Anda di halaman 1dari 97

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

MAKALAH
“Pelaporan Keuangan Sektor Publik”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7
Andi Mia Agritha C 301 18 471

Muh. Fajri Akbar C 301 18 493

Laode Aidil Akbar C 301 18 501

Cantika Dias Arnetta C 301 18 442

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanah Wa Ta’ala karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya, kami sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema
“Laporan Keuangan Sektor Publik” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan
tugas mata kuliah “Akuntansi Sektor Publik”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu Kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, dan
pada intinya untuk memeperbaiki kekurangan-kekurangan yang dibahas dalam
makalah ini, sehingga dimasa yang akan datang akan lebih baik lagi. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Palu, 14 Oktober 2019

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................


Daftar Isi ...................................................................................................................
BAB I Pendahuluan

Latar Belakang ..........................................................................................................


Perumusan Masalah ..................................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah ....................................................................

BAB II Pembahasan

2.1 Situasi Internasional atas penggunaan basis akrual .........................................


2.2 Pengelolaan Keuangan Negara/ Daerah ...........................................................
2.3 Konsep Anggaran Sektor Publik .....................................................................
2.4 Akuntansi Anggaran sebagai bagian dari ASP ................................................
2.5 Kerangka Konseptual Sebagai Acuan Pengembangan ASP ............................
2.6 Perjalanan Revormasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Di Indonesia ............
2.7 Perbedaan Basis Kas dan Basis Akrual ............................................................
2.8 Perkembangan Akuntansi Berbasis Akrual di Berbagai Negara .....................
2.9 Pro-kontra Mengadopsi Akuntansi Akrual dalam Sektor Publik ....................
2.10 Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual di Indonesia ...................................
2.11 Akuntansi Berbasis Akrual ...............................................................................
2.12 Penerapan Adopsi Akuntansi Akrual Secara Penuh .........................................
2.13 Dilematika Akrualisasi Sektor Publik ..............................................................
2.14 Kelebihan dan Kelemahan Basis Akrual dan Basis Kas ..................................
2.15 Standar ASP Pemerintah di Indonesia ..............................................................
2.16 PP No.71/2010 tentang SAP .............................................................................
2.17 PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba ......................
2.18 Perbandingan Standar ASP dengan Amerika ...................................................
2.19 Perbedaan PSAP dan PSAK .............................................................................

BAB III Penutup

Kesimpulan ...............................................................................................................
Daftar Pustaka ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntan sektor publik memiliki kewajiban menyediakan informasi baik untuk
memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun kebutuhan pihak eksternal sebagai
salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses


pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk
pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. Kebutuhan informasi dari
sektor publik tidak hanya terbatas pada informasi keuangan, namun informasi non-
moneter seperti ukuran output pelayanan juga harus dipertimbangkan dalam
pembuatan sebuah keputusan.

Laporan keuangan sektor publik tidak dapat disamakan dengan laporan keuangan
di sektor swasta baik format maupun elemennya, karena organisasi sektor publik
memilki batasan-batasan berupa pertimbangan non-moneter, seperti pertimbangan
sosial dan politik.

Alasan pembuatan laporan keuangan yang dilihat dari 2 sisi, yaitu :

1. Sisi manajemen perusahaan, laporan keuangan merupakan alat pengendalian


dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

2. Sisi pemakai eksternal, laporan keuangan merupakan salah satu bentuk


mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Otoritas keuangan di sektor swasta, seperti pasar modal dan
lembaga pengawas pasar modal, mensyaratkan dibuatnya laporan keuangan
yang telah diaudit untuk memberikan jaminan keandalan dan dapat
dipercayainya laporan keuangan. Laporan keuangan juga perlu dilampiri
pengungkapan (disclosure) mengenai informasi-informasi yang dapat
mempengaruhi keputusan. Sektor publik pun diwajibkan untuk membuat
laporan keuangan yang telah diaudit untuk menjamin telah dilakukannya true
and fair presentation.

1.2. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Situasi Internasional atas penggunaan basis akrual !


2. Menjelaskan Pengelolaan Keuangan Negara/ Daerah!
3. Menjelaskan Konsep Anggaran Sektor Publik !
4. Menjelaskan Akuntansi Anggaran sebagai bagian dari ASP !
5. Menjelaskan Kerangka Konseptual Sebagai Acuan Pengembangan ASP!
6. Menjelaskan Perjalanan Revormasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Di
Indonesia!
7. Menjelaskan Perbedaan Basis Kas dan Basis Akrual!
8. Menjelaskan Perkembangan Akuntansi Berbasis Akrual di Berbagai Negara!
9. Menjelaskan Pro-kontra Mengadopsi Akuntansi Akrual dalam Sektor Publik!
10. Menjelaskan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual di Indonesia!
11. Menjelaskan Akuntansi Berbasis Akrual!
12. Menjelaskan Penerapan Adopsi Akuntansi Akrual Secara Penuh!
13. Menjelaskan Dilematika Akrualisasi Sektor Publik!
14. Menyebutkan Kelebihan dan Kelemahan Basis Akrual dan Basis Kas?
15. Menjelaskan Standar ASP Pemerintah di Indonesia!
16. Menjelaskan PP No.71/2010 tentang SAP!
17. Menjelaskan PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba!
18. Menjelaskan Perbandingan Standar ASP dengan Amerika!
19. Menjelaskan Perbedaan PSAP dan PSAK!
1.3 Maksud dan Tujuan

1. Memahami Situasi Internasional atas penggunaan basis akrual.


2. Memahami Pengelolaan Keuangan Negara/ Daerah.
3. Memahami Konsep Anggaran Sektor Publik.
4. Memahami Akuntansi Anggaran sebagai bagian dari ASP.
5. Memahami Kerangka Konseptual Sebagai Acuan Pengembangan ASP.
6. Memahami Perjalanan Revormasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Di
Indonesia.
7. Memahami Perbedaan Basis Kas dan Basis Akrual.
8. Memahami Perkembangan Akuntansi Berbasis Akrual di Berbagai Negara.
9. Memahami Pro-kontra Mengadopsi Akuntansi Akrual dalam Sektor Publik.
10. Memahami Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual di Indonesia.
11. Memahami Akuntansi Berbasis Akrual.
12. Memahami Penerapan Adopsi Akuntansi Akrual Secara Penuh.
13. Memahami Dilematika Akrualisasi Sektor Publik.
14. Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Basis Akrual dan Basis Kas.
15. Memahami Standar ASP Pemerintah di Indonesia.
16. Memahami PP No.71/2010 tentang SAP.
17. Memahami PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
18. Memahami Perbandingan Standar ASP dengan Amerika.
19. Memahami Perbedaan PSAP dan PSAK.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Situasi Internasional atas Penggunaan Basis Akrual

Basis kas dan akrual merupakan dua titik ujung dari sebuah spektrum basis
akuntansi dan anggaran yang mungkin untuk diterapkan. Basis kas pada awalnya
telah diterapkan secara tradisional di berbagai negara untuk aktivitas sector public.
Namun, pada awal tahun 1990-an telah muncul laporan keuangan dan anggaran
berbasis akrual yang pertama kalinya di dunia yaitu di New Zealand. Kemudian
dalam perkembangan satu dekade berikutnya, telah terjadi perubahan besar dalam
penggunaan basis akuntansi dari basis kas menuju/menjadi basis akrual di negara-
negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)
meskipun masih terdapat perbedaan derajat akrual-nya diantara negara-negara
tersebut (digambarkan dalam tabel-1). Penggunaan basis akrual telah menjadi salah
satu ciri dari praktik manajemen keuangan modern (OECD-PUMA/SBO, 2002/9).
Penggunaan basis akrual tidak hanya untuk penyusunan laporan keuangan, di
beberapa negara telah menggunakan basis akrual baik untuk penyusunan laporan
keuangan maupun untuk penganggaran (misalnya, Selandia Baru, Australia,
Inggeris). Di negara-negara anggota OECD, basis akrual sejauh ini lebih banyak
diterima untuk pelaporan keuangan dari pada untuk tujuan penganggaran. Dua alasan
yang sering dikemukakan atas hal ini adalah pertama, penganggaran secara akrual
dipercaya akan menimbulkan risiko disiplin anggaran. Keputusan politik untuk
mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan kapan pengeluaran itu dilaporkan dalam
anggaran. Hanya basis kas yang dapat memenuhi hal tersebut. Alasan kedua, yaitu
bahwa legislator cenderung resisten untuk mengadopsi anggaran akrual karena
kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri (OECD-PUMA/SBO, 2002/10).

Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan


keuangan dan tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan
masalah secara serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari
manajemen sektor publik (pemerintah) dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran
yang telah disetujui legislator (DPR/DPRD). Apabila anggaran didasarkan pada basis
kas, fokus perhatian dari pemerintah dan legislator hanya pada sumber daya berbasis
kas. Dengan demikian, apabila laporan keuangan dihasilkan dari basis yang berbeda
(pelaporan keuangan berbasis akrual sementara anggaran berbasis kas), risikonya
adalah seakan-akan hanya latihan akuntansi saja (OECD-PUMA/SBO, 2002/10).

Penggunaan basis akrual untuk pelaporan keuangan bisa saja


diimplementasikan dalam hubungannya dengan anggaran berbasis kas atau sistem
lainnya. Namun sejumlah pemerintah (jurisdiksi) yang menggunakan sistem ganda
(dual system) tersebut menemukan rintangan berupa resistensi penerimaan akuntansi
berbasis akrual. Di samping itu, dengan sistem ganda diperlukan rekonsiliasi yang
ekstensif diantara dua sistem tersebut. Keberhasilan akuntansi akrual, sebagian
tergantung dari insentif yang diberikan pada para manajer. Apabila para manajer tetap
diminta bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran secara basis kas, maka fokus
mereka (dan fokus para politisi) akan terus tertuju pada sumber daya kas, misalnya,
pada biaya dari informasi akrual yang baru. Apabila basis akrual mau diterapkan juga
untuk penganggaran, biasanya butuh waktu satu atau dua periode setelah pelaporan
keuangan berbasis akrual diterapkan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa informasi
keuangan yang dihasilkan dari akuntansi akrual adalah akurat dan andal (Study No
14, IFAC-PSC, 2003).

Reviu atas status akuntansi dan penganggaran akrual di negara-negara anggota


OECD yang digambarkan dalam Tabel-1, menunjukkan bahwa sebagian besar negara
anggota telah mengenalkan aspek akuntansi akrual dan akan lebih aktif lagi untuk
menyosialisasikannya pada masa-masa berikutnya (Athukorala dan Reid, 2003).

Tabel 1
Status Akuntansi dan Penganggaran Akrual di Negara-Negara Anggota
OECD
No Nama Negara Akuntansi Akrual Laporan Penganggaran
untuk Individual Konsolidasian Akrual
Departemen/Lbg Akrual
Anggota G 7-
Ekonomi
1 Kanada Sejak, T.A. 2002 Sejak, T.A. Ya
2002
2 Perancis Sedang Beberapa, ESA 95.
dikenalkan akrual Dimaksudkan
penuh sedang untuk
dikenalkan. berpindah ke
akrual
basis
modifikasian
3 Jerman Laporan Kas, Tidak ESA 95. Dalam
didukung dengan persiapan
informasi akrual
4 Itali Ya Ya ESA 95. Ya
5 Jepang Ya Dikenalkan Tidak
6 Inggris Sejak, T.A. 2000 Sejak, T.A. ESA 95. Sejak
2006 2002
7 Amerika Serikat Sejak, T.A. 1998 Sejak, T.A. Beberapa
1998

2.2 Pengelolaan Keuangan Negara/ Daerah

2.2.1 Pengertian pengelolaan keuangan Negara/Daerah


Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan negara/daerah.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah, adalah sebagai
berikut:
 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Penatausahaan
 Pertanggungjawaban
 Pengawasan
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan
Pembangunan Nasional serta memperhatikan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Dokumen
rencana pembangunan di daerah yang harus dibuat adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan
suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh)
tahun, selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah. Dokumen
perencanaan tersebut adalah bersifat makro yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan jangka panjang daerah.
Dalam penyusunan RPJP Daerah Kabupaten memperhatikan RPJPN dan
RPJPD Provinsi sesuai kondisi dan karakteristik daerah. RPJP Daerah
merupakan produk para pemangku kepentingan Daerah, utamanya pihak-pihak
yang berkepentingan dengan kondisi daerah pada 20 tahun ke depan, sehingga
memiliki visi jangka panjang. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).


Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan
arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun, sesuai masa bhakti Kepala Daerah terpilih yang disusun berdasarkan
visi, misi, dan program Kepala Daerah. Program dan kegiatan yang
direncanakan sesuai urusan pemerintah yang menjadi batas kewenangan daerah,
dengan mempertimbangkan kemampuan/ kapasitas keuangan daerah. RPJM
Daerah wajib disusun oleh Daerah-daerah yang telah memiliki Kepala Daerah
hasil pemilihan langsung (PILKADA).

c. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).


Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD yang berjangka
waktu 5 (lima) tahun, disusun dalam rangka mengoperasionalkan RPJM Daerah
sesuai tugas dan fungsi masing-masing SKPD sesuai bidang urusan yang
menjadi kewenangan daerah. Renstra SKPD disusun dengan berpedoman pada
RPJM Daerah dan SPM, dengan materi dan substansi utama memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. Setiap SKPD
berkewajiban melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran
pembangunan jangka menengah Daerah, dengan tidak mengabaikan tingkat
kinerja pelayanan/ pembangunan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya.

d. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).


RKP Daerah yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah,
wajib disusun oleh Daerah sebagai landasan dalam penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD).
RKP Daerah memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja dan pendanaannya yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, serta deskripsi kinerja
pembangunan pada tahun sebelumnya.

e. Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD).


Renja SKPD yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD
menjadi dasar dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja
peragkat daerah (RKA-SKPD).
Renja SKPD merupakan dokumen rencana pembangunan masing-masing
SKPD yang berjangka waktu 1 (satu) tahun, memuat kebijakan, program, dan
kegiatan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang
bersangkutan berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan daerah, sasaran
(indikator) hasil dan keluaran yang terukur, beserta rincian pendanaannya.
Dimana masing-masing dokumen perencanaan di atas terkait satu dengan
lainnya, dan juga dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional.

2.2.2 Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah


Kekuasaan pengelolaan keuangan negara dipegang oleh Presiden selaku
Kepala Pemerintahan dan sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.Kekuasaan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.
Kekuasaan Keuangan Daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola
keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala satuan kerja perangkat
daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

2.3 Konsep Anggaran Sektor Publik

Konsep Anggaran Sektor Publik : Anggaran merupakan pernyataan mengenai


setimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk
menyiapkan anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan
tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi. Dalam
organisasi sektor publik penganggaran merupakan suatu proses politik. Hal tersebut
berbeda dengan sektor swasta yang relatif lebih kecil nuansa politiknya. Pada sektor
swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup bagi publik,
namun pada sektor publik anggran merupakan hal yang harus diinformasikan kepada
publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi masukan. Anggaran pada sektor publik
merupakan instrumen akuntabilitas dan pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
program-program yang dibiayai dengan uang publik.

Penganggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentanjumlah


alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses
penganggaran sektor publik dimulai ketika perumusan staretgi dan perencanaan
strategik selesai dilakukan. Anggaranmerupakan artikulasi dari perumusan dan
perencanaan strategi yang dibuat. Aspek-aspek yang harus dicakup dalam anggaran
sektor publik :

· Aspek perencanaan

· Aspek pengendalian

· Aspek akuntabilitas

2.3.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk


rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang
sederhana anggaran sektor publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan
kodisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan,
belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan
organisasi di masa yang akan datang.

Secara singkat anggaran publik merupakan suatau rencana finansial yang


menyatakan :

1. Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat


2. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk mendanai
rencana-rencana tersebut

2.3.2 Pentingnya Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat


kebutuhan masyarakat seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan
dsbnya agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi
oleh keputusan yang dibuat pemerintah melalui anggran yang dibuat.

Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat,


uang yang dimiliki oleh pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkkan
rencana pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat. Anggaran merupakan blue
print keberadaan sebuah negra dan merupakan arahan di masa yang akan datang.

2.3.3 Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah

Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk


mempengaruhi keadaan ekoomi melalui sistem pengeluaran atau sistem perpajakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran.
Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk
mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin kesinambungan dan
kualitas hidup masyarakat. Anggaran sektor publik harsu dapat memenuhi kriteria
sbb :

· Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat


· Menetukan penerimaan dan pengeluaran departemen-depatemen pemerintah,
baik propinsi maupun daerah
Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi
harga, lapangan kerja, distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan beban pajak
yang harus dibayar atas pelayanan yang diberikan pemerintah. Keputusan anggaran
yang dibuat pemerintah daerah dan propinsi seharusnya dapat merefleksikan prioritas
pemerintah daerah dan propinsi dengan baik.
Anggaran sektor publik penting karena :
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan
pembangunan sosial, ekonomi, menjamin kesinambungan dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran dibuat karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat
yang terus berkembang, sedangkan sumber daya jumlahnya terbatas.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah bertanggung
jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan
instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik
yang ada.

Fungsi Anggaran Sektor Publik


Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama yaitu :
1. Sebagai alat perencanaan
2. Alat pengendalian
3. Alat kebijakan fiskal
4. Alat politik
5. Alat koordinasi dan komunikasi
6. Alat penilaian kinerja
7. Alat motivasi
8. Alat menciptakan ruang publik.
Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :
1. Anggaran operasional
2. Anggaran Modal
- Anggaran Operasional

Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam


menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan
dalam anggaran operasional adalah belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya
hanya untuk satu tahun anggaran saja dan tidak dapat menambah aset atau
kekayaan bagi pemerintah. Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-
ulang ada setiap tahun.

Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional


antara lain belanja administrasi umum dan belanja operasional dan
pemeliharaan.

- Anggaran Modal

Anggran modal menunjukkan rencana jangka penjang dan pembelanjaan


atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraann, perabot dsbnya.
Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan mengunakan
pinjaman. Belanja modal adalah pengeluaran yang masa manfaatnmya lebih
dari satu tahun anggran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah dan
selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan
pemeliharaannya.

Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri,


sebab selutrhnya adalah milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang
demokratis rakyat memberi mandat kepada pemerintah melalui pemilihan
umum. Politisi mentranslasikan mandat melalui tersebut melalui kebijakan dan
program yang memberi mamfaat lebih kepada pemilih yang direfleksikan
dalam anggaran. Pemerintah tidak mungkin memebuhi semua permintaan stake
holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan memilih program yang
menjadi prioritas. Disinilah fingsi anggaran yang akan digunakan sebagai alat
politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor
tersebut.

Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik

Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :


1. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu
sebelum dibelanjakan oleh eksekutif
2. Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Karenanya adana anggaran non budgetair menyalahi prinsip
anggran yang bersifat komprehensif
3. Keutuhan anggarani
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum
4. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaat secaara ekonomis,
efisien dan efektif
5. Periodik
Anggran bersifat periodik yang bersifat tahunan atau multi tahunan
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi yang dijadikan sebagi kantong-kantong pemborosan
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhanan dan mudah dipahami oleh masyarakat dan
tidak membingungkan
8. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

2.4 Akuntansi Anggaran sebagai bagian dari ASP

2.4.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik


Anggaran memiliki peran penting dalam organisasi sektor, publik terutama
organisasi pemerintahan. Terdapat beberapa definisi anggaran, yaitu sebagai berikut:
· Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dacapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran
finansial (Mardiasmo, 2009:61)
· Anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk finansial,
meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu,
serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut (Sugijanto dkk,
1995:22)
· Anggaran sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran
yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang
(Bastian, 2006 :163)

Jika diperhatikan ketiga definisi di atas memiliki persamaan dan perbedaan.


Ketiga definisi tersebut sama-sama menyatakan bahwa anggaran adalah untukperiode
waktu tertentu dimasa mendatang. Hal ini menegaskan bahwa anggaran disusun atau
hanya menggambarkan kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang selama periode
waktu tertentu. Anggaran harus berisi estimasi, rencana, dan dimasa yang akan
datang yang dinyatakan dalam bentuk ukuran finansial.
Bastian (2006) dan Ulum (2008) mendukung bahwa anggaran tidak hanya
menyajikan informasi rencana penerimaan dan pengeluaran dimasa mendatang,
melainkan juga menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang sungguh-
sungguh terjadi dimasa lalu. Penyajian data ini selaras dengan fungsi anggaran
sebagai alat pengendalian dan alat penilaian kinerja.

2.4.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik


a. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan sebagai:
- Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi
yang ditetapkan.
- Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi serta alternatif pembiayaannya.
- Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah
disusun, dan
- Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
b. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari
adanya pengeluaran yang terlalu besar (overpending), terlalu rendah
(underpending), salah sasaran atau adanya penggunaan yang tidak semestinya
(misspending). Anggaran merupakan alat untuk mengawasi kondisi keuangan
dan pelaksanaan program operasional program atau kegiatan pemerintah.
c. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal
Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas
kebijakan tertentu.
d. Anggaran Sebagai Alat Politik
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik
untuk kepentingan tertentu.
e. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi Dan Komunikasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara
dan seluruh bagian dalam pemerintahan.
f. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja
Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
g. Anggaran Sebagai Alat Motivasi
Anggaran dapat digunakan sbagai alat untuk memotivasi manajer dan
staffnya agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai
target dan tujuan organisasi yang ditetapkan.
h. Anggaran Sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik
Fungsi ini hanya berlaku pada organisasi sektor publik, karena pada
organisasi swasta anggaran merupakan dokumen rahasia yang tertutup untuk
publik.

2.4.3 Tujuan Dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik

Anggaran bagi sektor publik adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanana publik dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan definisi diatas dan tujuan dari anggaran sektor publik, anggaran
sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuanagan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun, jangka pendek, menengah atau panjang.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan.
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih
tinggi dari penyusun anggaran.
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
2.4.4 Prinsip-prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik
Mardiasmo (2009:67-68), Beberapa prinsip tersebut antara lain:
1. Otorisasi Oleh Legislatif.
2. Komprhensif/menyeluruh.
3. Keutuhan anggaran.
4. Nondiscretionary appropriation.
5. Periodik.
6. Akurat.
7. Jelas.
8. Transparan.
2.4.5 Pendekatan Penganggaran Pada Sektor Publik
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekata dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan tradisional
2. Pendekatan new publik management, yaitu:
a. Pendekatan kinerja
b. Pendekatan penganggaran program
c. Pendekatan sistem perencanaan dan penganggaran terpadu
d. Pendekatan anggaran berbasis nol

2.4.6 Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik


Gibran dan Sekwat (2009) menyatakan bahwa perkembangan teori
penganggaran selama ini hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk
mengalokasikan sejumlah uang, tanpa memperhatikan pertanyaan normatif dan nilai-
nilai sosial pilitik yang melingkupinya, dan hal ini sudah disadari sejak tujuh puluh
tahun yang lalu oleh V.O Key (1940). Oleh karena itu, perlu untuk dikaji ulang teori
penganggaran yang ada saat ini sehingga dirasa perlu arah alternatif baru dalam
pengembangan teori penganggaran yang akan memberikan potensi besar
terbentuknya teori penganggaran yang lebih heuristics.
Berdasarkan perjalanan historis selama ini dari perkembangan teori
penganggaran publik yang tidak lepas dari pengaruh perkembangan lingkungan
filosofis, ideologi, paradigma dan budaya pada saat teori-teori tentang penganggaran
sektor publik muncul, yang lebih menekankan pada analisis sains dan kemajuan
teknologi, sehingga menyebabkan teori penganggaran lebih bersifat rasionalitas
teknikal dan terpisah dari konteks lingkungan dan perilaku yang melingkupinya. Oleh
karena itu Gibran dan Sekwat menawarkan pedekatan alternatif baru dalam
mengembangkan teori penganggaran yaitu dengan menggunakan pendekatan teori
sistem terbuka (open system theory).

2.4.7 Penganggaran Dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Adapun tahapan mekanisme penganggaran kegiatan-kegiatan untuk
tercapainya SPM adalah sebagai berikut:
1. Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan
program-program urusan wajib pemerintah kedalam kebijakan umum
anggaran (KUA) serta prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS).
2. Menyususun rincian kegiatan untuk masing-masing program dalam
rangka pencapaian SPM dengan mengacu pada indikator kinerja dan
batas waktu pencapaian SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
3. Menentukan urusan prioritas kegiatan-kegiatan untuk mencapai SPM.
Salah satu metode untuk menentukan prioritas kegiatan adalah dengan
metode analytic hierarchy process (AHP).
4. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing-masing kegiatan
dengan menggunakan ASB.

2.5 Kerangka Konseptual Sebagai Acuan Pengembangan ASP

Kerangka konseptual merupakan acuan dan juga dalam pengembangan dalam


standar akuntansi dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar
tersebut. Kerangka konseptual yang dibahas akan terkait dengan proses perencanaan,
penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran, pelaporan, audit serta
pertanggungjawaban.

2.5.1 Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merupakan konsep yang


mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam sektor publik untuk
kepentingan eksternal. Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merumuskan
konsep yang mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus akuntansi sektor publik.

Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi,


ketentuan standar akuntansi itu diuji menurut unsur kerangka konseptual yang terkait.
Dalam jangka panjang, konflik semacam itu diharapkan dapat diselesaikan sejalan
dengan pengembangan standar akuntansi di masa depan.
2.5.2 Tujuan dan Peranan Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan,


yaitu acuan bagi:

a. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam tugasnya.

b. Penyusun laporan keunagn untuk memahami praktek akuntansi menurut


prinsip akuntansi yang secara lazim dan standar akuntansi keuangan sektor
publik.

c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan


disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

d. Para pemakai laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi


keuangan sektor publik.

Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sector


publik. Revisi kerangka dasar bisa dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan
pengalaman komite penyusunan standar akuntansi keuangan sektor publik dalam
penggunaan kerangka dasar tersebut

2.5.3 Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Pembahasan tentang kerangka konseptual akuntansi sektor publik ini


meliputi:

1. Perencanaan publik
2. Penganggaran publik
3. Realisasi anggaran publik
4. Pengadaan barang dan jasa publik
5. Pelaporan sektor publik
6. Audit sektor publik
7. Pertanggungjawaban publik

Berikut ini merupakan lingkup kerangka konseptual akuntansi sektor publik


pada organisasi sektor publik :

1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Daerah
3. Partai Politik
4. LSM
5. Yayasan/tempat peribadatan

2.5.4 Asumsi Akuntansi Sektor Publik

a. Kebutuhan Masyarakat

b. Alokasi Sumber Daya

c. Ketaatan Hukum/Peraturan

d. Dasar Akrual

Untuk mencapai tujuannya, basis pelaporan keuangan sektor publik


adalah dasar akrual, dimana pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada
saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar) dan dicatat dalam catatan akunatansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan.

Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus dilaksanakan. Hal ini
dilakukan dengan mengaplikasikannya dalam proses organisasi publik,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

e. Kelangsungan Usaha atau Organisasi

f. Akuntabilitas Kinerja

2.5.5 Implementasi Karakteristik Kualitatif Akuntansi Sektor Publik

Karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri khusus dari sebuah mutu. Jika


diimplementasikan pada akuntansi sektor publik, karakteristik kualitatif akuntansi
sektor publik adalah ciri khas informasi akuntansi dalam organisasi sektor publik
yang berkontribusi pada penentuan kualitas produk setiap unsur akuntansi sektor
publik.

· Relevan

Relevan mengacu pada kemampuan informasi untuk mempengaruhi


keputusan pengelola organisasi, dengan mengubah atau menginformasi
harapan mereka tentang hasil, atau konsekuensi tindakan atau kejadian.
Dalam konsep kerangka konseptual akuntansi, informasi yang relevan
dapat membantu investor, kreditor, dan pengguna lainya untuk mengevaluasi
kondoisi masa lalu, saat ini dan masa depan atau untuk menginformasikan dan
mengoreksi nilai umpan balik/feedback agar relevan.

· Keandalan dan Reliabilitas

Keandalan mengacu pada kualitas informasi yang sesuai dengan


kebutuhan para peggunanya. Keandalan akan membedakan pengguna stu
dengan pengguana yang lainyatergantug pada keluasan pengetahuan tentang
aturan yang digunakan untuk mempersiapkan informasi. Dengan kata lain, di
antara pengguna yang berbeda, informasi dengan derajat keandalan yang
berbeda akan ditemukan. Dalam konteks kerangka konseptual, agar menjadi
andal informasi harus dapat diuji, netral, dan disajikan dengan jujur.

· Pertimbangan Biaya dan Manfaat

Pertimbangan biaya dan memanfaat dikenal dengan keterbatasan parpasif.


Informasi akuntansi keuangan akan dicari jika manfaat yang diperoleh dari
informasi tersebut melebihi biayanya. Oleh karnanya, sebelum mempersiapkan
dan mendeseminasikan informasi keuangan, manfaat serta biaya penyiapan
informasi itu harus dibandingkan.

· Materialitas

Mateialitas dianggap sebagai ambang pengakuan. Pada dasarnnya


materialitas adalah pertimbangan yang harus diberikan atau tidak tentang
informasi yang signifikan dan berdampak besar terhadap keputusan yang
diambil.

2.5.6 Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik

Berbagai dasar pengakuan tersebut adalah;

a. Biaya Historis (historical cost)

b. Biaya Saat ini (current cost)

c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/sattlement value)

d. Nilai sekarang (present value)


2.5.6.1 Faktor yang berpengaruh dalam Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik

· Probabilitas Manfaat Ekonomi Masa Depan

Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep probabilitas digunakan dalam


pengertian derajat ketidakpastian. Manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam organisasi.
Konsep tersebut dimaksudkan utuk menghadapi ketidakpastian lingkungan
operasi organisasi.

· Kendala Pengukuran

Kriteria pos kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang dapat diukur
dengan tingkat kendala tertentu (reliable) contohnya hasil yang diharapkan
dalam tututan hukum dapat memenuhi definisi baik aktfa, pendapatan,
maupun kriteria probabilitas agar dapat diakui. Namun jika tidak mungkin
diukur dengan tingkat kendala tertentu, tuntutan tersebut tidak dapat diaui
sebgai aktiva atau pendapatan. Eksistensi tuntutan harus diungkapkan dalam
catatan materi penjelasan atau skedul tambahan.

· Aktiva

Aktiva akan diakui dalam posisi keuangan jika manfaat ekonomisnya dimasa
depan atau jas apotensialnya kemungkinan besar akan diperoleh organisasi,
dan aktiva tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.

· Kewajiban

Keewajiban diakui dalam laporan osisi keunagan jikapengeluaran


sumberdaya yang membrikan manfaat ekonomi kemungkinan besar akan
dilakukan untuk mnyelasiakna kewajiban (obligation) sekarang, dan jumlah
yang harus diselsesaikan dapat diukur dengan andal.

· Ekuitas

Ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam laporan posisi keuanagn dimana


relevansi pengklasifikasianya terjadia apabila pos tersebut
mengidentifikasikan pembatasan hukum atau pembatasan lainya atas
kemamampuan organisasi.

· Pendapatan
Pendapatan diakui dalam laporan kinrja keuangan jika kenaikan manfaat
ekonoi dimasa yang akan dtang yang berkaitan dengan penigkatan aktiva
atau penurunan kewajiban, telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

· Biaya

Biaya diakui dalam laporan kinerja keuanagan berdasarkan hubungan


langsung antar biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang
diperoleh.

2.6 Perjalanan Revormasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Di Indonesia

2.7 Perbedaan Basis Kas dan Basis Akrual

2.8 Perkembangan Akuntansi Berbasis Akrual di Berbagai Negara

2.9 Pro-kontra Mengadopsi Akuntansi Akrual dalam Sektor Publik

2.10 Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual di Indonesia

2.11 Akuntansi Berbasis Akrual

2.12 Penerapan Adopsi Akuntansi Akrual Secara Penuh

2.13 Dilematika Akrualisasi Sektor Publik

2.14 Kelebihan dan Kelemahan Basis Akrual dan Basis Kas

2.15 Standar ASP Pemerintah di Indonesia

2.16 PP No.71/2010 tentang SAP

2.17 PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba

2.18 Perbandingan Standar ASP dengan Amerika

2.19 Perbedaan PSAP dan PSAK


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Daftar Pusaka

https://dedesyaifil.blogspot.com/2016/10/pengertian-keuangan-negara-dan-
keuangan.html, https://ismail125cc.blogspot.com/2014/10/akuntansi-sektor-publik-
anggaran.html, http://efsir.blogspot.com/2013/03/kerangka-konseptual-akuntansi-
sektor.html

Tren Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam sektor pemerintah terus berkembang
di berbagai negara di dunia, diawali oleh negara-negara anggota OECD (Organisation
for Economic Co-operation and Development) misalnya Inggris, Kanada, Amerika
Serikat, Australia dan Selandia Baru. Banyak hal yang melatarbelakangi
perkembangan basis akrual tersebut. Negara-negara OECD menilai bahwa
penggunaan basis akrual akan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi
laporan keuangan yang kemudian berguna dalam pengambilan keputusan serta
akuntabilitas publik. Dengan semakin berkualitasnya informasi yang didapatkan,
maka pemerintah akan dapat mengambil keputusan yang efisien dan efektif di dalam
pengelolaan keuangan negara. Selain hal tersebut informasi keuangan yang akuntabel
dan transparan pasti akan sangat mendukung proses pengawasan secara tepat.
Perpindahan ke basis akrual adalah proyek besar yang melibatkan banyak
tantangan dan isu-isu baik isu teknis maupun budaya. Dalam PSC Study 14
”Transition to the Accrual Basis of Accounting: Guidance for Governments and
Government Entities” yang diterbitkan pada bulan April 2002, memberikan panduan
untuk membantu pemerintah dan lembaga pemerintah yang ingin bermigrasi ke dasar
akrual akuntansi. Secara lebih mendalam, Study 14 Public Sector Committee (2002)
menyatakan bahwa pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan
pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan
pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai
dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang
sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah
untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumberdaya masa depan
dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya tersebut.

Secara umum, basis akrual telah diterapkan di negara-negara yang lebih


dahulu melakukan reformasi manajemen publik. Penggunaan basis akrual merupakan
salah satu ciri dari praktik manajemen keuangan modern (sektor publik) yang
bertujuan untuk memberikan informasi yang lebih transparan mengenai biaya (kos)
pemerintah dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam pemerintah
dengan menggunakan informasi yang diperluas, tidak sekedar basis kas. Namun
untuk bisa menerapkan hal tersebut ternyata tidak semudah membalikkan telapak
tangan, ada banyak hal yang harus dipenuhi serta perlu pertimbangan yang mendalam
terkait biaya dan manfaat yang mungkin akan diperoleh. Sama halnya dengan
perubahan sistem perdagangan zaman dahulu yang masih menerapkan sistem barter
kemudian diperkenalkan sistem alat tukar berupa mata uang, diperlukan waktu untuk
bisa membiasakan atau menyesuaikan diri dari sistem lama menuju sistem yang baru
atau yang sering disebut sebagai masa transisi. Masa dimana proses transisi itu terjadi
merupakan hal yang menentukan keberhasilan suatu sistem baru dapat diterapkan,
karena pada masa transisi tersebut kita tidak hanya dihadapkan pada masalah-masalah
terkait faktor kuantitatif melainkan juga faktor-faktor kualitatif seperti menumbuhkan
kepercayaan masyarakat atau orang yang terlibat didalam sistem tersebut. Oleh
karena itu pemerintah wajib menyusun dan menyiapkan strategi yang sesuai dengan
kondisi dari pemerintahan itu sendiri.

Selama beberapa tahun terakhir tuntutan masyarakat terhadap kinerja


pemerintah semakin besar. Organisasi pemerintahan saat ini tengah menghadapi
tekanan untuk lebih efisien memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta
dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan. Menyikapi hal tersebut pemerintah
Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas kinerja,
tranparansi, dan akuntabilitas pemerintahan. Upaya ini mendapat momentum dengan
reformasi keuangan negara yaitu diterbitkannya tiga paket UU di bidang keuangan
negara yaitu UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Salah satu reformasi yang
dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi
pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah. Hal ini
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: ”Ketentuan mengenai
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan
dan pengukuran berbasis kas.”
Dalam masa transisi di Indonesia, Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam PP 24/2005 yang sudah
mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan
memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi Indonesia. SAP yang ditetapkan
dengan PP 24/2005 berbasis ”Kas Menuju Akrual / Cash Toward Acrual(CTA) ”
sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual. Pada 22
Oktober 2010, terbit PP 71/2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Akrual mengubah haluan basis akuntansi pemerintahan Indonesia dari kas menuju
akrual menjadi akrual penuh. Sesuai kesepakatan pemerintah dan DPR, implementasi
basis akrual ini akan dilaksanakan secara bertahap hingga implementasi penuhnya di
tahun 2015.Pada PP 71/2010 ini pengaturannya meliputi SAP berbasis akrual dan
SAP berbasis kas menuju akrual. SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan
berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi
entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Artinya Pemerintah
menetapkan sejak terbitnya PP 71/2010 ini sampai dengan 2015 merupakan masa
transisi menuju akrual penuh yang tentunya diperlukan suatu strategi yang matang
dan tepat untuk dapat mewujudkan akuntansi berbasis akrual pada sektor pemerintah.

Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui mengenai isu-isu
dalam masa transisi penerapan akuntansi berbasis akrual pada sektor pemerintah di
negara-negara OECD. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana penerapan basis
akrual serta strategi atau langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah agar
dapat menerapkan basis akrual penuh dalam laporan keuangannya.

Berdasarkan isu-isu tersebut diharapkan bisa menjadi acuan bagi pemerintah


bagaimana strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi di Indonesia dalam menuju
penerapan SAP akrual penuh, karena bukan tidak mungkin isu-isu tersebut akan
dihadapi pula oleh Pemerintah Indonesia. Sehingga strategi-strategi yang disusun
nanti bisa menjadi strategi yang bukan hanya tepat tapi juga mampu memberikan
guidance bagi pemerintah dalam menghadapi masalah-masalah terkait transisi
menuju SAP Akrual penuh ini kedepannya.

2.1 Transisi Menuju Akuntansi Berbasis Akrual (Issues & Practices)

Di ranah internasional, proses transisi dari basis kas ke akrual telah dimulai
jauh sejak tahun 70-an oleh Chile, yang diikuti oleh New Zealand pada tahun 1990
dan USA serta Australia pada tahun 1997. Pada era 2000, langkah ini diikuti oleh
hampir 22 negara dari 30 negara anggota OECD, kemudian disusul oleh Malaysia dan
Tanzania, pada tahun 2001 oleh Inggris dan Kanada, tahun 2003 oleh Afrika Selatan
dan di tahun 2005 oleh Negara-negara anggota Uni Eropa. Akan tetapi, meskipun
telah banyak negara telah memulai usaha untuk melakukan proses transisi ini,
sebagian besar Negara-negara di dunia lebih menerapkan politik “wait and see”
mengenai proses transisi ini. Sikap “wait and see” yang diambil oleh sebagian besar
negara-negara ini disebabkan oleh masih terjadinya perdebatan akan pertimbangan
besarnya biaya/resiko dan manfaat yang akan diperoleh dari proses transisi ini. IFAC
dan European Federation of Accountant telah memberi peringatan kepada negara-
negara yang akan dan telah melakukan proses transisi ini untuk lebih memperhatikan
kondisi, prioritas dan karakter lokal negara masing-masing, selain pentingnya pra-
kondisi yang diperlukan untuk keberhasilan implementasi transisi. Di lain pihak,
organisasi penyusun standar akuntansi internasional sendiri seperti IFAC dan IPSAS
meski telah mengalami banyak kemajuan dalam menyusun standar akuntansi
internasional dengan dasar akrual, masih belum mampu menghasilkan standar yang
lengkap dan komprehensif.

2.2 Isu-isu Terkait Transisi

Banyak faktor yang mempengaruhi proses penerapan basis akrual. Oleh


karena itu, isu-isu pada masa transisi menuju implementasi basis akrual harus
diidentifikasi secara komprehensif dan dilakukan pengkajian secara mendalam, sebab
dengan adanya perubahan atas basis akuntansi tersebut bukan hanya mempengaruhi
teknis akuntansi akan tetapi mempengaruhi sejumlah faktor lainnya yang harus
dipersiapkan terlebih dahulu. Isu-isu tersebut antara lain :

2.2.1. Kesiapan Institusi dalam Menerapkan Akuntansi Berbasis Akrual.


1. Apakah penggunaan basis akrual hanya untuk pelaporan keuangan saja atau
akan diterapkan juga dalam reformasi yang lebih luas, misalnya dalam
penganggaran.
2. Apakah penerapan basis akrual akan dilakukan secara top-down atau
bottom up. Penerapan basis akrual dalam suatu negara yang memiliki
banyak institusi di dalamnya secara hierarki akan sangat menyulitkan. Titik
awal penerapan basis akrual ini harus ditentukan. Transisi dapat dilakukan
mulai dari instansi pusat, mulai dari instansi di daerah, atau secara
bersamaan di seluruh instansi yang ada di suatu negara (big bang).
3. Komitmen di level politik untuk menerapkan akuntansi akrual. Penerapan
akuntansi akrual dalam seluruh institusi dalam suatu negara akan
menimbulkan pertentangan di dalamnya. Hal demikian dapat dihindari
apabila mekanisme tawar menawar secara politik dapat berjalan dengan
baik dengan menghasilkan kesepakatan yang mendukung penerapan basis
akrual tersebut. Pada praktiknya, legislatif umumnya bersikap resisten
terhadap wacana penerapan basis akrual dalam hal penganggaran, yang
pada akhirnya akan melemahkan keseriusan untuk menerapkan basis akrual
dalam pelaporan keuangan. Hal ini umumnya disebabkan karena kerumitan
penganggaran dengan basis akrual yang dapat melemahkan peran legislatif
dalam proses penganggaran.
4. Kapasitas dan keahlian SDM yang terkait dan bertanggung jawab terhadap
perubahan. Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual membutuhkan
kesiapan SDM yang akan melakukan pencatatan di setiap instansi. Semakin
besar dan rumitnya struktur organisasi suatu negara, maka semakin sulit
untuk mempersiapkan SDM untuk mengakomodasi perubahan tersebut.
5. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan
negara. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dibutuhkan komitmen politik
untuk mendorong dilaksanakan peralihan menuju basis akrual . Perwujudan
komitmen tersebut tertuang dalam Undang-undang Keuangan Negara yang
disepakati oleh pemerintah dan DPR
6. Standar akuntansi serta sistem informasi dan teknologi yang sedang
berjalan dan persiapan perubahannya. Transisi penerapan akuntansi
berbasis akrual harus mempertimbangkan standar akuntansi yang berlaku
sebelumnya. Hal tersebut berkaitan dengan persiapan sumber daya manusia
dalam tubuh pemerintah. Beberapa negara menggunakan akuntansi berbasis
kas modifikasi dan akrual modifikasi selama masa transisi untuk
memudahkan dilakukannya peralihan dari basis kas ke basis akrual.
Peralihan secara bertahap ini penting untuk menghindari kekacauan selama
periode transisi tersebut. Apabila pelaksanaan pekerjaan akuntansi telah
dilakukan menggunakan sistem (teknologi) informasi, maka perhatian pada
sistem (teknologi) informasi tersebut turut mendukung.
7. Kelengkapan dan keakuratan informasi keuangan yang ada, terutama
informasi tentang aset dan kewajiban (utang). Untuk memulai penerapan
accrual basis accounting, pemerintah harus memiliki informasi yang
mencukupi untuk membuat neraca awal. Informasi keuangan tersebut
meliputi jumlah aset yang dimilikinya beserta nilai dari aset-aset tersebut
serta daftar utang yang dimiliki pemerintah sampai saat neraca awal akan
dibuat.
2.2.2. Kendala Akibat Sifat yang Melekat pada Entitas Akuntansi Sektor Publik

Negara sebagai suatu entitas akuntansi sektor publik memiliki keunikan bila
dibandingkan dengan perusahaan pada sektor swasta. Hal ini berkaitan dengan
perbedaan sifat aset yang dimiliki dan tujuan penggunaan aset tersebut. Beberapa aset
milik negara yang tidak dimiliki oleh perusahaan yang bergerak dalam sektor swasta
antara lain aset berupa barang bersejarah, alat-alat militer, dan infrastruktur yang
dimanfaatkan oleh publik.
1. Penilaian dan pencatatan atas aset-aset bersejarah. Atas aset bersejarah
tidak dapat dilakukan penilaian dan pencatatan sebagaimana dilakukan oleh
perusahaan yang bergerak dalam sektor swasta. Dari sudut pandang teknis,
aset bersejarah mempunyai siklus hidup yang lebih lama dibandingkan
dengan aset lain pada umumnya. Nilai aset bersejarah tidak berkurang dari
waktu ke waktu bahkan cenderung bertambah. Selain itu biaya
perolehannya tidak relevan untuk dicantumkan dalam laporan keuangan,
karena umumnya tidak diketahui. Penggunaan nilai pasar untuk melakukan
penilaiannya juga tidak memungkinkan, karena benda bersejarah tidak
dapat dan tidak boleh diperjualbelikan dengan alasan apapun. Nilai
penggantian juga tidak memungkinkan untuk diberikan karena nilai aset
bersejarah tersebut tidak tergantikan.
2. Penilaian dan pencatatan atas aset peralatan militer. Peralatan militer
umumnya memiliki nilai yang sangat tinggi dan mempunyai kecenderungan
untuk rusak, hancur, atau hilang sewaktu-waktu akibat dari penggunaannya
dalam latihan atau perang yang sesungguhnya. Masalah timbul ketika
peralatan militer itu digunakan dan akibat penggunaan tersebut, peralatan
militer rusak, hancur, atau hilang. Maka atas peralatan tersebut harus
dilakukan penghapusan dalam pembukuan. Hal ini menyebabkan
pencatatan beban yang besar yang menimbulkan kesan bahwa pemerintah
mempunyai kinerja yang buruk.
3. Penilaian dan pencatatan atas aset infrastruktur. Aset milik negara berupa
infrastruktur memiliki kesulitan sendiri dalam penilaiannya. Aset
infrastruktur diharapkan memiliki masa manfaat yang sangat panjang, atau
diharapkan memiliki masa manfaat seumur hidup. Dengan demikian ketika
suatu asset infrastruktur telah dikapitalisasi, perlu dilakukan depresiasi
setiap tahunnya. Hal demikian cukup menyulitkan karena masa manfaat
sebagai dasar penghitungan depresiasi tidak dapat ditentukan. Kesulitan
kedua adalah penilaian atas aset infrastruktur menggambarkan adanya
pengeluaran pemeliharaan yang akan timbul di masa yang akan datang. Bila
suatu asset dibukukan, maka akan timbul biaya pemeliharaan sehubungan
dengan aset yang dicatat tersebut setiap tahunnya. Beban pemeliharaan
tersebut mengurangi fleksibilitas dalam penganggaran karena biaya tersebut
harus dianggarkan setiap tahun, tidak boleh ditiadakan pada tahun tertentu.
Kesulitan ketiga adalah kesulitan dalam menentukan nilai perolehan dari
aset infrastruktur tersebut. Permasalahan penilaian perolehan tersebut mirip
dengan kesulitan yang dialami ketika melakukan penilaian terhadap aset-
aset bersejarah.
 Langkah–langkah Implementasi Basis Akrual (Best Practices)
2.3.1. Berdasarkan Rekomendasi Asian Development Bank.
Asian Development Bank dalam makalah berjudul “Accrual Budgeting and
Accounting in Government and its Relevance for Developing Member Countries”
memberikan tujuh rekomendasi bagi negara berkembang dalam menerapkan akrual
basis, yaitu:
1. Kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan akrual basis.

Terdapat dua model utama dalam menerapkan akrual basis yakni model big bang dan
model bertahap. Pendekatan model big bang – seperti yang telah dicontohkan oleh
negara Selandia Baru untuk seluruh unit pemerintahan – dilakukan dalam jangka
waktu yang sangat singkat. Keuntungan pendekatan ini adalah mendukung terjadinya
perubahan budaya organisasi, cepat mencapai tujuan, dan dapat menghindari risiko
kepentingan, meskipun mengandung kelemahan, seperti beban kerja menjadi tinggi,
tidak ada waktu untuk menyelesaikan masalah yang mungkin timbul, dan komitmen
politik yang mungkin bisa berubah. Kesuksesan penerapan di Selandia Baru karena
tiga faktor yang mendukung yakni adanya krisis fiskal, dukungan dari para politisi
dan adanya reformasi birokrasi yang memberikan fleksibiltas kepada SDM.

Alternatif lain yakni pendekatan bertahap, seperti yang dicontohkan oleh pemerintah
federal Amerika Serikat. Keuntungan pendekatan ini adalah dapat diketahuinya
permasalahan yang mungkin timbul dan cara penyelesaiannya selama masa transisi,
basis kas masih dapat dilakukan secara paralel untuk mengurangi resiko kegagalan.
Sedangkan kelemahannya adalah akan membutuhkan banyak sumberdaya manusia –
karena menerapkan dua basis secara paralel, perubahan budaya organisasi tidak
terjadi, dan hilangnya momentum penerapan akrual basis.
1. Komitmen politik merupakan salah satu kunci penting.
Komitmen politik dalam penerapan basis akrual bagi negara berkembang menjadi
sangat esensial, sehingga komitmen politik ini diperlukan untuk menghilangkan
adanya kepentingan yang tidak sejalan.
1. Tujuan yang ingin dicapai harus dikomunikasikan

Hasil dan manfaat yang ingin dicapai dengan penerapan basis akrual harus secara
intens dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
1. Perlunya tenaga akuntan yang andal.

Tenaga akuntan yang profesional akan sangat diperlukan untuk rekruitmen dan
pelatihan yang cukup. Kekurangan tenaga akuntan akan menyebabkan penundaan
penerapan akrual basis pada akuntansi pemerintah, seperti yang terjadi di Kepulauan
Marshall.
1. Sistem informasi akuntansi harus memadai

Informasi akuntansi berbasis kas merupakan titik penting dalam pergantian basis ke
akrual. Jika suatu negara belum memiliki sistem akuntansi berbasis kas yang dapat
diandalkan, maka negara tersebut terlebih dahulu berkonsentrasi pada peningkatan
sistem dan proses yang telah ada, sebelum mempertimbangkan perpindahan ke
akuntansi akrual.
1. Badan audit tertinggi harus memiliki sumberdaya yang tepat

Badan Audit memegang kunci yang sangat penting dalam penerapan basis akrual.
Dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk melakukan profesionalisme tenaga audit
seperti yang dilakukan di Negara Fiji dan Selandia Baru.
1. Penerapan basis akrual harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi

Penerapan basis akrual tidak boleh hanya dilihat sebagai masalah teknik akuntansi
saja, tetapi penerapan ini membutuhkan perubahan budaya organisasi dan harus
merupakan bagian dari reformasi birokrasi secara menyeluruh. Informasi yang
dihasilkan dengan basis akrual akan menjadi berharga dan sukses apabila informasi
yang dihasilkan digunakan untuk dasar membuat kebijakan publik yang semakin
baik. Perubahan ini tidak secara otomatis terjadi, tapi perlu secara aktif dipromosikan
secara kontinyu.

2.3.2 Berdasarkan Panduan IFAC

Transisi menuju basis akuntansi akrual merupakan sebuah proyek utama bagi
kebanyakan pemerintah, seperti halnya proyek skala besar yang memerlukan
perencanaan dan pengelolaan cermat. Berdasarkan Guidance Transition to Accrual
Basis by IFAC, transisi ini kemungkinan besar akan lancar dan lebih cepat ketika
fitur berikut ini dapat terpenuhi:
1. Mandat yang jelas;

Adanya suatu kebutuhan untuk mandat yang jelas dari pemerintah yang menyatakan
apa yang menjadi cakupan reformasi, waktu yang diharapkan dan kewenangan
berbagai badan pemerintah untuk memulai perubahan yang diperlukan. Sebuah
mandat yang jelas yang memberikan kekuatan bagi pejabat dan entitas terkait untuk
memprakarsai perubahan dan mengawasi reformasi.
2. Komitmen politik;

Mengubah dasar akuntansi memerlukan sumber daya yang cukup. Jika komitmen
politik tidak ditetapkan pada awal proses, ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
dalam proses selanjutnya dapat mengakibatkan sumber daya yang terbatas menjadi
terbuang.
3. Komitmen entitas pusat dan pejabat kunci;

Salah satu alasan diperlukannya dukungan aktif dan kepemimpinan dari para pejabat
pemerintah dan politisi puncak adalah karena perubahan basis akuntansi, bersama
dengan reformasi manajemen keuangan lainnya seperti devolusi kewenangan untuk
sumber daya, melibatkan struktur kekuasaan. Orang-orang penting ini berperan
sebagai “pemecah masalah” ketika ada yang salah. Meskipun orang-orang tersebut
penting, perlu untuk menjaga risiko terhadap kegagalan proyek jika orang kunci
menarik dukungan atau tidak lagi bersedia.
4. Sumber daya yang memadai (manusia dan keuangan);
Berbagai keterampilan diperlukan untuk mengelola perubahan ke basis akrual
akuntansi. Identifikasi terhadap jenis-jenis keterampilan yang dibutuhkan, dan
perencanaan untuk memastikan ketersediaan keterampilan sangat penting bagi
keberhasilan transisi. Entitas umumnya memerlukan : Individu dengan pemahaman
dan pengalaman dalam masalah kebijakan akuntansi, individu dengan kemampuan
untuk merekam data dalam sistem akuntansi akrual, pendanaan untuk sumber daya
tambahan yang diperlukan, termasuk staf tambahan, akuisisi ketrampilan khusus, dan
pengembangan serta instalasi keuangan sistem informasi.
5. Struktur manajemen proyek yang efektif;

Manajemen proyek umumnya mencakup pemisahan proyek menjadi komponen-


komponen terpisah yang selanjutnya dapat dikelola oleh individu dengan kemampuan
dan pengalaman yang sesuai.
6. Kapasitas teknologi dan sistem informasi yang memadai ; dan

Adopsi metode pelaporan keuangan akrual dalam hubungannya dengan reformasi


sektor publik lainnya sering melibatkan perubahan pada berbagai sistem informasi.
Entitas yang mempertimbangkan transisi ke akuntansi akrual perlu untuk melakukan
penilaian dari semua sistem yang ada ke sistem pelaporan keuangan.
7. Penggunaan undang-undang.

Pemanfaatan undang-undang memberikan kewenangan formal bagi perubahan serta


menunjukkan kekuatan dari komitmen pemerintah untuk perubahan.

2.3.3. Berdasarkan Model Kebutuhan Dasar (Basic Requirement Model)

Walaupun literatur terkini mengenai akuntansi pemerintah memberikan penjelasan


yang beragam mengenai faktor-faktor yang mendukung pengenalan akuntansi basis
akrual pada sektor publik, literatur-literatur tersebut belum menyediakan kerangka
implementasi yang jelas untuk menciptakan kondisi yang sesuai untuk pengenalan
dan penerapan konkritnya (Ouda, 2001). Dalam jurnal yang sama, Ouda
mengembangkan suatu model kebutuhan dasar bagi negara yang ingin menerapkan
basis akrual pada sekor publiknya. Asumsi yang menjadi landasan pengembangan
model tersebut adalah:
1. Jika budaya administrasi publik semakin berhubungan erat dengan budaya
dimana sistem akuntansi pemerintah ditempatkan, maka akan memudahkan
terjadinya perubahan (reformasi). Dengan kata lain, perubahan akuntansi
pada sektor publik paralel dengan perubahan yang terjadi pada sistem
administrasi publik, terutama pada tingkat departemen, yang kemudian
akan membantu menjaga proses adopsi akuntansi basis akrual
2. Dukungan dari pimpinan sektor publik, dalam politik maupun birokrasi,
merupakan faktor kunci kesuksesan implementasi basis akrual di sektor
publik
3. Dukungan dari pihak profesional dan akademisi bisa berperan penting
dalam proses implementasi.
4. Strategi komunikasi yang luas merupakan faktor kunci dalam membentuk
kesepahaman pada prinsip-prinsip penting perubahan akuntansi bagi politisi
dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi
5. Kemauan dan kualifikasi dari para staf yang diperlukan untuk
mengembangkan dan mengimplementasi perubahan akuntansi adalah hal
yang sangat penting untuk kesuksesan implementasi.
6. Konsultasi dan koordinasi dengan entitas pemerintah yang akan
menerapkan akuntansi akrual diperlukan untuk menampung pendapat dan
saran dari pihak yang menerapkan, serta mengetahui masalah dan hambatan
internal yang terkait dengan penerapan
7. Perkiraan biaya sangat penting dalam menentukan dana yang diperlukan
untuk proses implementasi dan akan membantu dalam menghadapi masalah
finansial yang akan datang, yang bisa mengganggu implementasi akuntansi
akrual
8. Menghadapi dan menangani isu akuntansi yang spesifik pada tahap awal,
seperti identifikasi dan penilaian aset, registrasi aset, identifikasi entitas
akuntansi dan batasannya dan saldo awal, merupakan suatu fundamental
yang penting untuk memfaslitasi proses implementasi
9. Membangun kapasitas teknologi informasi yang memadai akan menjadi
pemacu kesuksesan transisi ke akuntansi akrual
10. Perhatian yang mendalam terhadap faktor diatas akan sangat membantu
dalam menghadapi hambatan yang terdapat dalam proses implementasi

Berdasarkan faktor dan perubahan tersebut, pengembangan model kebutuhan dasar


ditulis dalam persamaan berikut :

Dimana:
AC (ps) = Accounting Changes ( implementasi basis akrual pada sektor publik (ps) )

F = Function

MC = Management Changes ( internal management changes / NPM )

PBS = Political and Bureaucracy Support ( dukungan legislatif dan eksekutif )

PAS = Professional and Academic Support ( di bidang akuntansi dan audit )

CS = Communication Strategy ( termasuk booklet, jurnal, konferensi, seminar, dll )

WC = Willingness to Change ( motivasi, niat, pelatihan dan kualifikasi staf )

CC = Consultation and Co-ordination (dengan entitas pemerintah yang akan


menggunakan akuntansi akrual )

BAC = Budgeting of Adoption Cost ( untuk keseluruhan periode implementasi )

SAI = Specific Accounting Issues (identifikasi dan penilaian aset, registrasi aset,
entitas pelapor, dll)

ITC = Information Technology Capability

Namun, bagi negara berkembang, Ouda menambahkan variabel baru dalam


modelnya, yaitu International Financial Support (IFS) sehingga modelnya menjadi :

Ouda berargumen, perlunya pengembangan model yang disesuaikan untuk negara


berkembang disebabkan karena masalah kekurangan pendanaan yang, secara umum,
disebabkan oleh pengembangan ekonomi yang merugikan dan bencana alam.

Lain halnya menurut Khan dan Mayes (2007), kondisi yang harus dicapai untuk
suksesnya penerapan basis akrual adalah :
1. Sistem akuntansi basis kas yang memadai ( CABS )

Sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data basis kas yang bisa diandalkan
merupakan basis penting untuk memulai penerapan kerangka basis akrual. Negara
yang tidak memiliki sistem ini harus fokus terlebih dahulu pada perbaikan sistem dan
proses yang dimiliki, sebelum memutuskan untuk menerapkan akuntansi akrual
2. Kepemilikan politik ( PO )

Dukungan oleh eksekutif tertinggi merupakan hal yang penting dalam rencana
memperkenalkan akuntansi akrual
3. Kapasitas teknis ( TC )

Pengalaman negara lain memberitahukan bahwa kurangnya sumber daya teknis yang
memadai dapat menjadi halangan besar bagi kesuksesan implementasi akuntansi
akrual
4. Sistem ( Sy )

Walaupun, secara teori, akuntansi basis kas atau akrual dapat diterapkan dengan cara
manual maupun sistem elektronik, dalam prakteknya, sangat tidak disarankan bagi
pemerintah untuk menerapkan basis akrual penuh tanpa dibantu oleh sistem informasi
manajemen keuangan pemerintah ( GFMIS ) yang dapat diandalkan.

Disimpulkan secara matematis, model Khan dan Mayes bisa dirumuskan sebagai
berikut :

2.4. Studi Kasus di Negara Lain


2.4.1. Rumania
Proses Transisi Akuntansi

Hingga tahun 2000, sistem akuntansi sektor publik di Rumania masih menggunakan
dasar kas di mana di tingkat institusi lokal ditandai oleh adanya kesalahpahaman
penggunaan istilah beban dan biaya, pendapatan dan arus masuk kas, skill aparatur
yang rendah dan aktivitas yang terlalu terstandarisasi. Proses transisi sistem akuntansi
di Rumania melibatkan beberapa penyesuaian yang meliputi:
1. Penggunaan dasar akrual untuk persediaan, piutang (pajak, kontribusi sosial
dan bunga) dan hutang. Hal ini diperlukan untuk mengetahui besarnya
beban pada periode tertentu di luar biaya yang benar-benar dikeluarkan.
2. Penggunaan metode Full Depreciation pada aktiva tetap. Hal ini diperlukan
untuk melakukan pembebanan biaya terhadap aktivitas yang melibatkan
penggunaan, konsumsi dan keusangan aktiva tetap, yang kadang
merupakan komponen biaya yang signifikan bagi aktivitas sektor publik
yang bersifat capital intensive.
3. Pengukuran normal profit yang melibatkan biaya modal (cost of capital).
Hal ini diperlukan untuk mengetahui besarnya return on investment dalam
penggunaan dana fixed dan working capital.
4. Revaluasi aset yang memperhitungkan inflasi. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui besarnya nilai sekarang dari aset dan besarnya nilai sekarang
dari penyusutan aktiva tetap. Hal ini juga mempengaruhi proses
penghitungan nilai return on investmentjika diungkap sebagai prosentase
atas biaya riil (atau juga opportunity cost) dari modal.

Dalam hal peraturan perundangan, proses transisi dilakukan dengan mengadopsi


European Directives no 4 dan no 7, European Accounting System (ESA 95) dan
International Accounting Standards for the Public Sector (IPSAS). Hal ini dilakukan
secara bertahap dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan selama 5 tahun terakhir
ini:
 OMFP 1792/2002 tentang Pengesahan, Pencairan, Permintaan dan Pembayaran
Belanja Institusi Publik (empat tahap realisasi anggaran).
 OG no 81/2003 tentang Revaluasi dan Penyusutan Aktiva Tetap.
 OMFP no 520/2003 tentang Pengorganisasian dan Pencatatan Akuntansi dari
Anggaran Penerimaan.
 OMFP no 1025/2005 tentang Klasifikasi Anggaran.

Dalam Sistem Akuntansi Sektor Publik yang baru, yang menggunakan dasar akrual,
ketentuan dalam IPSAS no 1 tentang Pelaporan Keuangan diadopsi secara penuh.

Permasalahan terkait transisi


Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa perdebatan mengenai perimbangan
besarnya biaya dan manfaat dari diberlakukannya Sistem Akuntansi Sektor Publik
dengan menggunakan dasar akrual masih terus berlangsung hingga saat ini.
Tampaknya hal ini juga terjadi di Rumania, mengingat besarnya dampak yang
diakibatkan dari diberlakukannya dasar akrual ini terutama bagi institusi
pemerintahan lokal (communes), dan untuk mengetahui mengenai bagaimana
implementasi Sistem Akuntansi Sektor Publik yang baru maka diselenggarakan studi
mengenai hal ini dengan tujuan untuk (1) mengetahui besarnya biaya dan manfaat
dari transisi menuju Sistem Akuntansi Sektor Publik dengan menggunakan dasar
akrual, terutama di tingkat lokal, (2) mengetahui bagaimana penerapan dari Sistem
Akuntasi Sektor Publik dengan menggunakan dasar akrual oleh para aparatur di
tingkat lokal (country, city dan village).

Studi dilakukan dalam dua periode, periode pertama dilakukan sebelum pelaksanaan
sistem yang baru, dilakukan untuk melihat kesiapan pelaksanaan, baik kesiapan fisik
maupun non fisik. Periode kedua dilaksanakan setelah pelaksanaan sistem yang baru
untuk melihat keberhasilan dan masalah yang timbul dan kemudian bersama-sama
berusaha dipecahkan bersama.

Berdasarkan hasil studi dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:


1. Sebanyak 73% dari para aparatur pelaksana tidak berpengalaman dalam
pengaplikasian sistem akuntasi dengan menggunakan dasar akrual.
2. Sebanyak 81% dari para aparatur pelaksana tidak mengetahui dan
berpengalaman mengenai sistem akuntansi double entry.
3. Sebanyak 80% dari para aparatur pelaksana menyatakan lebih menyukai
sistem akuntasi dengan dasar kas, dengan argument lebih murah dan
sederhana.
4. Hampir semua aparatur pelaksana sependapat bahwa sistem akuntasi yang
baru (dasar akrual) dan laporan keuangan yang dihasilkan lebih komplek
dibanding sistem akuntasi dengan dasar kas.
5. Mengenai kesiapan sistem Informasi dan Teknologi (IT), hampir semua
aparatur pelaksana berpendapat bahwa sistem IT yang sekarang masih
belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sistem akuntansi yang baru.
6. Mengenai penilaian aset, sebanyak 65% dari responden mengalami
kesulitan dalam memisahkan antara aset publik dan aset swasta, demikian
juga dalam hal pemberlakukan penyusutan aktiva tetap
7. Mengenai keuntungan dari sistem akuntansi yang baru, sebanyak 37% dari
aparatur menganggap bahwa mereka melakukannya hanya karena mereka
diharuskan tanpa peduli apa kelebihannya.
8. Mengenai biaya/resiko dari perpindahan ke sistem akuntansi akrual,
sebagian besar yang disebutkan antara lain: pelatihan untuk para aparatur,
pelatihan mengenai sistem IT yang digunakan, penyesuaian pada sistem IT,
penyesuaian pada kerangka hukum, modifikasi pad arus informasi yang
dihasilkan.
Dan berdasarkan studi yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa masih
diperlukan pelatihan bagi aparatur pelaksana terutama bagi aparatur di tingkat lokal,
Prosedur dan konvensi dalam akuntansi perlu untuk dikembangkan lebih lanjut untuk
benar-benar dapat mengadopsi ketentuan dari Uni Eropa (ESA 95). Selain itu,
Parlemen baik di tingkat pusat maupun lokal masih perlu meningkatkan kapasitas
mereka dalam melakukan analisa informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi
yang baru terutama yang berkenaan dengan anggaran sehingga mereka mampu
melaksanakan tugas mereka sebagai penyeimbang lembaga eksekutif.

2.4.2. Perancis
Proses Transisi Akuntansi

Perancis adalah salah satu negara yang telah mengadopsi basis akrual dalam laporan
keuangannya. Proses perubahan basis akuntansi pada laporan keuangan pemerintah
Perancis telah dirintis sejak awal tahun 80an. Diawali dengan Local Government Act
tahun 1982 dimana pemerintah lokal di Perancis diberikan otonomi dan kewenangan
yang lebih luas dibanding sebelumnya. Otonomi dan kewenangan yang lebih luas
tersebut memiliki konsekuensi meningkatnya tuntutan pertanggungjawaban atas
kewenangan terutama pertanggungjawaban atas sumber daya yang terlibat. Untuk itu
dirasa perlu dibuat sebuah kerangka pelaporan yang baru untuk mengakomodir hal
tersebut.

Di tahun yang sama, otoritas badan akuntansi Perancis mempublikasikan Chart of


Account di Perancis yang menjadi kerangka acuan akuntansi sektor swasta. Sejak
tahun itu juga, Direktorat Jenderal Akuntansi Perancis melaksanakan proses
reorganisasi terhadap kerangka akuntansi semua sektor publik.

Sistem manajemen publik kemudian juga direformasi untuk menyatukan metode


pencatatan transaksi untuk menyediakan informasi penganggaran dan akuntansi. Di
Perancis, sistem ini dikenal dengan istilah monist system. Sistem tersebut didasarkan
pada kepatuhan atas prinsip dan aturan chart of account yang digunakan oleh
perusahaan sektor swasta di Perancis yang didasarkan pada prinsip-prinsip
seperti faithful representation, comparability, going concern, true and fair
presentation, prudence dan concitency.
Pada tahun 1988, chart of accounts akuntansi pemerintah menjadi subjek reviu dan
revisi. Hal tersebut dilakukan agar sejalan dengan prinsip dan aturan chart of
accounts tahun 1982 yang telah digunakan pada sektor swasta. Reformasi kemudian
diintensifkan pada tahun 1999 ketika Gugus Tugas Akuntansi Akrual (accrual
accounting taskforce) menyerahkan laporan kepada Kementerian Keuangan Perancis.
Strategi Penerapan Basis Akrual

Dalam usaha mengimplementasikan basis akrual dalam akuntansi, pemerintah


Perancis telah melaksanakan beberapa strategi. Strategi-strategi tersebut dapat dibagi
pada tiga hal, yaitu:
1. Penguatan Aturan Perundangan
2. Pendirian Komite yang Independen
3. Identifikasi Area Kunci
1. Penguatan Peraturan Perundangan

Salah satu tonggak penting implementasi basis akrual pada akuntansi pemerintah
Perancis adalah disahkannya Anggaran Rumah Tangga Konstitusional pada Undang-
Undang Penganggaran (LOLF) pada 1 Agustus 2001. LOLF ini adalah perbaikan atas
aturan pengganggaran dan akuntansi yang sudah ada sejak tahun 1959. Setelah lebih
dari empat tahun, LOLF benar-benar dapat diadopsi pada tahun 2006. LOLF secara
luas telah mereformasi penganggaran menjadi lebih jelas dan transparan. Salah satu
poin yang dibahas dalam LOFL adalah pengembangan akuntansi berbasis akrual pada
akuntansi pemerintah.

Article 30 LOFL menyatakan:

“The general public accounting system is based on the accrual basis principle.
Transactions are entered for the fiscal year to which they apply, regardless of their
date of payment or collection.
The rules applicable to general public accounting only differ from those applicable to
companies in terms of the specific nature of government action.
They are decided on following an opinion from a committee of public and private
experts as provided in the budget act. This opinion is communicated to the National
Assembly and Senate finance committees and is published.”

Pada article 30 tersebut secara jelas dinyatakan bahwa akuntansi publik didasarkan
pada basis akuntansi akrual. Secara umum basis akrual yang diadopsi pada akuntansi
pemerintahan sama dengan basis akrual pada akuntansi sektor swasta. Namun pada
beberapa aktivitas yang memiliki karakter spesifik, terdapat perbedaan. Kegiatan
yang memiliki karakter spesifik antara lain infrastruktur, ketetapan penerimaan pajak,
dll. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) juga mengakui
kebutuhan adaptasi prinsip pada kasus tertentu yang memiliki sifat khusus aktivitas
public.
1. Pendirian Komite yang Independen

Pada tahun 2002, didirikan sebuah komite yang bernama The Committee for Public
Accounting Standards (CPAS). Komite tersebut berisikan berbagai professional dan
ahli, termasuk para direktur perusahaan swasta, akuntan sektor swasta, professor dan
praktisi serta orang-orang lain yang memiliki pengalaman di bidang akuntansi akrual.

Tugas utama komite ini adalah untuk mereviu dan mengesahkan standar akuntansi
public baru yang diusulkan oleh Kementrian Keuangan. Setelah reviu dan penilaian
pertama, standar yang telah dimodidikasi bersama dengan komentar dari CPAS akan
diserahkan pada National Accounting Council (NAC), yang adalah pembuat standar
akuntansi untuk sektor swasta. NAC akan memastikan apakah standar akuntansi
publik telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum atau tidak. Setelah
disetujui oleh NAC, standar baru akan diaplikasikan pada akuntansi pemerintah
pusat.

Proses pembuatan standar akuntansi pemerintahan baru sebagai berikut:


 Rancangan standar diusulkan oleh sebuah gugus tugas pelaporan kepada
DIrektorat Penganggaran dan Akuntansi Publik. (Direktorat tersebut berada di
Kementerian keuangan)
 Rancangan standar kemudian akan diserahkan pada CPAS. Komite ini akan
bekerja secara dekat dengan perwakilan Perancis di IFAC(International
Federation of Accountants).
 Standar baru bersama dengan reviu komite akan diserahkan pada badan tertinggi
terkait standar akuntansi di Perancis(the conseil National de la Compabilitie-
National Accounting Council), yang bertanggungjawab untuk standar akuntansi
sector swasta.

Standar yang diadopsi diimplementasikan oleh gugus tugas lainnya. Gugus tugas ini
akan mengusulkan modifikasi yang diperlukan pada praktek dan proses yang ada
pada semua bidang yang relevan. Gugus tugas akan bekerja dengan kementrian untuk
mengimplementasikan perubahan. Gugus tugas ini juga berada di bawah kewenangan
Direktorat Penganggaran dan Akuntansi Publik.

Aktivitas dua gugus tugas tersebut (persiapan standard dan implementasi standar)
akan diarahkan, dan dikoordinasikan oleh steering committee yang berisi terutama
oleh kepala Direktorat Penganggaran dan Akuntansi Publik.
1. Identifikasi Area kunci

Dalam implementasi akuntansi akrual, area kerja berikut telah diidentifikasikan:


 Identifikasi isu prioritas di mana standar akuntansi seharusnya dikembangkan
 Merevisi isi dan penyajian laporan keuangan (keterkaitan antara informasi
akuntansi dan penganggaran)
 Mereviu dan, jika perlu, merevisi prosedur akuntansi:

– Investasi jangka panjang dan asset tetap non-finansial

– Persediaan pemerintah dan WIP

– Transaksi terkait supplier dan pembayar pajak

– Penetapan risiko dan kewajiban

– Transaksi penyesuaian

– Integrasi transaksi jasa yang tidak biasa dan penganggaran spesifik


 Merevisi organisasi Struktur Perbendaharaan Publik.
2.4.3. Kanada
Pada tahun 1980-an, pemerintah provinsi Kanada secara signifikan mengubah praktek
pelaporan keuangan mereka, bergerak dari akuntansi berbasis kas menuju akrual dan
dari pelaporan akun terpisah menuju laporan keuangan terkonsolidasi.

Pada tahun 1995, pemerintah Kanada mendirikan Financial Information


Strategy (FIS) dengan tujuan membawa sistem FIS secara on-line pada 1 April 2001
(yang telah terpenuhi). Langkah ini menyebabkan departemen pemerintah dan
lembaga mengubah kebiasaan untuk terus memelihara buku-buku mereka untuk lebih
dari 100 tahun.

Untuk pelaporan keuangan konsolidasi pemerintah di tingkat federal, laporan


keuangan bulanan akan terus secara modifikasi akrual basis sampai publikasi tahunan
yang telah diaudit 2001-2002 laporan keuangan menggunakan akrual penuh.
Parlemen Kanada saat ini sedang mempertimbangkan bagaimana mungkin
memperkenalkan penganggaran berbasis akrual.

Financial Information Strategy (FIS) didirikan untuk meningkatkan kinerja


pemerintah dalam pengambilan keputusan dan akuntabilitas, dan untuk meningkatkan
kinerja organisasi melalui penggunaan strategis dari informasi keuangan. Akrual
basis dilaksanakan secara penuh pada tahun 2001, dalam rangka mewujudkan hal
tersebut FIS melakukan hal berikut:
 Memperbaiki dukungan terhadap program review, perencanaan bisnis,
anggaran, pengeluaran manajemen dan proses pengambilan keputusan, dan
 Memfasilitasi akuntabilitas bagi hasil program dan keuangan dengan
memungkinkan perkiraan peningkatan kinerja dan pelaporan ke Parlemen.

Sebagai bagian dari inisiatif FIS, pemerintah Kanada bermaksud untuk mengubah
dasar akuntansinya dari basis modifikasi akrual saat ini menuju akuntansi akrual
penuh, termasuk kapitalisasi aktiva tetap.

Berdasarkan isu-isu yang terjadi dan best practise dari pemerintah Kanada dalam
usahanya mengubah dasar akuntansi ke akrual penuh dapat digolongkan kedalam 4
(empat) kategori sebagai berikut :
1. Policies;
2. People; and
3.
4. Cost and Benefit
1. Policies

Sebuah pelajaran penting dipelajari oleh Kanada yang telah diubah dengan akuntansi
akrual penuh adalah bahwa banyak persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai
konversi, diantaranya adalah :
 mengumpulkan informasi mengenai aset modal, dan dengan akurat
mengidentifikasi aset modal tersebut sedini mungkin;
 memastikan bahwa mereka yang menggunakan sistem, terutama staf
akuntansi, memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntansi akrual, baik
melalui rekrutmen atau pelatihan ekstensif;
 melakukan perubahan organisasi yang mungkin diperlukan untuk
memastikan, sedapat mungkin, bahwa pembelian, manajemen aset dan fungsi
akuntansi yang terintegrasi di bawah sistem baru, dan
 memastikan bahwa ada beberapa derajat kesamaan di sistem komputer
interface.

Penggabungan organisasi keuangan dan administrasi adalah kunci bagi pemerintah


kanada untuk menerapkan sistem yang efisien dan efektif. Hal ini juga penting bahwa
“big picture” disampaikan di awal pelaksanaannya. Ini termasuk tujuan dari proses
reformasi keuangan, bagaimana akuntansi akrual dan penganggaran sesuai ke dalam
proses reformasi, dan bagaimana penerapan informasi akrual akan membantu manajer
dalam sehari-hari mereka operasi dan pengambilan keputusan. Akuntansi akrual
penuh juga akan memiliki implikasi bagaimana cara instansi pusat memonitor dan
mengkaji kinerja keuangan.

Ada suatu kebutuhan dalam merubah arah kebijakan pemerintah pusat, prosedur dan
kontrol harus mengawal konversi menuju akuntansi akrual penuh. Secara khusus
mengembangkan standar akuntansi yang mencerminkan sifat khas dari sektor publik,
layanan yang disediakan dan karakteristik aset.
1. People

Pelaksanaan Financial Information Strategy sebanyak proses mengelola perubahan


karena melaksanaan kebijakan akuntansi dan keuangan serta prosedur dan sistem
yang baru. Ditemukan bahwa resistensi terhadap perubahan di seluruh organisasi
bukan menjadi perhatian serius.

Pelaksanaan akrual berbasis akuntansi perlu menerima high profil dan dukungan terus
menerus dari manajemen senior. Perubahan tidak hanya melibatkan penerapan sistem
baru tetapi juga perubahan budaya yang signifikan dalam cara para manajer
memahami dan menggunakan informasi keuangan dan bagaimana transaksi keuangan
ditangani.

Hal ini sangat penting untuk memastikan organisasi memiliki sumber daya yang
dengan keahlian yang sesuai untuk mengimplementasikan dan mengoperasikan
sistem akuntansi akrual. Ini berarti bahwa staf keuangan dan akuntansi, baik melalui
pelatihan yang ekstensif atau melalui perekrutan, harus memiliki pengetahuan yang
kuat dan keakraban dengan akuntansi akrual.

Sebuah komponen penting dari proses ini baik untuk melatih staf akuntansi dan untuk
para manajer dan pengguna lainnya. Hampir tidak mungkin untuk secara besar-
besaran melakukan pelatihan yang diperlukan selama pelaksanaan. Lebih banyak
penekanan ditempatkan pada memiliki akuntansi staf dan manajemen memahami
akuntansi akrual. Konsep “train the trainer” terbukti sangat efektif.
1. Sistem

Pentingnya identifikasi yang jelas terhadap kebutuhan sistem sejak awal. Sejauh
mungkin, bagaimanapun, pilih sistem off-the-shelf, karena modifikasi sistem bisa
mahal dan memakan waktu. Meskipun laporan keuangan dapat disusun atas dasar
akrual akuntansi tanpa memiliki sistem akuntansi secara akuntansi akrual, pesan jelas
bahwa sistem harus di tempatkan sebelum menerapkan konsep akuntansi akrual
penuh.

Organisasi yang disurvei umumnya ditemukan bahwa mereka telah meremehkan


sumber daya yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan kebijakan akrual
penuh dan sistem.
1. Biaya dan Manfaat
Organisasi-organisasi Kanada yang telah melalui konversi umumnya ditemukan
bahwa sistem biaya perangkat lunak disimpan pada target dan pengadaan sistem
dengan baik dikendalikan. Dalam lebih dari satu kasus, namun mereka meremehkan
sejauh mana dukungan staf internal diperlukan.

Di New South Wales, seluruh biaya konversi tidak dikenal. Total biaya yang
diperkirakan $ 50 juta, namun Komite Akuntan Publik memperkirakan bahwa itu
adalah lebih dekat ke $ 100 juta. Catatan lembaga ‘tidak cocok untuk menentukan
angka total.

Ada manfaat yang signifikan, baik di tabungan langsung dan tidak langsung melalui
prosedur perbaikan dan informasi manajemen ditingkatkan. Informasi akuntansi yang
berbasis akrual dan secara otomatis meningkat dari sistem akuntansi yang
mengakibatkan:
 penggunaan staf yang lebih efisien;
 transaksi yang cepat dan lebih banyak peluang untuk mengambil keuntungan
dari diskon pembayaran awal;
 kontrol yang lebih baik, dan
 manajemen informasi yang lebih baik untuk meningkatkan efektivitas biaya
operasi, termasuk identifikasi dari setiap biaya overhead yang berlebihan.
2.5. Strategi Pen-transisi-an Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Indonesia

Secara yuridis, keluarnya PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


(SAP) Akrual mengubah haluan basis akuntansi pemerintahan Indonesia dari kas
menuju akrual menjadi akrual penuh. Sesuai kesepakatan pemerintah dan DPR,
implementasi basis akrual ini akan dilaksanakan secara bertahap hingga implementasi
penuhnya di tahun 2015.

Untuk mengimplementasikan secara penuh pada tahun 2015 nanti, tentu pemerintah
kita memerlukan strategi. Prasyarat pelaksanaan strategi terbagi atas dua kondisi
dasar, yaitu necessary condition dan sufficient condition. Necessary condition adalah
prasyarat yang dibutuhan agar suatu kondisi dapat tercapai. Setelahnya, pemerintah
dapat mengembangkan beberapa hal sehingga kondisinya bisa berubah menjadi
kondisi yang mencukupi (sufficient condition). Necessary condition adalah
komitmen, kapasitas SDM, dan dana pemeliharaan. Untuk dapat
mengimplementasikan basis akrual yang notabene adalah “barang baru”, dibutuhkan
komitmen dari para pemimpin dan pejabat, termasuk dukungan politik dari Kepala
Daerah dan DPRD. Di samping itu, SDM yang menguasai ilmu dan konsep akuntansi
dalam jumlah yang memadai juga sangat dibutuhkan mengingat mereka adalah ujung
tombak dari implementasi ini. Implementasi basis akrual juga membutuhkan
pendanaan yang cukup. Tidak hanya untuk investasi awal, tetapi juga untuk kegiatan-
kegiatan yang bersifat pemeliharaan. Hal ini disebabkan penerapan basis akrual
membutuhkan pembaruan yang terus menerus sehingga tersedianya dana
pemeliharaan pun menjadi mutlak.
Persyaratan tambahan untuk mengubah kondisi menjadi sufficient conditiontersebut
adalah kebijakan akuntansi, prosedur, dan teknologi. Pengembangan dokumen
kebijakan akuntansi berbasis akrual dibutuhkan untuk mengakomodasi SAP.
Idealnya, dokumen ini didesain sedemikian rupa sesuai dengan kondisi khas di daerah
masing-masing. Kemudian, dibutuhkan pula sistem dan prosedur yang menjelaskan
teknik-teknik pencatatan, penyiapan dokumen, sampai dengan penyusunan laporan
keuangan dengan basis akrual penuh.

Yang tak kalah penting, pemerintah daerah juga memerlukan dukungan teknologi dan
sistem informasi, khususnya aplikasi penatausahaan & akuntansi yang
mengakomodasi basis akrual di dalamnya agar implementasi basis akrual ini dapat
sesuai harapan.

Setelah syarat-syarat implementasi dipenuhi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah


dapat melaksanakan langkah-langkah penerapan basis akrual secara menyeluruh..
Pada tingkat pusat/nasional, strategi penerapan basis akrual dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan pedoman umum pada tingkat nasional tentang akuntansi
akrual.
Pedoman ini digunakan untuk menyamakan persepsi di semua daerah sekaligus
sebagai jembatan teknis atas Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual yang
akan diterapkan.
2. Menyiapkan modul pada tingkat nasional yang dapat digunakan oleh
berbagai pihak dalam rangka pelatihan akuntansi berbasis akrual.
3. Menentukan daerah percontohan atau piloting di beberapa Kementerian
Lembaga dan BUN sebagai upaya menciptakan benchmarking.

Dengan cara ini, pemerintah dapat memfokuskan pada beberapa KL dan BUN, dari
piloting ini diharapkan pemerintah dapat melakukan reviu, evaluasi dan
penyempurnaan sistem sebelum pada akhirnya diimplementasikan oleh seluruh KL
dan BUN.
4. Diseminasi/sosialisasi tingkat nasional.

Selain sebagai usaha penyamaan persepsi dan sosialisasi, acara ini dapat digunakan
untuk menyerap input berupa saran ataupun keluhan dari daerah terkait penerapan
akuntansi basis akrual.

Sementara itu, pada tingkat daerah, strategi penerapan basis akrual dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut ini:
1. Sosialisasi dan Pelatihan yang berjenjang.

Berjenjang yang dimaksud meliputi pimpinan level kebijakan sampai dengan


pelaksana teknis, dengan tujuan sosialisasi dan pelatihan sebagai berikut:
 Meningkatkan skill pelaksana
 Membangun awareness
 Mengajak keterlibatan semua pihak
2. Menyiapkan dokumen legal yang bersifat lokal seperti Peraturan Kepala
Daerah tentang Kebijakan Akuntansi dan Sistem Prosedur.
3. Melakukan uji coba sebagai tahapan sebelum melaksanakan akuntansi
berbasis akrual secara penuh.

Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi mereka serta adanya


langkah-langkah strategis untuk mengimplementasikan basis akuntansi yang baru ini,
diharapkan pemerintah kita siap mempraktikkan akuntansi berbasis akrual penuh
secara benar dan profesional.

2.6 Kesulitan Implementasi Akuntansi Akrual

Akuntansi akrual menawarkan manfaat yang penting yaitu menyediakan informasi


yang lebih relevan dan mendukung pembuatan keputusan tetapi di dalam
penerapannya seringkali menghadapi kesulitan. Kesulitan penerapan Akuntansi
akrual telah diteliti di Indonesia oleh Soepomo (1999) dalam Harun (1997) yang
menyatakan terdapat tiga kendala. Kendala yang dihadapi Indonesia sehingga belum
berhasil memperbaiki akuntansi sektor publik adalah sistem hukum, terlalu besarnya
wilayah cakupan pemerintahan Indonesia, serta masih kurangnya staf pemerintahan
yang cakap. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Jones dan Puglisi (1997) tentang
pendapat staf akuntansi pemerintah di Australia menyatakan bahwa ada tiga kategori
kesulitan implementasi akrual. Kesulitan tersebut adalah kesulitan teknis (technical
difficulties), latar belakang pendidikan (education) dan kebiasaan yang lama dengan
sistem kas (culture).

Manfaat yang penting dari NPM membuat sejumlah pemerintahan


mengimplementasikannya secara instan. Penelitian Christiaens (2003) dalam
Djamhuri dan Mahmudi (2006 ) menghasilkan temuan bahwa tidak semua
pengadopsi NPM, lebih spesifik lagi yang melakukan reformasi akuntansi belum
tentu berhasil. Penelitian di Belgia ini menunjukkan sejumlah alasan yang
menjelaskan tentang perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan adanya
reformasi akuntansi dengan hasil yang dicapai. Pertama, terdapat konflik antara
sistem akuntansi anggaran dengan sistem akuntansi keuangan tradisional sehingga
menghasilkan situasi yang sulit untuk mengkombinasikan laporan keuangan
pemerintah yang diharapkan. Kedua, walaupun terdapat cara kerja untuk
mengoperasikan sistem yang baru telah jelas akan tetapi ketersediaannya belum
mencukupi. Ketiga, tidak adanya design audit yang spesifik untuk mengevaluasi
kesuksesan atau kegagalan reformasi akuntansi.
Faktor-faktor kegagalan implementasi reformasi akuntansi adalah ketidakmampuan
secara teknik, karena tekanan hukum, kurangnya dukungan politis dari orang-orang
penting di organisasi dan beberapa yang lain karena kurangnya kepemimpinan di
dalam organisasi mereka. Reformasi akuntansi di sektor publik tidak selalu
menghasilkan suatu keberhasilan karena berkaitan erat dengan dukungan semua
elemen organisasi sektor publik. Pendekatan lain dilakukan oleh Venieris and Cohen
( 2004 ), menekankan pada praktik pengadopsian akuntansi akrual pada kerangka
survei kuisionernya mengenai reformasi sektor pendidikan di Yunani, hasilnya
setelah tujuh tahun penerapan, reformasi ini tidak menunjukkan progres yang baik.

Implementasi akuntansi akrual merupakan proses yang berkesinambungan dan


terpadu. Dampak yang dihasilkan dari implementasi sistem ini tidak dapat dilihat
dalam waktu yang singkat. Penelitian Paulsson ( 2006 ) menggambarkan pengalaman
menggunakan informasi akuntansi akrual di pemerintah pusat Swedia. Data yang
dikumpulkan berupa kuisioner dan interview yang diberikan pada 160 kepala
keuangan perwakilan-perwakilan pusat dan 100 penasihat senior di kantor pemerintah
pusat. Penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan informasi akuntansi
berbasis akrual masih sangat rendah dikarenakan anggaran di Swedia masih
menggunakan prinsip modifikasi kas. Hasilnya menunjukkan bahwa perwakilan
pemerintah pusat yang memiliki software yang mendukung lebih mudah menerapkan
akuntansi akrual.

Lapsley dan Pallot ( 2000 ) menguji peran informasi akuntansi pada pemerintah lokal
di Inggris dan New Zealand. Menggunakan empat daerah lokal di Inggris dan New
Zealand untuk diidentifikasi penggunaan informasi akuntansi. Dua negara dengan
reformasi pada pemerintah lokal tersebut nampak sebagai satu kesatuan dari yang
semula terpisah kemudian menjadi bagian yang integral. Di New Zealand yang
pemerintah lokalnya lebih radikal dan struktural, akuntansi dan informasi keuangan
terintegrasi kuat. Berbeda dengan pemerintah lokal di Inggris yang memanfaatkan
akuntansi dan informasi keuangannya dalam tingkat yang rendah. Penelitian ini
menghasilkan dua penemuan penting. Pertama, perbedaan tingkat pemanfaatan
informasi akuntansi dan keuangan diantara dua negara berkaitan dengan perbedaan
kualitas implementasi. Kedua, peran dari staf akuntansi pemerintah yang
berkompeten serta yang direkrut dari sektor swasta sangat penting.

Arnaboldi dan Azzone (2004) melakukan studi kasus di Universitas di Italia.


Penelitian ini menyelidiki implementasi teknik managerial yang baru di sektor
pendidikan tinggi. Hasil penting yang diperoleh yaitu kegagalan dan risiko yang ada
dalam implementasi teknik manajerial yang baru. Kondisi lingkungan sangat
mempengaruhi keberhasilan yaitu : tidak tersedianya informasi keuangan yang cukup
dan database yang tidak memadai.

2. Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah

1. Pengertian Keuangan Negara


Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan pengertian Keuangan Negara adalah
dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan, yaitu:
1. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
2. Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan
badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
3. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban.
4. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubunganhukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan
obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara.

2. Pengertian Keuangan Daerah


Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156
ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu
berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

A. Ruang Lingkup Keuangan Negara dan Keuangan Daerah


1. Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang lingkup keuangan negara meliputi:
1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,
dan melakukan pinjaman.
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga.
3. Penerimaan negara.
4. Pengeluaran negara.
5. Penerimaan daerah.
6. Pengeluaran daerah.
7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah.
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah
10. Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-
yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan
negara/daerah.
11. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.

2. Ruang Lingkup Keuangan Daerah


Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman.
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga.
3. Penerimaan daerah.
4. Pengeluaran daerah.
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

B. Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah


1. Pengertian pengelolaan keuangan Negara/Daerah
Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan,pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan negara/daerah.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah, adalah sebagai
berikut:
 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Penatausahaan
 Pertanggungjawaban
 Pengawasan

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan Pembangunan


Nasional serta memperhatikan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Dokumen rencana
pembangunan di daerah yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan suatu dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun, selanjutnya
akan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah. Dokumen perencanaan tersebut adalah bersifat makro
yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah.
Dalam penyusunan RPJP Daerah Kabupaten memperhatikan RPJPN dan RPJPD
Provinsi sesuai kondisi dan karakteristik daerah. RPJP Daerah merupakan produk
para pemangku kepentingan Daerah, utamanya pihak-pihak yang berkepentingan
dengan kondisi daerah pada 20 tahun ke depan, sehingga memiliki visi jangka
panjang. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan arah
pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, sesuai
masa bhakti Kepala Daerah terpilih yang disusun berdasarkan visi, misi, dan program
Kepala Daerah. Program dan kegiatan yang direncanakan sesuai urusan pemerintah
yang menjadi batas kewenangan daerah, dengan mempertimbangkan kemampuan/
kapasitas keuangan daerah. RPJM Daerah wajib disusun oleh Daerah-daerah yang
telah memiliki Kepala Daerah hasil pemilihan langsung (PILKADA).
c. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).
Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD yang berjangka waktu 5 (lima)
tahun, disusun dalam rangka mengoperasionalkan RPJM Daerah sesuai tugas dan
fungsi masing-masing SKPD sesuai bidang urusan yang menjadi kewenangan daerah.
Renstra SKPD disusun dengan berpedoman pada RPJM Daerah dan SPM, dengan
materi dan substansi utama memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
dan kegiatan pembangunan. Setiap SKPD berkewajiban melaksanakan program dan
kegiatan untuk mencapai sasaran pembangunan jangka menengah Daerah, dengan
tidak mengabaikan tingkat kinerja pelayanan/ pembangunan yang sudah dicapai pada
periode sebelumnya.
d. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
RKP Daerah yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah, wajib disusun
oleh Daerah sebagai landasan dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD).
RKP Daerah memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan
dan kewajiban daerah, rencana kerja dan pendanaannya yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat, serta deskripsi kinerja pembangunan pada tahun sebelumnya
e. Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD).
Renja SKPD yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD menjadi dasar
dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja peragkat daerah (RKA-
SKPD).
Renja SKPD merupakan dokumen rencana pembangunan masing-masing SKPD yang
berjangka waktu 1 (satu) tahun, memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan berdasarkan urusan
yang menjadi kewenangan daerah, sasaran (indikator) hasil dan keluaran yang
terukur, beserta rincian pendanaannya.
Dimana masing-masing dokumen perencanaan di atas terkait satu dengan lainnya,
dan juga dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional.

2. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah


Kekuasaan pengelolaan keuangan negara dipegang oleh Presiden selaku Kepala
Pemerintahan dan sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.Kekuasaan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Kekuasaan Keuangan Daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola


keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala satuan kerja perangkat
daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

C. Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


(APBN)/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
1. Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31
Desember).

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, meliputi:

a. Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:

1. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai


kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di
daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat
dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah,
Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.
2. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk
kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja
Daerah meliputi:
 Dana Bagi Hasil
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus
 Dana Otonomi Khusus
 Pembiayaan

b. Pembiayaan meliputi:
1. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat
Utang Negara, serta penyertaan modal negara.

2. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:


 Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman
Proyek
 Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan
Moratorium.

Fungsi APBN yaitu:

1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar


untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pe
doman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pe
doman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan
untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meni
ngkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.

Penyusunan APBN. Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU


tentang APBN kepada DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-
Undang tentang APBN selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran
dilaksanakan.

Pelaksanaan APBN. Pelaksanaan APBN diatur lebih lanjut menggunakan peraturan


presiden (alokasi anggaran kantor pusat dan kantor daerah,pembayaran tunggakan,
alokasi dana perimbangan, alokasi subsidi) sebagai pedoman kementrian dan
lembaga. Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN
dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di
tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan.
Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan
APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan APBN dilakukan paling
lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran DPR. Dalam
keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya.

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN. Selambatnya 6 bulan setelah tahun


anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan.

Prinsip penyusunan APBN. Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan


APBN ada tiga, yaitu:
 Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
 Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
 Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan
denda.

Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:


 Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
 Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
 Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

Azas penyusunan APBN. APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:


 Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
 Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
 Penajaman prioritas pembangunan
 Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang Negara

2. Penyusunan dan Penetapan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah


(APBD)
Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Stuktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
a. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah terdiri dari:
1. Pendapatan asli daerah (PAD), yang bertujuan memberikan kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah
sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. PAD
merupakan pendapatan dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak dan
retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang telah diatur dalam
perundang- undangan mengenai pajak dan retribusi daerah. Hasil pengeloaan
kekayaan daerah merupakan pendapatan daerah dari bagian laba dari
penyertaan pemerintah daerah. Penyertaan daerah tersebut terdiri dari
penyertaan pada badan usaha milik daerah (BUMD), badan usaha milik
negara (BUMN) dan usaha milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
2. Dana perimbangan, yang bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah dan pemerintahan daerah dan antarpemerintah daerah. Dana
perimbangan merupakan pendapatan daerah dari transfer dana dari pemerintah
pusat berupa belanja untuk daerah. Dana perimbangan terdiri dari : Dana bagi
hasil yang meliputi pajak terdiri atas pajak bumi dan bangunan, bea perolehan
atas hak tanah dan bangunan, serta pajak penghasilan dan sumber daya alam
terdiri atas kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, gas dan pertambangan panas bumi. Dana alokasi umum suatu daerah
dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Dana alokasi khusus
dialokasikan kepada daerah tetentu untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah yang telah ditetapkan dalam APBN.
3. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang memberi peluang kepada
daerah untuk memperoleh pendapatan selain yang berasal pendapatan asli
daerah, dana perimbangan dan pinjaman daerah. Lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah merupakan pendapatan dari hibah, dana darurat, dana bagi
hasil pendapatan dari propinsi, dana penyesuaian, dana otonomi khusus dan
bantuan keuangan dari pemerintah lain.

b. Belanja Daerah
Belanja daerah diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tak
langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. Belanja pegawai
dalam hal ini belanja untuk gaji dan tunjangan secara penghasilan lain yang
diberikan kepada pejabat dan pegawai negeri sipil daerah, termasujk di
dalamnya pimpinan dan anggota DPRD.
2. Belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri
dari belanja pegawai, belanja barang/ jasa dan belanja modal. Klasifikasi
belanja sesuai sama dengan klasifikasi belanja sesuai fungsi dalam APBN.
Hal ini untuk memudahkan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan Negara.

c. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan merupakan penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau
pengeluaran yang akian diterima kembali dan/ atau pengeluaran terkait dengan
kekayaan daerah yang dipisahkan yang digunakan untuk menutup defisit atau
menggunakan surplus.Adapun sumber pembiayaan yaitu sebagai berikut:
1. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah.
2. Penerimaan pinjaman daerah.
3. Dana cadangan daerah.
4. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

APBD mempunyai fungsi sebagai berikut:


a. Fungsi otorisasi
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan
d. Fungsi alokasi
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja/ mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi distribusi
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi stabilisasi
Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah.
Penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan
kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Secara singkat, pedoman
penyusunan APBD meliputi:
1. Sinkronisasi kebijakan pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah
Daerah
2. Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD dan perubahan APBD

Sinkronisasi kebijakan pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Daerah untuk


mencapai sasaran prioritas pembangunan nasional, perlu dilakukan sinkronisasi
program dan kegiatan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Selain itu, perlu
ada keterkaitan antara sasaran program dan kegiatan provinsi dengan kabupaten/kota
untuk menciptakan sinergi sesuai dengan kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
Penetapan prioritas anggaran pengeluaran daerah harus mengacu pada prinsip
penganggaran terpadu (unified budgeting). Penganggaran terpadu adalah penyusunan
rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis
belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip
pencapaian efisiensi alokasi dana.
Prinsip pengelolaan APBD adalah sebagai berikut:
 Secara tertib
 Taat pada peraturan perundang-undangan
 Efektif
 Efisien
 Ekonomis
 Transparan
 Bertanggung jawab
 Keadilan
 Kepatutan
 Manfaat

Pelaksanaan APBD diatur lebih lanjut menggunakan Perkada (Peraturan Keuangan


Daerah) dengan menjabar melalui : (Anggaran pendapatan dan belanja daerah)
APBD, cash, budget, standar harga.
C.Hubungan Keuangan
Hubunganya dibidang keuangan adalah antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah yang terdiri dari :
1. Pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah
2. Pemberian pinjaman atau hibah kepada pemerintah daerah
3. Pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah

Hubungan antar pemerintahan daerah terdiri atas:


1. Bagi hasil pajak dan nonpajak antara pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah Kabupaten/Kota
2. Pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab bersama
3. Pinjaman atau hibah antar pemerintah daerah
4. Pembiayaan bersama atas kerjasama antar daerah

D. Pembendaharaan Negara
Pembendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahan, serta ditetapkan dalam
APBN dan APBD.

Ruang Lingkup pembendaharaan negara adalah kewenangan pejabat pembendaharaan


negara, pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah, pengelolaan uang
negara/daerah. Pengelolaan utang/piutang negara, investasi dan barang milik
negara/daerah.

Pejabat Pembendaharaan Negara terdiri dari:


 Pusat : Menteri Keuangan
 Daerah : PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan daerah)

Penerapan Kaidah Pengelolaan Keuangan yang sehat:


Kewenangan menteri keuangan/pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) untuk
mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah, menyimpan uang negara
dalam rekening kas umum negara/daerah pada Bank Sentral, optimalisasi dana
pemerintah.
Untuk transparansi dan akuntabilitas piutang negara/daerah diatur kewenangan
penyelesaian piutang negara/daerah.
Untuk melaksanakan pembiayaan ditetapkan pejabat yang diberi kuasa untuk
mengadakan utang negara/daerah.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan investasi dan barang milik
daerah diatur tentang pelaksanaan investasi serta kewenangan mengelola dan
menggunakan barang milik negara/daerah.

E. Pertanggungjawaban, Akuntansi dan Pelaporan Uang Negara/Daerah


Bendahara Umum Negara/Daerah, menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala kantor atau Satuan Kerja di pusat maupun
di daerah bertanggung jawab atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung
jawabnya.
Bendahara Umum Negara/Daerah, kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah
dan semua unit kerja yang berada di bawahnya, yang menguasai Uang
Negara/Daerah, melakukan akuntansi atas pengelolaan Uang Negara/Daerah
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pelaporan pengelolaan Uang Negara dalam rangka pertanggungjawaban Pemerintah
Pusat dalam bentuk laporan keuangan pemerintah pusat dilakukan secara periodik
dan berjenjang.
Pelaporan pengelolaan Uang Daerah dalam rangka pertanggungjawaban Pemerintah
Daerah dalam bentuk laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan secara periodik.

F. Pengawasan Keuangan Negara/Daerah


Pengendalian internal terhadap pengelolaan UangNegara/Daerah dilakukan oleh
menteri/pimpinanlembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala kantor/satuankerja.
Pengawasan fungsional terhadap pengelolaan Uang Negara/Daerah dilakukan oleh
aparat pengawasan fungsional pusat/daerah dan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

3.KONSEP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

A. PENGERTIAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK DAN FUNGSINYA


Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk


rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Anggaran publik
merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu
organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatn, belanja, dan aktivitas.
Setiap anggaran memberikan informasi mengenai pa yang hendak dilakukan dalam
beberapa periode yang akan datang.
Menurut freeman (2003), anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan
organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki ke dalam
kebutuhan – kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating resources to
unlimited demands) yang mengungkap peran strategi anggaran dalam pengelolaan
kekayaan sebuah organisasi publik. Organisasi sektor publik tetntunya berkeinginan
memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tetapi sering kali keinginan
tersebut terkendala oleh terbatasnya sumberdaya yang dimiliki. Disinilah fungsi dan
peran penting anggaran.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana
finansial yang menyatakan:
1. Rencana – rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas lain
yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan
2. Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasi rencana
tersebut
3. Perkiranaan sumber – sumber mana saja yang akan menghasilkan pemasukan
serta beberapa besar pemasukan tersebut

B. PENTINGNYA ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Pentingnya Anggaran Sektor Publik

Terdapat beberapa aspek kehidupan yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor
publik, baik skala nasional maupun lokal. Anggaran seltor publik dibuat untuk
membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik, air bersih,
kualitas kesehatan, pendidikan, dsb agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan
masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui
anggaran yang mereka buat.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat,
uang yang dimiliki pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkan
rencana pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat tersebut. Anggaran
merupakan blue print keberadaan sebuah negara dan merupakan arahan di masa yang
akan datang.

C. HUBUNGAN ANGGARAN DAN KEBIJAKAN FISKAL PEMERINTAH.


Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah

Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk


mempengaruhi keadaan ekonomi melalui sistem pengeluaran atau sistem perpajakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran.
Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk
mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin kesinambungan, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran sektor publik harus dapat
memenuhi kriteria berikut:
1. Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat
2. Menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah,
Pemprov atau Pemda.
Keputusan anggaran yang dibuat pemerintah daerah dan propinsi seharusnya
dapat merefleksikan prioritas pemerintah daerah atau pemerintah propinsi dengan
baik. Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan yaitu:
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan
sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of
resources), pilihan (choice), dan trade offs.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggungjawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan
instrumen pelaksana akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

D. AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

Akuntansi manajemen merupakan bagian dari suatu sistem pengendalian


manajemen yang integral. Institute of Management Accountants (1981)
mendefinisikan akuntansi manajemen sebagai suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, pengakumulasian, penganalisaan, penyiapan, pengintepretasian, dan
pengkomunikasian informasi finansial yang digunakan oleh manajemen perencanaan,
evaluasi, dan pengendalian organisasi serta untuk menjamin bahwa sumber daya
digunakan secara tepat dan akuntabel.

Statements on Management Accounting 1A tentang definisi akuntansi manajemen,


dipaparkan sebagai berikut:

“The Process of identification, measurement, accumulation, analysis, preparation,


interpretation, and communication of financial information used by management to
plan, evaluate, and control within an organization and to assure appropriate use of
and accountability for its resources.”
Chartered Institute of Management Accountants (1994) dalam Jones dan Pandlebury
(1996) membuat definisi yang lebih luas daripada definisi yang dikeluarkan
oleh Institute of Management Accountants, terutama dalam hal luas informasi yang
diberikan. Chartered Institute of Management Accountants mendefinisikan akuntansi
manajemen sebagai suatu bagian integral dari manajemen yang terkait dengan
pengidentifikasian, penyajian, dan pengintepretasian informasi yang digunakan untuk
:
a) Perumusan strategi
b) Perencanaan dan pengendalian aktiva
c) Pengambilan keputusan
d) Pengoptimalan penggunaan sumber daya
e) Pengungkapan (disclosure) kepada shareholders dan pihal luar organisasi
f) Perlindungan aset

Pada dasarnya prinsip akuntansi manajemen sektor publik tidak banyak berbeda
dengan prinsip akuntansi manajemen yang diterapkan pada sektor swasta. Akan
tetapi, harus diingat bahwa sektor publik memiliki perbedaan sifat dan karakterisitik
dengan sektor swasta, sehingga penerapan teknik akuntansi manajemen sektor swasta
tidak dapat diadopsi secara langsung tanpa modifikasi.
Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah
memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk
melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Dalam organisasi
sektor publik, perencanaan dimulai sejak dilakukannya perencanaan stratejik,
sedangkan pengendalian dilakukan terhadap pengendalian tugas (task control). Peran
akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik meliputi :

1. Perencanaan Strategik
Pada tahap perencanaan stratejik, manajemen organisasi membuat alternatif-
alternatif program yang dapat mendukung strategi organisasi. Peran akuntansi
manajemen adalah memberikan informasi untuk menentukan berapa biaya
program (cost of program) dan beberapa biaya suatu aktivitas (cost of activity),
sehingga berdasarkan informasi akuntansi tersebut manajer dapat menentukan berapa
anggaran yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki.
Akuntansi manajemen pada sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan
utama yaitu efisiensi biaya, kualitas produk, dan pelayanan (cost, quality and
services). Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi dengan
biaya yang murah, pemerintah harus mengadopsi sistem informasi akuntansi
manajemen yang modern. Namun tetap, terdapat sedikit perbedaan antara sektor
swasta dengan sektor publik dalam hal penentuan biaya produk/pelayanan (product
costing). Hal tersebut disebabkan sebagian besar biaya pada sektor swasta cenderung
merupakan engineered cost yang memiliki hubungan secara langsung dengan output
yang dihasilkan, sementara biaya pada sektor publik sebagian besar
merupakan discretionary cost yang ditetapkan di awal periode anggaran dan sering
tidak memiliki hubungan langsung antara aktivitas yang dilakukan dengan output
yang dihasilkan. Kebanyakan output yang dihasilkan di sektor publik merupakan
intangible output yang sulit diukur.

2. Pemberian Informasi Biaya


Biaya (cost) dalam akuntansi sektor publik dapat dikategorikan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
§ Biaya input adalah sumber daya yang dikorbankan untuk memberikan pelayanan.
Biaya input bisa berupa biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.
§ Biaya output adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan produk hingga
sampai ke tangan pelanggan. Pada organisasi sektor publik output diukur dengan
berbagai cara tergantung pada pelayanan yang dihasilkan.
§ Biaya proses dapat dipisahkan berdasarkan fungsi organisasi. Biaya diukur dengan
mempertimbangkan fungsi organisasi.

3. Penilaian Investasi
Penilaian investasi di sektor publik pada dasarnya lebih rumit dibandingkan
dengan di sektor swasta. Teknik-teknik penilaian investasi yang digunakan di sektor
swasta didesain untuk organisasi yang berorientasi pada laba. Sementara organisasi
publik merupakan organisasi yang tidak berorientasi pada laba, sehingga terkadang
teknik-teknik tersebut tidak dapat diterapkan untuk sektor publik. Di samping itu sulit
untuk mengukur output yang dihasilkan, sehingga untuk menentukan keuntungan di
masa depan dalam ukuran finansial (expected return) tidak dapat (sulit) dilakukan.
Penilaian investasi dalam organisasi publik dilakukan dengan menggunakan
analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis). Dalam praktiknya, terdapat kesulitan
dalam menentukan biaya dan manfaat dari suatu investasi yang dilakukan. Hal
tersebut karena biaya dan manfaat yang harus dianalisis tidak hanya dilihat dari sisi
finansialnya saja akan tetapi harus mencakup biaya sosial (social cost) dan manfaat
sosial (social benefits) yang akan diperoleh dari investasi yang diajukan. Menentukan
biaya sosial dan manfaat sosial dalam satuan moneter sangat sulit dilakukan. Oleh
karena itu, penilaian investasi dengan menggunakan analisis biaya-manfaat di sektor
publik sulit dilaksanakan. Untuk memudahkan, dapat digunakan analisis efektifitas
biaya (cost-effectiveness analysis).

4. Penganggaran
Akuntansi manajemen berperan untuk memfasilitasi terciptanya anggaran publik
yang efektif. Terkait dengan tiga fungsi anggaran, yaitu sebagai alat alokasi sumber
daya publik, alat distribusi, dan stabilisasi, maka akuntansi manajemen merupakan
alat yang vital untuk proses mengalokasikan dan mendistribusikan sumber dana
publik secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata.

5. Penentuan biaya pelayanan (cost of services) dan penentuan tarif


pelayanan (charging for services)
Akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan berapa biaya yang
dikeluarkan untuk memberikan pelayanan tertentu dan berapa tarif yang akan
dibebankan kepada pemakai jasa pelayanan publik, termasuk menghitung subsidi
yang diberikan. Tuntutan agar pemerintah meningkatkan mutu pelayanan dan keluhan
masyarakat akan besarnya biaya pelayanan merupakan suatu indikasi perlunya
perbaikan sistem akuntansi manajemen di sektor publik. Masyarakat menghendaki
pemerintah memberikan pelayanan yang cepat, berkualitas, dan murah. Pemerintah
yang berorientasi pada pelayanan publik harus merespon keluhan, tuntutan dan
keinginan masyarakat tersebut agar kualitas hidup masyarakat menjadi semakin baik
dan kesejahteraan masyarakat meningkat.

6. Penilaian Kerja
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sitem pengendalian. Penilaian kinerja
dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam tahap penilaian kinerja, akuntansi
manajemen berperan dalam pembuatan indikator kinerja kunci (key performance
indicator) dan satuan ukur untuk masing-masing aktivitas yang dilakukan.

E. KONSEP PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Anggaran sektor publik adalah perencanaan finansial tentang perkiraan
pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang dengan
melihat data yang diperoleh dari masa lalu sebagai acuan penetapan anggaran.
Anggaran sektor publik harus dapat memenuhi kriteria, antara lain merefleksikan
perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat serta menentukan
penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah atau pemerintah
daerah.
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan lain-lain
agar terjamin secara layak. Maka dari itu tingkat kesejahteraan masyarakat
dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang
dibuatnya.

Fungsi Penganggaran Sektor Publik


§ Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
§ Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang.
§ Angggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja
dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
§ Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.
§ Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam
pencapaian visi organisasi.
§ Anggaran merupakan instrumen politik.
§ Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
Karakteristik Penganggaran Sektor Publik
§ Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
§ Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun.
§ Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajeman untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan.
§ Usulan angggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari
penyusunan anggaran.
§ Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

F. JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


1. Anggaran Tradisional / Anggaran Konvensional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di
negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu:
(a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan
(b) struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.
Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah: (c)
cenderung sentralistis; (d) bersifat spesifikasi; (e) tahunan; dan (f) menggunakan
prinsip anggaran bruto. Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak
mampu mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan
bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan informasi tentang
besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai informasi tersebut,
maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan
hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
· Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism,
yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang
sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar
untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian
yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian
terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas
seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional.
Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini, seringkali pada
akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian
dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk
dilaksanakan.
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item,
program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun
sebenarnya item tersebut sudah tidak relevan dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya
menyentuh jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah
penduduk, dan penyesuaian lainnya.
· Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang
didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-
item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil
item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Karena
sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk
dilakukan penilaian kinerja secara akurat, karena satu-satunya tolok ukur yang dapat
digunakan adalah semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan dana yang
diusulkan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi alasan
adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran.
Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat penerimaan
dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan, pendapatan
dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja barang, dan
sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang
dilakukan.

Contoh anggaran tradisional


Anggaran Rumah Jompo
Belanja gaji 45.000.000
Belanja persediaan 17.000.000
Belanja makanan 11.000.000
Belanja perjalanan 3.000.000
Belanja lain – lain 9.000.000
Total 95.000.000

2. Anggaran Publik dengan Pendekatan New Public Management


Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor
publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku,
birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan
lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan
sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal
hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam
manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan New Public Management.
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma New
Public Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah di
antaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost
cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah model
pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam
pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing government”. Perspektif
baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah :
a) Pemerintahan katalis
Fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan publik. Pemerintah
harus menyediakan beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara
langsung dengan proses produksinya (producing). Produksi pelayanan publik oleh
pemerintah harus dijadikan sebagai pengecualian, dan bukan keharusan, pemerintah
hanya memproduksi pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak non-
pemerintah.
b) Pemerintah milik masyarakat
Memberdayakan masyarakat daripada melayani. Pemerintah sebaiknya
memberikan wewenang kepada masyarakat sehingga mereka mampu menjadi
masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help community).
c) Pemerintah yang kompetitif
Menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan publik.
Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat
ditingkatkan kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya.
d) Pemerintah yang digerakkan oleh misi
Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang
digerakkan oleh misi.
e) Pemerintah yang berorientasi hasil
Membiayai hasil bukan masukan. Pada pemerintah tradisional, besarnya alokasi
anggaran pada suatu unit kerja ditentukan oleh kompleksitas masalah yang dihadapi.
Semakin kompleks masalah yang dihadapi, semakin besar pula dana yang
dialokasikan.
f) Pemerintah berorientasi pada pelanggan
Memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi.
g) Pemerintahan wirausaha
Mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan.
h) Pemerintah antisipatif
Berupaya mencegah daripada mengobati. Pemerintah tradisonal yang birokratis
memusatkan diri pada produksi pelayanan publik untuk memecahkan masalah publik.
i) Pemerintah desentralisasi
Dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.
j) Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar
Mengadakan perubahan dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan
dengan mekanisme administratif (sistem prosedur dan pemaksaan). Ada dua cara
alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme administratif. Dari
keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam mengalokasi
sumberdaya. Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme administratif yaitu
menggunakan perintah dan pengendalian, mengeluarkan prosedur dan definisi baku
dan kemudian memerintahkan orang untuk melaksanakannya (sesuai dengan prosedur
tersebut). Pemerintah wirausaha menggunakan mekanisme pasar yaitu tidak
memerintahkan dan mengawasi tetapi mengembangkan dan menggunakan sistem
insentif agar orang tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat.

Perbandingan Anggaran Tradisional dengan Anggaran Berbasis Pendekatan


NPM :

Anggaran Rumah Jompo


Belanja gaji 45.000.000
Belanja persediaan 17.000.000
Belanja makanan 11.000.000
Belanja perjalanan 3.000.000
Belanja lain – lain 9.000.000
Total 95.000.000

G. PRINSIP DAN SIKLUS ANGGARAN SIKLUS PUBLIK


Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip dalam sektor publik meliputi :
· Otorisasi oleh legislatif.
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu
sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
· Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh
karena itu, adanya dana non budgetairpada dasarnya menyalahi prinsip anggaran
yang bersifat komprehensif.
· Keutuhan Anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.
· Nondiscretionary Appropriation.
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisien dan efektif.
· Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun multi
tahunan.
· Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang
dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta
dapat mengakibatkan munculnya understimate pendapatan
dan overestimatepengeluaran.
· Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak
membingungkan.
· Diketahui Publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

Siklus Anggaran Sektor Publik


Prinsip-prinsip siklus anggaran perlu diketahui dan dikuasai dengan baik oleh
penyelenggara pemerintah. Menurut Henley (1990), pada dasarnya prinsip-prinsip
dan mekanisme penganggaran relative tidak berbeda antara sector swasta dengan
sektor publik. Siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri atas :
1. Tahap persiapan anggaran.
Dilakukan dengan cara menentukan berapa anggaran yang diperlukan untuk
pengeluaran yang tentunya disesuaikan dengan penaksiran pendapatan yang diperoleh
secara akurat.
2. Tahap ratifikasi anggaran.
Melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif
dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai political
skill, salesmanship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan
mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.
3. Tahap pelaksanaan anggaran.
Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer
keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen.
4. Tahap pelaporan dan evaluasi.
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak
akan menemukan banyak masalah.

4. Akuntansi anggaran sebagai bagian dari ASP


Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran memiliki peran penting dalam organisasi sektor, publik terutama
organisasi pemerintahan. Terdapat beberapa definisi anggaran, yaitu sebagai berikut:
· Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dacapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial (Mardiasmo,
2009:61)
· Anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk finansial,
meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu, serta
usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut (Sugijanto dkk, 1995:22)
· Anggaran sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang
diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang (Bastian, 2006
:163)
Jika diperhatikan ketiga definisi di atas memiliki persamaan dan perbedaan.
Ketiga definisi tersebut sama-sama menyatakan bahwa anggaran adalah untukperiode
waktu tertentu dimasa mendatang. Hal ini menegaskan bahwa anggaran disusun atau
hanya menggambarkan kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang selama periode
waktu tertentu. Anggaran harus berisi estimasi, rencana, dan dimasa yang akan
datang yang dinyatakan dalam bentuk ukuran finansial.
Bastian (2006) dan Ulum (2008) mendukung bahwa anggaran tidak hanya
menyajikan informasi rencana penerimaan dan pengeluaran dimasa mendatang,
melainkan juga menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang sungguh-
sungguh terjadi dimasa lalu. Penyajian data ini selaras dengan fungsi anggaran
sebagai alat pengendalian dan alat penilaian kinerja.

Fungsi Anggaran Sektor Publik


A. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan sebagai:
· Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
ditetapkan.
· Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
serta alternatif pembiayaannya.
· Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun, dan
· Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
B. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
pengeluaran yang terlalu besar (overpending), terlalu rendah (underpending), salah
sasaran atau adanya penggunaan yang tidak semestinya (misspending). Anggaran
merupakan alat untuk mengawasi kondisi keuangan dan pelaksanaan program
operasional program atau kegiatan pemerintah.
C. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal
Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas kebijakan
tertentu.
D. Anggaran Sebagai Alat Politik
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk
kepentingan tertentu.
E. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi Dan Komunikasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan
seluruh bagian dalam pemerintahan.
F. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja
Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan anggaran.
G. Anggaran Sebagai Alat Motivasi
Anggaran dapat digunakan sbagai alat untuk memotivasi manajer dan staffnya
agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan
tujuan organisasi yang ditetapkan.
H. Anggaran Sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik
Fungsi ini hanya berlaku pada organisasi sektor publik, karena pada organisasi
swasta anggaran merupakan dokumen rahasia yang tertutup untuk publik.

Tujuan Dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik


Anggaran bagi sektor publik adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanana publik dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan definisi diatas dan tujuan dari anggaran sektor publik, anggaran
sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuanagan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun,
jangka pendek, menengah atau panjang.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan.
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari
penyusun anggaran.
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Prinsip-prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik


Mardiasmo (2009:67-68), Beberapa prinsip tersebut antara lain:
1. Otorisasi Oleh Legislatif.
2. Komprhensif/menyeluruh.
3. Keutuhan anggaran.
4. Nondiscretionary appropriation.
5. Periodik.
6. Akurat.
7. Jelas.
8. Transparan.
Pendekatan Penganggaran Pada Sektor Publik
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekata dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan tradisional
2. Pendekatan new publik management, yaitu:
a. Pendekatan kinerja
b. Pendekatan penganggaran program
c. Pendekatan sistem perencanaan dan penganggaran terpadu
d. Pendekatan anggaran berbasis nol

Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik


Gibran dan Sekwat (2009) menyatakan bahwa perkembangan teori
penganggaran selama ini hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk
mengalokasikan sejumlah uang, tanpa memperhatikan pertanyaan normatif dan nilai-
nilai sosial pilitik yang melingkupinya, dan hal ini sudah disadari sejak tujuh puluh
tahun yang lalu oleh V.O Key (1940). Oleh karena itu, perlu untuk dikaji ulang teori
penganggaran yang ada saat ini sehingga dirasa perlu arah alternatif baru dalam
pengembangan teori penganggaran yang akan memberikan potensi besar
terbentuknya teori penganggaran yang lebih heuristics.
Berdasarkan perjalanan historis selama ini dari perkembangan teori
penganggaran publik yang tidak lepas dari pengaruh perkembangan lingkungan
filosofis, ideologi, paradigma dan budaya pada saat teori-teori tentang penganggaran
sektor publik muncul, yang lebih menekankan pada analisis sains dan kemajuan
teknologi, sehingga menyebabkan teori penganggaran lebih bersifat rasionalitas
teknikal dan terpisah dari konteks lingkungan dan perilaku yang melingkupinya. Oleh
karena itu Gibran dan Sekwat menawarkan pedekatan alternatif baru dalam
mengembangkan teori penganggaran yaitu dengan menggunakan pendekatan teori
sistem terbuka (open system theory).

Penganggaran Dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Adapun tahapan mekanisme penganggaran kegiatan-kegiatan untuk
tercapainya SPM adalah sebagai berikut:
1. Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan program-
program urusan wajib pemerintah kedalam kebijakan umum anggaran (KUA) serta
prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS).
2. Menyususun rincian kegiatan untuk masing-masing program dalam rangka
pencapaian SPM dengan mengacu pada indikator kinerja dan batas waktu pencapaian
SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
3. Menentukan urusan prioritas kegiatan-kegiatan untuk mencapai SPM. Salah satu
metode untuk menentukan prioritas kegiatan adalah dengan metode analytic hierarchy
process (AHP).
4. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing-masing kegiatan dengan
menggunakan ASB.
5.KERANGKA KONSEPTUAL SEBAGAI ACUAN PENGEMBANGAN ASP

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Epsir Rasek

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kerangka konseptual merupakan acuan dan juga dalam pengembangan dalam


standar akuntansi dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar
tersebut. Kerangka konseptual yang dibahas akan terkait dengan proses perencanaan,
penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran, pelaporan, audit serta
pertanggungjawaban.

1. Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merupakan konsep yang mendasari


penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam sektor publik untuk kepentingan
eksternal. Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merumuskan konsep yang
mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus akuntansi sektor publik.

Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi,


ketentuan standar akuntansi itu diuji menurut unsur kerangka konseptual yang terkait.
Dalam jangka panjang, konflik semacam itu diharapkan dapat diselesaikan sejalan
dengan pengembangan standar akuntansi di masa depan.

2. tujuan dan Peranan Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan, yaitu
acuan bagi:

a. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam tugasnya.

b. Penyusun laporan keunagn untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip


akuntansi yang secara lazim dan standar akuntansi keuangan sektor publik.

c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun


sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

d. Para pemakai laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi keuangan
sektor publik.

Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sector


publik. Revisi kerangka dasar bisa dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan
pengalaman komite penyusunan standar akuntansi keuangan sektor publik dalam
penggunaan kerangka dasar tersebut

3. Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Pembahasan tentang kerangka konseptual akuntansi sektor publik ini meliputi:

Ø Perencanaan publik

Ø Penganggaran publik

Ø Realisasi anggaran publik

Ø Pengadaan barang dan jasa publik

Ø Pelaporan sektor publik

Ø Audit sektor publik

Ø Pertanggungjawaban publik
Berikut ini merupakan lingkup kerangka konseptual akuntansi sektor publik pada
organisasi sektor publik :

1. Pemerintah Pusat

· Perencanaan publik: musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang) jangka


panjang nasional, musrenbang jangka menegah nasional, musrenbang penyusunan
rencana kerja pemerintah.

· Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan


anggaran.

· Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.

· Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.

· Audit sektor publik : mekanisme audit.

· Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan pertanggungjawabanya.

2. Pemerintah Daerah

· Perencanaan publik : musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang) jangka


panjang daerah, musrenbang jangka menegah daerah, musrenbang penyusunan
rencana kerja pemerintah, musrenbang provinsi, musrenbang kabupaten,musrenbang
kecamatan, usrenbang Desa.

· Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan


anggaran.

· Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.

· Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.

· Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan

· Audit sektor publik : mekanisme audit.

· Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan pertanggungjawabanya.

3. Partai Politik
· Perencanaan Publik : musyawaro kerja tingkat pusat, musyawarah kerja wilayah,
musyawarah kerja derah, musyawarah kerja cabang, musyawarah kerja ranting.

· Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan


anggaran.

· Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.

· Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan


anggaran.

· Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.

· Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.

· Audit sektor publik : mekanisme audit.

· Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya.

4. LSM

· Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan LSM.

· Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan


anggaran.

· Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.

· Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.

· Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.

· Audit sektor publik : mekanisme audit.

· Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya

5. Yayasan/tempat peribadatan

· Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan yayasan/organisasi


tempat peribadatan.

· Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan


anggaran.
· Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.

· Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.

· Pelaporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.

· Audit sektor publik : mekanisme audit.

· Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya.

4. Asumsi Akuntansi Sektor Publik

a. Kebutuhan Masyarakat

b. Alokasi Sumber Daya

c. Ketaatan Hukum/Peraturan

d. Dasar Akrual

Untuk mencapai tujuannya, basis pelaporan keuangan sektor publik adalah


dasar akrual, dimana pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian
(dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam
catatan akunatansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan.

Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan
mengaplikasikannya dalam proses organisasi publik, sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai.

e. Kelangsungan Usaha atau Organisasi

f. Akuntabilitas Kinerja

5. Implementasi Karakteristik Kualitatif Akuntansi Sektor Publik

Karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri khusus dari sebuah mutu. Jika


diimplementasikan pada akuntansi sektor publik, karakteristik kualitatif akuntansi
sektor publik adalah ciri khas informasi akuntansi dalam organisasi sektor publik
yang berkontribusi pada penentuan kualitas produk setiap unsur akuntansi sektor
publik.

· Relevan
Relevan mengacu pada kemampuan informasi untuk mempengaruhi keputusan
pengelola organisasi, dengan mengubah atau menginformasi harapan mereka tentang
hasil, atau konsekuensi tindakan atau kejadian.

Dalam konsep kerangka konseptual akuntansi, informasi yang relevan dapat


membantu investor, kreditor, dan pengguna lainya untuk mengevaluasi kondoisi masa
lalu, saat ini dan masa depan atau untuk menginformasikan dan mengoreksi nilai
umpan balik/feedback agar relevan.

· Keandalan dan Reliabilitas

Keandalan mengacu pada kualitas informasi yang sesuai dengan kebutuhan para
peggunanya. Keandalan akan membedakan pengguna stu dengan pengguana yang
lainyatergantug pada keluasan pengetahuan tentang aturan yang digunakan untuk
mempersiapkan informasi. Dengan kata lain, di antara pengguna yang berbeda,
informasi dengan derajat keandalan yang berbeda akan ditemukan. Dalam konteks
kerangka konseptual, agar menjadi andal informasi harus dapat diuji, netral, dan
disajikan dengan jujur.

· Pertimbangan Biaya dan Manfaat

Pertimbangan biaya dan memanfaat dikenal dengan keterbatasan parpasif.


Informasi akuntansi keuangan akan dicari jika manfaat yang diperoleh dari informasi
tersebut melebihi biayanya. Oleh karnanya, sebelum mempersiapkan dan
mendeseminasikan informasi keuangan, manfaat serta biaya penyiapan informasi itu
harus dibandingkan.

· Materialitas

Mateialitas dianggap sebagai ambang pengakuan. Pada dasarnnya materialitas


adalah pertimbangan yang harus diberikan atau tidak tentang informasi yang
signifikan dan berdampak besar terhadap keputusan yang diambil.

5.1 Kualitas Perencanaan Publik

Pada tahap perencanaan, biasanya akan tercipta dokumen perencanaan yag


sangat penting dan menentukan dalam menghasilkan outcome. Jadi, melalui sistem
kualitas perencanaan diharapkan dapat dihasilkan outcome yang berkualitas. Yang
dimaksud dengan kualitas perencanaan adalah sebuah prosedur yang mendefenisikan
kualitas terkait dengan tugas ketika proyek baru mulai digarap untuk memenuhi
kualitas yang disyaratkan.

Agar perencanaan efektif, ada banyak hal yang sering kali menjadi halangan seperti:

· Kegagalan manajemen dalam memahami system yang tengah terjadi di sekitar area
organisasi.

· Kurangnya dukungan manajemen terhadap system perencanaan. Pimpinan kurang


mendukung dan berperan serta dalam segala kegiatan.

· Kegagalan memahami peran penting perencanaan dalam proses manajemen.

Outcomer dari proses perencanaan public adalah dokumen perencaan yang


mayoritas terbagi menjadi dokumen perencanaan jangka pendek (datu tahun),
dokumen perencanaan jangka menengah (lima tahun) , dan dokumen perencanaan
jangka panjang (dua puluh lima tahun).

Karakteristik kualitatif dari kualitas output perencanaan publik

· Dapat dipahami

· Relevan

5.2 Kualitas Penganggaran Publik

Salah satu permasalahan utama dalam penyusunan kualitas anggaran adalah


pemikiran manajemen yang tidak mempunyai nilai tambah bagi kualitas
organisasi.manajemen tidak mempertimbangkan permasalahan organisasi yang ada
jika tidak ada kualitas anggaran. Penyelenggaraan kegiatan organisasi yang menjadi
kewenangan organisasi didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja
organisasi. Penyusunan anggaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan
berikut:

· Berdasarkan program.

· Berdasrkan pust pertanggungjawaban, pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi.

· Sebagai alat perencanaan dn pengendalian.

· Sebagai alat motivasi kinerja karyawan.

Outcome penganggaran publik:


· Rencana kerja anggaran

· Raperda RAPBD

· Nota RAPBD

· Pera APBD

· Surat Keputusan Kepala Daerah Tentang enjabaran APBD

· Karakteristik kualitatif kualitas output penganggaran public yaitu dapat


dibandingkan.

5.3 Kualitas Realisasi Anggaran Publik

Tujuan proses realisasi anggaran adalah mengembangkan produk dan layanan


yang harus diberikan kepada publik. Kesimpulan hasil realisasi anggaran diperoleh
pada saat produk organisasi telah secara tuntas dikembangkan/dibangun, diuji,
diterima, dilaksanakan, dan dialihkan menjadi kinerja organisasi. Pada saat itu, proses
pencatatan dilaksanakan secara akurat. Kualitas realissi anggaran merupakan hasil
pencapaian kinerja organisasi.

Unsur-unsur dalam pengelolaan berbasis kegiatan yang dapat menjadi penentu


kualitas pelaksanaan realisasi anggaran public adalah sebagai berikut:

· Pengembangan kasus usaha

· Menentukan prioritas

· Menyediakan pembenaran biaya

· Menemukan manfaat

· Mengukur kinerja untuk perbaikan yang sedang berlangsung

Dua karakteristik kualitatif dari kualitas output realisasi anggaran public, yaitu
dapat dipahami dan terandalkan.

5.4 Kualitas Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang dan jasa merupakan penambahan barang dan/jasa dengan
total biaya kepemilikan yang paling masuk akal, dalam kuantitas dan kualitas yang
benar, pada waktu yang tepat , dan dari sumbre yang tepat untuk memperoleh
manfaat secra langsung.

· Tahapan pengadaan barang dan jasa

· Pengumpulan informasi

· Hubungan penyedia

· Review latar belakag

· Nogosiasi

· Pemenuhan

· Konsumsi, pemeliharaan, dan penyelesain

· pembaharuan

5.5 Kualitas Pelaporan Sektor Publik

Outcome pelaporan akuntansi sektor publik

· Laporan posisi keunagan(neraca)

· Laporan kinerja keuangan

· Laporan perubahan aktiva

· Laporan arus kas

· Kebijakan akuntansidan catatan atas laporan keuangan

· Karakteristik kualitatif pelaporan sektor publik

· Dapat diperbandingkan

· Tepat waktu

· Keseimbangan antara biaya dan manfaat

· Keseimbangan antara karakteristik dan kualitatif


· Penyajian yang wajar

5.6 Kualitas Audit Sektor Publik

Ditujukan untuk mnguji efektifitas sistem pengelolaan kualitas Outcome audit


akuntansi sektor publik.

· Pendekatan yang diambil oleh manajemn

· Kontribusi yang dibuat oleh komite audit

· Peran ”shareholder” dan kometator

· Peran orang yang mengajukan perkara

· Pendekatan regulasi

· Tekanan yang disebabkan rezim akuntansi pelaporan.

Karakteristik kualitaif kualitas output audit sektr publik

· Dapat dipahami

· Relevan

· Keandalan

· Dapat dibandingkan

5.7 Kualitas pertanggungjawaban Publik

Laporan pertanggungjawaban tahunan mencerminkan misi utam


organisasi,inisiatif utama untuk mmebwa misi dan kinerja pelaksanaan yang menjadi
tanggung jawabnya.

Outcome pertanggungjawaban publik

· Mempersiapkan dan menyusun rencana strategik

· Merumuskan visi, misi, faktor-faktorkunci keberhasilan, tujuan,sasaran, strategi


organisasi publik
· Merumuskan indikator kinerja organisasi publik dengan berpedoman pada kegiatan
yang dominan, menjadi isu global dan kritis bagi pencapaian visi dan misiorganisasi
sektor publik

· Memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokokdsn fungsi dengan seksama

· Mengukur pencapian kerja

Karakteristik kualitatif kualitas output pertanggungjawaban publik

· Dapat dipahami

· Relevan

6. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik

Berbagai dasar pengakuan tersebut adalah;

a. Biaya Historis (historical cost)

b. Biaya Saat ini (current cost)

c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/sattlement value)

d. Nilai sekarang (present value)

6.1 Faktor yang berpengaruh dalam Pengakuan dan Pengukuran Transaksi


Publik

· Probabilitas Manfaat Ekonomi Masa Depan

Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep probabilitas digunakan dalam


pengertian derajat ketidakpastian. Manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan
dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam organisasi. Konsep tersebut
dimaksudkan utuk menghadapi ketidakpastian lingkungan operasi organisasi.

· Kendala Pengukuran

Kriteria pos kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang dapat diukur dengan
tingkat kendala tertentu (reliable) contohnya hasil yang diharapkan dalam tututan
hukum dapat memenuhi definisi baik aktfa, pendapatan, maupun kriteria probabilitas
agar dapat diakui. Namun jika tidak mungkin diukur dengan tingkat kendala tertentu,
tuntutan tersebut tidak dapat diaui sebgai aktiva atau pendapatan. Eksistensi tuntutan
harus diungkapkan dalam catatan materi penjelasan atau skedul tambahan.

· Aktiva

Aktiva akan diakui dalam posisi keuangan jika manfaat ekonomisnya dimasa depan
atau jas apotensialnya kemungkinan besar akan diperoleh organisasi, dan aktiva
tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.

· Kewajiban

Keewajiban diakui dalam laporan osisi keunagan jikapengeluaran sumberdaya yang


membrikan manfaat ekonomi kemungkinan besar akan dilakukan untuk mnyelasiakna
kewajiban (obligation) sekarang, dan jumlah yang harus diselsesaikan dapat diukur
dengan andal.

· Ekuitas

Ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam laporan posisi keuanagn dimana


relevansi pengklasifikasianya terjadia apabila pos tersebut mengidentifikasikan
pembatasan hukum atau pembatasan lainya atas kemamampuan organisasi.

· Pendapatan

Pendapatan diakui dalam laporan kinrja keuangan jika kenaikan manfaat ekonoi
dimasa yang akan dtang yang berkaitan dengan penigkatan aktiva atau penurunan
kewajiban, telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

· Biaya

Biaya diakui dalam laporan kinerja keuanagan berdasarkan hubungan langsung antar
biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai