Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Demam Kuning”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Karantina
Kesehatan. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan,
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa khususnya


kami pribadi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Banda Aceh, 15 April 2019

Kelompok

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………… ii


DAFTAR ISI ………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………... 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Demam Kuning dan Penyebabnya ............. 3
2.2 Cara Penularan Penyakit Demam Kuning .................................. 3
2.3 Gejala yang Ditimbulkan dari Penyakit Demam Kuning ............ 4
2.4 Model Epidemiologi yang Digunakan Pada Penyakit
Demam Kuning ........................................................................... 4
2.5 Riwayat Alamiah Penyakit Demam Kuning .............................. 5
2.6 Cara Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam Kuning .. 6
2.7 Pengobatan Penyakit Demam Kuning ........................................ 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 10
3.2 Saran ............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan iklim yang terjadi sekarang ini diproyeksikan sebagai gejala
alam yang bersifat global atau menyeluruh. Pada dasarnya, ada keterkaitan antara
perubahan iklim dengan kecepatan penyebaran penyakit, terutama penyakit yang
disebarkan oleh vektor nyamuk, misalnya demam kuning (Yellow Fever). Demam
kuning adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh virus Flavivirus yang
ditularkan melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti dan spesies lainnya
yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika
(Ryan, 2004).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada tahun 2004,
ada 200.000 kasus demam kuning, 30.000 diantaranya menyebabkan kematian di
seluruh dunia setiap tahun. Meskipun penyakit demam kuning belum pernah
dilaporkan di Asia, tetapi wilayah ini tetap beresiko karena adanya faktor
pendukung proses transmisi. Pada abad ke XVII dan ke XIX wabah demam
kuning dilaporkan di Afrika, Amerika Utara (NewYork, Philadelphia, Charleston,
dan New Orleans) dan Eropa (Irlandia,Inggris, Perancis, Italia, Spanyol dan
Portugal). Kasus fatalitas meningkat dari 15% menjadi lebih dari 50%. Sebagian
besar kasus dan kematian terjadi di sub-Sahara Afrika disebabkan oleh demam
kuning. Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan terjadi
dalam pola epidemi. Tiga puluh dua negara di Afrika sekarang dianggap berisiko
demam kuning dengan total populasi 610 juta orang dan lebih dari 219 juta
diantaranya tinggal di daerah perkotaan (Murphy, 2003).
KLB (Kejadian luar biasa) merupakan meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemioligis pada suatu daerah dalam
waktu tertentu dan menjurus kepada wabah. Kasus KLB dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor penyebab penyakit baik dari parasit virus, bakteri, jamur

3
ataupun dari vektor binatang. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus
adalah demam kuning (Yellow Fever).
Demam kuning disebabkan oleh virus yang ditularkan
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti, dan spesies lainnya yang
ditemukan di daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika, tetapi
tidak di Asia (Newsmedical, 2012). Pada 200.000 kasus demam kuning, 30.000
diantaranya dapat menyebabkan kematian di seluruh dunia setiap tahun. Meskipun
penyakit demam kuning belum pernah dilaporkan di Asia, tetapi wilayah ini tetap
berisiko karena kondisi yang diperlukan untuk transmisi hadir di sana. Dalam
abad terakhir (XVII ke XIX) wabah demam kuning dilaporkan di Amerika Utara
(NewYork, Philadelphia, Charleston, New Orleans, dll) dan Eropa
(Irlandia,Inggris, Perancis, Italia, Spanyol dan Portugal). Kasus fatalitas berkisar
dari 15% menjadi lebih dari 50%. Sebagian besar kasus dan kematian terjadi di
sub-Sahara Afrika disebabkan oleh demam kuning yang merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama dan terjadi dalam pola epidemi. Tiga puluh
dua negara di Afrika sekarang dianggap berisiko demam kuning dengan total
populasi 610 juta orang dan lebih dari 219 juta diantaranya
tinggal didaerah perkotaan.
Meskipun penyakit ini biasanya menyebabkan kasus sporadis dan KLB
kecil, hampir di semua pusat kota besar di daerah tropis Amerika telah reinfested
dengan Aedes aegypti. Penduduk yang paling rentan adalah penduduk yang
tinggal di perkotaan karena cakupan imunisasi rendah. Di Amerika Latin, di
daerah perkotaan memiliki daerah epidemik yang memiliki risiko lebih besar
dalam 50 tahun terakhir. Kepadatan dan habitat nyamuk Aedes aegypti telah
diperluas baik di daerah perkotaan dan pedesaan. Penyakit ini awalnya diimpor
dari Afrika ke Amerika.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit demam kuning dan apa


penyababnya?
2. Bagaimana cara penularan penyakit demam kuning?
3. Gejala apa saja yang ditimbulkan dari penyakit demam kuning?
4. Apa model epidemiologi yang digunakan pada penyakit demam kuning?
5. Bagaimana riwayat alamiah penyakit demam kuning?
6. Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian penyakit demam kuning ?
7. Bagaimana cara pengobatan penyakit demam kuning ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penyakit demam kuning dan penyebabnya.
2. Mengetahui cara penularan penyakit demam kuning.
3. Mengetahui apa saja gejala yang ditimbulkan dari penyakit demam
kuning.
4. Mengetahui model epidemiologi yang digunakan pada penyakit demam
kuning.
5. Mengetahui riwaayat alamiah penyakit demam kuning.
6. Mengetahui cara pencegahan dan pengendalian penyakit demam kuning.
7. Mengetahui cara pengobatan penyakit demam kuning.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Demam Kuning dan Penyebabnya

Demam kuning adalah infeksi virus akut yang menyebabkan kerusakan


pada saluran hati, ginjal, jantung dan gastrointestinal. Virus ini berupa sebuah
virus RNA sebesar 40 hingga 50 nm dengan indera positif dari genus Flavivirus,
dari keluarga Flaviviridae. Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk betina (nyamuk Aedes aegypti, dan spesies lain).
Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia, dan kemudian menginfeksi
sel-sel darah putih dan jaringan limfatik. Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam
darah. Di tubuh manusia virus memerlukan waktu masa tunas intrinsik 3-5 hari
sebelum menimbulkan penyakit. Nyamuk kedua akan menghisap virus yang ada
di darah manusia. Kemudian virus bereplikasi di usus dan organ lain yang
selanjutnya akan menginfeksi kelenjar ludah nyamuk. Virus bereplikasi dalam
kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya siap-siap ditularkan kembali kepada
manusia lainnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak dalam tubuh
nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya. Satu-
satunya makhluk yang ditunggangi virus ini adalah primata dan beberapa spesies
nyamuk. Demam kuning dapat menyebabkan gejala mirip flu, menguning baik
dari kulit dan bagian putih mata, yang dapat menyebabkan kematian (Yatim,
2007).

Demam kuning adalah infeksi virus akut yang menyebabkan kerusakan


pada saluran hati, ginjal, jantung dan gastrointestinal. Virus ini berupa
sebuah virus RNA sebesar 40 hingga 50 nm dengan indera positif dari genus
Flavivirus, dari keluarga Flaviviridae. Virus demam kuning ini ditularkan melalui
perantara gigitan nyamuk betina (nyamuk demam kuning, Aedes aegypti, dan
spesies lain). Satu-satunya makhluk yang ditunggangi virus ini adalah primata dan

6
beberapa spesies nyamuk. Demam kuning dapat menyebabkan gejala mirip flu,
menguning baik dari kulit dan bagian putih mata, yang dapat menyebabkan
kematian.

2.2 Cara Penularan Penyakit Demam Kuning

Ada tiga jenis siklus penularan penyakit demam kuning, yaitu :


1. Sylvatic (atau hutan) demam kuning
Di hutan hujan tropis, demam kuning terjadi pada monyet yang terinfeksi
oleh nyamuk liar. Monyet-monyet yang terinfeksi kemudian menularkan virus
kepada nyamuk. Nyamuk yang terinfeksi menggigit manusia yang masuk ke
hutan, sehingga dapat menimbulkan penyakit demam kuning. Sebagian besar
infeksi terjadi pada pria muda yang bekerja di hutan (misalnya untuk logging).
2. Demam kuning intermediet
Di bagian lembab atau semi-lembab Afrika, epidemi skala kecil terjadi.
Semi-negeri nyamuk (yang berkembang biak di rumah tangga liar dan sekitarnya)
menginfeksi baik kera dan manusia. Kontak meningkat antara manusia dan
nyamuk yang terinfeksi menyebabkan transmisi. Banyak desa yang berjauhan di
suatu daerah dapat menderita kasus secara bersamaan. Ini adalah jenis yang paling
umum dari wabah di Afrika. Wabah bisa menjadi epidemi lebih parah jika infeksi
dilakukan ke daerah penduduk dengan nyamuk domestik dan orang yang belum
divaksinasi.
3. Demam kuning perkotaan
Wabah besar terjadi ketika orang yang terinfeksi menularkan virus ke
daerah-daerah padat penduduk dengan tingginya jumlah orang yang rentan dan
nyamuk Aedes. Nyamuk yang terinfeksi menularkan virus dari orang ke orang.

2.3 Gejala yang Ditimbulkan dari Penyakit Demam Kuning


Pada penderita sakit sedang, akan terjadi demam, menggigil, sakit kepala,
sakit otot punggung, sakit seluruh badan, badan lemah, mual, dan muntah. Denyut
nadi relatif lambat dibandingkan dengan peningkatan suhu. Kuning pada telapak
tangan dan selaput putih mata (jaundice) timbul sejak pemulaan sakit. Air seni

7
yang dikeluarkan biasanya sedikit sampai tidak ada (anuria). Jumlah sel darah
putih (leukosit) rendah (leukopenia) juga terjadi sejak permulaan sakit, terutama
pada sakit hari ke-5. Kemudian penyakit mulai sembuh.
Pada penderita sakit berat ditandai dengan timbulnya perdarahan melalui
lubang hidung (epistaxis), perdarahan gusi (ginggival-bleeding), dan muntah
darah (hematemesis), serta berak darah (melena). Disamping itu, terjadi gangguan
fungsi hati dan ginjal.

2.4 Model Epidemiologi yang Digunakan Pada Penyakit Demam Kuning


Pada kasus ini model epidemiologi yang digunakan adalah Triad
Epidemiologi atau Segitiga Epidemiologi, yang menunjukkan adanya hubungan
keterkaitan yang erat antara host, agent dan environment.
 Agent
Demam kuning disebabkan oleh virus demam kuning yang disebut
Flavivirus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi. Nyamuk
demam kuning biasanya adalah nyamuk Aedes aegypti.
 Host
Manusia dan monyet merupakan host atau pejamu utama yang
terinfeksi oleh virus ini.
 Environment
Virus demam kuning hidup di daerah yang beriklim tropis.
Sehingga Demam kuning hanya terjadi di Afrika dan Amerika Selatan di
negara yang terletak dekat khatulistiwa.

2.5 Riwayat Alamiah Penyakit Demam Kuning


Gejala demam kuning muncul 3 sampai 6 hari setelah seseorang digigit
oleh nyamuk yang terinfeksi. Biasanya gejala fase akut akan bertahan selama 3
sampai 4 hari dan kemudian menghilang. Jika orang yang terinfeksi akan maju ke
fase beracun, gejala fase beracun akan mulai dalam waktu 24 jam dari akhir fase

8
akut. Ketika seseorang sembuh dari demam kuning, mereka dianggap memiliki
kekebalan seumur hidup dari penyakit ini.
Fase beracun berkembang ketka terjadi demam kembali, dengan gejala
klinis termasuk demam tinggi, sakit kepala, nyeri punggung, mual, muntah, sakit
perut, dan kelelahan. Koagulopati hati menghasilkan gejala hemoragik, termasuk
hematemesis (muntah hitam), epistaksis (hidung berdarah), perdarahan gusi, dan
perdarahan petekie dan purpura (memar). Ikterus memperdalam dan proteinuria
sering terjadi pada kasus berat.
Pada tahap akhir penyakit, pasien dapat mengalami hipotensi, syok,
asidosis metabolik, nekrosis tubular akut, disfungsi miokard, dan aritmia jantung.
Kebingungan, kejang, dan koma juga dapat terjadi. Ketika epidemi terjadi di
populasi tidak divaksinasi, tingkat fatalitas kasus berkisar dari 15% menjadi lebih
dari 50%. Infeksi bakteri sekunder dan gagal ginjal adalah komplikasi. Gejala
kelemahan dan kelelahan dapat berlangsung beberapa bulan pada orang yang
pulih. Mereka yang sembuh dari demam kuning umumnya memiliki kekebalan
terhadap infeksi berikutnya berlangsung.
1. Fase akut
 Demam
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Sakit punggung
 Panas dingin
 Kehilangan nafsu makan
 Mual dan/atau muntah
2. Tahap Beracun
 Demam tinggi
 Sakit perut
 Pendarahan dari gusi, hidung, mata, dan / atau perut

9
 "Hitam" muntah (muntah yang muncul hitam karena kandungan
darah)
 Tekanan darah rendah
 Gagal hati, yang dapat menyebabkan sakit kuning (menguningnya
kulit dan putih mata)
 Gagal ginjal
 Kebingungan
 Penyitaan
 Koma
 Kematian (sekitar 50% dari pasien fase beracun mati)

2.6 Cara Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam Kuning


1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah ukuran paling penting untuk mencegah demam kuning.
Didaerah berisiko tinggi dimana cakupan vaksinasi rendah, pengendalian wabah
melalui imunisasi sangat penting untuk mencegah epidemi. Untuk mencegah
wabah diseluruh wilayah yang terkena dampak, cakupan vaksinasi harus
mencapai minimal 60% sampai 80% dari populasi yang berisiko. Hanya sedikit
negara-negara endemik yang baru-baru ini diuntungkan dari kampanye vaksinasi
massal. Vaksinasi pencegahan dapat ditawarkan melalui imunisasi bayi rutin dan
kampanye massa satu kali untuk meningkatkan cakupan vaksinasi di negara-
negara yang berisiko, serta untuk wisatawan ke daerah endemik demam kuning.
WHO sangat menganjurkan vaksinasi demam kuning rutin untuk anak-anak di
daerah berisiko untuk penyakit ini. Vaksin demam kuning aman dan terjangkau,
memberikan kekebalan efektif terhadap demam kuning dalam satu minggu untuk
95% dari mereka yang divaksinasi. Sebuah dosis tunggal memberikan
perlindungan bagi 30-35 tahun atau lebih, dan mungkin untuk hidup. Risiko
kematian dari demam kuning jauh lebih besar daripada risiko yang berkaitan
dengan vaksin.
 Kontra indikasi vaksinasi meliputi:

10
a. Anak-anak berusia kurang dari 9 bulan untuk imunisasi rutin (atau
kurang dari 6 bulan selama epidemi).
b. Wanita hamil, kecuali selama wabah demam kuning ketika risiko
infeksi tinggi.
c. Pasien yang alergi berat terhadap protein telur.
d. Orang dengan imunodefisiensi parah karena gejala HIV / AIDS atau
penyebab lain.

Wisatawan, terutama yang datang keAsia dari Afrika atau Amerika Latin
harus memiliki sertifikat vaksinasi demam kuning. Jika ada alasan medis untuk
tidak mendapatkan vaksinasi, Peraturan Kesehatan Internasional menyatakan
bahwa ini harus disertifikasi oleh pihak yang berwenang.

2. Hindari gigitan nyamuk


Kenakan Pakaian yang tepat untuk mengurangi gigitan nyamuk. Ketika
cuaca memungkinkan, kenakan baju lengan panjang, celana panjang dan kaos
kaki ketika di luar rumah. Nyamuk dapat menggigit melalui pakaian tipis,
sehingga penyemprotan pakaian dengan permetrin mengandung pembasmi atau
lain-EPA akan memberikan perlindungan ekstra. Jangan menerapkan penolak
mengandung permetrin langsung ke kulit.
Sadari jam nyamuk puncak. Waktu menggigit puncak untuk spesies
nyamuk banyak adalah senja hingga fajar. Ambil perawatan ekstra untuk
menggunakan pakaian pelindung nyamuk pada pagi hari, siang hari serta malam
hari untuk menghindari kegiatan di luar ruangan di daerah dimana Demam
Kuning berisiko.

3. Pengendalian nyamuk
Dalam beberapa situasi, pengendalian nyamuk adalah vital disamping
pemberian vaksinasi. Risiko penularan demam kuning di daerah perkotaan dapat
dikurangi dengan menghilangkan tempat berkembang biak nyamuk potensial dan
menerapkan insektisida ke air di mana merupakan perkembangan nyamuk tahap
awal. Aplikasi insektisida semprot untuk membunuh nyamuk dewasa selama

11
epidemi perkotaan, dikombinasikan dengan kampanye vaksinasi darurat, dapat
mengurangi atau menghentikan penularan demam kuning
Secara historis, kampanye pengendalian nyamuk Aedes aegypti berhasil
dieliminasi, vektor demam kuning perkotaan, dari negara-negara daratan sebagian
besar Amerika Tengah dan Selatan. Sasaran program pengendalian nyamuk-
nyamuk liar di kawasan hutan tidak praktis untuk mencegah hutan (sylvatic)
sebagai lingkungan penularan demam kuning.

2.7 Pengobatan Penyakit Demam Kuning


Tidak ada pengobatan khusus untuk demam kuning, hanya perawatan
suportif untuk mengobati dehidrasi dan demam. Infeksi bakteri yang terkait dapat
diobati dengan antibiotik. Perawatan suportif dapat meningkatkan hasil bagi
pasien sakit parah, tetapi perawatan suportif jarang tersedia di daerah-daerah
miskin.
Pengobatan gejala dengan istirahat, pemberian cairan dan ibuprofen,
naproxen, acetaminophen, atau parasetamol dapat meredakan gejala demam dan
sakit. Pada penderita demam kuning aspirin harus dihindari. Orang yang
terinfeksi harus dilindungi dari paparan nyamuk lebih lanjut (tinggal di dalam
rumah dan/atau di bawah kelambu selama beberapa hari pertama sakit) sehingga
mereka tidak dapat berkontribusi pada siklus penularan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Demam kuning adalah infeksi virus akut yang menyebabkan kerusakan
pada saluran hati, ginjal, jantung dan gastrointestinal.
2. Ada 3 cara penularan penyakit demam kuning, yaitu : sylvatic(atau hutan)
demam kuning, demam kuning intermediet, demam kuning perkotaan.
3. Model epidemiologi yang digunakan pada penyakit demam kuning adalah
model Triad atau segitiga epidemiologi.
4. Riwayat alamiah terdiri dari fase akut dan fase beracun.
5. Cara pencegahan dan pengendalian penyakit demam kuning adalah dengan
cara vaksinasi, menghindari gigitan nyamuk, dan pengendalian nyamuk.
6. Pada penderita penyakit kuning tidak ada pengobatan khusus, hanya
perawatan suportif untuk mengobati dehidrasi dan demam.

3.2 Saran
Demam kuning merupakan penyakit endemik di Afrika dan Amerika
Selatan. Jadi, bagi wisatawan yang berkunjung ke negara-negara tersebut,
diharuskan memiliki sertifikat vaksin demam kuning. Hal ini dilakukan agar para
pengunjung tersebut tidak terkena demam kuning dan tidak pula membawa
penyakit demam kuning tersebut ke negara asalnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Faisal. 2007. Macam-Macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya Jilid
2. Jakarta: Pustaka Obor Populer http://www.news-medical.net/health/what-is-
yellow-fever-(Indonesian).aspx

Murphy, Jim. 2003. An American Plague: The True and Terrifying Story of the
Yellow Fever Epidemic of 1793. New York: Clarion
Books.http://www.amazon.com/exec/obidos/ISBN=0395776082.
[26 Agustus 2014].

Ma, Z. Dan Li, J. 2009. Dinamical Modeling and Analysis of Epidemics. World
Scientific Publishing, Singapore.

Ryan, K,J. 2004. Sherris Medical Microbiology (ed. 4th.


http://www.amazon.com/exec/obidos/ISBN=0838585299. [26 Agustus
2014].

Tu, P. N. V. 1994. Dynamical System An introduction with Application in


Economics and Biologi, Springer-Verlag, Germany.

Yatim, Faisal. 2007. Macam-Macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya


Jilid 2. Jakarta: Pustaka Obor Populer 2.

14
15

Anda mungkin juga menyukai