MAKALAH
“Pelaporan Keuangan Sektor Publik”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Andi Mia Agritha C 301 18 471
Puji syukur kehadirat Allah Subhanah Wa Ta’ala karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya, kami sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema
“Laporan Keuangan Sektor Publik” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan
tugas mata kuliah “Akuntansi Sektor Publik”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu Kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, dan
pada intinya untuk memeperbaiki kekurangan-kekurangan yang dibahas dalam
makalah ini, sehingga dimasa yang akan datang akan lebih baik lagi. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB II Pembahasan
Kesimpulan ...............................................................................................................
Daftar Pustaka ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan keuangan sektor publik tidak dapat disamakan dengan laporan keuangan
di sektor swasta baik format maupun elemennya, karena organisasi sektor publik
memilki batasan-batasan berupa pertimbangan non-moneter, seperti pertimbangan
sosial dan politik.
Basis kas dan akrual merupakan dua titik ujung dari sebuah spektrum basis
akuntansi dan anggaran yang mungkin untuk diterapkan. Basis kas pada awalnya
telah diterapkan secara tradisional di berbagai negara untuk aktivitas sector public.
Namun, pada awal tahun 1990-an telah muncul laporan keuangan dan anggaran
berbasis akrual yang pertama kalinya di dunia yaitu di New Zealand. Kemudian
dalam perkembangan satu dekade berikutnya, telah terjadi perubahan besar dalam
penggunaan basis akuntansi dari basis kas menuju/menjadi basis akrual di negara-
negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)
meskipun masih terdapat perbedaan derajat akrual-nya diantara negara-negara
tersebut (digambarkan dalam tabel-1). Penggunaan basis akrual telah menjadi salah
satu ciri dari praktik manajemen keuangan modern (OECD-PUMA/SBO, 2002/9).
Penggunaan basis akrual tidak hanya untuk penyusunan laporan keuangan, di
beberapa negara telah menggunakan basis akrual baik untuk penyusunan laporan
keuangan maupun untuk penganggaran (misalnya, Selandia Baru, Australia,
Inggeris). Di negara-negara anggota OECD, basis akrual sejauh ini lebih banyak
diterima untuk pelaporan keuangan dari pada untuk tujuan penganggaran. Dua alasan
yang sering dikemukakan atas hal ini adalah pertama, penganggaran secara akrual
dipercaya akan menimbulkan risiko disiplin anggaran. Keputusan politik untuk
mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan kapan pengeluaran itu dilaporkan dalam
anggaran. Hanya basis kas yang dapat memenuhi hal tersebut. Alasan kedua, yaitu
bahwa legislator cenderung resisten untuk mengadopsi anggaran akrual karena
kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri (OECD-PUMA/SBO, 2002/10).
Tabel 1
Status Akuntansi dan Penganggaran Akrual di Negara-Negara Anggota
OECD
No Nama Negara Akuntansi Akrual Laporan Penganggaran
untuk Individual Konsolidasian Akrual
Departemen/Lbg Akrual
Anggota G 7-
Ekonomi
1 Kanada Sejak, T.A. 2002 Sejak, T.A. Ya
2002
2 Perancis Sedang Beberapa, ESA 95.
dikenalkan akrual Dimaksudkan
penuh sedang untuk
dikenalkan. berpindah ke
akrual
basis
modifikasian
3 Jerman Laporan Kas, Tidak ESA 95. Dalam
didukung dengan persiapan
informasi akrual
4 Itali Ya Ya ESA 95. Ya
5 Jepang Ya Dikenalkan Tidak
6 Inggris Sejak, T.A. 2000 Sejak, T.A. ESA 95. Sejak
2006 2002
7 Amerika Serikat Sejak, T.A. 1998 Sejak, T.A. Beberapa
1998
· Aspek perencanaan
· Aspek pengendalian
· Aspek akuntabilitas
- Anggaran Modal
Anggaran bagi sektor publik adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanana publik dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan definisi diatas dan tujuan dari anggaran sektor publik, anggaran
sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuanagan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun, jangka pendek, menengah atau panjang.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan.
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih
tinggi dari penyusun anggaran.
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
2.4.4 Prinsip-prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik
Mardiasmo (2009:67-68), Beberapa prinsip tersebut antara lain:
1. Otorisasi Oleh Legislatif.
2. Komprhensif/menyeluruh.
3. Keutuhan anggaran.
4. Nondiscretionary appropriation.
5. Periodik.
6. Akurat.
7. Jelas.
8. Transparan.
2.4.5 Pendekatan Penganggaran Pada Sektor Publik
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekata dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan tradisional
2. Pendekatan new publik management, yaitu:
a. Pendekatan kinerja
b. Pendekatan penganggaran program
c. Pendekatan sistem perencanaan dan penganggaran terpadu
d. Pendekatan anggaran berbasis nol
1. Perencanaan publik
2. Penganggaran publik
3. Realisasi anggaran publik
4. Pengadaan barang dan jasa publik
5. Pelaporan sektor publik
6. Audit sektor publik
7. Pertanggungjawaban publik
1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Daerah
3. Partai Politik
4. LSM
5. Yayasan/tempat peribadatan
a. Kebutuhan Masyarakat
c. Ketaatan Hukum/Peraturan
d. Dasar Akrual
Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus dilaksanakan. Hal ini
dilakukan dengan mengaplikasikannya dalam proses organisasi publik,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
f. Akuntabilitas Kinerja
· Relevan
· Materialitas
· Kendala Pengukuran
Kriteria pos kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang dapat diukur
dengan tingkat kendala tertentu (reliable) contohnya hasil yang diharapkan
dalam tututan hukum dapat memenuhi definisi baik aktfa, pendapatan,
maupun kriteria probabilitas agar dapat diakui. Namun jika tidak mungkin
diukur dengan tingkat kendala tertentu, tuntutan tersebut tidak dapat diaui
sebgai aktiva atau pendapatan. Eksistensi tuntutan harus diungkapkan dalam
catatan materi penjelasan atau skedul tambahan.
· Aktiva
Aktiva akan diakui dalam posisi keuangan jika manfaat ekonomisnya dimasa
depan atau jas apotensialnya kemungkinan besar akan diperoleh organisasi,
dan aktiva tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.
· Kewajiban
· Ekuitas
· Pendapatan
Pendapatan diakui dalam laporan kinrja keuangan jika kenaikan manfaat
ekonoi dimasa yang akan dtang yang berkaitan dengan penigkatan aktiva
atau penurunan kewajiban, telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
· Biaya
Kesimpulan
Daftar Pusaka
https://dedesyaifil.blogspot.com/2016/10/pengertian-keuangan-negara-dan-
keuangan.html, https://ismail125cc.blogspot.com/2014/10/akuntansi-sektor-publik-
anggaran.html, http://efsir.blogspot.com/2013/03/kerangka-konseptual-akuntansi-
sektor.html
Tren Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam sektor pemerintah terus berkembang
di berbagai negara di dunia, diawali oleh negara-negara anggota OECD (Organisation
for Economic Co-operation and Development) misalnya Inggris, Kanada, Amerika
Serikat, Australia dan Selandia Baru. Banyak hal yang melatarbelakangi
perkembangan basis akrual tersebut. Negara-negara OECD menilai bahwa
penggunaan basis akrual akan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi
laporan keuangan yang kemudian berguna dalam pengambilan keputusan serta
akuntabilitas publik. Dengan semakin berkualitasnya informasi yang didapatkan,
maka pemerintah akan dapat mengambil keputusan yang efisien dan efektif di dalam
pengelolaan keuangan negara. Selain hal tersebut informasi keuangan yang akuntabel
dan transparan pasti akan sangat mendukung proses pengawasan secara tepat.
Perpindahan ke basis akrual adalah proyek besar yang melibatkan banyak
tantangan dan isu-isu baik isu teknis maupun budaya. Dalam PSC Study 14
”Transition to the Accrual Basis of Accounting: Guidance for Governments and
Government Entities” yang diterbitkan pada bulan April 2002, memberikan panduan
untuk membantu pemerintah dan lembaga pemerintah yang ingin bermigrasi ke dasar
akrual akuntansi. Secara lebih mendalam, Study 14 Public Sector Committee (2002)
menyatakan bahwa pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan
pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan
pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai
dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang
sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah
untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumberdaya masa depan
dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya tersebut.
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui mengenai isu-isu
dalam masa transisi penerapan akuntansi berbasis akrual pada sektor pemerintah di
negara-negara OECD. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana penerapan basis
akrual serta strategi atau langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah agar
dapat menerapkan basis akrual penuh dalam laporan keuangannya.
Di ranah internasional, proses transisi dari basis kas ke akrual telah dimulai
jauh sejak tahun 70-an oleh Chile, yang diikuti oleh New Zealand pada tahun 1990
dan USA serta Australia pada tahun 1997. Pada era 2000, langkah ini diikuti oleh
hampir 22 negara dari 30 negara anggota OECD, kemudian disusul oleh Malaysia dan
Tanzania, pada tahun 2001 oleh Inggris dan Kanada, tahun 2003 oleh Afrika Selatan
dan di tahun 2005 oleh Negara-negara anggota Uni Eropa. Akan tetapi, meskipun
telah banyak negara telah memulai usaha untuk melakukan proses transisi ini,
sebagian besar Negara-negara di dunia lebih menerapkan politik “wait and see”
mengenai proses transisi ini. Sikap “wait and see” yang diambil oleh sebagian besar
negara-negara ini disebabkan oleh masih terjadinya perdebatan akan pertimbangan
besarnya biaya/resiko dan manfaat yang akan diperoleh dari proses transisi ini. IFAC
dan European Federation of Accountant telah memberi peringatan kepada negara-
negara yang akan dan telah melakukan proses transisi ini untuk lebih memperhatikan
kondisi, prioritas dan karakter lokal negara masing-masing, selain pentingnya pra-
kondisi yang diperlukan untuk keberhasilan implementasi transisi. Di lain pihak,
organisasi penyusun standar akuntansi internasional sendiri seperti IFAC dan IPSAS
meski telah mengalami banyak kemajuan dalam menyusun standar akuntansi
internasional dengan dasar akrual, masih belum mampu menghasilkan standar yang
lengkap dan komprehensif.
Negara sebagai suatu entitas akuntansi sektor publik memiliki keunikan bila
dibandingkan dengan perusahaan pada sektor swasta. Hal ini berkaitan dengan
perbedaan sifat aset yang dimiliki dan tujuan penggunaan aset tersebut. Beberapa aset
milik negara yang tidak dimiliki oleh perusahaan yang bergerak dalam sektor swasta
antara lain aset berupa barang bersejarah, alat-alat militer, dan infrastruktur yang
dimanfaatkan oleh publik.
1. Penilaian dan pencatatan atas aset-aset bersejarah. Atas aset bersejarah
tidak dapat dilakukan penilaian dan pencatatan sebagaimana dilakukan oleh
perusahaan yang bergerak dalam sektor swasta. Dari sudut pandang teknis,
aset bersejarah mempunyai siklus hidup yang lebih lama dibandingkan
dengan aset lain pada umumnya. Nilai aset bersejarah tidak berkurang dari
waktu ke waktu bahkan cenderung bertambah. Selain itu biaya
perolehannya tidak relevan untuk dicantumkan dalam laporan keuangan,
karena umumnya tidak diketahui. Penggunaan nilai pasar untuk melakukan
penilaiannya juga tidak memungkinkan, karena benda bersejarah tidak
dapat dan tidak boleh diperjualbelikan dengan alasan apapun. Nilai
penggantian juga tidak memungkinkan untuk diberikan karena nilai aset
bersejarah tersebut tidak tergantikan.
2. Penilaian dan pencatatan atas aset peralatan militer. Peralatan militer
umumnya memiliki nilai yang sangat tinggi dan mempunyai kecenderungan
untuk rusak, hancur, atau hilang sewaktu-waktu akibat dari penggunaannya
dalam latihan atau perang yang sesungguhnya. Masalah timbul ketika
peralatan militer itu digunakan dan akibat penggunaan tersebut, peralatan
militer rusak, hancur, atau hilang. Maka atas peralatan tersebut harus
dilakukan penghapusan dalam pembukuan. Hal ini menyebabkan
pencatatan beban yang besar yang menimbulkan kesan bahwa pemerintah
mempunyai kinerja yang buruk.
3. Penilaian dan pencatatan atas aset infrastruktur. Aset milik negara berupa
infrastruktur memiliki kesulitan sendiri dalam penilaiannya. Aset
infrastruktur diharapkan memiliki masa manfaat yang sangat panjang, atau
diharapkan memiliki masa manfaat seumur hidup. Dengan demikian ketika
suatu asset infrastruktur telah dikapitalisasi, perlu dilakukan depresiasi
setiap tahunnya. Hal demikian cukup menyulitkan karena masa manfaat
sebagai dasar penghitungan depresiasi tidak dapat ditentukan. Kesulitan
kedua adalah penilaian atas aset infrastruktur menggambarkan adanya
pengeluaran pemeliharaan yang akan timbul di masa yang akan datang. Bila
suatu asset dibukukan, maka akan timbul biaya pemeliharaan sehubungan
dengan aset yang dicatat tersebut setiap tahunnya. Beban pemeliharaan
tersebut mengurangi fleksibilitas dalam penganggaran karena biaya tersebut
harus dianggarkan setiap tahun, tidak boleh ditiadakan pada tahun tertentu.
Kesulitan ketiga adalah kesulitan dalam menentukan nilai perolehan dari
aset infrastruktur tersebut. Permasalahan penilaian perolehan tersebut mirip
dengan kesulitan yang dialami ketika melakukan penilaian terhadap aset-
aset bersejarah.
Langkah–langkah Implementasi Basis Akrual (Best Practices)
2.3.1. Berdasarkan Rekomendasi Asian Development Bank.
Asian Development Bank dalam makalah berjudul “Accrual Budgeting and
Accounting in Government and its Relevance for Developing Member Countries”
memberikan tujuh rekomendasi bagi negara berkembang dalam menerapkan akrual
basis, yaitu:
1. Kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan akrual basis.
Terdapat dua model utama dalam menerapkan akrual basis yakni model big bang dan
model bertahap. Pendekatan model big bang – seperti yang telah dicontohkan oleh
negara Selandia Baru untuk seluruh unit pemerintahan – dilakukan dalam jangka
waktu yang sangat singkat. Keuntungan pendekatan ini adalah mendukung terjadinya
perubahan budaya organisasi, cepat mencapai tujuan, dan dapat menghindari risiko
kepentingan, meskipun mengandung kelemahan, seperti beban kerja menjadi tinggi,
tidak ada waktu untuk menyelesaikan masalah yang mungkin timbul, dan komitmen
politik yang mungkin bisa berubah. Kesuksesan penerapan di Selandia Baru karena
tiga faktor yang mendukung yakni adanya krisis fiskal, dukungan dari para politisi
dan adanya reformasi birokrasi yang memberikan fleksibiltas kepada SDM.
Alternatif lain yakni pendekatan bertahap, seperti yang dicontohkan oleh pemerintah
federal Amerika Serikat. Keuntungan pendekatan ini adalah dapat diketahuinya
permasalahan yang mungkin timbul dan cara penyelesaiannya selama masa transisi,
basis kas masih dapat dilakukan secara paralel untuk mengurangi resiko kegagalan.
Sedangkan kelemahannya adalah akan membutuhkan banyak sumberdaya manusia –
karena menerapkan dua basis secara paralel, perubahan budaya organisasi tidak
terjadi, dan hilangnya momentum penerapan akrual basis.
1. Komitmen politik merupakan salah satu kunci penting.
Komitmen politik dalam penerapan basis akrual bagi negara berkembang menjadi
sangat esensial, sehingga komitmen politik ini diperlukan untuk menghilangkan
adanya kepentingan yang tidak sejalan.
1. Tujuan yang ingin dicapai harus dikomunikasikan
Hasil dan manfaat yang ingin dicapai dengan penerapan basis akrual harus secara
intens dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
1. Perlunya tenaga akuntan yang andal.
Tenaga akuntan yang profesional akan sangat diperlukan untuk rekruitmen dan
pelatihan yang cukup. Kekurangan tenaga akuntan akan menyebabkan penundaan
penerapan akrual basis pada akuntansi pemerintah, seperti yang terjadi di Kepulauan
Marshall.
1. Sistem informasi akuntansi harus memadai
Informasi akuntansi berbasis kas merupakan titik penting dalam pergantian basis ke
akrual. Jika suatu negara belum memiliki sistem akuntansi berbasis kas yang dapat
diandalkan, maka negara tersebut terlebih dahulu berkonsentrasi pada peningkatan
sistem dan proses yang telah ada, sebelum mempertimbangkan perpindahan ke
akuntansi akrual.
1. Badan audit tertinggi harus memiliki sumberdaya yang tepat
Badan Audit memegang kunci yang sangat penting dalam penerapan basis akrual.
Dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk melakukan profesionalisme tenaga audit
seperti yang dilakukan di Negara Fiji dan Selandia Baru.
1. Penerapan basis akrual harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi
Penerapan basis akrual tidak boleh hanya dilihat sebagai masalah teknik akuntansi
saja, tetapi penerapan ini membutuhkan perubahan budaya organisasi dan harus
merupakan bagian dari reformasi birokrasi secara menyeluruh. Informasi yang
dihasilkan dengan basis akrual akan menjadi berharga dan sukses apabila informasi
yang dihasilkan digunakan untuk dasar membuat kebijakan publik yang semakin
baik. Perubahan ini tidak secara otomatis terjadi, tapi perlu secara aktif dipromosikan
secara kontinyu.
Transisi menuju basis akuntansi akrual merupakan sebuah proyek utama bagi
kebanyakan pemerintah, seperti halnya proyek skala besar yang memerlukan
perencanaan dan pengelolaan cermat. Berdasarkan Guidance Transition to Accrual
Basis by IFAC, transisi ini kemungkinan besar akan lancar dan lebih cepat ketika
fitur berikut ini dapat terpenuhi:
1. Mandat yang jelas;
Adanya suatu kebutuhan untuk mandat yang jelas dari pemerintah yang menyatakan
apa yang menjadi cakupan reformasi, waktu yang diharapkan dan kewenangan
berbagai badan pemerintah untuk memulai perubahan yang diperlukan. Sebuah
mandat yang jelas yang memberikan kekuatan bagi pejabat dan entitas terkait untuk
memprakarsai perubahan dan mengawasi reformasi.
2. Komitmen politik;
Mengubah dasar akuntansi memerlukan sumber daya yang cukup. Jika komitmen
politik tidak ditetapkan pada awal proses, ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
dalam proses selanjutnya dapat mengakibatkan sumber daya yang terbatas menjadi
terbuang.
3. Komitmen entitas pusat dan pejabat kunci;
Salah satu alasan diperlukannya dukungan aktif dan kepemimpinan dari para pejabat
pemerintah dan politisi puncak adalah karena perubahan basis akuntansi, bersama
dengan reformasi manajemen keuangan lainnya seperti devolusi kewenangan untuk
sumber daya, melibatkan struktur kekuasaan. Orang-orang penting ini berperan
sebagai “pemecah masalah” ketika ada yang salah. Meskipun orang-orang tersebut
penting, perlu untuk menjaga risiko terhadap kegagalan proyek jika orang kunci
menarik dukungan atau tidak lagi bersedia.
4. Sumber daya yang memadai (manusia dan keuangan);
Berbagai keterampilan diperlukan untuk mengelola perubahan ke basis akrual
akuntansi. Identifikasi terhadap jenis-jenis keterampilan yang dibutuhkan, dan
perencanaan untuk memastikan ketersediaan keterampilan sangat penting bagi
keberhasilan transisi. Entitas umumnya memerlukan : Individu dengan pemahaman
dan pengalaman dalam masalah kebijakan akuntansi, individu dengan kemampuan
untuk merekam data dalam sistem akuntansi akrual, pendanaan untuk sumber daya
tambahan yang diperlukan, termasuk staf tambahan, akuisisi ketrampilan khusus, dan
pengembangan serta instalasi keuangan sistem informasi.
5. Struktur manajemen proyek yang efektif;
Dimana:
AC (ps) = Accounting Changes ( implementasi basis akrual pada sektor publik (ps) )
F = Function
SAI = Specific Accounting Issues (identifikasi dan penilaian aset, registrasi aset,
entitas pelapor, dll)
Lain halnya menurut Khan dan Mayes (2007), kondisi yang harus dicapai untuk
suksesnya penerapan basis akrual adalah :
1. Sistem akuntansi basis kas yang memadai ( CABS )
Sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data basis kas yang bisa diandalkan
merupakan basis penting untuk memulai penerapan kerangka basis akrual. Negara
yang tidak memiliki sistem ini harus fokus terlebih dahulu pada perbaikan sistem dan
proses yang dimiliki, sebelum memutuskan untuk menerapkan akuntansi akrual
2. Kepemilikan politik ( PO )
Dukungan oleh eksekutif tertinggi merupakan hal yang penting dalam rencana
memperkenalkan akuntansi akrual
3. Kapasitas teknis ( TC )
Pengalaman negara lain memberitahukan bahwa kurangnya sumber daya teknis yang
memadai dapat menjadi halangan besar bagi kesuksesan implementasi akuntansi
akrual
4. Sistem ( Sy )
Walaupun, secara teori, akuntansi basis kas atau akrual dapat diterapkan dengan cara
manual maupun sistem elektronik, dalam prakteknya, sangat tidak disarankan bagi
pemerintah untuk menerapkan basis akrual penuh tanpa dibantu oleh sistem informasi
manajemen keuangan pemerintah ( GFMIS ) yang dapat diandalkan.
Disimpulkan secara matematis, model Khan dan Mayes bisa dirumuskan sebagai
berikut :
Hingga tahun 2000, sistem akuntansi sektor publik di Rumania masih menggunakan
dasar kas di mana di tingkat institusi lokal ditandai oleh adanya kesalahpahaman
penggunaan istilah beban dan biaya, pendapatan dan arus masuk kas, skill aparatur
yang rendah dan aktivitas yang terlalu terstandarisasi. Proses transisi sistem akuntansi
di Rumania melibatkan beberapa penyesuaian yang meliputi:
1. Penggunaan dasar akrual untuk persediaan, piutang (pajak, kontribusi sosial
dan bunga) dan hutang. Hal ini diperlukan untuk mengetahui besarnya
beban pada periode tertentu di luar biaya yang benar-benar dikeluarkan.
2. Penggunaan metode Full Depreciation pada aktiva tetap. Hal ini diperlukan
untuk melakukan pembebanan biaya terhadap aktivitas yang melibatkan
penggunaan, konsumsi dan keusangan aktiva tetap, yang kadang
merupakan komponen biaya yang signifikan bagi aktivitas sektor publik
yang bersifat capital intensive.
3. Pengukuran normal profit yang melibatkan biaya modal (cost of capital).
Hal ini diperlukan untuk mengetahui besarnya return on investment dalam
penggunaan dana fixed dan working capital.
4. Revaluasi aset yang memperhitungkan inflasi. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui besarnya nilai sekarang dari aset dan besarnya nilai sekarang
dari penyusutan aktiva tetap. Hal ini juga mempengaruhi proses
penghitungan nilai return on investmentjika diungkap sebagai prosentase
atas biaya riil (atau juga opportunity cost) dari modal.
Dalam Sistem Akuntansi Sektor Publik yang baru, yang menggunakan dasar akrual,
ketentuan dalam IPSAS no 1 tentang Pelaporan Keuangan diadopsi secara penuh.
Studi dilakukan dalam dua periode, periode pertama dilakukan sebelum pelaksanaan
sistem yang baru, dilakukan untuk melihat kesiapan pelaksanaan, baik kesiapan fisik
maupun non fisik. Periode kedua dilaksanakan setelah pelaksanaan sistem yang baru
untuk melihat keberhasilan dan masalah yang timbul dan kemudian bersama-sama
berusaha dipecahkan bersama.
2.4.2. Perancis
Proses Transisi Akuntansi
Perancis adalah salah satu negara yang telah mengadopsi basis akrual dalam laporan
keuangannya. Proses perubahan basis akuntansi pada laporan keuangan pemerintah
Perancis telah dirintis sejak awal tahun 80an. Diawali dengan Local Government Act
tahun 1982 dimana pemerintah lokal di Perancis diberikan otonomi dan kewenangan
yang lebih luas dibanding sebelumnya. Otonomi dan kewenangan yang lebih luas
tersebut memiliki konsekuensi meningkatnya tuntutan pertanggungjawaban atas
kewenangan terutama pertanggungjawaban atas sumber daya yang terlibat. Untuk itu
dirasa perlu dibuat sebuah kerangka pelaporan yang baru untuk mengakomodir hal
tersebut.
Salah satu tonggak penting implementasi basis akrual pada akuntansi pemerintah
Perancis adalah disahkannya Anggaran Rumah Tangga Konstitusional pada Undang-
Undang Penganggaran (LOLF) pada 1 Agustus 2001. LOLF ini adalah perbaikan atas
aturan pengganggaran dan akuntansi yang sudah ada sejak tahun 1959. Setelah lebih
dari empat tahun, LOLF benar-benar dapat diadopsi pada tahun 2006. LOLF secara
luas telah mereformasi penganggaran menjadi lebih jelas dan transparan. Salah satu
poin yang dibahas dalam LOFL adalah pengembangan akuntansi berbasis akrual pada
akuntansi pemerintah.
“The general public accounting system is based on the accrual basis principle.
Transactions are entered for the fiscal year to which they apply, regardless of their
date of payment or collection.
The rules applicable to general public accounting only differ from those applicable to
companies in terms of the specific nature of government action.
They are decided on following an opinion from a committee of public and private
experts as provided in the budget act. This opinion is communicated to the National
Assembly and Senate finance committees and is published.”
Pada article 30 tersebut secara jelas dinyatakan bahwa akuntansi publik didasarkan
pada basis akuntansi akrual. Secara umum basis akrual yang diadopsi pada akuntansi
pemerintahan sama dengan basis akrual pada akuntansi sektor swasta. Namun pada
beberapa aktivitas yang memiliki karakter spesifik, terdapat perbedaan. Kegiatan
yang memiliki karakter spesifik antara lain infrastruktur, ketetapan penerimaan pajak,
dll. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) juga mengakui
kebutuhan adaptasi prinsip pada kasus tertentu yang memiliki sifat khusus aktivitas
public.
1. Pendirian Komite yang Independen
Pada tahun 2002, didirikan sebuah komite yang bernama The Committee for Public
Accounting Standards (CPAS). Komite tersebut berisikan berbagai professional dan
ahli, termasuk para direktur perusahaan swasta, akuntan sektor swasta, professor dan
praktisi serta orang-orang lain yang memiliki pengalaman di bidang akuntansi akrual.
Tugas utama komite ini adalah untuk mereviu dan mengesahkan standar akuntansi
public baru yang diusulkan oleh Kementrian Keuangan. Setelah reviu dan penilaian
pertama, standar yang telah dimodidikasi bersama dengan komentar dari CPAS akan
diserahkan pada National Accounting Council (NAC), yang adalah pembuat standar
akuntansi untuk sektor swasta. NAC akan memastikan apakah standar akuntansi
publik telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum atau tidak. Setelah
disetujui oleh NAC, standar baru akan diaplikasikan pada akuntansi pemerintah
pusat.
Standar yang diadopsi diimplementasikan oleh gugus tugas lainnya. Gugus tugas ini
akan mengusulkan modifikasi yang diperlukan pada praktek dan proses yang ada
pada semua bidang yang relevan. Gugus tugas akan bekerja dengan kementrian untuk
mengimplementasikan perubahan. Gugus tugas ini juga berada di bawah kewenangan
Direktorat Penganggaran dan Akuntansi Publik.
Aktivitas dua gugus tugas tersebut (persiapan standard dan implementasi standar)
akan diarahkan, dan dikoordinasikan oleh steering committee yang berisi terutama
oleh kepala Direktorat Penganggaran dan Akuntansi Publik.
1. Identifikasi Area kunci
– Transaksi penyesuaian
Sebagai bagian dari inisiatif FIS, pemerintah Kanada bermaksud untuk mengubah
dasar akuntansinya dari basis modifikasi akrual saat ini menuju akuntansi akrual
penuh, termasuk kapitalisasi aktiva tetap.
Berdasarkan isu-isu yang terjadi dan best practise dari pemerintah Kanada dalam
usahanya mengubah dasar akuntansi ke akrual penuh dapat digolongkan kedalam 4
(empat) kategori sebagai berikut :
1. Policies;
2. People; and
3.
4. Cost and Benefit
1. Policies
Sebuah pelajaran penting dipelajari oleh Kanada yang telah diubah dengan akuntansi
akrual penuh adalah bahwa banyak persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai
konversi, diantaranya adalah :
mengumpulkan informasi mengenai aset modal, dan dengan akurat
mengidentifikasi aset modal tersebut sedini mungkin;
memastikan bahwa mereka yang menggunakan sistem, terutama staf
akuntansi, memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntansi akrual, baik
melalui rekrutmen atau pelatihan ekstensif;
melakukan perubahan organisasi yang mungkin diperlukan untuk
memastikan, sedapat mungkin, bahwa pembelian, manajemen aset dan fungsi
akuntansi yang terintegrasi di bawah sistem baru, dan
memastikan bahwa ada beberapa derajat kesamaan di sistem komputer
interface.
Ada suatu kebutuhan dalam merubah arah kebijakan pemerintah pusat, prosedur dan
kontrol harus mengawal konversi menuju akuntansi akrual penuh. Secara khusus
mengembangkan standar akuntansi yang mencerminkan sifat khas dari sektor publik,
layanan yang disediakan dan karakteristik aset.
1. People
Pelaksanaan akrual berbasis akuntansi perlu menerima high profil dan dukungan terus
menerus dari manajemen senior. Perubahan tidak hanya melibatkan penerapan sistem
baru tetapi juga perubahan budaya yang signifikan dalam cara para manajer
memahami dan menggunakan informasi keuangan dan bagaimana transaksi keuangan
ditangani.
Hal ini sangat penting untuk memastikan organisasi memiliki sumber daya yang
dengan keahlian yang sesuai untuk mengimplementasikan dan mengoperasikan
sistem akuntansi akrual. Ini berarti bahwa staf keuangan dan akuntansi, baik melalui
pelatihan yang ekstensif atau melalui perekrutan, harus memiliki pengetahuan yang
kuat dan keakraban dengan akuntansi akrual.
Sebuah komponen penting dari proses ini baik untuk melatih staf akuntansi dan untuk
para manajer dan pengguna lainnya. Hampir tidak mungkin untuk secara besar-
besaran melakukan pelatihan yang diperlukan selama pelaksanaan. Lebih banyak
penekanan ditempatkan pada memiliki akuntansi staf dan manajemen memahami
akuntansi akrual. Konsep “train the trainer” terbukti sangat efektif.
1. Sistem
Pentingnya identifikasi yang jelas terhadap kebutuhan sistem sejak awal. Sejauh
mungkin, bagaimanapun, pilih sistem off-the-shelf, karena modifikasi sistem bisa
mahal dan memakan waktu. Meskipun laporan keuangan dapat disusun atas dasar
akrual akuntansi tanpa memiliki sistem akuntansi secara akuntansi akrual, pesan jelas
bahwa sistem harus di tempatkan sebelum menerapkan konsep akuntansi akrual
penuh.
Di New South Wales, seluruh biaya konversi tidak dikenal. Total biaya yang
diperkirakan $ 50 juta, namun Komite Akuntan Publik memperkirakan bahwa itu
adalah lebih dekat ke $ 100 juta. Catatan lembaga ‘tidak cocok untuk menentukan
angka total.
Ada manfaat yang signifikan, baik di tabungan langsung dan tidak langsung melalui
prosedur perbaikan dan informasi manajemen ditingkatkan. Informasi akuntansi yang
berbasis akrual dan secara otomatis meningkat dari sistem akuntansi yang
mengakibatkan:
penggunaan staf yang lebih efisien;
transaksi yang cepat dan lebih banyak peluang untuk mengambil keuntungan
dari diskon pembayaran awal;
kontrol yang lebih baik, dan
manajemen informasi yang lebih baik untuk meningkatkan efektivitas biaya
operasi, termasuk identifikasi dari setiap biaya overhead yang berlebihan.
2.5. Strategi Pen-transisi-an Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Indonesia
Untuk mengimplementasikan secara penuh pada tahun 2015 nanti, tentu pemerintah
kita memerlukan strategi. Prasyarat pelaksanaan strategi terbagi atas dua kondisi
dasar, yaitu necessary condition dan sufficient condition. Necessary condition adalah
prasyarat yang dibutuhan agar suatu kondisi dapat tercapai. Setelahnya, pemerintah
dapat mengembangkan beberapa hal sehingga kondisinya bisa berubah menjadi
kondisi yang mencukupi (sufficient condition). Necessary condition adalah
komitmen, kapasitas SDM, dan dana pemeliharaan. Untuk dapat
mengimplementasikan basis akrual yang notabene adalah “barang baru”, dibutuhkan
komitmen dari para pemimpin dan pejabat, termasuk dukungan politik dari Kepala
Daerah dan DPRD. Di samping itu, SDM yang menguasai ilmu dan konsep akuntansi
dalam jumlah yang memadai juga sangat dibutuhkan mengingat mereka adalah ujung
tombak dari implementasi ini. Implementasi basis akrual juga membutuhkan
pendanaan yang cukup. Tidak hanya untuk investasi awal, tetapi juga untuk kegiatan-
kegiatan yang bersifat pemeliharaan. Hal ini disebabkan penerapan basis akrual
membutuhkan pembaruan yang terus menerus sehingga tersedianya dana
pemeliharaan pun menjadi mutlak.
Persyaratan tambahan untuk mengubah kondisi menjadi sufficient conditiontersebut
adalah kebijakan akuntansi, prosedur, dan teknologi. Pengembangan dokumen
kebijakan akuntansi berbasis akrual dibutuhkan untuk mengakomodasi SAP.
Idealnya, dokumen ini didesain sedemikian rupa sesuai dengan kondisi khas di daerah
masing-masing. Kemudian, dibutuhkan pula sistem dan prosedur yang menjelaskan
teknik-teknik pencatatan, penyiapan dokumen, sampai dengan penyusunan laporan
keuangan dengan basis akrual penuh.
Yang tak kalah penting, pemerintah daerah juga memerlukan dukungan teknologi dan
sistem informasi, khususnya aplikasi penatausahaan & akuntansi yang
mengakomodasi basis akrual di dalamnya agar implementasi basis akrual ini dapat
sesuai harapan.
Dengan cara ini, pemerintah dapat memfokuskan pada beberapa KL dan BUN, dari
piloting ini diharapkan pemerintah dapat melakukan reviu, evaluasi dan
penyempurnaan sistem sebelum pada akhirnya diimplementasikan oleh seluruh KL
dan BUN.
4. Diseminasi/sosialisasi tingkat nasional.
Selain sebagai usaha penyamaan persepsi dan sosialisasi, acara ini dapat digunakan
untuk menyerap input berupa saran ataupun keluhan dari daerah terkait penerapan
akuntansi basis akrual.
Sementara itu, pada tingkat daerah, strategi penerapan basis akrual dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut ini:
1. Sosialisasi dan Pelatihan yang berjenjang.
Lapsley dan Pallot ( 2000 ) menguji peran informasi akuntansi pada pemerintah lokal
di Inggris dan New Zealand. Menggunakan empat daerah lokal di Inggris dan New
Zealand untuk diidentifikasi penggunaan informasi akuntansi. Dua negara dengan
reformasi pada pemerintah lokal tersebut nampak sebagai satu kesatuan dari yang
semula terpisah kemudian menjadi bagian yang integral. Di New Zealand yang
pemerintah lokalnya lebih radikal dan struktural, akuntansi dan informasi keuangan
terintegrasi kuat. Berbeda dengan pemerintah lokal di Inggris yang memanfaatkan
akuntansi dan informasi keuangannya dalam tingkat yang rendah. Penelitian ini
menghasilkan dua penemuan penting. Pertama, perbedaan tingkat pemanfaatan
informasi akuntansi dan keuangan diantara dua negara berkaitan dengan perbedaan
kualitas implementasi. Kedua, peran dari staf akuntansi pemerintah yang
berkompeten serta yang direkrut dari sektor swasta sangat penting.
a. Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
b. Pembiayaan meliputi:
1. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat
Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
b. Belanja Daerah
Belanja daerah diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tak
langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. Belanja pegawai
dalam hal ini belanja untuk gaji dan tunjangan secara penghasilan lain yang
diberikan kepada pejabat dan pegawai negeri sipil daerah, termasujk di
dalamnya pimpinan dan anggota DPRD.
2. Belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri
dari belanja pegawai, belanja barang/ jasa dan belanja modal. Klasifikasi
belanja sesuai sama dengan klasifikasi belanja sesuai fungsi dalam APBN.
Hal ini untuk memudahkan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan Negara.
c. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan merupakan penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau
pengeluaran yang akian diterima kembali dan/ atau pengeluaran terkait dengan
kekayaan daerah yang dipisahkan yang digunakan untuk menutup defisit atau
menggunakan surplus.Adapun sumber pembiayaan yaitu sebagai berikut:
1. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah.
2. Penerimaan pinjaman daerah.
3. Dana cadangan daerah.
4. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
D. Pembendaharaan Negara
Pembendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahan, serta ditetapkan dalam
APBN dan APBD.
Terdapat beberapa aspek kehidupan yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor
publik, baik skala nasional maupun lokal. Anggaran seltor publik dibuat untuk
membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik, air bersih,
kualitas kesehatan, pendidikan, dsb agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan
masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui
anggaran yang mereka buat.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat,
uang yang dimiliki pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkan
rencana pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat tersebut. Anggaran
merupakan blue print keberadaan sebuah negara dan merupakan arahan di masa yang
akan datang.
Pada dasarnya prinsip akuntansi manajemen sektor publik tidak banyak berbeda
dengan prinsip akuntansi manajemen yang diterapkan pada sektor swasta. Akan
tetapi, harus diingat bahwa sektor publik memiliki perbedaan sifat dan karakterisitik
dengan sektor swasta, sehingga penerapan teknik akuntansi manajemen sektor swasta
tidak dapat diadopsi secara langsung tanpa modifikasi.
Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah
memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk
melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Dalam organisasi
sektor publik, perencanaan dimulai sejak dilakukannya perencanaan stratejik,
sedangkan pengendalian dilakukan terhadap pengendalian tugas (task control). Peran
akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik meliputi :
1. Perencanaan Strategik
Pada tahap perencanaan stratejik, manajemen organisasi membuat alternatif-
alternatif program yang dapat mendukung strategi organisasi. Peran akuntansi
manajemen adalah memberikan informasi untuk menentukan berapa biaya
program (cost of program) dan beberapa biaya suatu aktivitas (cost of activity),
sehingga berdasarkan informasi akuntansi tersebut manajer dapat menentukan berapa
anggaran yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki.
Akuntansi manajemen pada sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan
utama yaitu efisiensi biaya, kualitas produk, dan pelayanan (cost, quality and
services). Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi dengan
biaya yang murah, pemerintah harus mengadopsi sistem informasi akuntansi
manajemen yang modern. Namun tetap, terdapat sedikit perbedaan antara sektor
swasta dengan sektor publik dalam hal penentuan biaya produk/pelayanan (product
costing). Hal tersebut disebabkan sebagian besar biaya pada sektor swasta cenderung
merupakan engineered cost yang memiliki hubungan secara langsung dengan output
yang dihasilkan, sementara biaya pada sektor publik sebagian besar
merupakan discretionary cost yang ditetapkan di awal periode anggaran dan sering
tidak memiliki hubungan langsung antara aktivitas yang dilakukan dengan output
yang dihasilkan. Kebanyakan output yang dihasilkan di sektor publik merupakan
intangible output yang sulit diukur.
3. Penilaian Investasi
Penilaian investasi di sektor publik pada dasarnya lebih rumit dibandingkan
dengan di sektor swasta. Teknik-teknik penilaian investasi yang digunakan di sektor
swasta didesain untuk organisasi yang berorientasi pada laba. Sementara organisasi
publik merupakan organisasi yang tidak berorientasi pada laba, sehingga terkadang
teknik-teknik tersebut tidak dapat diterapkan untuk sektor publik. Di samping itu sulit
untuk mengukur output yang dihasilkan, sehingga untuk menentukan keuntungan di
masa depan dalam ukuran finansial (expected return) tidak dapat (sulit) dilakukan.
Penilaian investasi dalam organisasi publik dilakukan dengan menggunakan
analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis). Dalam praktiknya, terdapat kesulitan
dalam menentukan biaya dan manfaat dari suatu investasi yang dilakukan. Hal
tersebut karena biaya dan manfaat yang harus dianalisis tidak hanya dilihat dari sisi
finansialnya saja akan tetapi harus mencakup biaya sosial (social cost) dan manfaat
sosial (social benefits) yang akan diperoleh dari investasi yang diajukan. Menentukan
biaya sosial dan manfaat sosial dalam satuan moneter sangat sulit dilakukan. Oleh
karena itu, penilaian investasi dengan menggunakan analisis biaya-manfaat di sektor
publik sulit dilaksanakan. Untuk memudahkan, dapat digunakan analisis efektifitas
biaya (cost-effectiveness analysis).
4. Penganggaran
Akuntansi manajemen berperan untuk memfasilitasi terciptanya anggaran publik
yang efektif. Terkait dengan tiga fungsi anggaran, yaitu sebagai alat alokasi sumber
daya publik, alat distribusi, dan stabilisasi, maka akuntansi manajemen merupakan
alat yang vital untuk proses mengalokasikan dan mendistribusikan sumber dana
publik secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata.
6. Penilaian Kerja
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sitem pengendalian. Penilaian kinerja
dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam tahap penilaian kinerja, akuntansi
manajemen berperan dalam pembuatan indikator kinerja kunci (key performance
indicator) dan satuan ukur untuk masing-masing aktivitas yang dilakukan.
Epsir Rasek
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan, yaitu
acuan bagi:
d. Para pemakai laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi keuangan
sektor publik.
Ø Perencanaan publik
Ø Penganggaran publik
Ø Pertanggungjawaban publik
Berikut ini merupakan lingkup kerangka konseptual akuntansi sektor publik pada
organisasi sektor publik :
1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Daerah
· Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
3. Partai Politik
· Perencanaan Publik : musyawaro kerja tingkat pusat, musyawarah kerja wilayah,
musyawarah kerja derah, musyawarah kerja cabang, musyawarah kerja ranting.
· Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
4. LSM
· Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
5. Yayasan/tempat peribadatan
· Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
a. Kebutuhan Masyarakat
c. Ketaatan Hukum/Peraturan
d. Dasar Akrual
Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan
mengaplikasikannya dalam proses organisasi publik, sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai.
f. Akuntabilitas Kinerja
· Relevan
Relevan mengacu pada kemampuan informasi untuk mempengaruhi keputusan
pengelola organisasi, dengan mengubah atau menginformasi harapan mereka tentang
hasil, atau konsekuensi tindakan atau kejadian.
Keandalan mengacu pada kualitas informasi yang sesuai dengan kebutuhan para
peggunanya. Keandalan akan membedakan pengguna stu dengan pengguana yang
lainyatergantug pada keluasan pengetahuan tentang aturan yang digunakan untuk
mempersiapkan informasi. Dengan kata lain, di antara pengguna yang berbeda,
informasi dengan derajat keandalan yang berbeda akan ditemukan. Dalam konteks
kerangka konseptual, agar menjadi andal informasi harus dapat diuji, netral, dan
disajikan dengan jujur.
· Materialitas
Agar perencanaan efektif, ada banyak hal yang sering kali menjadi halangan seperti:
· Kegagalan manajemen dalam memahami system yang tengah terjadi di sekitar area
organisasi.
· Dapat dipahami
· Relevan
· Berdasarkan program.
· Berdasrkan pust pertanggungjawaban, pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi.
· Raperda RAPBD
· Nota RAPBD
· Pera APBD
· Menentukan prioritas
· Menemukan manfaat
Dua karakteristik kualitatif dari kualitas output realisasi anggaran public, yaitu
dapat dipahami dan terandalkan.
· Pengumpulan informasi
· Hubungan penyedia
· Nogosiasi
· Pemenuhan
· pembaharuan
· Dapat diperbandingkan
· Tepat waktu
· Pendekatan regulasi
· Dapat dipahami
· Relevan
· Keandalan
· Dapat dibandingkan
· Dapat dipahami
· Relevan
· Kendala Pengukuran
Kriteria pos kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang dapat diukur dengan
tingkat kendala tertentu (reliable) contohnya hasil yang diharapkan dalam tututan
hukum dapat memenuhi definisi baik aktfa, pendapatan, maupun kriteria probabilitas
agar dapat diakui. Namun jika tidak mungkin diukur dengan tingkat kendala tertentu,
tuntutan tersebut tidak dapat diaui sebgai aktiva atau pendapatan. Eksistensi tuntutan
harus diungkapkan dalam catatan materi penjelasan atau skedul tambahan.
· Aktiva
Aktiva akan diakui dalam posisi keuangan jika manfaat ekonomisnya dimasa depan
atau jas apotensialnya kemungkinan besar akan diperoleh organisasi, dan aktiva
tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.
· Kewajiban
· Ekuitas
· Pendapatan
Pendapatan diakui dalam laporan kinrja keuangan jika kenaikan manfaat ekonoi
dimasa yang akan dtang yang berkaitan dengan penigkatan aktiva atau penurunan
kewajiban, telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
· Biaya
Biaya diakui dalam laporan kinerja keuanagan berdasarkan hubungan langsung antar
biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh.