Anda di halaman 1dari 18

ASPEK LEGAL

WEWENANG BIDAN DALAMP PEMBERIAN OBAT

Disusun Oleh :
VIA NINDIA LATIFA
WIWIT KRISMAWATI
WAYAN ARNIA WATI
YOSI OKTALIA

AKADEMI KEBIDANAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis


telah menyelesaikan makalah dengan judul “ Makalah Aspek Legal Wewenang
Bidan Dalam Pemberian Obat”

Selanjutnya dalam kesempatan ini pula, penulis menyampaikan terima kasih


kepada pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis juga
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kebaikannya.

Akhirnya dengan memohon taufik dan hidayah dari Allah SWT, semoga makalah
ini membawa manfaat bagi penulis dan semua pihak.

Bandar Lampung, Juli 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ruang Lingkup Bidan dan Obat ................................................................. 2
2.2 Kewnangan Bidan Dalam Pemberian Obat Dan Aspek Legalnya ............. 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 13
3.2 Saran ........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus
memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan
oleh obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga
kompartemen, yaitu kompartemen ibu, kompartemen janina dan
kompartemen plasenta.

Ada banyak macam obat yang boleh atau aman untuk ibu hamil dan masa
persalinan namun tidak semua dari obat tersebut bebas diberikan oloeh
bidan kepada pasiennya, karena ada kewenanangan bidan dalam pemberian
obat masih sangat terbatas.

Kementrian kesehatan telah membuat peraturan yang tertulis tentang hak


dan kewenangan bidan dalam memberikan obat untuk pasiennya sesuai
dengan peraturan yang telah dibuat.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui aspek legal dan kewenangan bidam dalam memberikan
obat pada ibu hamil, ibu bersalinan, masa nifas, bayi baru lahir dan balita

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Bidan Obat


A. Pengertian Obat dan Bidan
Sebelum terlalu dalam membahas tentang kewenangan bidan dalam
pemberian obat pada ibu hamil dan masa persalinannya, perlu diketahui
sebelumnya apa yang dimaksud dengan bidan, dan ruang lingkupnya.

Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)


yangdianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan
diakuioleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition
(FIGO).

Obat merupakan subtansi yang diberikan kepada manusia atau binatang


sebangai perwatan, pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya bidan memiliki tanggung
jawab terhadap keamanan obat dan pemberian langsung kepada ibu hamil.
Hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan paisen.

B. Pemberian Obat Oleh Bidan


Bidan bertugas dalam menghadapi ibu hamil dan melahirkan menggunakan
berbagi macam obat ,Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan
tentunya harus memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping yang
ditimbulkan oleh obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga
kompartemen, yaitu kompartemen ibu, kompartemen janin dan kompartemen
plasenta. Begitu banyaknya yang perlu diperhatikan maka seorang bidan
harusnya berhati-hati dalam memberikan obat kepada pasiennya.

Selain dari ibu hamil dan yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan
juga berperan dalam pemberian obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalm

2
hal ini pemberian alat-alat kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal
seperti pil, implant, dan suntikan hormon.

Bidan juga berperan penting dalam pemberian imunisasi toksoplasma dan


toksoid pada ibu hamil. Dan imunissasi pra nikah, serta imunisasi pada bayi
dan balita meski tidak sepenuhnya harus dilakukan oleh bidan.

C. Penggunaan Obat Dalam Masa Kehamilan


Pada ibu hamil , ada banyak hal yang harus diperhatiakn saat pemberian obat,
yaitu efek obat tersebut terhadap, ibu, janin , dan plasentanya. Pada ibu hamil
maka akan tumbuh unit fetoplasental dalam uterus yaitu janin yang sedang
berkembang dan plasenta yang berfungsi memberikan makan pada janin
tersebut.
Efek pada ibu
Pada ibu hamil , hormone plasenta akan mempengaruhi fungsi traktus
digestivus dan motilitas usus,sehingga obat akan lebih lama berada di traktus
digestivus. pH pada lambung akan meningkat menyebabkan buffer asam basa
terganggu rebsorpsi makanan dan obat menurun sehingga efek terpeotik obat
menurun. Dengan banyaknya mual dan muntah akan mempengaruhi dosis
obat yang masuk ke saluran pencernaan. Demikian pula pada
filtrasiglomerolus akan meningkat 50% . ini akibat peningkatan volume
plasma dara dan hormone progesterone. Dengan peningkatan ini maka ada
jenis obat tertentu yang cepat diekskresikan, misalnya golongan penisilin dan
derivatnya , beberapa obat jantung (digoksin) dan golongan markolid.
Pada ibu hamil fungsi hati terganggu karena adanya hormon plasenta, maka
pembetukan protein, terutama albumi akan menurun . beberapa obat kan lebih
menurunkan fungsi hepar akibat adanay hormone plasenta terutama
profesteron dan estrogen.
Efek pada plasenta
Plasenta merupakan unit yang menyalurkan nutrient dari ibu ke janin. Bila
dalam plsma darah ibu terdapat obat , maka obat ini kan melewati mekanisme
transfer plasenta (sawar plasenta).,yaitu membrane bioaktif sito plasmik

3
lipoprotein sel trofoblast , endotel kapiler vili korialis, dan jarinag pengikat
intersisial vili. Obat akan melaui sawar plasenta denag cara difusi aktif/pasif,
transportasi aktif dan fasilitatif , dengan kemampuan tersebut maka kadar
obat yang melewati palsenta akan berkurang
Efek pada janin
Dengan mengingat peran palasenta dalam memfiltrasi atau seleksi obat secar
pasifmaupun aktif serta banya sedikitnya obat yang akan masuk ke janin,
maka perlu dipikirakan kadr oabt yang berefek atau memberi resiko pada
kesejahteraan janin. Bila obat akan member pengaruh teratogenik pada jain
maka pemberian obat tersebu perlu di pertimbangkan . sangat jarang
pemberian obat untuk janin melalui ibu,tapi yang paling sering terjadi adalah
pembeian obat untuk ibu tepi tanpa terpikirka masuk ke dalam plasenta dan
akan mempengaruhi kesejahteraan janin.

D. Pengguanaan Obat Dalam Masa Persalinan


Persalinan adalah pengeluaran bayi pada akhir kehamilan, dimana proses
terjadinya karena adanya kontraksi otot polos uterus sehingga serviks
melunak dan terbuka untuk memungkinkan pengeluaran bayi . Rasio estrogen
(merangsang otot polos uterus) dan progesteron (relaksasi otot polos uterus)
serta pelepasan hormon hipofisis posterior yaitu oksitosin dan prostaglandin
juga sangat berperan dalam kontraksi otot polos uterus. Hormon oksitosin
semakin meningkat produksinya menjelang akhir kehamilan, disertai makin
banyaknya reseptor hormon di uterus. Pada saat yang tepat hormon dan
reseptor berinteraksi sehingga memicu kontraksi.

OKSITOSIK adalah golongan obat yang digunakan untuk merangsang


kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan, pencegahan
perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan
Obat :Oxytocin (Pitocin, Syntocinon) 10 Unit/ampl
Mekanisme kerja : Merangsang kontraksi otot polos uterus untuk
mempercepat persalinan, induksi pengeluarkan ASI
Absorpsi : Melalui mukosa hidung

4
Distribusi :Distribusi luas ke cairan ekstraseluler
Metabolisme : t1/2 1-9 menit, dimetabolisme di hati, lama kerja 2-3 jam
Eliminasi : Ginjal
Efek samping : Konstipasi, mual, muntah, ruam kulit, anoreksia
Interaksi obat : Dengan obat Vasopresor dpt mengakibatkan hipertensi dan dg
anastesi siklopropan menyebabkan hipertensi
PROSTAGLANDIN merupakan senyawa yg dibuat dari fosfolipid pada
membran sel dlm jaringan tubuh. Senyawa tersebut merupakan substansi yg
penting sebagai hormon lokal
Prostaglandin di dlm tubuh sangat penting dlm membantu proses melahirkan :
Pematangan serviks
Kontraksi uterus (oksitosin + prostaglandin)
Pembentukan prostaglandin oleh amnion akan meningkat pd saat menjelang
akhir kehamilan sehingga menaikkan kadar prostaglandin.
Sensitivitas uterus thdp prostaglandin akan meningkat secara progresif
sepanjang kehamilan.
Dalam bulan terakhir kehamilan, serviks menjadi matang (pengaruh PGE2)
yg meningkatkan produksi enzim yg memecah dan melonggarkan kolagen
serviks
Ada 4 tipe prostaglandin yg mempunyai peranan penting dlm proses
melahirkan
PGE1 : Mematangkan serviks
PGE2 : Meningkatkan kontraksi uterus dan mematangkan serviks
PGI2 : Aliran darah darah dari ibu ke janin
PGI2a : Menimbulkan kontraksi uterus segala waktu
PROSTAGLANDIN SINTETIK
Obat :Dinoproston (PGE2) pervaginal
Sediaan :Tablet dan jelly
Indikasi :Pematangan serviks dan induksi persalinan
Aksi :10 menit setelah dimasukkan ke dalam vagina
Absorpsi :Dinding vagina
Obat :Misoprostol (PGE1) pervaginal

5
Sediaan :Tablet
Indikasi :Induksi dan penguatan persalinan serta penatalaksanaan kala tiga
persalinan
Efek samping prostaglandin :Pireksia (demam) Vasodilatasi dan hipotensi
Inflamasi Sensitasi terhadap nyeri Duresis dan kehilangan elektrolit
Pelepasan hormon hipofise, renin dan steroid adrenal
Kontraindikasi :Terdapat ruptura membran amnion , Adanya riwayat sikatris

2.2 Kewenangan Bidan Dalam Pemberian Obat Dan Aspek Legalnya


Melihat kondisi-kondisi diatas pemberian obat untuk ibu hamil dan masa
persalina memamg harus perlu diperhatikan dan kewaspadaan yang tinggi
dalam hal ini seorang bidan yang mempunyai tanggung jawab,karena
banyaknya hal-hal yang harus diperhatikan termasuk beberapa kompartemen
yang harus dijaga dari efek yang ditimbulkan oleh obat-obat tertentu, yaitu
ibu hamil itu sendiri, plasenta, dan janin.

Demi menghindari adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi karena


pemberian obat yang salah oleh bidan pada ibu hamil, maka kementrian
kesehatn membuat keputusan tentang kewenangan bidan dalam pemberian
obat, kwenangan ini dituliskan pada KEPMENKES 900 dan KEPMENKES
396 mengenai obat.

A. Wewenang Bidan
1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk
mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu
hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini
atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat
dan tepat waktu.
2. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan, bidan harus:
a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi;
b. Memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk tindakan yang
dilakukannya;

6
c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku diwilayahnya;
d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya
secara optimal dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau
janin.
3. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada
masa pranikahtermasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan,
nifas, menyusui dan masa antara kehamilan (periode interval).
4. Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah meliputi konseling untuk
remaja putri, konseling persiapan pranikah dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan menjelang pernikahan. Tujuan dari pemberian pelayanan ini
adalah untuk mempersiapkan wanita usia subur dan pasangannya yang
akan menikah agar mengetahui kesehatan reproduksi, sehingga dapat
berprilaku reproduksi sehat secara mandiri dalam kehidupan rumah
tangganya kelak.
5. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa
nifas meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang
diberikan. Perhatian khusus diberikan pada masa sekitar persalinan, karena
kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi pada masa tersebut.
6. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya
bayi baru lahir),balita dan anak pra sekolah.
7. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan
uterotonika.
8. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan
oleh bidan adalahkelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan
penundaan haid.Pertolonganginekologik yang diberikan tersebut pada
dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau
tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter.
9. Pelayanan kesehatan kepada anak meliputi:
a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit diluar
rumahsakit yang meliputi:
b. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman;
c. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini;

7
d. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan;
e. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan;
f. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan
tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI
eksklusif.
g. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada 0 – 28
hari;
h. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi
dibawah 6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi
diatas 6 bulan;
i. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas
tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh
kembang balita;
j. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan
sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan
segera merujuk pada dokter.
10. Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain:
a. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja
putri, calon pengantin, ibu dan bayi;
b. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian
secara parental antibiotika pada infeksi/ sepsis, oksitosin pada kala III
dan kala IV untuk mencegah/ penanganan perdarahan postpartum
karena hipotonia uteri, sedativa pada preeklamsi/ eklamsi, sebagai
pertolongan pertama sebelum dirujuk;
c. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4
cm pada letakbelakang kepala, pada distosia karena inertia uteri
dandiyakini bahwa bayi dapatlahir pervaginan.
d. Kompresi bimanual internal dan/ atau eksternal dapat dilakukan
untukmenyelamatkan jiwa ibu pada pendarahan postpartum
untukmenghentikan pendarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan
pelaksanaan tindakan sesuai denganprotap yang berlaku.

8
e. Versi luar pada gemeli pada kelahiran bayi kedua.Kehamilan ganda
seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan persalinannya
dirumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak diketahui bidan yang
menolong persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi luar pada
bayi kedua yang tidak dalam presentasi kepala sesuai dengan protap.
f. Ekstraksi vacum pada bayi dengan kepala di dasar panggul. Demi
penyelamatan hidup bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai
kompetensi, dapat melakukan ekstraksi vacum atau ekstraksi cunam
bila janin dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah
berada di dasar pinggul.
g. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan akfiksia. Bidan diberi
wewenang untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban
pecah dini, persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat
badan lahir rendah, utamanya bayi prematur. Bayi tersebut selanjutnya
perlu dirawat di fasilitas kesehatan, khususbya yang mempunyai berat
lahir kurang dari 1750 gram.
Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan diberi wewenang untuk
melaksanakan penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan
mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.
11. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana harus
memperhatikan kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya
meliputi:
a. Memberi pelayanan keluarga berencana yakni: pemasangan IUD, alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK), pemberian suntikan, tablet,
kondom, diafragma, Jelly dan melaksanakan konseling.
b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi.
Pertolongan yang diberikan oleh bidan bersifat pertolongan pertama
yang perlu mendapatkan pengobatan oleh dokter bila gangguan
berlanjut.
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) tanpa
penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan

9
pelaksanaanya berdasarkan Protap. Pencabutan AKBK tidak
dianjurkan untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling.
d. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, bidan berwenang
melakukan mpelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan
bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam
memberikan pertolongan, bidan harus mengikuti protap yang berlaku.
12. Bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu
pada pedoman yang telah ditetapkan.
13. Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan
kewenangan:
a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan.
Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua
tindakan yang dilakukan kepadanya. Persetujuan dari pasien dan
orang terdekat dalam keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan
dilakukan.
b. Memberikan informasi.
Informasi mengenai pelayanan/ tindakan yang diberikan dan efek
samping yang ditimbulkan perlu diberikan secara jelas, sehingga
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan
yang terbaik bagi dirinya.
c. Melakukan rekam medis dengan baik.
Setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu didokumentasikan/
dicatat, seperti hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan dengan
menggunakan format yang berlaku.
14. Penyediaan dan penyerahan obat-obatan:
a. Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai
dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.
b. Bidan diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang
untuk keperluan darurat dan sesuai dengan protap.
15. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:

10
a. Untuk surat keterangan kelahiran hanya dapat dibuat oleh bidan
yang memberikan pertolongan persalinan tersebut dengan
menyebutkan: identitas bidan penolong persalinan; identitas suami
dan ibu yang melahirkan; jenis kelamin, berat badan dan panjang
badan anak yang dilahirkan; waktu kelahiran (tempat, tanggal dan
jam).
b. Untuk Surat keterangan kematian hanya dapat diberikan terhadap
ibu dan atau bayi yang meninggal pada waktu pertolongan
persalinan dilakukan dengan menyebutkan identitas bidan;
identitas ibu/bayi yang maninggal; identitas suami dari ibu yang
meninggal; identitas ayah dan ibu dari bayi yang meninggal; jenis
kelamin; waktu kematian (tempat, tanggal dan jam); umur; dugaan
penyebab kematian.
c. Setiap pemberian surat keterangan kelahiran atau surat keterangan
kamatian harus dilakukan pencatatan.

Dari keputusan di atas maka dapat disimplkan bahwa kewenagan bidan sangat
terbata dalam pemberian obat. Dan pemberitahuan sebelumnya oleh dokter.
Referensi lain pada Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia tertulis
beberapa aturan pembewrian obat oleh bidan, kutipan tersebut ada pada :
Pasal 1 ayat 6-7
6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter.

Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 huruf a berwenang untuk:
a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
b. Bimbingan senam hamil
c. Episiotomi

11
d. Penjahitan luka episiotomi
e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan;
f. Pencegahan anemi
g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
j. Pemberian minum dengan sonde/pipet
k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif
kala III;
l. Pemberian surat keterangan kelahiran
m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan

Pasal 13
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat s berwenang untuk:
a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan
bayi;
b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan
c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi
Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

Dari keputusan di atas maka dapat disimplkan bahwa kewenagan bidan sangat
terbatas dalam pemberian obat. Dan pemberitahuan sebelumnya oleh dokter.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus
memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan
oleh obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga kompartemen,
yaitu kompartemen ibu, kompartemen janina dan kompartemen plasenta.

Bidan adalah seorang mitra tenaga kesehatan yang hamper sama tugasnya
dengan dokter dan perawat namun memiliki tingkatan dantugas masing-
masing yang berbeda, oleh karena itu untuk menunjang tugasnya, seorang
bidan memerlukan alat dan obat untuk menjalankan tugas nya. Bidan dan
obat tidak dapat dipisahkan karena sudah merupakan kewajiban seorang
bidan memberikan obat yang sesuai dengan keluhan pasiennya untuk
mengatasi keluhannya.

Selain dari ibu hamil dan yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan
juga berperan dalam pemberian obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalm
hal ini pemberian alat-alat kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal
seperti pil, implant, dan suntikan hormon.

Bidan juga berperan penting dalam pemberian imunisasi toksoplasma dan


toksoid pada ibu hamil. Dan imunissasi pra nikah, serta imunisasi pada bayi
dan balita meski tidak sepenuhnya harus dilakukan oleh bidan.

3.2 Saran
1. Hindari pemberian obat pada periode pertama pascakonsepsi
2. Hindari makanan minuman danzat yang tidak diperlukanoleh janin dalam
masa pertumbuahnnya , misalnya merokok, olkohol, obat sedative, OAD
atau jamu-jamu tradisional yang belum teruji.
3. Berikan obat yang jelas, aman , dan mempertimbangkan keperluan
pengobatan primernya.

13
4. Pergunakan pedoman penggunaan obat rresmi dan daftar obat-obat yang
aman demikian pula pemberian obat terbatas atau yang tidak
diperbolehkan pada ibu hamil.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.jurnalskripsi.net/makalah-etika-profesi-legislasi-registrasi-dan-lisensi-
dalam-kebidanan/2011/737/

Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya; Yogyakarta. 2008

Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia

Press;Yogyakarta.2008

Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone, 1997, Fundamental Of Nursing


Care, Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.

http://dinopawesambon.blogspot.com/2011/07/

15

Anda mungkin juga menyukai