Kelompok Tutorial 5
Anggota Kelompok :
1. Ghafran Nailul Farchi (161610101041)
2. Sunana Ageng Hikmawati (161610101042)
3. Nafra Glenivio Agretdie (161610101043)
4. Khairunnisa Fadhilatul Arba (161610101044)
5. Firmansyah Adi Pradana (161610101045)
6. Liyathotun Fatimah (161610101046)
7. Hamy Rafika Pratiwi (161610101047)
8. Shintia Dwi Pramesty (161610101048)
9. Endang Nur Hidayati (161610101049)
10. Windy Nanda Eriyati (161610101050)
1. Diskrepansi Ruang
Diskrepansi : adalah ketidaksesuaian atau ketidakcocokan
Ruang : adalah tempat
Jadi diskrepansi ruang adalah Ketidasesuaian tempat yang ada di rongga
mulut atau selisih ruang tersedia dan ruang yang dibutuhkan.
2. Model studi
Model : adalah cetakan gigi atau representasi objek
Studi : adalah kajian
Jadi model studi adalah cetakan rongga mulut untuk mengkaji morfologi
dan kasus sebagai penentuan diagnosa dan rencana perawatan.
Model studi merupakan representasi benda dalam hal ini rongga mulut
untuk menegakkan diagnosa dan rencana perawatan
3. Analisis Kebutuhan Ruang
Analisa : adalah sebuah usaha untuk mengamati secara detail dan dikaji
lebih dalam
2
STEP 3 (Brainstorming)
STEP 4 (Mapping)
Analisis
Kebutuhan
Ruang
Indikator
Macam –
Cara
macam Metode
Perhitungan
Analisis
Kebutuhan Alat
Ruang
Available Space
Diskrepansi
Required Space
6
- Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut
umur erupsi gigi).
- Menetapkan jenis alat ortodontik yang tepat untuk digunakan (alat
cekat atau lepasan, alat aktif atau fungsional)
- Untuk memperkirakan waktu /lama pe rawatan yang diperlukan.
Apakah perawatan bisa segera dilaksanakan atau harus ditunda,
berapa lama dibutuhkan perawatan aktif dan berapa lama
diperlukan untuk periode retensi.
e. Jenis kelamin
f. Ras atau suku : Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu
kelompok suku bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri
spesifik yang masih termasuk normal untuk kelompok tersebut
(misalnya suku bangsa Negroid sedikit protrusif masih termasuk
normal).
g. Analisis model studi : Analisi model studi adalah penilaian tiga dimensi
terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta
penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang
maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam
arah sagital, transversal, dan vertikal. Analisis model studi secara
umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah:
- Sagital, meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif
tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran
overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan
crossbite anterior.
- Transversal, meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah,
asimetri lengkung gigi, dan crossbite posterior
- Vertikal, meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior
maupun posterior, dan ketinggian palatum (Laviana, 2009).
mesial gigi molar pertama permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi
geligi ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak
mesial dan distal gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun diukur
pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan titik kontak gigi
tetangganya. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan
untuk lengkung gigi yang ideal. Pengukuran dilakukan pada gigi molar
pertama kiri sampai molar kedua kanan pada setiap rahang (Laviana,
2009).
Metode ini dapat digunakan pada kondisi rahang yang telah tumbuh
sempurna karena fase gigi permanen telah tumbuh sempurna.
b. Metode Lundstorm (Segmental)
Metode ini dapat digunakan apabila terdapat beberapa gigi yang
letaknya tidak sesuai dengan lengkung geligi, contohnya adanya gigi-gigi
yang mengalami rotasi maupun versi. Lengkung rahang dibagi menjadi 6
12
c. Metode Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan
overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang
tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan
diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah
dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan100. Rasio
keseluruhan sebesar91,3 berarti sesuai dengan analisisBolton, yang akan
menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio
keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi rahang
bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti kesalahan ada pada gigirahang
atas. Pada tabel Bolton diperlihatkan gambaran hubungan ukuran gigi
rahang atas dan rahang bawah yang ideal. Pengurangan antara ukuran gigi
yang sebenarnya dan yang diharapkan menunjukkan kelebihanukuran gigi.
14
d. Metode Howes
Metode Howes digunakan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Didasarkan pada hubungan lebar
lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung gigi dan hubungan
basal arch dengan coronal arch.
15
e. Metode Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung
ideal yang didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif
rahang atas. Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap
lebar lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal
gigi, idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada
fosa sentral molar pertama. Pont juga menyarankan bahwa lengkung
rahang atas dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps. (Salzmann, 1977).
nilai tersebut berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita. Kemudian ukuran
tersebut dibandingkan dengan sisa ruangan yang tersedia setelah keempat
gigi insisif atas dan bawah disusun pada kedudukannya yang benar pada
rahang. Ruangan yang tersedia bagi gigi 3, 4, 5 diukur dari distal insisif
lateral setelah gigi tersebut menempati kedudukannya yang benar, hingga
mesial molar pertama tetap. Jumlah ruang yang harus tersedia pada rahang
juga harus diperhitungkan untuk penyesuaian hubungan gigi molar
(Laviana, 2009).
d. Tanaka-johnston
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan
keempat insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus
dan premolar yang belum erupsi. Menurut mereka, metoda yang
mereka temukan mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan
tingkat kesalahan yang kecil. Metoda ini juga sangat sederhana dan
tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun.
Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran
mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 10,5 mm Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan
premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif
rahang bawah ditambah 11,0 mm. (Salzmann, 1977).
Alat bantu yang digunakan dalam menganalisa kebutuhan ruang
terdiri dari:
- Model studi
- Rontgenogram
- Tabel perkiraan
- Jangka
- Symentograph
- Brass wire
- Penggaris
23
DAFTAR PUSTAKA
Laviana, Avi. 2009. Analisi Model Studi, Sumber Informasi Penting Bagi
Diagnosis Ortodonsi. Bandung : FKG Universitas Padjadjaran.
Proffit, W.R., Fields, H.W., Ackerman, J.L., Bailey, L.J., Tulloch, J.F.C. 2007.
Contemporary Orthodonthics. Mosby. St. Louis.
Purwono, Bellandara S.P. 2016. Kesesuaian Antara Metode Analisis Ruang Dari
Kesling Dan Arch Length Discrepancy (Ald). Skripsi. Makassar:
FKG Universitas Hasanudin.
Rakosi, T., I. Jonas, dan T. M. Graber. 1993. Color Atlas of Dental Medicine,
Orthodontic-Diagnosis. Edisi I. Germany: Thieme Medical
Publishers.
Salzmann, M.J. 1977. Principle of Orthodontics. 7th. Ed. CV. Mosby Co. London