PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai arus sejarah bangsa
Indonesia, terutama terkait dengan sejarah perumusan Pancasila. Hal
tersebut penting untuk diketahui karena perumusan Pancasila dalam sejarah bangsa
Indonesia mengalami dinamika yang kaya dan penuh tantangan. Perumusan
Pancasila mulai dari sidang BPUPKI sampai pengesahan Pancasila sebagai dasar
negara dalam sidang PPKI, masih mengalami tantangan berupa “amnesia sejarah”
(istilah yang dipergunakan Habibie dalam pidato 1 Juni 2011). Kemudian makalah
ini akan menelusuri tentang sejarah perumusan Pancasila. Penelusuran ini penting
agar Anda mengetahui dan memahami proses terbentuknya Pancasila sebagai dasar
negara. Tujuannya adalah agar kita dapat menjelaskan proses perumusan Pancasila
sehingga terhindar dari anggapan bahwa Pancasila merupakan produk rezim Orde
Baru.
Page | 1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia?
2. Apa alasan diperlukannya pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
3. Bagaimanakah sumber historis, sosiologis, politis, tentang pancasila dalam
kajian sejarah bangsa Indonesia?
C. TUJUAN
1. Memahami konsep dan urgensi pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia.
2. Mengetahui alasan diperlukannya pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia.
3. Mendalami sumber historis, sosiologis, politis, tentang pancasila dalam
kajian sejarah bangsa Indonesia.
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Perlu anda ketahui bahwa perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan
dalam sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1
Juni1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April
1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman
Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu
Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen
Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945.
Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama dengan materi
pokok pembicaraan calon dasar negara.
Page | 3
Sebagaimana Anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar
negara dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945.
Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara
sebagai berikut:
d. Kesejahteraan Sosial,
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama
Pancasila. Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian
hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk
buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947).
Page | 4
3. Persatuan Indonesia
(2) panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai
bersidang 19 Agustus 1945, dan
Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal
Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan
di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh
tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia
Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah
Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk
PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki
Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo,
Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi
Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T.
Moh. Hasan.
Page | 5
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan
sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang
meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin
lemah. Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah
tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945. Konsekuensi dari menyerahnya
Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada
wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat
menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang masih
ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno,
Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia
Selatan ke Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia
sebagaimana yang pernah dijanjikan. Namun, di luar dugaan ternyata pada 14
Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Pada 15 Agustus 1945
Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka disambut
oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamasikan secepatnya karena mereka tanggap terhadap perubahan situasi
politik dunia pada masa itu. Para pemuda sudah mengetahui bahwa Jepang
menyerah kepada sekutu sehingga Jepang tidak memiliki kekuasaan secara politis
di wilayah pendudukan, termasuk Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu
menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok pemuda dengan Soekarno dan
kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke
Rengas Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu “mengamankan”),
Page | 6
tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00
WIB menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta.
Page | 7
Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
3. Persatuan Indonesia.
Page | 8
Kebudayaan itu sendiri mengandung banyak pengertian dan definisi. Salah
satu definisi kebudayaan adalah sebagai berikut: “suatu desain untuk hidup dan
merupakan suatu perencanaan dan sesuai dengan perencanaan itu masyarakat
mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial, dan
gagasan”(Sastraoratedja, 1991:144). Apanila definisi kebudayaan ini ditarik ked
alma kehidupan berbangsa dan bernegara, maka negara Indonesia memerlukan
suatu rancangan masa depan bagi bangs agar masyarakat dapat menyesuaikan diri
dengan situasi dan lingkungan baru, yakni kehidupan berbangsa yang mengatasi
kepentingan individu atau kelompok.
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses
perpaduan berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat sehingga
menjadikan msyarakat berkembang secara dinamis. (J.W.M Bakker, 1984:22)
menyebutkan adanya beberapa saluran inkulturasi, yang meliputi: jaringan
pendidikan, control, dan bimbingan keluarga, truktur kepribadian dasar, dan self
expression. Kebudayaan Indonesia juga merupakan hasil akulturasi sebagaimana
yang ditengarai Ekha Dharmaputra dalam bukunya Pancasila: Identitas dan
Modernitas. Haviland menegaskan bahwa akulturasi adalah perubahan besar yang
terjadi sebagai akibat dari kontak antarkebudayaan yang berlangsung lama. Hal-
hal yang terjadi dalam akulturasi melipitu :
Subtitusi, penggantian unsur atau kompleks yang ada orang lain yang
mengambil alih fungsinya dengan perubahan strukyural yang minimal.
Sinkretisme, percampuran unsur0unsur lama untuk membentuk system baru.
Adisi, tambahan unsur atau kompleks-kompleks baru
Orjinasi, tumbuhnya unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan situasi yang
berubah
Rejeksi, perubahan yang berlangsung cepat dapat membuat sejumlah besar
orang tidak dapat menerimanya sehingga menyebabkan penolakan total atau
timbulnya pemberontakan atau gerakan kebangkitan (Haviland, 1985: 263)
Page | 9
baik dalam bentuk bahasan sejarah bangsa Indonesia maupun dalam bentuk
bahasan tentang pemerintah di Indonesia. Karena tradisi dan kultur bangsa
Indonesia dapat ditelusuri melalui peran agama-agama besar seperti: peradaban
Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Agama-agama tersbeut menyumbang dan
menyempurnaka konstruksi nilai, norma, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang
berkemabnag dalam masyarakat. Misalnya konstruksi tradisi dan kultur masyarakat
Melayu, Minagkabau dana Aceh tudak bisa dilepaskan dari peran peradaban Islam.
Semnetara kosntruksi budaya Toraja dan Papua tidak terlepas dari peradaban agama
Kristen. Demikianpula halnya dengan konstruksi budaya masyarakat Bali yang
sepenuhnya dibentuk oleh peradaban Hindu (Ali,2010: 75).
Page | 10
3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila dikatakan sebagai pandanag hisup bangsa, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatam dan keadilan diyakini
kebenarannya, kebiaknnya, keindahannya, dan kegunaanya oleh bangsa Indonesia
yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dana berbangsa dan
menimbulkan tekad yang kuat untuk mengamalkannya dalam kehidupan nyata
(Bakry, 1994: 158). Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila
melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan
bertindak. Ketika Pancasila sebagai pandangan bangsa Indonesia, maka seluruh niai
Pancasila dimanifestasi ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Page | 11
Misalnya, sila Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam praktik
pemujaan yang beranekaragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah
diakui. Dalam Encyclopedia of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada
dalam agama, seperti kepercayaan kepada kekuatan supranatural, perbedaan antara
yang sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek sakral, sembahyang atau
doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai perasaan khas
keagamaan, tuntunan moral diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia
dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial seagama dan seiman.
2. Sumber Sosiologis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
keadilan) secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu
hingga sekarang. Salah satu nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah nilai gotong royong.
Misalnya dapat dilihat, bahwa kebiasaan bergotongroyong, baik berupa saling
membantu antar tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di desa-
desa. Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat kekeluargaan sebagai
cerminan dari sila Keadilan Sosial. Gotong royong juga tercermin pada sistem
perpajakan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat secara bersama-
sama mengumpulkan iuran melalui pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk
pelaksanaan pembangunan.
3. Sumber Politis Pancasila
Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan pengalaman bangsa
Indonesia, termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain.
Nilai-nilai Pancasila, misalnya nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana
kehidupan pedesaan yang pola kehidupan bersama yang bersatu dan demokratis
yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana tercermin dalam sila
keempat Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Semangat seperti ini diperlukan dalam mengambil
keputusan yang mencerminkan musyawarah.
Page | 12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Page | 13
karakter generasi muda yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Eksistensi suatu
bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki.
Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjunjung
tinggi pancasila serta selalu memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang ada di
Pancasila sebagai upaya perwujudan cita-cita dan tujuan nasional untuk
menciptakan Indonesia yang penuh dengan kedamaian dan keteraturan sehingga
mendorong Indonesia menjadi negara yang maju baik dalam pola pikir masyarakat
dan kondisi negaranya.
Page | 14
DAFTAR PUSTAKA
Page | 15