FORTOPOLIO
FORTOPOLIO
KRISIS HIPERTENSI
Oleh:
Pendamping:
Painan
2019
BORANG STATUS FORTOFOLIO
No. ID dan Nama peserta Kelompok Poli/Bangsal
No. ID dan Nama Wahana RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Topik Krisis Hipertensi
Tanggal (kasus) 26 Januari 2019
Nama Pasien Ny. E No. RM 261645
Tanggal Presentasi 22 Februari 2019 Pendamping dr. Dona Hamrita
Tempat Presentasi Ruang Konfrens RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Objektif Presentasi
Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja Dewasa o Lansia o Bumil
Deskripsi Perempuan, 58 tahun, masuk RS dengan keluhan kepala terasa berat sejak 1
(satu) hari ini
Tujuan
Bahan bahasan o Tinjauan Pustaka o Riset Kasus o Audit
Cara membahas o Diskusi Presentasi dan diskusi o E-mail o Pos
Data Pasien Nama: Ny. E No. Registrasi:
Nama RS : RSUD Dr. M. Zein Painan Telp: Terdaftar sejak:
DATA UTAMA UNTUK BAHAN DISKUSI
Diagnostik/gambaran klinis:
Pasien seorang wanita berusia 58 tahun datang dengan keluhan sakit kepala yang
dirasakan sejak 1 (satu) hari ini. Sakit kepala dirasakan langsung di seluruh bagian
kepala dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Keluhan disertai adanya nyeri di daerah ulu
hati dan mual, serta muntah-muntah kurang lebih 2x SMRS. Pasien menyangkal adanya
kelemahan pada satu sisi tubuh,kejang, penurunan kesadaran, nyeri dada kiri, berdebar-
debar, sesak nafas,gangguan penglihatan, gangguan BAK. Pasien sering mengalami
keluhan tersebut jika tekanan darahnya naik.
Riwayat pengobatan: Amlodipin 1x5 mg
Riwayat kesehatan/penyakit: Hipertensi (+), Diabetes (-), Kolestrol (-), Jantung (-)
Riwayat keluarga : Riwayat hipertensi, DM, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung tidak ada.
Riwayat pekerjaan : Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.
Daftar Pustaka:
1. Roesma Jose. 2014. Krisis Hipertensi. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI.
Jakarta: InternaPublishing
2. Alwi Idrus, Salim Simon, Hidayat Rudy, dkk. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit
Dalam. Panduan Praktis Klinis. Jakarta: InternaPublishing
Hasil Pembelajaran:
Mengetahui Gejala Klinis Krisis Hipertensi
Mengetahui Diagnosis Krisis Hipertensi
Mengetahui Penatalaksanaan Krisis Hipertensi
OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Kesadaran Umum : Tampak sakit sedang
Tanda vital :
Tekanan Darah : 200/110 mmHg
Frekuensi Nadi : 66 x / menit
Frekuensi Nafas : 29 x / menit
Suhu : 37º C
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Status Generalisata
KEPALA
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflex cahaya +/+
TORAKS
PARU-PARU
DEPAN
KANAN KIRI
Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
BELAKANG
KANAN KIRI
Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICR IV, 1 cm medial linea mid
clavicula sinistra
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICR II sinistra
Kiri : 1 cm linea midclavicula sinistra
Kanan : linea parasternalis dekstra
ABDOMEN
Perkusi: Timpani
EKSTREMITAS
Trofi E E
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium ( Tanggal 26 Januari 2019 )
Hasil Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hasil
Hb 13.8
Leukosit 11.400
Ht 41
Trombosit 215.000
Ureum 12
Creatinin 0.5
Natrium 149
Kalium 3.0
Klorida 107
GDR 125
ASSESMENT (PENALARAN KLINIS)
Berdasarkan klinis pasien didapat diagnosa Krisis Hipertensi ec Hipertensi Urgency
PLAN (TATA LAKSANA)
Diagnosis : Hipertensi Urgency
Pengobatan :
- IVFD NaCl 0,9% 8 jam/Kolf
- Captopril 25 mg (SL)
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
- Inj. Omeprazole 2x1 (iv)
- Inj. Ondancetron 3x8 mg (iv)
- Sucralfat syr 3xCI
- Amlodipin 1x10 mg
- Candesartan 1x16 mg
Follow Up
Latar Belakang
Krisis Hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target.
Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai memakan
obat antihipertensi. Pada umumnya krisis hipertensi ditemukan di poliklinik gawat darurat
rumah sakit dan kadang-kadang merupakan jumlah yang cukup menyolok pada poliklinik
gawat darurat di bagian penyakit dalam, walaupun keluhan utamanya berbeda-beda.
Prevalensi rata-rata 1 -5% penduduk dewasa tergantung dari kesadaran pasien akan adanya
hipertensi dan derajat kepatuhan makan obat. Sering pasien tak menyadari dirinya adalah
pasien hipertensi atau tak teratur/ berhenti makan obat.
Defenisi
Istilah krisis hipertensi merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah mendadak pada penderita hipertensi, dimana tekanan darah sistolik >180 mmHg dan
tekanan darah diastolik >120 mmHg dengan komplikasi disfungsi dari target organ, baik
yang sedang dalam proses (impending) maupun sudah dalam tahap akut progresif. Yang
dimaksud dengan target organ disini adalah otak, mata (retina), jantung, ginjal, dan arteri
perifer. Sindroma krisis hipertensi meliputi :
1. Hipertensi gawat (hypertensive emergency), peningkatan tekanan darah yang disertai
kerusakan target organ.
2. Hipertensi mendesak (hypertensive urgency), peningkatan tekanan darah tanpa disertai
kerusakan target organ akut progresif
Dari klasifikasi diatas, jelas terlihat bahwa tidak ada batasan yang tajam antara hipertensi
gawat dan mendesak, selain tergantung pada penilaian klinis. Hipertensi gawat (hypertensive
emergency) selalu berkaitan dengan kerusakan target organ, tidak dengan level spesifik
tekanan darah.
Etiologi dan Patofisiologi
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vaskular, berupa disfungsi endotel,
remodeling, dan arterial stiffnes. Namun faktor penyebab hipertensi emergensi dan urgensi
masih belum diketahui dengan jelas. Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah
secara cepat disertai peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga
membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin, dan kerusakan fungsi autoregulasi.
Manifestasi Klinis
Hipertensi krisis umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, di antaranya nyeri
dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur pada edema
papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak;
gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada
kenaikkan tekanan darah pada umumnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya
tekanan darah, gejala dan tanda keterlibatan organ target.
Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis, selain ditanyakan mengenai etiologi hipertensi pada umumnya, perlu
juga ditanyakan gejala-gejala kerusakan target organ seperti: gangguan penglihatan, edema
pada ekstremitas, penurunan kesadaran, sakit kepala, mual/muntah, nyeri dada, sesak nafas,
kencing sedikit/berbusa, nyeri seperti disayat diabdomen.
2. Pemeriksaan fisik
o Tekanan darah pada kedua ekstremitas
o Perabaan denyut nadi perifer
o Bunyi jantung
o Bruit pada abdomen
o Edema atau tanda penumpukan cairan
o Funduskopi
o Status neurologi
3. Pemeriksaan Penunjang
o Darah lengkap
o Urinalisis
o Panel metabolik
o EKG
o CT Scan
o MRI
o Foto toraks.
Tatalaksana
1. Hipertensi mendesak (Hipertensive Urgency) dapat diterapi rawat jalan dengan
antihipertensi oral. Terapi ini meliputi peenuruan TD dalam 24-48 jam. Penurunan
TD tidak boleh lebih dari 25 % dari MAP dalam 24 jam pertama. Terapi lini pertama
HU seperti tercantum pada tabel. Nifedipine oral ataupun sublingual (SL) saat ini
tidak lagi dianjurkan karena dapat menyebabkan hipotensi berat dan iskemik organ.
2. Pada sebagian besar HE, tujuan terapi parenteral dan penurunan mean arterial
pressure (MAP) secara bertahap tidak lebih dari 25 % dalam beberapa menit sampai 1
jam. Aturannya adalah menurunkan arterial pressure yang meningkat sebanyak 10 %
dalam 1 jam pertama, dan tambahan 15 % dalam 3-12 jam. Setealah diyakinkan tidak
ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 2-6 jam sampai
tekanan darah 160/100-110 mmHg selanjutnya sampai mendekati normal. TD dapat
diturunkan lebih lanjut dalam 48 jam berikutnya. Pengecualian untuk aturan ini antara
lain pada diseksi aorta dan perdarahan pasca operasi dari bekas jahitan vaskular, yang
merupakan keadaan yang membutuhkan normalisasi TD secepatnya.
Prognosis
Tergantung respon terapi dan kerusakan target organ.