Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang/kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan agar dapat memajukan ksempurnaan hidup
yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya.
Dalam proses pendidikan sangat diperlukan komponen-komponen
pendidikan. Komponen itu sendiri berarti bagian dari suatu sistem yang
memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk
mencapai sebuah tujuan. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian
dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya
atau ada dan tidaknya proses pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang terdapat pada
makalah ini adalah :
Pendidikan sebagai suatu sistem?
Sebutkan komponen – komponen yang menunjang terlaksananya proses
pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Sebagai Suatu Sistem


Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang berarti
sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara
teratur dan merupaka suatu keseluruhan. Sistem merupakan istilah yang
memiliki makna sangat luas dan dapat digunakan sebagai sebutan yang
melekat pada sesuatu. Suatu perkumpulan atau organisasi adalah sebagai
sistem, yang kemudian orang menyebutnya dengan istilah sistem
organisasi. Pendidikan sebagai sebuah sistem, yang kemudian orang
menyebutnya dengan istilah sistem pendidikan. Begitu seterusya,
bahwa setiap, jenis organisasi, apapun bentuknya, akan disebut sistem.
Sistem menurut para tokoh diantaranya Bela H. Banathy dalam
bukunya Instructional System mengemukakan bahwa sistem berarti
satuan objek yang disatukan oleh suatu interaksi atau saling
ketergantungan. Menurut Suhardjo sistem adalah kesatuan fungsional
daripada unsur-unsur yang ada untuk mencapai tujuan. Jadi, sistem terdiri
dari unsur-unsur, fungsi dari masing- masing unsur, ada kesatuan fungsi
dari setiap unsur, dan ada tujuan yang ingin dicapai. Setiap organisasi yag
ada dalam kehidupan ini dapat disebut sebagai sistem, walaupun di setiap
organisasi memiliki batasan-batasan yang berbeda.
Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu
kestuan yang terdiri atas komponen – komponen atau elemen – elemen
atau unsur – unsur sebagai sumber – sumber yang meempunyai hubungan
fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk
mencapai suatu hasil (product). Sebagai ontoh, tubuh manusia merupakan
suatu sistem yang terdiri atas komponen – komponen antara lain jaringan
daging, otak, urat – urat, darah, syaraf dan tulang – tulang. Setiap
komponen – komponen itu mempunyai fungsi sendiri – sendiri (fungsi
yang berbeda – beda), dan satu sama lain saling berkaitan sehingga
merupakan suatu kebulatan atau suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata
lain, semua komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984/1985)
setiap sistem mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a. Tujuan
Setiap sistem mempunyai tujuan. Sebagai contoh tujuan
lembaga pendidikan adalah memberi pelayanan pendidikan
kepada yang membutuhkan. Tujuan pengajaran adalah agar
siswa belaja perilaku tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu.
b. Fungsi – fungsi
Adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut
terlaksananya berbagai fungsi yang diperlukan untuk
menunjang usaha mencapai tujuan tersebut. Misalnya suatu
lembaga pendidikan dapat memberikan pelayanan pendidikan
dengan baik, perlu adanya fungsi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan penilaian.
c. Komponen – komponen
Bagian suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk
menunjang usaha mencapai tujuan sistem disebut komponen.
Jadi, komponen mempunyai fungsi khusus, misalnya
komponen instruksional meliputi manusia (guru, konselor,
administrator, petugas – petugas lainnya), material (buku,
papan tulis, fotografi, slide, film). Masing – masing komponen
diatas menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan belajar
yang sudah ditetapkan. Komponen diatas disebut juga
komponen integral, yaitu komponen yang harus ada pada setiap
kegiatan instruksional.
d. Interaksi atau saling hubungan
Semua komponen dalam suatu sistem, seperti komponen –
komponen instruksional tadi saling berhubungan satu sama lain,
saling mempengaruhi dan saling membutuhkan.
e. Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan
Misalnya, dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha
menimbulkan jalinan keterpaduan antara berbagai komposer
instruksional dengna melaksanakan pengembangan sistem
instruksional untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
f. Proses transformasi
Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu tujuan,
untuk itu diperlukan suatu proses yang memproses masukan
(input) menjadi hasil – hasil (output).
g. Umpan balik untuk koreksi
Untuk mengetahui apakah masing – masing fungsi terlaksana
dengan baik diperlukan fungsi kontrol yang mencakup
monitoring dan koreksi. Hasil monitoring dijadikan dasar
pertimbangan untuk melaksanakan perubahan – perubahan,
penentuan, perbaiakan, atau penyesuaian – penyesuain agar
masing – masing berprestasi tinggi.
h. Daerah batasan dan lingkungan
Antara suatu sistem dan bagian – bagian lain atau lingkungan
di sekitarnya akan terjadi interkasi. Namun, antara suatu sistem
yang lain mempunyai daerah batasan tertentu. Suatu sistem
dapat pula merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar
(suprasitem).
Kata pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi”, kata tersebut
berasal dari bahasa yunani kuno, yang jika dieja menjadi 2 kata yaitu Paid
yang artinya anak dan Agagos yang artinya membimbing. Dengan
demikian Pendidikan bisa di artikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar agar para
pelajar di didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya yang
diperlukan untuk dirinya dan masyarakat.
Jadi, bisa di simpulkan bahwa pendidikan sebagai suatu sistem
adalah suatu komponen yang saling berhubungan secara teratur dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut
dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya yang
diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat.
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unusur pokok, yaitu
unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha.
Hubungan ketiga unsur itu dapat digambarkan sebagai berikut Proses
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai
ciri-ciri yang ada pada diri peserta didik itu (antara lain bakat, minat,
kemampuan, keadaan jasmani,). Dalam proses pendidikan terkait
berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode
mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil
belajar (yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan) setelah
selesainya suatu proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka yang
lebih besar, hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga
pendidikan (sekolah) tertentu.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1979) menjelaskan pula bahwa, “Pendidikan merupakan suatu sistem
yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik,
pengelola pendidikan, struktur/jenjang.
B. Komponen – Komponen Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen.
Masing-masing komponen mempunyai fungsi tertentu dan secara
bersama-sama melaksanakan fungsi struktur, yaitu mencapai tujuan
sistem. Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses
pendidikan atau terlaksananya proses mendidik terdiri dari 7 komponen,
yaitu :

Tujuan Pendidikan

Peserta Didik

Pendidik

Metode Pendidikan

Isi Pendidikan / Materi Pendidikan

Lingkungan Pendidikan

Alat dan Fasilitas Pendidikan

Berikut akan diuraikan satu persatu komponen- komponen tersebut.


1. Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu
berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang
bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada
tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normative
dan praktis.
a. Ilmu pengetahuan normatif
Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma atau ukuran tingkah laku
perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.
b. Ilmu pengetahuan praktis
Tugas pendidikan atau pendidik maupun guru ialah menanamkan
sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada
dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik
dalam suatu masyarakat.
Tujuan umum pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau
pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku
manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan
menentukan tujuan pendidikan manusia.
2. Peserta Didik
Peserta didik sangat menunjang dalam proses pendidikan, dengan
perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia
sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik.
Kalau dulu orang mengansumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak
pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk
juga didalamnya orang dewasa.
3. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik.
Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidik di sekolah saja. Ditinjau
dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong
pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua
sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat
baik formal maupun nonformal sebagai pendidik dilingkungan
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk kategori
pendidik adalah sebagai berikut
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah
yaitu, manusia yang memiliki pandangan hidup yang pasti dan tetap,
manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu
termasuk cita-cita untuk mendidik.

b. Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang
kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik
utama dan yang pertama yang berlandaskan pada hubungan cinta kasih
bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama,
bahkan sebelum ada orang yang memikirkantentang pendidikan.
c. Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung maupun
tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk
melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik
harus memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi
maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasarkan pada
ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut,
kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan
(profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang
berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara
penyampainnya dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada
aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan
kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik
tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian
manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4. Metode Pendidikan
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas dari metode atau
bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang
dilakukan dalam mendidik,yaitu :

Metode Diktatoral

Metode ini bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa


perkembangan manusia semata-mat ditentukan oleh faktor luar manusia.
Metode ini menimbulkan sikap dictator dan otoriter, pendidik yang
menentukan segalanya.

Metode Liberal

Bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa


perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari
dalam yang secara wajar ada pada diri manusia. Pandangan ini
menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur
terhadap perkembangan anak. Membiarkan anak berkembang sesuai
dengan kodratnya secara bebas.
c. Metode Demokratis
Bersumber dari teori konvergen yang mengatakan bahwa
perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari
luar. Didalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat menguasai
anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Disini
tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses
pendidikan untuk mencapai tujuan.
5. Isi Pendidikan/Materi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta
didik isi/materi yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan
formal.Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama,
pendidikan social, pendidikan keterampilan, pendidikan jasmani dll.
6. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau
kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai
gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja.
Dalam artian yang sederhana lingkungan pendidikan adalah segala
sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan komponen-komponen
pendidikan yang lain.
7. Alat dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses
pendidikan, dengan adanya fasilitas-fasilitas pendidikan maka proses
pendidikan akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan pendidikan
akan mudah dicapai. Misalnya laboratorium lengkap dengan alat-alat
percobaannya, internet dll.

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan
meliputi : tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, metode pendidikan,
isi pendidikan, dan lingkungan pendidikan.
Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
B. Saran – Saran
1. Guru sebagai pendidik hendaknya dapat melaksanakan amanah dari
orang tua atau masyarakat dengan baik dan professional.
2. Orang tua hendaknya lebih memperhatikan pendidikan si anak
sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan pendidikan si
anak.
3. Anak senagai peserta didik hendaknya lebih bersungguh - sungguh
dalam melaksanakan proses pendidikan, sehingga tujuan pendidikan
akan mudah tercapai.
4. Pemerintah hendaknya lebih meningkatkan dana untuk pendidikan,
sehingga alat dan fasilitas pendidikan bisa memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.
Ichang. 2005. Pengertian Pendidikan. Jakarta:Rieneka Cipta
Ihsan, H.Fuad.2010.Dasar – Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Dwi Siswoyo, dkk. 2013. Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Uny Press.

Anda mungkin juga menyukai