Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL

INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES


SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP
I Nyoman Rinarta1, Leny Yuanita2, Wahono Widodo3
1
Mahasiswa Prodi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya,
HP: 082180809264, E-mail: n.rinarta@gmail.com
2
Dosen Prodi Pendidikan Sains Program PascasarjanaUniversitas Negeri Surabaya,
HP: 0811314141
3
Dosen Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
HP: 08123077551

Abstract : The research aims to develop inquiry learning materials to facilitate science process skills
and science concept mastery the junior high school students in energy and works matter. The
research was conducted through two phase that is development phase by using 4-D models
and implementation phase using one group pretest-posttest design. Data collection methods
used test and observation, while the data analysis techniques using inferential parametric,
quantitative descriptive, and qualitative descriptive. The result were obtained: the devices
that have been developed are generally categorized as well; RPP performing well; activity is
the dominant doing observation; The results also showed that mean of N-gain score mastery
of concepts in high category; science process skills in high category; students mastery of the
concept after learning improving; students responses to learning a positive model of inquiry.
Based on the research results, it can be concluded that the develop inquiry learning materials
effective that can be applied in learning activities in grade VIII of SMP.
Keywords: Inquiry, Science Process Skills, and Science Concept Mastery

I. PENDAHULUAN (2) menilai secara kritis perkembangan


Mengacu pada Peraturan Pemerintah dalam bidang sains dan teknologi serta
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar dampaknya, (3) memberi sumbangan
Nasional Pendidikan, proses terhadap kelangsungan perkembangan
pembelajaran pada satuan pendidikan sains dan teknologi, dan (4) memiliki
diselenggarakan secara interaktif, karir yang tepat (Depdiknas, 2006).
inspiratif, menyenangkan dan Pendidikan yang baik adalah pendidikan
menantang, memotivasi peserta didik yang menjadikan siswa sebagai subjek,
untuk berpartisipasi aktif. Kurikulum sehingga anak-anak memiliki nurani dan
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga potensi multi kecerdasan tergali dan
menuntut siswa untuk memiliki teraktualisasi.Tujuan pembelajaran IPA
kompetensi tertentu dalam semua mata di SMP/MTs yang tertuang dalam KTSP
pelajaran setelah proses pembelajaran. menuntut agar peserta didik memiliki
Kompetensi merupakan kemampuan kemampuan; (1)Mengembangkan
berpikir, bertindak dan bersikap secara pemahaman tentang berbagai macam
konsisten sebagai perwujudan dari gejala alam, konsep dan prinsip IPA
pengetahuan, keterampilan dan nilai. yang bermanfaat dan dapat diterapkan
Kompetensi ini sebagai bekal bagi dalam kehidupan sehari-hari,
peserta didik agar dapat menanggapi: (1) (2)Mengembangkan rasa ingin tahu,
isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sikap positif, dan kesadaran terhadap
sosial, ekonomi, lingkungan, dan etika. adanya hubungan yang saling

70 JPF ISSN: 2337-5973


mempengaruhi antara IPA, lingkungan, Salah satu poin penting dalam tujuan
teknologi, dan masyarakat, pembelajaran IPA adalah meningkatkan
(3)Melakukan inkuiri ilmiah untuk penguasaan konsep dan keterampilan
menumbuhkan kemampuan berpikir, proses sains. Oleh karena itu, model
bersikap dan bertindak ilmiah serta pembelajaran yang tepat untuk mencapai
berkomunikasi, (4)Meningkatkan tujuan tersebut yakni dengan
pengetahuan, konsep, dan keterampilan menggunakan pembelajaran model
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan inkuiri dengan melatihkan siswa untuk
pendidikan ke jenjang selanjutnya menemukan sebuah konsep melalui
(Depdiknas, peraturan menteri tahapan-tahapan yang telah ditentukan.
pendidikan nasional republik indonesia Sesuai dengan hakikatnya, pembelajaran
no.22 tahun 2006 tentang stadar isi untuk IPA merupakan proses inkuiri untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah., menemukan “pola” kejadian alam di
2006). Salah satu kompetensi yang dapat mana siswa secara aktif melakukan
dilatihkan dalam mata pelajaran IPA observasi, eksplorasi, investigasi,
adalah kemampuan melakukan proses pemodelan, perumusan hipotesis dan
ilmiah. Mata pelajaran IPA menekankan eksperimentasi terhadap berbagai gejala
adanya kegiatan inkuiri ilmiah (scientific alam (Depdiknas, 2011). Sehingga
inquiry), sehingga siswa sebagai subjek pelajaran IPA di SMP menekankan pada
belajar berinteraksi dengan objek atau pemberian pengalaman langsung untuk
benda-benda di alam. Siswa melakukan mengembangkan kompetensi, karena itu
proses ilmiah, seperti mengamati, guru dituntut mampu mengembangkan
mendeskripsikan, mengklasifikasikan, suatu strategi dalam mengajar yang dapat
mengukur, melakukan percobaan, meningkatkan keaktifan belajar siswa
menganalisis data, dan menyimpulkan. sebagai salah satu upaya untuk
Peran guru di dalam pembelajaran IPA meningkatkan penguasaan konsep dalam
adalah sebagai pemandu inkuiri (the pelajaran IPA. Namun dalam
leader of inquiry). Peran guru tersebut pelaksanaanya, metode pembelajaran
meliputi; kegiatan memfasilitasi, yang terlalu berorientasi kepada guru
memotivasi, mengarahkan, dan (teacher centered) cenderung
membimbing siswa di dalam kegiatan mengabaikan hak-hak dan kebutuhan,
inkuiri. Peran siswa dalam pembelajaran serta pertumbuhan dan perkembangan
IPA adalah sebagai pelaku inkuiri (the anak, sehingga proses pembelajaran IPA
inquirer) (Depdiknas, 2006). Oleh yang menyenangkan, mengasyikkan, dan
karena itu pembelajaran IPA dikelas mencerdaskan kurang optimal (Puskur
diharapkan menerapkan model Balitbang, 2007). Sehingga proses
pembelajaran ikuiri sebagai mana yang pembelajaran IPA selama ini masih
tertulis didalam KTSP, dengan berorientasi terhadap pengauasaan teori
menerapkan model inkuiri di kelas siswa dan hafalan yang menyebabkan
menjadi lebih aktif dan memahami kemampuan belajar peserta didik
konsep-konsep yang selama ini diangap menjadi terhambat. Dalam pembelajaran
sulit untuk dipahami dengan tahapan- IPA di kelas pengalaman proses sains
tahapan yang ada dalam model inkuiri. dan pemahaman produk sains sama

JPF ISSN: 2337-5973 71


pentingnya. Oleh karena itu, penggunaan IPA diperoleh data sebagai berikut
metode dan pendekatan pembelajaran diantaranya: (1) proses pembelajaran di
yang tepat dan bervariasi diharapkan kelas masih didominasi oleh guru, (2)
akan meningkatkan keaktifan belajar siswa kurang berpartisipasi dalam
siswa, dengan meningkatnya aktivitas pembelajaran, (3) kurangnya minat siswa
siswa selama proses pembelajaran terhadap pelajaran fisika, karena materi
diharapkan meningkatkan penguasaan yang mereka terima terlalu banyak
konsep siswa. Hasil survei Third rumus-rumus, prinsip-prinsip dan
International Mathematic and Science hukum-hukum sehingga jenuh untuk
Study (TIMSS) bidang MIPA tahun 2003 mempelajarinya, (4) siswa kurang
yang diikuti 46 negara, siswa-siswa terampil dalam menggunakan alat-alat
Indonesia menempati urutan 34 untuk laboratorium, (5) siswa kurang diberi
matematika, dan menempati urutan 36 kesempatan untuk mencari dan
untuk sains. Pada tahun 2007 mengkonstruksi konsep dalam mencapai
kemampuan siswa Indonesia dalam tujuan dan hasil belajar, (6) Perangkat
bidang IPA menduduki peringkat ke-38 pembelajaran yang diterapkan di kelas
dari 40 negara (Depdiknas, 2007). belum mencerminkan melatihkan
Berdasar data tersebut, rata-rata keterampilan proses sains melainkan
kemampuan sains peserta didik baru masih menggunakan pembelajaran
sampai pada kemampuan mengenal fakta langsung.
dasar, tetapi belum mampu Berdasarkan data kurikulum dan data
mengkomunikasikan dan mengaitkan pengamatan langsung di atas maka dapat
kemampuan itu dengan berbagai topik disimpulkan bahwa guru IPA di SMP
sains, apalagi menerapkan konsep- Negeri 1 Metro belum sepenuhnya
konsep yang kompleks dan abstrak melatihkan keterampilan proses sains
(Rustaman, 2011:16). Melengkapi data dalam pembelajaran IPA. Padahal dalam
tersebut maka dilakukan observasi dan belajar IPA sebaiknya bagaimana IPA
wawancara dengan guru IPA di SMP tersebut ditemukan yaitu dengan
Negeri 1 Metro yang data hasil observasi melakukan tahapan-tahapan proses
dan wawancara diperoleh sebagai ilmiah yang terdapat dalam model inkuiri
berikut. serta masih minimnya aktivitas
Berdasarkan data yang dikutip dari arsip eksperimen dalam pembelajaran yang
Kurikulum SMP Negeri 1 Metro- seharusnya lebih banyak aktivitas
Lampung pada tanggal 15 Oktober 2012, eksperimen dalam pembelajaran yang
hasil belajar IPA pada setiap ulangan bisa dilakukan di dalam kelas dan tidak
harian maupun ulangan tengah semester harus di laboratorium. Faktor tersebutlah
ganjil pada tahun 2012/2013 jumlah yang dapat menyebabkan belum
siswa yang tuntas 63% dan yang belum tuntasnya pembelajaran IPA di sekolah.
tuntas 37%. sedangkan di dalam Selain itu, perangkat pembelajaran yang
kurikulum ketuntasan belajar tersedia masih bersifat pembelajaran
dipersyaratkan minimal 78% dari berpusat pada guru (teacher centered)
keseluruhan siswa. Hasil pengamatan yang membuat kurangnya partisipasi
langsung dan wawancara dengan guru siswa dalam pembelajaran IPA sehingga

72 JPF ISSN: 2337-5973


pembelajaran IPA terkesan pembelajaran berbasis inkuiri memberi
membosankan dan membuat siswa jenuh peluang kepada peserta didik untuk terus
atau kurang bersemangat. Pelajaran IPA mengembangkan potensi diri secara
yang masih terbilang banyak optimal; baik dari sisi kognitif, afektif,
mengandung konsep abstrak serta rumus- maupun psikomotor. Dengan
rumus yang harus dipahami oleh siswa menerapkan model inkuiri, konsep-
untuk itu penting bagi guru untuk konsep IPA dikonstruksi sendiri oleh
mengajarkan IPA secara utuh dengan siswa, dan juga dilatih untuk
menggunakan tahapan-tahapan proses mengembangkan keterampilan proses
ilmiah yang dianjurkan didalam KTSP. sains, serta membekali dengan
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kemampuan-kemampuan dalam
hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyelesaikan masalah seperti yang
mengembangkan kurikulum, dimiliki para ilmuan.
pengembangan kualitas pembelajaran, Keterampilan proses sains dapat
peningkatan mutu tenaga pengajar serta diartikan kemampuan dalam
lingkungan yang kondusif dan memadai melaksanakan tahapan-tahapan
(Prabowo, 2001:75). Dengan percobaan, yang merupakan
mengembangkan kurikulum diantaranya keterampilan proses terpadu, antara lain
Silabus, Rencana Pelaksanaan merumuskan masalah, menyusun
Pembelajran (RPP), Lembar Kerja Siswa hipotesis, menentukan variabel
(LKS), Buku Siswa (BS) serta Lembar percobaan, merancang percobaan,
Penilaian (LP) yang sesuai diharapkan mengumpulkan data, menganalisis data,
bentuk pembelajaran di kelas menjadi dan merumuskan kesimpulan (Collette
lebih kondusif dan memadai sehingga dan Chiappetta, 1994:89). Hal tersebut
siswa berperan lebih aktif dari pada guru, bisa tercapai apabila siswa mengalami
dan bentuk pembelajaran teacher sendiri dalam proses penemuan. Untuk
centered berubah menjadi student melatihkan keterampilan proses sains
centered karena salah satu tujuan dapat menggunakan data-data hasil
pembelajaran IPA ialah membelajarkan penelitian, fenomena-fenomena alam
siswa. yang telah diketahui, dan peralatan
Berbagai upaya peningkatan kualitas sederhana yang ada di sekitar siswa.
pembelajaran terus dilakukan, salah Pembelajaran inkuiri dapat dibedakan
satunya adalah model pembelajaran menjadi empat level yaitu level 0 adalah
berbasis inkuiri. Dalam tujuan discovery learning, level 1 adalah inkuiri
pembelajaran IPA di SMP disebutkan konfirmasi (confirmation inquiry), level
bahwa pembelajaran IPA dilakukan 2 adalah inkuiri terstruktur (structured
secara inkuiri ilmiah untuk inquiry), level 3 adalah inkuiri
menumbuhkan kemampuan berpikir, terbimbing (guided inquiry), dan level 4
bersikap dan bertindak ilmiah serta adalah inkuiri terbuka (open inquiry)
berkomunikasi, serta meningkatkan (Bell, 2005; Meador, 2010) dari keempat
pengetahuan, konsep, dan keterampilan level inkuiri tersebut pada dasarnya
proses IPA. Senada dengan hal itu memiliki prinsip yang sama, yang
Rustaman (2011:47) menyatakan bahwa membedakan hanyalah peran serta guru

JPF ISSN: 2337-5973 73


atau kebebasan siswa dalam melakukan dan menarik kesimpulan
kegiatan inkuiri. mengembangkan sikap ilmiah, yakni:
Model pembelajaran inkuiri adalah objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka,
sebuah model pembelajaran yang mampu berkemauan, dan tanggung jawab.
menciptakan peserta didik yang cerdas Pembelajaran model inkuiri melatihkan
dan berwawasan (Mulyasa, 2007). Model keterampilan proses sains dan
inkuiri dapat melatih peserta didik untuk penguasaan konsep, untuk
menyelesaikan masalah menggunakan membelajarkan siswa sesuai pokok
langkah-langkah yang ada dalam proses bahasan energi dan usaha di kelas VIII
sains dan peserta didik dilatih selalu SMP, pada pokok bahasan energi dan
berpikir kritis untuk membiasakan usaha masih mengandung konsep-konsep
peserta didik dalam memecahkan suatu abstrak yang perlu dipahami siswa
masalah sendiri. Dengan melatihkan melalui pengamatan langsung dengan
keterampilan proses sains peserta didik mengunakan keterampilan proses sains.
juga diharapkan menguasai konsep yang Penggunaan model pembelajaran inkuiri
telah didapat melalui model dalam pembelajaran sains di sekolah
pembelajaran inkuiri yang telah telah dilakukan dan diperoleh hasil yang
diterapkan di kelas. baik, di antaranya: Numu’ani (2011),
Penguasaan konsep merupakan yakni pembelajaran biologi berbasis
kemampuan mengungkap pengertian- inkuiri yang dikembangkan layak untuk
pengertian, seperti mampu mengungkap melatihkan keterampilan proses sains,
suatu materi yang disajikan ke dalam dan Mujayanah (2011), bahwa
bentuk yang dapat dimengerti dan pembelajaran inkuiri efektif untuk
mampu memberikan interpretasi serta meningkatkan kecakapan akademik dan
mengklasifikasikannya (Blomm dalam hasil belajar siswa. Peneliti mengangap
Mahjardi, 2000). Dengan menguasai bahwa penerapan pembelajaran model
konsep seorang siswa mampu mengenali inkuri diharapkan dapat mendukung
prosedur atau proses menghitung yang pembelajaran IPA di kelas. Selain itu
benar dan tidak benar serta mampu siswa terlibat langsung dalam
menyatakan dan menafsirkan gagasan menemukan sendiri inti dari materi
untuk memberikan alasan induktif dan pelajaran.
deduktif sederhana baik secara lisan, Berdasarkan berbagai uraian di
tertulis, atau mendemonstrasikannya atas maka peneliti mengadakan
(Depdiknas, 2006). penelitian dengan judul
Model inkuiri merupakan model “Pengembangan Perangkat
penyelidikan yang melibatkan proses Pembelajaran Model Inkuiri Untuk
mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai Melatihkan Keterampilan Proses
berikut (Mulyasa, 2007:109) mengajukan Sains dan Penguasaan Konsep Siswa
pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena SMP”, dan tujuan penelitiannya adalah:
alam, merumuskan masalah yang mengembangkan perangkat
ditemukan, merumuskan hipotesis, pembelajaran model inkuiri yang efektif
merancang dan melakukan eksperimen, untuk melatihkan keterampilan proses
mengumpulkan dan menganalisis data, sains dan penguasaan konsep siswa

74 JPF ISSN: 2337-5973


SMP. Untuk maksud tersebut, perlu karena mengembangkan perangkat
dilakukan hal-hal berikut: pembelajaran inkuiri pada materi energi
1. Mendeskripsikan kelayakan dan usaha siswa SMP kelas VIII.
perangkat pembelajaran model Perangkat yang dikembangkan adalah
inkuiri yang dikembangkan ditinjau Silabus dan RPP, Buku Siswa, Lembar
dari beberapa aspek sebagai berikut: Kegiatan Siswa (LKS), dan THB yang
a. Validitas perangkat pembelajaran berupa Penguasaan Konsep dan
model inkuiri menurut isi, format, Keterampilan Proses.
dan bahasa. Pengembangan perangkat dalam
b. Tingkat keterbacaan perangkat penelitian ini menggunakan model four
pembelajaran model inkuiri. D (4-D) sesuai dengan kebutuhan
2. Mendeskripsikan efektivitas pengembangan. Adapun alasan mengapa
perangkat pembelajaran model memilih prosedur dari 4D adalah karena
inkuiri yang dikembangkan ditinjau prosedurnya sangat detil dan lengkap,
dari beberapa aspek, yaitu: serta disajikan tahap demi tahap yang
a. Keterlaksanaan RPP dengan dapat dilakukan oleh peneliti.
menggunakan perangkat Desain uji coba perangkat
pembelajaran model inkuiri pembelajaran dalam pengembangan
selama proses pembelajaran perangkat ini menggunakan model One
berlangsung? Group Pretest-Posttest Design. Sebelum
b. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan pengembangan
pembelajaran menggunakan perangkat berlangsung dan untuk
perangkat pembelajaran model mengetahui penguasaan peserta didik
inkuiri. terhadap materi pelajaran terlebih
c. Keterampilan proses siswa dahulu dilaksanakan tes awal (pretest)
setelah diterapkan perangkat U1, dan setelah melaksanakan
pembelajaran model inkuiri. pembelajaran (X) dilakukan tes akhir
d. Penguasaan konsep siswa setelah (posttest) U2.
diterapkan perangkat Variabel atau karakteristik yang
pembelajaran model inkuiri. diamati dalam penelitian ini adalah: 1)
e. Respon siswa terhadap proses Kelayakan perangkat pembelajaran, yang
pembelajaran menggunakan ditinjau dari aspek Validitas Perangkat
perangkat pembelajaran model Pembelajaran dan Keterbacaan
inkuiri. Perangkat, 2) Efektifitas perangkat
f. Kendala-kendala yang dihadapi pembelajaran, yang meliputi (a)
selama proses pembelajaran Keterlaksanaan perangkat pembelajaran,
menggunakan perangkat (b) Aktivitas siswa, (c) Keterampilan
pembelajaran model inkuiri proses sains, (d) Penguasaan konsep, (e)
beserta solusinya. Respon siswa pada saat pelaksanaan
pembelajaran, (f) Kendala-kendala yang
II. METODE PENELITIAN ditemukan dalam pelaksanaan
Penelitian ini termasuk penelitian pembelajaran.
pengembangan (developmental research)

JPF ISSN: 2337-5973 75


Instrumen yang digunakan dalam dapat digunakan dalam pembelajaran.
penelitian ini adalah instrumen validasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
perangkat pembelajaran, lembar RPP mencerminkan pembelajaran
pengamatan (aktivitas peserta didik dan inkuiri, hal ini dapat terlihat pada
guru), instrumen tes (penguasaan konsep langkah yang menghadapkan peserta
dan keterampilan proses), instrument didik untuk menemukan dan
penilaian psikomotorik, angket respon merumuskan masalah, membuat
peserta didik, dan lembar pengamatan hipotesis, menentukan variabel,
kendala kegiatan pembelajaran. Data melakukan percobaan, menganalisis data
yang dianalisis adalah data validasi dan membuat kesimpulan, serta
perangkat pembelajaran, aktivitas peserta menemukan konsep sendiri baik dari
didik, tes penguasaan konsep hasil pengamatan maupun telaah buku.
(sensitivitas soal, ketuntasan individual 2) LKS, diperoleh nilai rata-rata validasi
dan ketuntasan klasikal), tes 3,75 dengan katagori baik/layak
keterampilan proses (sensitivitas soal, sehingga dapat digunakan. LKS yang
ketuntasan individual dan ketuntasan dikembangkan peneliti mencerminkan
klasikal), analisis data psikomotor, data pembelajaran Inkuiri terbimbing, hal ini
respon peserta didik dan analisi data dapat terlihat dari kegiatan yang
kendala-kendala dalam pembelajaran. menghadapkan peserta didik pada
fenomena IPA, kemudian peserta didik
III. HASIL DAN PEMBAHASAN diminta mengamati fenomena tersebut
Penelitian ini dilaksanakanan di SMP dan menuliskan hasil pengamatannya.
Negeri I Metro Lampung di tiga kelas Peserta didik juga diminta
yaitu kelas VIII A dengan jumlah peserta mengidentifikasi permasalahan yang
didik 28 orang, kelas VIII B 28 orang, muncul, kemudian merumuskan
dan kelas VIII C 28 orang, pokok masalah, membuat hipotesis,
bahasan energi dan usaha pada semester menemukan variabel, menentukan jenis
1 tahun pelajaran 2013/2014. variabel, membuat rancangan percobaan,
Hasil pengembangan perangkat dan membuat kesimpulan. 3) Buku
pembelajaran dan perolehan validasi Siswa, diperoleh nilai rata-rata validasi
sebagaimana tertulis pada tabel di bawah 3,6 dengan katagori baik/layak sehingga
ini,meliputi: dapat digunakan dalam pembelajaran.
Buku siswa dikembangkan untuk
Nilai Rata- digunakan dalam pembelajaran inkuiri
Penilaian Rata Kategori Reliabilitas
Validator
terbimbing, maka kegiatan penyelidikan
RPP 3,5 Baik/layak 86% ilmiah merupakan komponen penting
LKS 3,75 Baik/layak 86% yang akan memfasilitasi siswa dalam
Buku mengkonstruksi dan menemukan sendiri
3 Baik/layak 85%
Siswa
pengetahuannya. oleh karena itu, buku
THB Valid
siswa yang dikembangkan peneliti
1) RPP, diperoleh nilai rata-rata dilengkapi dengan panduan kegiatan
validasi dari tiga validator yaitu 3,5 penyelidikan dalam bentuk Lembar
dengan katagori baik/layak sehingga Kegiatan Siswa (LKS), sebagai bagian

76 JPF ISSN: 2337-5973


tak terpisahkan dari buku siswa. 4) dengan observasi, mengajukan
Instrumen Penilaian yang terdiri dari Tes pertanyaan untuk mengklarifikasi, dan
penguasaan konsep dan Tes keterampilan memberi saran bila diperlukan.
proses sains, hasil validasi dengan Terlaksananya tahap-tahap RPP dengan
katagori valid sehingga layak digunakan baik dapat mempengaruhi tingkat
karena ada kesesuaian antara soal dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
tujuan, baik dalam materi atau segi Tahap-tahap dalam RPP yang dirancang
kompetensi (validasi Konstruk: C2, C3, agar siswa secara berkelompok
C4 dan seterusnya). Instrumen penilaian melakukan percobaan dilanjutkan diskusi
disusun berdasar atas indikator yang untuk memperoleh kesimpulan dari
sudah ditentukan sebelumnya di dalam percobaan. Setelah itu siswa
silabus yang dikembangkan berdasar KD mengerjakan soal uji penguasaan konsep
dalam KTSP dan diperkuat dengan yang ada pada buku siswa. Dengan
langkah-langkah penyusunan yang terlaksananya tahap-tahap RPP dengan
terdapat pada panduan penulisan butir baik, maka kegiatan belajar mengajar
soal (Depdiknas, 2006). dikelas menjadi berpusat pada siswa
Hasil penerapan perangkat (student-oriented). Sesuai dengan tujuan
pembelajaran atau uji coba 2, meliputi: pembelajaran saat ini, pendidikan IPA
1) Keterlaksanaan model diarahkan pada proses inkuiri, sehingga
pembelajaran yang pada kelas VIII A, dapat membantu siswa untuk
VIII B dang VIII C langkah kegiatan memperoleh pengetahuan yang lebih
pembelajaran dalam RPP dari pertemuan mendalam tentang alam sekitar
pertama, kedua dan ketiga rata-rata dapat (Depdiknas, 2006).
dilaksanakan 100% dan berkatagori 2) Aktivitas siswa, berdasarkan
sangat baik. Keterlaksanaan analisis data hasil penelitian melakukan
pembelajaran yang baik tidak terlepas pengamatan saat pengambilan data
dari peran guru untuk membimbing sesuai dengan LKS 37%. Hal ini sesuai
siswa dalam pembelajaran, memberikan dengan tahapan yang direncanakan
motivasi, dan dorongan untuk belajar. dalam RPP model inkuri terbimbing
Hal ini sesuai dengan tujuan untuk membelajarkan siswa dengan
pembelajaran inkuiri pada National mengalami, mengamati, mengukur,
Research Center dan Wenning, dalam memprediksi dan menyelidiki agar
pembelajaran berorientasi inkuiri guru informasi diperoleh dan diingat dengan
memiliki tugas menjadikan siswa sebagai baik. Keterlaksanaan RPP dan aktivitas
pembelajar yang mandiri, sehingga siswa siswa menunjukkan pembelajaran
memperoleh pengalaman dengan berlangsung dengan baik. Dengan
pertanyaan, mereka mahir untuk pembelajaran model inkuri terbimbing
memperjelas pertanyaan yang baik, siswa harus membangun sendiri
merancang penelitian untuk menguji ide, pengetahuan dalam benaknya dengan
mengintepretasi data, dan membentuk bantuan guru dan didorong untuk belajar
generalisasi berdasarkan data yang ada. berpikir kritis melalui keterlibatan aktif
dengan apa yang dilakukan siswa yang memungkinkan mereka
tersebut, guru harus tetap memantau menemukan fakta dan konsep bagi diri

JPF ISSN: 2337-5973 77


mereka sendiri sehingga fakta dan Berdasarkan data tes penguasaan
konsep tersebut menjadi bermakna bagi konsep siswa yang telah dilakukan
mereka Kuhlthau et al dan Wenning. Hal diperoleh bahwa rata-rata nilai siswa 80
tersebut diperkuat oleh Piaget bahwa untuk kelas VIII A, 81 untuk kelas VIII
anak-anak memiliki sifat bawaan ingin B, dan 81 untuk kelas VIII C. Dari hasil
tahu dan terus berusaha memahami dunia analisis juga diperoleh bahwa
sekitarnya, keingintahuan memotivasi pembelajaran mempunyai korelasi cukup
mereka untuk mengkonstruksi secara besar pada peningkatan penguasaan
aktif gambaran-gambaran dibenaknya konsep siswa, hal ini dibuktikan dari
tentang lingkungan mereka. Tingginya nilai rata-rata gain di atas 0,7. Korelasi
aktivitas siswa didukung oleh pembelajaran dikatakan tinggi jika nilai
terlaksananya tahap-tahap RPP dengan gain-nya lebih besar dari 0,7 (Hake,
baik. Keterlaksanaan RPP dan aktivitas 1999). Hal ini dapat diartikan bahwa
siswa menunjukkan pembelajaran pembelajaran mempunyai hubungan
berlangsung dengan baik. Dengan inkuiri positif terhadap penguasaan konsep
terbimbing siswa harus membangun siswa. Pembelajaran inkuiri dapat
sendiri pengetahuan dalam benaknya melatihkan penguasaan konsep IPA
dengan bantuan guru dan didorong untuk siswa dengan hasil analisis N-Gain rata-
belajar berpikir kritis melalui rata sebesar 0,8 untuk masing-masing
keterlibatan aktif yang memungkinkan kelas. Hal ini menunjukkan ada
mereka menemukan fakta dan konsep peningkatan hasil belajar setelah
bagi diri mereka sendiri sehingga fakta pemberian pembelajaran model inkuiri.
dan konsep tersebut menjadi bermakna Sesuai dengan pernyataan Dahar, konsep
bagi mereka (Slavin, Kuhlthau et al). merupakan suatu abstraksi dan konsep
3) Penguasaan Konsep, Penetapan memiliki peranan penting dalam
kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pembelajaran, karena konsep merupakan
pelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri batu-batu pembangun (building blocks)
I Metro Lampung pada tahun ajaran dalam berpikir. Pembelajaran inkuiri
2013/2014, peserta didik dinyatakan dapat melatihkan penguasaan konsep
tuntas belajarnya apabila telah mencapai siswa yang telah ada dengan bimbingan
nilai ≥ 75 sebagai batas penguasaan guru untuk memperkuat konsep tersebut
materi, sedangkan untuk ketuntasan sebagai dasar mempelajari konsep lain.
klasikal ditetapkan bahwa sedikitnya Hasil uji beda dengan menggunakan
terdapat ≥ 85% peserta didik tuntas paired sample t test melalui program
belajarnya. Data rata-rata hasil tes SPSS pada taraf signifikansi α = 0,05,
penguasaan konsep untuk masing- diperoleh hasil p value (nilai
masing kelas sebagai berikut: signifikansi) = 0,000 pada masing-
masing kelas implementasi. Hasil ini bila
Kelas PreTest Posttest N-Gain
dikonsultasikan dengan kriteria
VIII.A 15 80 0.8 pengujian dalam Rahmatin (2010), maka
VIII.B 14 81 0.8 diperoleh p value < 0,05. Hal ini
VIII.C 20 81 0.76 membuktikan bahwa setiap kelas

78 JPF ISSN: 2337-5973


implementasi ada perbedaan hasil menjadi (94) untuk kelas sebenarnya dan
belajar penguasaan konsep antara (93) untuk kelas replikasi dan ketuntasan
sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) indikator mencapai 100%, hal ini
dilakukan pembelajaran dengan dibuktikan dari nilai rata-rata gain di atas
menggunakan perangkat pembelajaran 0,7 berkategori tinggi untuk masing-
model inkuiri. Dengan kata lain, masing kelas. Hal ini berarti
penerapan pembelajaran inkuiri pada pembelajaran memberikan korelasi
ketiga kelas implementasi untuk materi tinggi dengan kisaran nilai gain-nya
energi dan usaha memberikan perbedaan berada di atas 0,7 Hake (1999).
yang signifikan pada hasil belajar Berdasarkan keberhasilan dalam uji coba
penguasaan konsep antara sebelum dan II ini menunjukkan bahwa model inkuiri
sesudah dilakukannya pembelajaran. terbimbing dapat melatihkan
4) Keterampilan Proses Sains, keterampilan proses sains. Data hasil uji
Penetapan kriteria ketuntasan minimal coba II menunjukkan pembelajarn inkuiri
(KKM) mata pelajaran IPA di kelas VIII dapat melatihkan keterampilan proses
SMP Negeri I Metro Lampung pada sains siswa, hal ini sesuai dengan
tahun ajaran 2013/2014, peserta didik penelitian yang dilakukan Bilgin (2009),
dinyatakan tuntas belajarnya apabila pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
telah mencapai nilai ≥ 75 sebagai batas meningkatkan pemahaman konsep dan
penguasaan materi, sedangkan untuk keterampilan proses perserta didik
ketuntasan klasikal ditetapkan bahwa sehingga dapat meningkatkan hasil
sedikitnya terdapat ≥ 85% peserta didik belajarnya, dan penelitian yang
tuntas belajarnya. Data rata-rata hasil tes dilakukan Bransford, Brown&Cocking
keterampilan proses untuk masing- (2000) dalam VMSC (2010),
masing kelas sebagai berikut: menunjukkan bahwa peserta didik yang
terlibat dalam pembelajaran inkuiri dapat
Kelas PreTest Posttest N-Gain meningkatkan hasil belajar tentang
VIII.A 45 94 0.88 pemahaman, berpikir kritis, dan
keterampilan proses sains. Senada
VIII.B 44 92 0.86
dengan itu Piaget (dalam Nur, 2000),
VIII.C 43 94 0.9
pengetahuan datang dari tindakan,
pengetahuan kognitif sebagian besar
Pada tes awal kemampuan siswa
ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat
tentang keterampilan proses sains sangat
memanipulasi dan aktif berinteraksi
rendah (44) baik dikelas sebenarnya
dengan lingkungan. Demikian juga
ataupun dikelas replikasi dan tidak ada
dengan prinsip-prinsip Piaget dalam
indikator yang tuntas. Hal ini disebabkan
pengajaran yang menekankan
siswa selama ini belum pernah diajarkan
pembelajaran melalui penemuan dan
keterampilan proses sains. Keterampilan
pengalaman nyata dan peran guru dalam
proses sains selama ini dipandang bukan
menyiapkan lingkungan yang
bagian yang penting dalam pembelajaran
memungkinkan siswa memperoleh
IPA. Pada tes akhir, keterampilan proses
berbagai pengalaman belajar yang lebih
sains siswa berubah secara signifikan
luas. Penelitian ini juga mendukung hasil

JPF ISSN: 2337-5973 79


penelitian yang diteliti oleh Numu’ani, Hal ini membuktikan bahwa setiap kelas
tentang pembelajaran biologi berbasis implementasi ada perbedaan hasil
inkuri yang dikembangkan layak untuk belajar keterampilan proses antara
melatihkan keterampilan proses sains. sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)
selain keterampilan proses, pembelajaran pembelajaran dengan menggunakan
inkuiri tidak terlepas dari aktivitas perangkat pembelajaran inkuiri.
psikomotorik siswa dalam melaksanakan Dengan kata lain, penerapan
kegiatan eksperimen, oleh karena itu pembelajaran inkuiri pada ketiga kelas
psikomotor diamati dengan lembar implementasi untuk materi energi dan
penilaian psikomotor bersdasarkan usaha memberikan perbedaan yang
rincian tugas kinerja (RTK) yang telah signifikan pada hasil belajar
ditentukan. Ketuntasan belajar keterampilan proses antara sebelum dan
psikomotor seluruh komponen yang sesudah dilakukannya pembelajaran.
dinilai baik, secara individual ketuntasan 5) Respon siswa. Pengamatan
belajar mencapai 100% untuk kelas VIII respons siswa dilakukan pada beberapa
A, VIII B, dan VIII C. Dalam aspek, antara lain komponen
pengambilan data siswa duduk pembelajaran, kemutakhiran
berkelompok yang terdiri dari tujuh pembelajaran, kemudahan siswa dalam
orang, sehingga hasil penilaian dalam memahami, minat siswa, kemudahan
satu kelompok menunjukkan nilai yang penjelasan, dan soal. Jumlah responden
sama hal ini dikarenakan penggunaan sebanyak 28 siswa untuk masing-masing
alat yang terbatas. Keberhasilan ini kelas. Hasil pengamatan menunjukkan
dikarenakan selama kegiatan belajar bahwa 83% siswa sangat tertarik dengan
mengajar guru memberikan bimbingan materi yang diajarkan hasil ini diperoleh
dan arahan dengan jelas sehingga siswa dari rata-rata kelas VIII A, VIII B dan
dengan mudah memahami rincian tugas VIII C. Tingginya ketertarikan siswa
kinerja yang diberikan oleh guru terhadap materi ajar merupakan respons
disamping itu juga motivasi siswa dalam yang cukup baik. Hal ini karena materi
belajar sangat besar hal ini didukung yang diajarkan berkaitan erat dengan
dengan data aktivitas siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan
melaksanakan percobaan cukup tinggi energi dalam kehidupan sehari-hari
sehingga menciptakan suasana belajar menggunakan prinsip dan konsep yang
yang kondusif guna mencapai tujuan diajarkan dalam materi energi dan usaha.
pembelajaran yang dirancang oleh Pada aspek kebaruan ada sebanyak 75%
peneliti. Hasil uji beda dengan yang menyatakan bahwa materi pelajaran
menggunakan paired sample t test sangat baru, hal ini terjadi karena
melalui program SPSS pada taraf memang materi energi dan usaha belum
signifikansi α = 0,05, diperoleh hasil p diperoleh siswa di sekolah. Ketertarikan
value (nilai signifikansi) = 0,000 pada siswa pada BS juga sama tingginya
masing-masing kelas implementasi. dengan ketertarikan siswa pada materi
Hasil ini bila dikonsultasikan dengan pelajaran. Dari seluruh responsden, 84%
kriteria pengujian dalam Rahmatin siswa yang menjadi responden
(2010), maka diperoleh p value < 0,05. menyatakan sangat tertarik. Salah

80 JPF ISSN: 2337-5973


satunya penyebabnya adalah BS merupakan hal baru bagi siswa, 83%
dirancang dan disesuaikan dengan model siswa menyatakan sangat baru. Suasana
pembelajaran yang digunakan. sehingga belajar pada KBM dengan model
menarik siswa untuk membaca dan pembelajaran inkuiri terbimbing
menggunakannya dalam proses memberikan kesempatan lebih siswa
pembelajaran. Model pembelajaran untuk bereksplorasi sesuai dengan
inkuiri yang digunakan merupakan panduan LKS yang ada. Kesempatan ini
model pembelajaran yang menekankan yang membuat siswa senang karena
pada keterlibatan siswa dalam proses siswa merasa bebas berkreasi dan
belajar (Alberta, 2004). Materi/ konsep meningkatkan kreativitasnya dalam
yang disajikan pada buku siswa melakukan percobaan.
disesuaikan dengan materi/konsep yang Cara mengajar guru mendapat
akan dicari/ditemukan oleh siswa melalui respons positif dari siswa. Sebanyak 87%
proses percobaan. Materi yang siswa sangat tertarik dengan cara guru
ditekankan untuk diperoleh siswa mengajar. Hal ini merupakan respons
melalui proses percobaan tidak disajikan yang sangat baik, sebab dengan respons
pada Buku siswa sesuai dengan pedoman positif yang tinggi terhadap cara
level inquiry (Bell, 2005; Meador, mengajar guru, diharapkan hasil belajar
2011;Wenning, 2011). LKS dibuat dan terutama penguasaan konsep siswa
disajikan untuk membantu siswa dalam meningkat. Ketertarikan siswa terhadap
proses percobaan. Respons siswa positif cara guru mengajar disebabkan cara guru
terhadap LKS hal ini terlihat pada mengajar merupakan hal baru bagi siswa,
persentase ketertarikan siswa dengan sebanyak 83% siswa menyatakan sangat
LKS yang sangat tinggi dengan baru.
persentase sebesar 87%. Desain LKS Pada tingkat kesulitan, siswa
inkuiri terbimbing yang digunakan sebagian besar menyatakan bahwa
berbeda dengan LKS yang lain, dalam bahasa yang digunakan dalam buku
LKS hanya diberi petunjuk sebuah cukup mudah dimengerti terbukti
masalah, dan prosedur percobaan (Bell, sebanyak 84% siswa menyatakan sangat
2005; Meador, 2011). Hal ini yang mudah. Untuk materi yang ada dalam
membuat LKS berbeda dengan LKS buku siswa dapat dikategorikan sangat
yang lain. LKS inkuiri terbimbing mudah dipahami, terbukti sebesar 77%
merupakan hal baru bagi siswa terbukti siswa menyatakan materi sangat mudah
89% siswa menyatakan sangat baru. dipahami. Hal ini dapat menggambarkan
Suasana belajar ketika proses bahwa materi yang disajikan pada Buku
pembelajaran mendapat respon sangat Siswa dapat dipahami dengan baik oleh
baik dari siswa, sebanyak 88% siswa sebagian besar siswa. Dengan
menyatakan sangat tertarik dengan penguasaan yang baik terhadap materi
suasana belajar yang mereka alami yang ada di dalam Buku Siswa,
selama proses pembelajaran. Suasana diharapkan siswa dapat menjawab
belajar yang menarik terbentuk dari pertanyaan dengan baik ketika dilakukan
proses pembelajaran yang berjalan tes akhir terhadap penguasaan konsep
dengan baik. Suasana belajar yang terjadi siswa. Kemudahan siswa dalam

JPF ISSN: 2337-5973 81


memahami BAS juga didukung oleh data Secara keseluruhan, siswa
keterbacaan Buku Siswa yang dilakukan memberikan respons positif terhadap
pada saat ujicoba. Pada saat ujicoba pembelajaran. Respons positif ini
diperoleh data bahwa keterbacaan Buku menunjukkan bahwa siswa antusias
Siswa sebesar 49% untuk kelas VIII A, dengan pembelajaran yang disajikan. Hal
46% untuk kelas VIII B, dan 49% untuk ini dapat memotivasi siswa untuk
kelas VIII C. Hal ini menunjukkan Buku meningkatkan perhatian dan membuat
Siswa dalam kategori materi tepat atau mereka terlibat dalam pengalaman
baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran yang menyenangkan dan
pembelajaran (Taylor, 1953). bermakna (Nur, 2008). Motivasi ini yang
Pada contoh soal, menurut siswa mendorong siswa untuk melakukan
contoh soal sangat mudah dipahami/ aktivitas pembelajaran seperti yang
dimengerti, terbukti 87% siswa teramati oleh pengamat, dengan
menyatakan sangat mudah. Hal ini intensitas yang cukup tinggi. Tingginya
merupakan respons yang baik karena respons siswa secara tidak langsung
dengan mudahnya siswa memahami dapat membantu siswa mendapatkan
contoh soal, diharapkan siswa dapat penguasaan konsep yang utuh.
mengerjakan soal yang serupa dengan
contoh soal dengan benar jika dilakukan Temuan Penelitian
tes. Hal serupa ditunjukkan oleh respon Berdasarkan hasil analisis data
siswa terhadap LKS dan cara mengajar penelitian dan pembahasan hasil
guru, menurut siswa LKS yang penelitian di atas yang dikaitkan dengan
digunakan cukup mudah dipahami, tidak rumusan masalah, diperoleh temuan
kalah penting juga cara mengajar guru penelitian sebagai berikut:
menyajikan materi yang mudah dipahami 1. Perangkat Pembelajaran Inkuiri yang
oleh siswa sehingga materi sangat mudah dikembangkan dapat dikatakan layak
dipahami. Hal ini akan mendorong dan sebagai perangkat pembelajaran,
memotivasi siswa untuk meningkatkan karena hasil penelitian menunjukkan:
hasil belajar. Minat siswa terhadap a. Hasil penilaian RPP yang meliputi
penggunaan model pembelajaran pada aspek tujuan pembelajaran, kegiatan
materi lain cukup tinggi. Hal ini berarti pembelajaran, waktu, perangkat
bahwa penggunaan model pembelajaran pembelajaran, metode sajian dan
inkuiri terbimbing mendapat respons penulisan mendapatkan nilai rata-
positif dari siswa. Namun demikian, rata 3,3 - 3,5 dengan reliabilitas
penggunaan model pembelajaran inkuiri 85,7%, artinya RPP tersebut valid
tidak selama baik untuk setiap dan reliabel.
pembelajaran, bergantung pada b. Hasil penilaian LKS meliputi
karakteristik materi yang disampaikan. format, bahasa, isi, dan kesesuaian
Sehingga meskipun siswa tertarik pada dengan kurikulum dan prosedur
penggunaan model pembelajaran inkuiri, sesuai dengan pembelajaran inkuiri
guru harus melihat karakteristik materi yang dikembangkan layak
yang akan disampaikan. digunakan siswa maupun guru
dalam melatih keterampilan proses

82 JPF ISSN: 2337-5973


dan Instrumen penilaian LKS yang pengambilan data sesuai dengan
digunakan adalah reliabel. LKS dengan persentase 37%,
c. Hasil penilaian Buku Siswa meliputi menyampaikan
aspek kelayakan isi mendapatkan pendapat/mengkomunikasikan
nilai 3,7 (kategori layak), aspek informasi kepada kelas/guru dengan
penyajian mendapat nilai 3,5 persentase 34,5%, dan melakukan
(kategori layak), aspek bahasa dan percobaan sesuai dengan panduan
keterbacaan mendapat nilai 3,6 LKS dengan persentase 33%.
(kategori layak), serta reliabilitasnya Aktivitas tersebut menunjukkan
86%, artinya Buku Siswa yang bahwa pembelajaran semula teacher
dikembangkan layak dijadikan buku centered learning menjadi student
panduan siswa maupun guru dalam centered learning. Instrumen
pembelajaran dan Instrumen Pengamatan Aktivitas Sisw yang
penilaian buku siswa yang digunakan reliabel.
digunakan reliabel. c. Ketuntasan indikator penguasaan
d. Hasil validasi Lembar Penilaian konsep, dan keterampilan proses,
penulisan butir soal Tes pada ujicoba II masing-masing
Keterampilan Proses mendapatkan sebesar 84% dan 93%. Hal ini
nilai 3,7 (validitas baik), dengan menunjukkan ketuntasan indikator
reliabilitas 86% dan Tes Penguasaan secara klasikal telah tercapai.
Konsep mendapat nilai 3,5 (validitas d. Penguasaan konsep pada ketiga
baik), dengan reliabilitas 86%. Hasil kelas dalam penelitian ini
tersebut menunjukkan bahwa memperoleh nilai N-gain yang
Lembar Penilaian layak digunakan masing-masing berkategori tinggi.
sebagai alat ukur pencapaian Nilai N-gain sebesar 0,8 pada kelas
kompetensi dasar dan Instrumen VIIIA, nilai N-gain sebesar 0,8 pada
Lembar Penilaian yang digunakan kelas VIIIB, dan nilai N-gain
valid dan reliabel. sebesar 0,76 pada kelas VIIIC.
2. Hasil uji coba perangkat pembelajaran e. Keterampilan proses sains siswa
inkuiri untuk materi energi dan usaha pada ketiga kelas dalam penelitian
dari penelitian ini menunjukkan: ini memperoleh nilai N-gain yang
a. Keterlaksanaan RPP pada uji coba II masing-masing berkategori tinggi.
sebesar 100% dengan reliabilitas Nilai N-gain sebesar 0,88 pada kelas
86%. Hal ini menunjukkan bahwa VIIIA, nilai N-gain sebesar 0,86
RPP dapat terlaksana dengan baik pada kelas VIIIB, dan nilai N-gain
dan Instrumen Keterlaksanaan RPP sebesar 0,9 pada kelas VIIIC.
yang digunakan dapat dikatakan f. Ketuntasan hasil belajar penguasaan
reliabel. Selain itu, hasil pengamatan konsep, dan keterampilan proses
kegiatan pendahuluan, inti, penutup, secara klasikal telah tercapai. Hasil
dan suasana kelas rata-rata mendapat analisis ketercapaian kompetensi
nilai baik. dasar, dari hasil ujicoba II
b. Aktivitas siswa paling dominan menunjukkan bahwa sebagian besar
adalah melakukan pengamatan saat siswa sudah menguasai kompetensi

JPF ISSN: 2337-5973 83


dasar. Ketuntasan kompetensi dasar dan inquiry. Jakarta:
dikatakan tercapai. Depdikbud-Dirjen Dikti.
g. Respons siswa positif terhadap Anderson, R.D. (2002). Reforming
perangkat, proses pembelajaran science teaching: what research
dengan menggunakan model inkuiri, says about inquiry. Journal of
dan keterampilan proses yang science teacher education. Vol
dilatihkan. 13. No. 1.
h. Kendala yang ditemui dalam KBM Anderson, L.D. dan Krathwohl, D.R.
berhubungan dengan kemampuan (2001). A Taxonomy for
siswa dalam membangun learning, teaching, and
pengetahuan dari hasil percobaan. assesing. New York: Addison
Wesley Longman, Inc.
IV. PENUTUP Anderson, Mahjardi. (2000). A
A. Simpulan Taxonomy for learning,
Berdasarkan temuan-temuan dari teaching, and assesing (A
pelaksanaan implementasi perangkat Revision of bloom’s taxonomy
pembelajaran yang dikembangkan, of education objectives,
diperoleh simpulan bahwa perangkat abridged edition). New York:
pembelajaran inkuiri efektif digunakan Longman.
untuk melatihkan keterampilan proses Ango, Mary L. (2002). Mastery of
sains dan penguasaan konsep dalam science process skills and their
pembelajaran IPA di SMP kelas VIII. effective use in the teaching of
science: An educology of
B. Saran science education in the
Berdasarkan temuan-temuan nigerian context. International
penelitian dapat disarankan bahwa journal of educology. Vol.16
sebelum melakukan pembelajaran No.1. Pp 1-10.
dengan model pembelajaran yang baru Alberta. (2004). Focus on inquiry: A
bagi peserta didik, perlu adanya Teacher guide to implementing
penjelasan yang komprehensif kepada inquiry based learning. Canada:
peserta didik tentang pembelajaran Learning Resource Center.
tersebut, agar peserta didik mengerti hal- Arends, R.I. (2008). Learning to teach
hal yang perlu disiapkan dan dilakukan edisi ketujuh buku dua.
supaya bisa mengikuti proses Yogyakarya: Pustaka Pelajar.
pembelajaran dengan lebih baik dan Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. evaluasi pendidikan. Jakarta:
Bina Aksara.
Banchi dan Bell. (2008). “The many
DAFTAR PUSTAKA
levels of inquiry”. Science and
Amin, Moh. (1987). Mengajarkan ilmu children. national science
pengetahuan alam dengan education standar, NRC. pp 26-
menggunakan metode discovery 29.

84 JPF ISSN: 2337-5973


Bell, Randy L. (2005). “Simplyfing indonesia No.41 tahun 2007
inquiry instruction: assesing the tentang standar proses untuk
inquiry level of classroom satuan pendidikan dasar dan
activities ”. The scince taecher. menengah. Jakarta : Dirjen
NSTA. pp. 30-33. Dikdasmen.
Bilgin, Ibrahim. (2009). “The effects of Depdiknas. (2011). Peraturan menteri
guided inquiry instruction pendidikan ansional republik
incorporating a cooperative indonesia No.22 tahun 2006
learning approach on university tentang standar isi untuk satuan
students’ achievement of acid pendidikan dasar dan
and bases concepts and attitude menengah. Jakarta : Dirjen
toward guided inquiry Dikdas.
instruction”. Scientific research Dahar, Ratna W. (1988). Teori-teori
and essay. Vol.4 (10). pp. 1038- belajar. Bandung: Erlangga.
1046. Dick, W dan Carey L. (1990). The
Borich, G.D. (1994). Observation skills systematic design of instruction.
for effective teaching. New New York: Harper Collins.
York: Macmillan Publishing Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar
Company. dan pembelajaran. Jakarta:
Brickman at al. (2009). Effects of Rineka Cipta
inquiry-based learning on Eggen, Paul D dan Kauchak, Donald P.
students science literacy skills (1996). Strategies for teacher:
and confidence. International Teaching content and thinking
journal for the scholarship of skills (3rd Ed.). Boston: Allyn
teaching and learning. Vol.3 and Bacon.
No.2, Pp 1-22. Fraenkel, Wallen dan Hyun. (2010). How
BSNP. (2006). Naskah akademik to design and evaluate research
instrumen penilaian buku teks in education 8th ed. New York:
pelajaran pendidikan dasar dan The McGraw-Hill Companies,
menengah. Jakarta: BSNP. Inc.
Carin, A.A. (1993). Teaching modern Giancoli, Douglas C. (2001). Fisika edisi
science sixth edition. New kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga.
York: Merril, an Imprint of Mc. Glencoe Science. (2005). Energy. New
Millan Publishing Company. York: Macmillan/ McGraw-Hill
Collette, A.T dan Chiappetta, E.L. Glencoe Science. (2005). Work and
(1994). Science instruction in simple machine. New York:
middle and secondary schools McGraw-Hill
(3rd Ed.). New York: Merrill. Hake, R. R. (1999). Analyzing
Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat changed/gain score. Indiana
satuan pedidikan untuk SMP University Usa. (Online)
dan MTs. Jakarta : Depdiknas. http://www.physics.indiana.edu/
Depdiknas. (2006). Peraturan menteri ~sdi/AnalyzingChange-
pendidikan nasional republik

JPF ISSN: 2337-5973 85


Gain.Pdf (2 Januari 2014, 20.00 Meador, G. (2010). Inquiry physics: A
WIB). modified learning cycle
Halliday dan Resnick. (1984). Fisika curriculum. OK: Bartlesville
edisi ketiga jilid 1. Jakarta: High School.
Erlangga. Muslich, M. (2008). KTSP dasar
Heinich, R., Smaldino, S.E., Russell, pemahaman dan
J.D., Molenda, M. (1993). pengembangan. Jakarta: Bumi
Instructional media and Aksara
technologies for learning ed Muslich, M. (2011). Authentic
8th. New Jersey: Merril assessment: Penilaian berbasis
Prentice-Hall. kelas dan kompetensi. Bandung:
Howe & Jones. (1993). Didaktik asas- Refika Aditama.
asas mengajar. Bandung: Mulyasa, E. (2007). Menjadi guru yang
Jermaes. profesional. Bandung: Remaja
Indrawati, Sufiah. (2012). Rosdakarya.
Pengembangan perangkat Natinal Research Council. (2000).
pembelajaran berorientasi Inquiry and national science
pembelajaran penemuan education standars.
terbimbing untuk melatihkan Washington, D.C. : National
keterampilan proses pada mata Academy Press.
pelejaran IPA fisika SMP Nur, M. (2003). Buku panduan
materi kalor. Tesis Magister keterampilan proses dan
Pendidikan. Univeristas Negeri hakikat sains. Surabaya: PSMS-
Surabaya. Unesa Press.
Ibrahim, M. (2003). Pengembangan Nur, M. (2011). Modul keterampilan-
perangkat pembelajaran. keterampilan proses dan
Jakarta: Ditjen Dikdasmen hakikat sains. Surabaya: PSMS
Depdiknas. Unesa.
Ibrahim, M. (2005). Assesmen Nur, M. dan Samami, M. (1996). Teori
berkelanjutan. Surabaya: Unesa pembelajaran dan hakikat
Universty Press. pendekatan keterampilan
Joyce and Weil. (2009). Models of proses. Jakarta: Depdikbud.
teaching. Yogyakarta: Pustaka Nur, M. dan Wikandari, P.R. (2000).
Pelajar. Pengajaran berpusat kepada
Kardi, S. (2013). Model pembelajaran siswa dan pendekatan
langsung, inkuiri, sains konstruktivistik dalam
teknologi dan masyarakat. pengajaran. Surabaya: Unesa.
Surabaya: Unesa.
Kuhlthau, Carol C. (2007). Guided
inquiry: Learning in the 21st
century school. America: Nurmu’ani. (2011). Pengembangan
Libraries Unlimitied, inc. perangkat pembelajaran biologi
berbasis inkuiri untuk

86 JPF ISSN: 2337-5973


melatihkan keterampilan proses edisi 2. Surabaya: Unesa
sains. Tesis Magister University Press.
Pendidikan. Universitas Negeri Rezba, R.J., Sparague, C.S., Fiel, R.L.,
Surabaya. Funk, H.J., Okey, J.R., & Jaus,
Oates, K.K. (2002). “Inquiry science: H.H. (1995). Learning and
Case study in antibiotic assessing science process skills
prospecting”. The american 3rd ed. Iowa: Kendall/Hunt
biology teacher. Vol 64 No 3 Publishing Company.
Maret 2002. pp 184-187. Rusmiayati, A dan Yulianto, A. (2009).
Orhan, A. (2008). “Assessment of the Peningkatan keterampilan
inquiry-based project proses sains dengan
implementation process in menerapkan model problem
science education upon based in struction. Jurnal
students’ points of views”. pendidikan fisika indonesia.
International journal of Vol.7 No.5, pp 75-78.
instruction. Vol. 1 No.1, pp 1- Rustaman, N. (2011). Assessment
12. pendidikan IPA. Makalah
Prabowo. (2001). Pembelajaran fisika seminar, Bandung.
dengan pendekatan terpadu Sagala, S. (2005). Konsep dan makna
dalam menghadapi pembelajaran. Bandung: CV.
perkembangan IPTEK milenium Alfabeta.
III. Media. Vol. 24 No.6, pp 75- Sanjaya, Wina. (2011). Strategi
78. pembelajaran berorientasi
Program Pascasarjana Unesa. (2014). standar proses pendidikan.
Pedoman penulisan tesis dan Jakarta: Kencana Prenada
disertasi. Surabaya: Unesa Media.
University Press. Sears dan Zemansky. (1994). Fisika
Pratiwi P, Rinie dkk. (2008). CTL ilmu universitas jilid 1 terjemahan.
pengetahuan alam SMP/MTs Jakarta: Binacipta.
kelas VIII edisi 4. Jakarta: Sitepu, B. P. (2010). Keterbacaan.
Depdiknas. https://bintangsitepu.wordpress.
Puskur Balitbang. (2007). Kebijakan com/ 2010/09/11/keterbacaan/
kajian kurikulum mata diakses tanggal 2 Januari 2014.
pelajaran IPA. Jakarta: Slavin, R.E. (2011). Psikologi
Depdiknas. pendidikan teori dan praktek ed
Rahmatin, Dewi. (2010). “Modul 9. Jakarta: PT Indeks.
pelatihan SPSS”. Makalah Sudaryono dkk. (2013). Pengembangan
disajikan pada acara pelatihan instrumen penelitian
SPSS, UPI, Bandung. pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ratumanan, T. G., dan Laurens T. Ilmu.
(2011). Penilaian hasil belajar Sugiono. (2012). Metode penelitian
pada tingkat satuan pendidikan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabet.

JPF ISSN: 2337-5973 87


Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar education online. Vol 2 No. 4,
dan pembelajaran. Bandung: Pp. 9-15.
Remaja Rosdakarya. Wenning, Carl J. (2007). “Assesing
Taylor, W. L. (1953). Cloze procedure: inquiry skills as a component of
A new tool for measuring scientific literacy”. Journal
readability. Journalism physic education online. Vol. 4
Quarterly, 415-433. No. 2, pp. 21-24.
Thiagarajan and Semmel & Semmel. Wenning, Carl J. (2010). “Level of
(1974). Instructional inquiry: Using inquiry spectrum
development for training learning sequences to teach
teacher of exceptional children. science”. Journal physic
Indiana: Indiana University. education online. Vol.5 No. 4,
Toharuddin, U., Hendrawati, S. dan pp. 11-20.
Rustaman, A. (2011). Wenning, Carl J. (2011). “Level of
Membangun literasi sains inquiry model of science
peserta didik. Bandung: teaching: Learning sequnces to
Humaniora. lesson plan”. Journal physic
Trianto. (2007). Model-model education online. Vol.6 No.2,
pembelajaran inovatif pp. 17-20.
berorientasi konstruktivisme. Yanuar, W. (2010). Optimalisasi
Jakarta: Prestasi Pustaka. penerapan pendidikan karakter
Trautman, N. (2002). “University di sekolah menengah merbasis
science students as facilitators keterampilan proses: sebuah
of high school inquiry-based perspektif guru IPA-biologi.
learning”. Poster presented at Jurnal penelitian dan pemikiran
the annual meeting of the pendidikan (JP3). Vol.1 No.1,
national association for research pp 72-83.
in science teaching, Los Angles. Zawadzki, R. (2010). Is process oriented
VMSC, V.M. (2010). Scientific inquiry guided inquiry learning
and the nature of science task (POGIL) suitable as a teaching
force report. Virginia, USA: method in thailand’s higher
VMSC. education. Asian journal on
Wasis dan Irianto. (2008). Ilmu education and learning. Vol. 1
pengetahuan alam SMP dan No. 2, pp 66-74.
MTs Kelas VIII. Jakarta:
Depdiknas.
Wenning, Carl J. (2005). “Implementing
inquiry-based instruction in the
science classroom: A new
model for solving the
improvement-of-practice
problem”. Journal physic

88 JPF ISSN: 2337-5973

Anda mungkin juga menyukai