EKONOMI REKAYASA
“ EKONOMI TRANSPORTASI DAN KONSTRUKSI TERKINI ”
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang senantiasa memberikan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada teman-teman yang selalu memberikan semangat
dalam menyusun makalah ini. Makalah ini disusun atas berbagai pemikiran penulis dan juga
mengambil beberapa literatur seperti jurnal,buku, dan internet.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi
penulisan, isi, maupun hal-hal lain yang menyangkut materi, maka dari itu penulis mengharapkan
banyak kritik dan saran dari setiap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pembiayaan pembangunan proyek transportasi diperoleh dari dua sumber yaitu pemerintah
dan swasta. sumber pendanaan pemerintah berasal dari anggaran pembangunan baik pusat
maupun daerah, sedangkan pembiayaan dari swasta diperoleh dari pengguna sistem yang
dibangun oleh swasta. Kemitraan pemerintah dengan swasta bertujuan untuk menambah modal
investasi dan meningkatkan efisiensi pembangunan infrastruktur tersebut. Salah satu contoh
kemitraan pemerintah dengan swasta adalah pengoperasian bus milik pemerintah oleh operator
angkutan seperti yang dilaksanakan oleh Bus Trans Jogja. Pembiayaan suatu proyek transportasi
juga dapat diperoleh dari berbagai macam hal yaitu :
1. Pajak bahan bakar, merupakan salah satu sumber pendapatan yang biasa digunakan di
berbagai negara di dunia karena semakin banyak beroperasi semakin banyak bahan bakar
yang dipakai yang berarti semakin besar sumbangan terhadap dana transportasi.
2. Retribusi pengendalian lalu lintas, merupakan suatu pungutan kepada masyarakat yang akan
memasuki suatu kawasan (biasanya dipusat kota) dengan tujuan untuk mengurangi beban
lalu lintas di kawasan yang dikendalikan itu.
3. Pajak kendaraan bermotor, merupakan pajak tahunan yang masuk ke kas daerah.
4. Retribusi parkir, merupakan salah satu bentuk yang juga digunakan untuk mengendalikan
jumlah kendaraan yang menuju atau masuk ke suatu kawasan.
5. Karcis yang masyarakat bayar untuk dapat menikmati transportasi umum.
Dari kurva di atas, P merupakan harga tiket angkutan umum, Q merupakan kuantitas atau
jumlah angkutan umum. Pada saat harga tiket berada di P1, maka jumlah angkutan yang
ditawarkan dan diminta sebesar Q1. penyatuan kurva permintaan dan penawaran akan
membentuk titik keseimbangan (Equilibrium Point). Titik keseimbangan ini mewakili
kesepakatan tarif tiket antara pengguna dan penyedia angkutan umum. Namun ketika harga tiket
dinaikkan sebesar P2 maka jumlah angkutan umum yang diminta akan turun sebesar Q2.
Sumber : http://shabrinac.blogspot.co.id/2012/11/proyek-mass-rapid-transit-mrt-jakarta.html
Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan kendaraan lain karena biasanya
merupakan shuttle bus yang memiliki rute perjalanan tertentu dan beroperasi pada lajur khusus,
sehingga sering disebut buslane/busway. Pemisahan lajur ini dilakukan agar penumpang tidak
mengalami penundaan waktu perjalanan dan tidak terganggu oleh aktivitas moda angkutan lain
yang melintasi rute perjalanan yang sama. Busway sendiri biasanya bervariasi ada yang
berbentuk ganda (bus gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat. MRT jenis busway biasanya
lebih banyak dipilih oleh kota-kota di negara berkembang karena pengembangannya
membutuhkan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan subway, monorel, ataupun tram.
Kota Bogota di Kolombia merupakan salah satu contoh sukses penerapan sistem busway. MRT
dalam bentuk subway pada prinsipnya memiliki kesamaan sistem operasi dengan kereta api.
Namun, konstruksi teknisnya terdapat perbedaan karena subway terletak di bawah tanah
(underground) tetapi stasiun-stasiunnya langsung terhubung ke lokasi pusat kegiatan. Di Eropa
Barat, subway merupakan salah satu moda angkutan yang sangat populer dan seringkali dikenal
dengan istilah metro system. Kota London merupakan kota pertama yang menerapkan sistem
subway sebagai moda angkutan massal berkecepatan tinggi pada tahun 1863.
Tram merupakan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip dengan kereta api, tetapi jalur
operasinya dapat terintegrasi dengan jalan raya. Tram dapat ditemukan di hampir semua kota
menengah dan besar di Eropa dan di beberapa kota besar di Amerika. Tram pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1807 di Inggris dan merupakan bentuk awal MRT di dunia. Dalam
operasionalnya, dikenal dua jenis tram:
(1) tram yang jalur operasinya menyatu dengan jalur lalu-lintas kendaraan; dan
(2) tram yang memiliki jalur operasional tersendiri yang dikenal dengan istilah light rail.
Monorail merupakan MRT yangmemiliki jalur tertentu dan biasanya tidak mengambil ruang
kota yang luas. MRT jenis ini biasanya memiliki jalur di atas jalan raya dan yang ditopang dengan
tiang-tiang yang sekaligus berfungsi untuk membentuk lintasan monorail. Berbeda dengan MRT
lainnya, monorail biasanya hanya terdiri atas satu rute dengan sistem lintasan loop dengan
beberapa stasiun pemberhentian yang menghubungkan dengan MRT lainnya maupun langsung
ke lokasi kegiatan tertentu. Penggunaan monorail sudah banyak dikembangkan di kota-kota
metropolitan di dunia antara lain Moskow, Tokyo, dan Sydney.
Perkiraan Jakarta macet total : Saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1 persen
per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di
Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency
(JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi,
diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020 .
Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian
Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya bahan
bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun 2004 menunjukan bahwa
bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan
kerugian ekonomi mencapai Rp 65 triliun/tahun. Polusi udara akibat kendaraan bermotor
memberi kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakan oleh tenaga listrik
sehingga tidak menimbulkan emisi CO2 diperkotaan.
Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal
yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi transportasi bagi masyarakat
yang juga ramah lingkungan. Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan
kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun MRT mencerminkan visi
sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa
mudah warga kota melakukan perjalanan/mobilitas dan seberapa sering mereka dapat
melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah
memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
perjalanan/mobilitasnya dengan lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih
ekonomis.
Manfaat langsung dioperasikannya sistem MRT ini adalah mampu mengurangi kepadatan
kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT diharapkan dapat mengalihkan masyarakat yang
menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi missal.
Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi dampak positif lainnya bagi
Jakarta dan warganya antara lain:
1. Penciptaan lapangan kerja
2. Penurunan waktu tempuh & meningkatkan
3. Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per tahun akan
dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for Jakarta MRT
System 2005)
4. Transit – Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk
merestorasi tata ruang kota. Integrasi transit-urban diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak langsung kepada
peningkatan jumlah penumpang MRT Jakarta
Pengembangan MRT dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi persoalan perangkutan
di kota-kota besar tersebut. Keunggulan sistem ini ialah kemampuannya mengangkut penumpang
dalam jumlah besar, cepat, dan dapat diandalkan dalam berbagai situasi. Dengan
mempergunakan MRT, ruang jalan akan jauh lebih efisien karena penggunaan kendaraan pribadi
dapat diminimalisasi.
Kereta rel listrik (KRL), kereta rel diesel (KRD), dan busway yang sudah dikembangkan di
kota-kota metropolitan di Indonesia sebenarnya sudah dapat dikategorikan sebagai sarana
transportasi massal. Namun, di berbagai kota, ketiganya belum dapat sepenuhnya dikategorikan
sebagai MRT karena belum memenuhi kriteria sebagai sarana transportasi yang benar-benar
cepat dan handal dalam segala situasi.
Upaya-upaya terobosan yang cukup kreatif yang dapat secara tidak langsung menunjang
pengembangan MRT perlu terus dikembangkan. Misalnya, program car free day.
Dalam kerangka pengembangan MRT yang terpadu, pemerintah harus mulai memikirkan
misalnya sarana angkutan feeder (antara) yang handal yang dapat menghubungkan rute MRT
dengan pusat-pusat permukiman.
Pemerintah juga perlu memperbaiki jalur-jalur pejalan kaki yang menghubungkan halte-
halte dengan pusat-pusat kegiatan.
Pengembangan MRT sebaiknya dimulai dengan yang sederhana seperti busway. Lalu,
seiring dengan bertambah rumitnya sistem pergerakan di suatu kota, program berikutnya dapat
melibatkan moda yang lebih rumit pula seperti monorail, tram, atau subway.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi transportasi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi tentang kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan transportasi untuk kebutuhan produksi, distribusi dan konsumsi
masyarakat. Oleh karena itu Pemerintah perlu mengedepankan pentingnya transportasi sebagai
urat nadi perekonomian. Ekonomi transportasi meliputi prinsip-prinsip analisis dan penerapan
konsep ekonomi teknik dalam penggunaaan/pengoperasian moda transportasi, optimalisasi lalu
lintas serta investasi pada infrastruktur transportasi termasuk mengidentifikasi dan
mengkuantifikasi parameter-parameter biaya dan manfaat, seperti biaya investasi, operasi dan
pemeliharaan, nilai waktu, biaya operasi kendaraan, dan besaran ekonomi lainnya,
memperhatikan aspek akuntansi yang perlu dilakukan dalam kajian infrastruktur transportasi,
serta menerapkan beberapa metode kajian kelayakan investasi.
Pembiayaan proyek transportasi diperoleh dari dua sumber yaitu pemerintah dan swasta,
sumber pendanaan pemrintah berasal dari anggaran pembangunan baik pusat maupun daerah,
sedangkan pembiayaan dari swasta diperoleh dari pengguna sistem yang dibangun oleh swasta
seperti pada jalan tol.
MRT (Mass Rapid Transit) adalah suatu sistem tranportasi perkotaan yang mempunyai 3
kriteria utama, mass (daya angkut besar), rapid (waktu tempuh cepat dan frekuensi
tinggi), dan transit (berhenti di banyak stasiun di titik utama perkotaan. Pembangunan MRT ini
diharapkan menjadi solusi dalam dunia transportasi di Indonesia.Dalam perkembangan
berkelanjutan ini, MRT diharapkan juga mampu untuk memberikan manfaat bagi warga DKI
Jakarta dalam menanggulangi kemacetan yang ada.