Oleh
Kelompok 6
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019
A. Pengertian Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah dari
keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk meningkatkan
efektifitas organisasinya. tujuannya adalah untuk mencari cara baru atau memperbaiki dalam
menggunakan resources dan capabilitiesdengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
organisasi dalam menciptakan nilai dan meningkatkan hasil yang diinginkan. Menurut
Desplaces (2005) perubahan yang terjadi dalam organisasi seringkali membawa dampak ikutan
yang selalu tidak menguntungkan. Bahkan menurut Abrahamson (2000), perubahan itu akan
menimbulkan kejadian yang “dramatis” yang harus dihadapi oleh semua warga organisasi.
Desplaces (2005) mengutip kajian yang dilakukan Poras dan Robertson's (1992) menyatakan
bahwa kebijakan perubahan yang dilakukan oleh organisasi hanya memberikan manfaat positif
bagi organisasi sebesar 38%. Meskipun perubahan organisasi tidak langsung memberikan
manfaat yang besar bagi kemajuan organisasi, namun beberapa praktisi tetap meyakini tentang
pentingnya suatu organisasi untuk melakukan perubahan.
Perubahan organisasi akan mengarah pada opsi maju apabila ada kesinambungan yang
harmonis antara system dan pelaksananya. Suasana yang berlangsung pada sisterm tersebut
tertata dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur atau membuat inovasi yang koorperatif satu
sama lain. Contohnya, apabila sebuah perusahaan mengalami kenaikan saham pada suatu periode
hal itu tidak lepas dari rancangan POAC (Planning, Organizing, Actuatin, dan Controlling) yang
mapan. Apabila perencanaan sebuah organisasi mapan, namun kontrolingnya lemah, maka
kenaikan saham akan terjadi kalau ada keberuntungan saja.
Pengembangan Organisasi merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas
keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan bersama akan pertumbuhan dan
perkembangan dengan tujuan keorganisasian. Pengembangan organisasi (PO) sebagai suatu
disiplin perubahan perencanaan yang menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan praktek
keperilakuan untuk membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas yang lebih besar.
C. Model Perubahan
a. Model Perubahan Lewin
Kurt Lewin mengembangkan model tiga tahap dari perubahan yang direncanakan yang
menjelaskan bagaimana memulai, mengelola dan menstabilikan proses perubahan. Ketiga tahap
itu adalah mencairkan (unfreezing), mengubah (changing) dan membekukan kembali
(refreezing). Tiga tahapan untuk perubahan antara lain :
a) Mencairkan (unfreezing) Fokus pada tahap ini adalah menciptakan motivasi untuk
berubah. Dengan melakukan hal ini, individu didorong untuk menggantikan perilaku
dan sikap lama dengan perilaku dan sikap baru yang diinginkan oleh manajemen.
Para manajer dapat memulai proses mencairkan ini dengan tidak menegaskan
kegunaan maupun kesesuaian dari perilaku atau sikap karyawan saat ini. Dengan kata
lain karyawan dapat merasa tidak puas dengan cara lama mereka melakukan secara
sesuatu. Benchmarking (menentukan tolak ukur) adalah teknik yang digunakan untuk
membantu mencairkan organisasi yakni menggambarkan keseluruhan proses yang
mana perusahan membandingkan kinerjanya dengan perusahaan lainnya yang
mempunyai kinerja yang kuat untuk mencapai tujuan mereka.
b) Mengubah(changing) karena perubahan melibatkan pembelajaran, maka tahap ini
diharuskan melengkapi karyawan dengan informasi yang baru, model perilaku baru,
atau cara – cara baru untuk memandang segala sesuatu. Tujuannya adalah untuk
membantu karyawan mempelajari konsep atau cara pandang baru tersebut.
c) Membekukan Ulang (refreezing) Perubahan distabilkan pada tahap membekukan
kembali dengan cara membantu karyawan mengintegrasikan sikap dan perilaku yang
telah diubah ke dalam cara – cara mereka yang normal dalam melakukan segala
sesuatu.
b. Model Perubahan Sistem
Pendekatan sistem perspektif “gambaran besar” dari perubahan organisasi. Hal tersebut
didasarkan pada ide bahwa perubahan apapun, tidak peduli besar maupun kecil memiliki dampak
yang mengalir keseluruh organisasi. Contohnya, mempromosikan seseorang ke kelompok kerja
baru akan mempengaruhi dinamika baik kelompok baru maupun kelompok lama, contoh tersebut
mengilustrasikan bahwa perubahan menciptakan perubahn lain. Model perubahan sistem
menawarkan kepada para manajer suatu kerangka kerja untuk memahami kompleksitang yang
luas dari perubahan organisasi. Tiga komponen utama dari suatu model sistem adalah input,
elemen target sari perubahan dan output.
a) Input Semua perubahan organisasi harus konsisten dengan misi, visi dan rencana
strategis yang dihasilkannya. Suatu pernyataan misi mencerminkan “alasan” mengapa
suatu organisasi itu ada. Visi didefinisikan sebagai tujuan jangka panjang yang
“menggambarkan” inginmenjadi apa organisasi tersebut. Mempertimbangkan
perbedaan antara visi dan misi organisasi mempengaruhi perubahan organisasi. Misi
hanya mendefinisikan tujuan dari keseluruhan organisasi terkadang tidak selalu
mengimplementasikan sesuatu mengenai perubahan. Sementara pernyataan visi
menunjukkan cara, perencanaan strategis terdiri atas rincian yang diperlukan untuk
perubahan organisasi.
b) Perencanaan strategis menguraikan arah jangka panjang organisasi dan tindakan –
tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang direncanakan. Perencanaan
strategis didasarkan pada pertimbangan atas kekuatan dan kelemahan organisasi
relative terhdap kesempatan dan ancaman dari lingkungannya. Perbandingan ini
menghasilkan pengembangan strategi organisasi guna memperoleh output yang
diinginkan seperti laba, kepuasan konsumen, kualitas, tingkat pengembalian investasi
yang mencukupi, dan tingkat perputaran serta komitmen karyawan yang dapat
diterima.
c) Elemen – elemen target dari perubahan elemen – elemen target dari perubahan
mencerminkan komponen – komponen organisasi yang dapat diubah, perubahan
dapat diarahkan pada penyesuaian kembali pengaturan organisasi, faktor sosial,
metode, tujuan, dan karyawan. Pilihan tersebut didasarkan pada strategi yang dikejar
atau masalah yang sedang dihadapi organisasi
d) Output output mencerminkan hasil akhir yang diinginkan dari perubahan. Hasil akhir
harus konsisten dengan rencana strategis organissasi. Usaha perubahan adalah lebih
rumit dan lebih sulit untuk dikelola ketika ditargetkan ke tingkat level organisasi. Hal
ini terjadi karena perubahan pada tingkat organisasi kemugkinan besar mempengaruhi
banyak elemen yang ditargetkan dari perubahan yang ditunjukkan di model tersebut.
c. Delapan Langkah Kotter untuk Memimpin Perubahan Organisasi
John kotler, seorang pakar kepemimpinan dan manajemen perubahan, percaya bahwa
perubahan organisasi khususnya akan gagal karena manajemen senior melakukan satu atau lebih
kesalahan berikut ini :
a) Kegagalan untuk menetapkan suatu rasa kegentingan mengenai kebutuhan akan
perubahan seperti mencairkan organisasi dengan menciptakan alasan yang memaksa
mengapa perubahan diperlukan.
b) Kegagalan untuk menetapkan suatu koalisi yang cukup kuat untuk memberikan
pedoman yang bertanggungjawab untuk memimpin dan mengelola perubahan.
Deskripsinya seperti menciptakan orang – orang yang lintas fungsi dan lintas
kelompok dengan kekuatan yang mencukupi untuk memimpin kelompok.
c) Kegagalan untuk menetapkan suatu visi yang memandu proses perubahan.
d) Kegagalan untuk mengkomunikasikan visi baru secara efektif.
e) Kegagalan untuk menghilangkan halangan yang merintangi pencapaian visi baru.
f) Kegagalan untuk secara sistematis merencanakan untuk dan menciptakan
kemenangan jangka pendek. Kemenangan jangka pendek mencerminkan pencapaian
dari hasil atau tujuan penting.
g) Terlalu cepat mengumumkan kemenangan. Hal ini dapat menggelincirkan perubahan
jangka panjang pada infrastruktur yang sering diperlukan untuk mencapai suatu visi.
h) Kegagalan untuk menjangkarkan perubahan pada budaya organisasi. Hal
inidiperlukan waktu bertahun – tahun untuk tertanam dalam budaya organisasi.
Kotler merekomendasikan bahwa organisasi sebaiknya mengikuti delapan langkah yang
saling berurutan untuk mengatasi masalah – masalah yang berasal dari tekanan kekuatan internal
maupun kekuatan eksternal. Langkah – langkah untuk memimpin perubahan organisasi menurut
Kotler :
a) Menetapkan rasa kegentingan, yakni mencairkan organisasi dengan menciptakan alas
an yang memaksa mengapa perubahan diperlukan.
b) Menciptakan koalisi yang memberikan pedoman, yakni dengan menciptakan orang –
orang yang lintas fungsi dan litas kelompok dengan kekuatan yang mencukupi untuk
memimpin perubahan.
c) Mengembangkan suatu visi dan strategi, yakni menciptakan visi dan rencana
strategis untuk memandu proses perubahan.
d) Membentuk dan mengimplementasikan strategi komunikasi yang secara konsisten
mengkomunikasikan visi dan rencana strategi baru.
e) Memberdayakan tindakan yang berbasis luas, dengan menghilangkan halangan
terhadap perubahan dan menggunakan elemen– elemen target dari perubahan untuk
mentransformasikan organisasi. Mendorong sikap yang berani mengambil resiko dan
penyelesaian masalah yang kreatif.
f) Menghasilkan kemenangan jangka pendek, yakni merencanakan untuk menciptakan
kemenangan atau perbaikan jangka pendek, mengakui dan menghargai karyawan
yang memberikan kontribusi terhadap kemenangan.
g) Mengonsolidasikan keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan.
Deskripsinya yakni koalisi yang memandu menggunakan kredibilitas dari
kemenangan jangka pendek untuk menciptakan lebih banyak perubahan. Tambahan
karyawan dilibatkan pada proses perubahan ketika perubahan mengalir ke seluruh
organisasi. Usaha dibuat untuk menyegarkan kembali proses perubahan.
h) Menancapkan pendekatan baru ke dalam budaya, dengan cara memperkuat perubahan
dengan menggarisbawahi hubungan antara perilaku dan proses baru dengan
keberhasilan organisasi. Mengembangkan metode – metode untuk memastikan
pengembangan dan suksesi kepemimpinan.