berubah-ubah dan cenderung meningkat. Pada
sepanjang praktikum, pengambilan data menggunakan Arduino dilakukan adalah setelah 10 detik
pengukuran berlangsung.
Terakhir, dilakukan variasi luas koin yang diletakkan pada FSR, dari luas 1 koin sampai 4 koin.
Dari hasil yang terlihat, semakin menyebar koin yang diletakkan pada sensor, maka nilai
tegangan yang dihasilkan akan semakin menurun. Hal ini disebabkan gaya tekan yang diberikan
kepada sensor semakin menyebar merata, sehingga nilai resistansi dari FSR semakin besar yang
menyebabkan hasil pengukuran semakin kecil, baik menggunakan Arduino maupun multimeter.
Untuk luas 2 koin, jika dilakukan penambahan jumlah koin yang ditumpuk di atas 2 koin dasar,
terlihat dari hasil bahwa untuk R=30k, dan jumlah koin yang sama (2-10 koin), diperoleh
linearitas yang lebih baik dari 0.0327, yaitu sebesar 0.5137, begitu juga dengan luasan 4 koin.
Maka, untuk mendapatkan linieritas yang tinggi dapat dilakukan manipulasi terhadap luasan
yang akan diukur dapat dilihat dari grafik saat luasan diperbesar maka didapatkan nilai dari
linieritas meningkat menjadi 94.81% namun apabila luasan ini semakin ditambah dengan suatu
beban yang tidak rigid maka akan mengakibatkan penurunan nilai dari linieritas dapat dilihat dari
grafik bahwa semakin luasan yang ada ditambahkan sebuah beban yang tidak rigid maka nilai
dari linieritasan pun akan berkurang cukup drastis yaitu sebesar 40%.
E. Kesimpulan
Dari praktikum Sistem Pengukuran, “Kelinieran Hasil Pengukuran”, diperoleh bahwa linearitas
pengukuran mengindikasikan konsistensi dari sistem pengukuran. Namun, hasil linearitas sendiri
tidak dapat menjadi indicator suatu sistem pengukuran baik atau tidak, bergantung dari indicator
lain seperti resolusi, akurasi, dan presisi. Hal ini disebabkan karena linearitas tidak memiliki
referensi yang standar selain dari obyek yang akan diukur. Maka, linearitas akan bersifat
dependen terhadap obyek pengukuran.
Untuk meningkatkan linearitas dalam pengukuran massa ini, dapat dilakukan pengurangan nilai
resistansi yang digunakan karena penambahan nilai resistansi akan mengurangi range nilai
output yang dihasilkan dari pembagi tegangan. Selain itu, diperlukan penggunaan Op-Amp untuk
menghilangkan loading effect karena Op-Amp berfungsi sebagai buffer yang memperkecil
impedansi output dari FSR. Terakhir, dapat dilakukan pemerataan luas obyek yang akan diukur,
untuk meratakan tekanan pada sensor.
F. Daftar Pustaka
Arduino. “Introduction”. https://www.arduino.cc/en/Guide/Introduction. Diakses 13 Mei 2018.
Nave, R. “Voltage Follower”. http://hyperphysics.phy-
astr.gsu.edu/hbase/Electronic/opampvar2.html. Diakses 12 Mei 2018
Priyatno 2009. “Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk Analisis
Data dan Uji Statistik”. Media Kom. Yogyakarta
Rahmat, Ajang. 2014. “Jenis-jenis Microcontroller Arduino”. https://kelasrobot.com/jenis-jenis-
microcontroller-arduino/. Diakses 13 Mei 2018.
Roll-2-Roll Technologies. “Accuracy, Precision, Linearity, and Resolution in Web Guiding:
Understanding the Terminology”. https://r2r.tech/articles/accuracy-precision-linearity-and-
resolution-web-guiding-understanding-terminology. Diakses 12 Mei 2018.
Salkind., N.J., % Rasmussen, K. 2007. “Encyclopedia of Measurement and Statistics”. Thousand
Oaks, Calif. : SAGE Publication
G. Dokumentasi
KELINIERAN HASIL PENGUKURAN

KELINIERAN HASIL PENGUKURAN

I.Tujuan

Mempelajari kelinieran pengukuran berat

II .Dasar Teori

FSRTM 400 series adalah bagian dari keluarga Force Sensing Resistor TM zona
tunggal. Force Sensing Resistors, atau FSRs, adalah hardware film polimer tebal (PTF) yang
menunjukkan penurunan resistensi dengan peningkatan gaya yang diterapkan ke permukaan
sensor. Sensitivitas gaya ini dioptimalkan untuk digunakan dalam kontrol sentuhan manusia
perangkat elektronik seperti elektronik otomotif, sistem medis, dan dalam aplikasi industri dan
robotika. Sensor 406 adalah sensor persegi 43,69 mm. Sensor khusus dapat diproduksi dalam
ukuran mulai dari 5mm hingga lebih dari 600mm.

Gambar 1. Sensor FSR406


Gambar 2. Kurva Typical Force

Gambar 3. Typical Schematic


Gambar 4 . Tabel Datasheet sensor FSR 406

Linearitas
Uji Linearitas
Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variable mempunyai hubungan yang
linear atau tidak secara signifikan.Pengujian ini melihat bagaimana variable (X) mempengaruhi
variable (Y), baik itu pengaruh berbanding lurus maupun berbanding terbalik.Uji ini biasanya
digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear
Jenis uji linearitas
Secara umum uji linearitas terbagi menjadi dua jenis, berupa prosedur analisis melalui grafik dan
melalui uji statistika. Dan dijabarkan sebagaiberikut :
1. Scatterplot
Scatter berfungsi untuk menjelaskan bentuk hubungan dari suatu variabel dalam bentu ktitik‐titik
dan menggambarkan sebaran data dari suatu hubungan variable
2. Analisis Grafik Residual
Analisis Residual digunakan untuk melihat dan menghubungkan antara nilai prediksi terstandar
dengan nilai residu terstan dar melalui grafik
3. Metode Estimasi Kurva
Hubungan antar dua variabel terdiri dari berbagai pola/model hubungan. Ada yang Linier (Orde
1), kuadrat (Orde 2) ataupun Kuartik (Orde ke n).untuk melihat hubungan antar variabel yang diuji
mengikuti model yang dekat dengan hasil dari data yang dipakai/yang akan diujikan.
Kecenderungan dari model data tersebutakan menunjukkan bentuk hubungan dari model yang
dipakai
4. Perbandingan Eta dan R kuadrat
Eta merupakan koefisien asosiasi nonlinier.Hubungan linear, eta sama dengan koefisien korelasi
(r Pearson). Jika hubungan non linier lebih besar – maka perbedaan antara eta dan r adalah
tingkatan ukuran hubungan nonlinier. Dan dapat dilihat Dalam SPSS, ANALYZE – COMPARE
MEANS – MEANS – OPTIONS klik ANOVA & ETA
5. Uji Linieritas dari Anova
Perhitungan nilai F untuk setiap pasangan variabel berupa komponen linier dan nonlinier. Jika
signifikan sinilai F komponen nonlinier adalah di bawah titik kritis, dengan titik kritis 0,05
(misalnya Dap<0,05) sehingga hubungan yang teridentifikasi adalah nonlinier. Tidak hanya
hubungan linier, ANOVA juga digunakan untuk menguji hubungan polinomial, kuadrat, dan
lainnya.

III..Hasil dan Pembahasan

Dengan Op-Amp Tanpa Op-Amp


R = 10 k R = 30 k R = 30 k
Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan
Jumlah
Luasan Arduino Arduino Multimeter Arduino Multimeter
Koin
(V) (V) (V) (V) (V)
0 0 4.52 0.07 0 0 0
1 1 4.51 1.63 1.65 2.4 2.41
2 5 1.04 1.07 2.99 3.01
3 4.08 1.38 1.4 2.8 2.83
4 4.27 1.54 1.56 3.34 3.38
5 1.9 1.77 1.8 2.91 2.93
6 5 2.05 2.08 3.1 3.15
7 3.81 2.24 2.27 3.06 3.1
8 3.52 2.24 2.26 3.25 3.28
9 4.31 2.36 2.39 3.42 3.46
10 3.11 2.42 2.46 3.49 3.52
2 2 2.85
4 2.58
6 1.99
8 3.97
10 0.44
4 4 4.79
8 0.52

Tegangan Arduino pada Luasan n


Jumlah
Koin n=1 n=2 n=4
2 5 2.85
4 4.27 2.58 4.79
6 5 1.99
8 3.52 3.97 0.52
10 3.11 0.44
Pembahasan
Pada Pratikum ini kita menggunakan sensor berat jenir FSR atau Force Sensing Resistor
adalah sebuah sensor dimana jika ada perubahan gaya atau tekanan maka akan menyebabkan
perubahan nilai resistansinya. Sensor FSR dibuat dari polimer konduktif yang sifatnya akan
merubah nilai resistansinya berdasarkan pada gaya yang dialami oleh permukaannya. Jika gaya
diberikan pada permukaan dari lapisan sensor, lalu partikel-partikel akan menyentuh elektroda
konduktif dan resistansi dari lapisan sensor akan berubah. Resistansi sensor akan berkurang ketika
tekanan yang diberikan pada permukaan semakin besar
Standar sensor 406 adalah sensor persegi dengan ukuran sisi 43,69 mm. FSR memiliki area
aktif dengan ukuran sisi 38,10 mm. Dari gaya yang diterima oleh sensor kemudian akan dikonversi
menjadi tegangan. Sensor FSR dihubungkan dengan resistor yang telah terukur didalam sebuah
rangkaian pembagi tegangan, kemudian keluarannya didapat dari persamaan berikut :

Penggunaan resistor sangat mempengaruhi kelinieritasan dari berat yang diukur karena
penggunaan resistor mempengaruhi besar tegangan keluaran dari arduino, ditambah lagi
penggunaan OP AMP sebagai non-inverting sehingga memperbesar tegangan keluaran dari
ardunio dan juga membuat persebaran data semakin linier, penggunaan OP AMP juga dapat
mengatur keluaran dari input sehingga memiliki amplitudo yang lebih tinggi dari pada data input
OP AMP. Adapun untuk membandingkan hasil keluaran digunakan sebuah voltmeter yang dapat
dijadikan sebuah acuan dalam menggunakan analisis linieritas.
Pada percobaan dengan menggunakan Op-Amp, kami menggunakan RM = 10k Ω dan RM = 30k
Ω (dengan menggunakan Op-Amp) dan RM=. 30k Ω (dengan menggunakan Op-Amp) .untuk
pembahan ini kami hanya menjelaskan perbandingan hasil kelinieran yang didapari antara
penngukuran RM = 30k Ω (dengan menggunakan Op-Amp) dan RM=. 30k Ω (dengan
menggunakan Op-Amp) .Dari percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa kelinieran hasil
pengukuran dengan RM = 30k Ω tanpa menggunapakan Op-Amp didapati persamaan kelinieran
nya y = 0.2054x + 1.7695 , dan didapati juga nilai R² = 0.4853 , sedangkan untuk pengukuran
dengan RM = 30k Ω dengan menggunapakan Op-Amp didapati persamaan kelinieran
nya y = 0.1864x + 0.7718 ,dan didapati juga nilai R² = 0.7813 , dari hasil ini
terlihat bahwa kelinieran dengan mengguakan Op-Amp lebih dibandingan dengaan tanpa
menggunakan Op-Amp . Hal ini disebabkan karena Op-Amp sendiri selain memiliki fungsi
sebagai penguat juga memiliki fungsi atau sifat sebagai osilator. Sifat osilator ini menyebabkan
hasil pengukuran menjadi berosilasi dan fluktuatif nilainya.

IV.Kesimpulan
Pada Pratikum Sistem Pengukuran mengenai keliniearan hasil pengukuran ,banyak faktor yang
mempengaruhi hasil dari kelinieran hasil pengukuran , oleh karnanya didapati hasil pratikum yang
berupa kelinearan yang berbeda untuk tiap parameter pengukuran , sebenarnya untuk mensiasati
hal tersebut dan diselesaikan dengan cara mengambil data yang banyak dikarenakan nantinya
didapati hasil Analisa yang mendekati benar (Valid)
Adapun dari hasil Analisa telah kita dapati bahwasanya untuk mendapatkan Hasil linieritas
yang baik , maka harus digunakan Op-Amp dikarenakan OP AMP dapat membantu untuk
memperbesar tegangan yang dihasilkan oleh input.

V.Daftar Pustaka
Doebelin,E.(2003).Measurement System Application and Design. New York:Mc-Graw Hill
Salkind,N.J.,&Rasmussen,K.(2007). Encyclopedia of measurement & statistics. Thousand
Oaks, Calif.: SAGE Publications
Kelinieran Hasil Pengukuran

I. Tujuan
Mempelajari kelineran hasil pengukuran berat

II. Dasar Teori


1. Sensor FSR
Force Resistive Resistor atau kerap disebut sebagai FSR ini merupakan sebuah sensor tekanan
yang akan memiliki resistansi yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya pressure atau tekanan
yang diberikan pada area sensornya. Bermacam-macam ukuran dari FSR ini, diantaranya ada
yang memiliki area sensor berukuran hanya 0.16 inch atau sekitar 4mm. Semakin besar tekanan
yang diberikan maka akan semakin kecil output resistansi dari sensor ini. Saat tidak ada tekanan
diberikan, biasanya resistansi sensor ini lebih dari 1 Mega ohm, sedangkan pada tekanan penuh
resistansinya bisa sampai 1 Kilo ohm bahkan kurang.
Sensor ini mempunyai lebar kaki 100mil (selebar pin ke pin pada IC DIP. Mudah sekali
digunakan sebagai sensor tekanan, hanya saja hasil pembacaannya tidak selalu akurat. So, sensor
ini tidak dapat dipakai pada aplikasi timbangan digital misalnya, di mana diperlukan hasil
pembacaan yang akurat dan konsiten. Karena bahannya dominan plastik, maka perlu
diperhatikan saat penyolderan, karena jika terlalu lama dalam menyolder bisa-bisa kaki
sensornya terlepas

2. Datasheet Sensor FSR


Datasheet dapat diakses di link berikut:
https://cdn2.hubspot.net/hubfs/3899023/Interlinkelectronics%20November2017/Docs/Datasheet
_FSR.pdf

3. Rangkaian Alat Ukur V-Div dan Op-Amp


III. Data Hasil Praktikum

A. RM= 10k
Skala Awal Skala Pengukuran
No. Berat (gram) Multimeter Multimeter Multimeter Multimeter
Analog (V) Digital (V) Analog (V) Digital (V)
1 3,45 0.65 0.67 0.85 0.9
2 6,9 0.45 0.5 0.15 0.2
3 10,35 0.5 0.57 0.125 0.23
4 13,8 0.125 0.22 0.6 0.7
5 17,25 0.25 0.27 0.85 0.93
6 20,7 0.25 0.26 0.9 0.3
7 24,15 0.1 0.15 1.05 1.18
8 27,6 0.25 0.30 1.15 1.23
9 31,5 0.25 0.30 1.2 1.3
10 34,5 0.35 0.4 1.2 1.32

B. RM= 30k
Skala Awal Skala Pengukuran
No. Berat (gram) Multimeter Multimeter Multimeter Multimeter
Analog (V) Digital (V) Analog (V) Digital (V)
1 3,45 0.75 0.8 0.85 0.95
2 6,9 0.85 0.9 1.15 1.22
3 10,35 1.9 1.92 2.15 2.19
4 13,8 2 2.05 2.35 2.4
5 17,25 1.785 1.91 2 2.03
6 20,7 1.9 1.96 2.15 2.21
7 24,15 2 2.05 2.25 2.35
8 27,6 2.2 2.2 2.4 2.48
9 31,5 2.2 2.3 2.8 2.77
10 34,5 2.2 2.42 2.8 2.8

IV. Pembahasan & Analisis Data

A. Grafik Berat Vs. Tegangan


B. Grafik Dari Datasheet

C. Pengaruh beban terhadap tegangan keluaran

Menurut saya pengaruh besar beban terhadap Vout adalah semakin besar beban yang diberikan
maka tegangan akan semakin besar, dikarenakan alur rangkaian dibuat untuk menentukan berat
sebuah beban dengan menggunakan tegangan sebagai indikator. Dengan menambah berat beban,
maka resistansi yang berlaku akan semakin mengecil sehingga bacaan pada multimeter akan
membesar.

D. Kendala
Selama praktikum berlangsung masalah yang kami hadapi adalah sensitivitas sensor FSR yang
sangat berkurang karena sudah sering sekali digunakan sehingga untuk dapat mengukur beban
benda harus dipicu dahulu dengan beban yang cukup besar, dalam kondisi ini kami
menggunakan botol air minum plastik yang diisi air kira-kira 1/8 bagian, sehingga untuk bisa
mengukur hasil kami harus mengurangi beban yang telah dihasilkan dengan beban botol air
minum. Proses tersebut memakan lebih banyak waktu dibandingkan dengan menggunakan
sensor yang masih sehat.
V. Kesimpulan
Konversi sinyal analog ke digital menggunakan sensor FSR dilakukan dengan prinsip mengubah
beban menjadi tegangan, resistansi yang diberikan pada sensor menjadi berkurang dengan di
letakkan beban massa dan tegangan yang ditunjukkan oleh multimeter akan bertambah, sehingga
nilai tersebut yang dijadikan patokan.

VI. Daftar Pustaka


http://eprints.umk.ac.id/3552/1/Halaman_Judul.pdf
http://digilib.uin-suka.ac.id/28969/
https://www.academia.edu/35331058/RANCANG_BANGUN_MODUL_SENSOR_KESEIMB
ANGAN_ROBOT_HUMANOID_SOCCER_DENGAN_MENGGUNAKAN_SENSOR_FSR_F
ORCE_SENSING_RESISTANCE
https://www.generationrobots.com/media/FSR400-Series-Integration-Guide.pdf
https://cdn2.hubspot.net/hubfs/3899023/Interlinkelectronics%20November2017/Docs/Datasheet
_FSR.pdf
https://teknikelektronika.com/rumus-rangkaian-pembagi-tegangan-voltage-divider-resistor/

Anda mungkin juga menyukai