Anda di halaman 1dari 42

A.

SA 500 (BUKTI AUDIT )


1. RUANG LINGKUP
- Standar Auditing (“SA”) ini menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit
dalam suatu audit laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor
untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat untuk memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang
menjadi basis opini auditor;
- SA ini berlaku untuk semua bukti audit yang diperoleh selama pelaksanaan audit.
SA lain mengatur aspek-aspek spesifik audit (contoh, SA 315 ), bukti audit yang
harus diperoleh untuk hal-hal tertentu (contoh, SA 570 ), prosedur spesifik untuk
memperoleh bukti audit (contoh, SA 520 ), dan penilaian apakah bukti audit yang
cukup dan tepat telah diperoleh (SA 200 dan SA 330 ).
2. TUJUAN
Tujuan Editor adalah untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat menarik kesimpulan
memadai sebagai basis opini auditor.
3. KETENTUAN
a) Bukti Audit yang Cukup Tepat
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
b) Informasi yang Digunakan Sebagai bukti Audit.
- Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor harus
mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan sebgai
bukti audit.
-Informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan menggunakan
pakar manajemen,auditor,sejauh diperlukan, memepertimbangkan signifikansi
pekerjaan pakar tersebut untuk tujuan auditor, dengan mengevaluasi kompetensi,
memperoleh pemahaman atas pekerjaan pakar dan mengevaluasi kesesuaian
pekerjaan pakar tersebut sebagai bukti audit untuk asersi yang relevan.
- Pada waktu menggunakan informasi yang dihasilkan oleh suatu entitas,auditor
harus mengevaluasi apakah invormasi tersebut andal untuk tujuan auditor ,
termasuk jika relevan dalam situasi untuk memeperoleh bukti audit tentang akurasi
dan kelengkapan informasi dan mengevaluiasi apakah informasi tersebut cukup
tepat dan rinci untuk memenuhi tujuan auditor.
c) Pemilihan Unsur untuk Pengujian dalam Memperoleh Bukti Audit
Ketika merancang penguji pengendalian dan pengujian rinci, auditor harus
menentukan cara pemilihan unsur untuk pengujian yang efektif dalam mencapai
tujuan prosedur audit.
d) Inkonsistensi atau Keraguan atas Ketidakandalan Bukti Audit
Jika bukti audit yang diperoleh dari suatu sumber bertentangan dengan bukti audit
yang diperoleh dari sumber lain, atau auditor memiliki keraguan atas keandaran
informasi yang digunakan sebgai bukti audit. Dan auditor harus menentukan
modifikasi atau tambahan prosedur audit yang dipertlukan untuk menyesuaikan
masalah tersebut dan memepertimbangkan dampaknya jika ada terhadap aspek lain
audit.
B. SA 501 (BUKTI AUDIT- PERTIMBANGAN SPESIFIK ATAS UNSUR PILIHAN)
1. RUANG LINGKUP
Standar Auditing (“SA”) ini berkaitan dengan pertimbangan spesifik oleh auditor dalam
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berdasarkan SA 330, SA 500, dan SA-
SA lainnya yang relevan, berkaitan dengan aspek tertentu atas persediaan, litigasi dan
klaim yang melibatkan entitas, serta informasi segmen dalam suatu audit atas laporan
keuangan.
2. TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berkaitan
dengan: Eksistensi dan kondisi persediaan; Kelengkapan informasi tentang litigasi dan
klaim yang melibatkan entitas; dan Penyajian dan pengungkapan informasi segmen
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
3. KETENTUAN
a. Persediaan
- Jika persediaan berjumlah material dalam laporan keuangan, auditor harus
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi
persediaan dengan menghadiri penghitungan fisik persediaan, dan melaksanakan
prosedur audit atas catatan persediaan final untuk menentukan apakah cacatan
tersebut mencerminkan hasil perhitungan fisik actual.
- Jika auditor tidak dapat menghadiri penghitungan fisik persediaan, auditor harus
melakukan atau mengobservasi penghitungan fisik pada suatu tanggal alternatif,
dan melaksanakan prosedur audit terhadap transaksi yang terjadi dalam periode di
antara dua tanggal tersebut.
- Jika kehadiran fisik tidak praktis, auditor harus melaksanakan prosedur audit
alternatif tentang eksistensi dan kondisi persediaan. Jika tidak mungkin melakukan
hal itu, auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor.
- Jika persediaan disimpan dan dikendalikan oleh pihak ketiga, auditor harus
melaksanakan satu atau kedua prosedur berikut ini:Meminta konfirmasi dari pihak
ketiga tentang kuantitas dan kondisi persediaan yang disimpan atas nama entitas
(lihat SA 505). Dan Melaksanakan inspeksi atau prosedur audit lainnya yang tepat
sesuai dengan keadaan.
b. Litigasi dan Klaim
- Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor berdasarkan SPA 705,
jika:
manajemen tidak memberikan izin untuk berkomunikasi dengan penasihat hukum
eksternal atau penasihat hukum eksternal menolak untuk merespons surat
permintaan keterangan dengan semestinya, atauauditor tidak dapat memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat melalui prosedur audit alternatif. Auditor harus
meminta representasi tertulis dari manajemen mengenai litigasi dan klaim.
c. Informasi Segmen
- Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang penyajian dan
pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku dengan: Memperoleh suatu pemahaman tentang metode yang digunakan
oleh manajemen dalam menentukan informasi segmen, dan Melaksanakan prosedur
analitis atau prosedur audit lainnya yang sesuai dengan keadaan
C. SA 505 (KONFIRMASI EKSTERNAL)
1. RUANG LINGKUP
Standar Auditing (“SA”) ini berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi
eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan persyaratan SA 330
dan SA 500 . Hal ini tidak ditujukan untuk meminta keterangan tentang litigasi dan
klaim, yang dibahas dalam SA 501.
2. PROSEDUR KONFIRMASI EKSTERNAL UNTUK MEMPEROLEH BUKTI
AUDIT
- SA 500 mengidentifikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber
dan sifatnya, dan ini tergantung padaa kondisi individual yang dari situ bukti audit
tersebut diperoleh.
- SA 330 membahas tangggung jawab auditor untuk mendisain dan
mengimplementasikan respon secara keseluruhan terhadap resiko kesalahn
penyajian materialyang telah ditentukan pada tingkat laporan keuangan dan
mensyaratkan auditor untuk memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan
dengan semakin tingginya tingkat resiko yang ditentukan oleh auditor.
- SA 240 mengidentifikasikan bahwa auditor dapat mendesain permintaan
konfirmasi untuk memperoleh tamnbahan informasi pendukung sebgai respons atas
resiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan disebabkan oleh
kecurangan pada tingkat asersi.
3. TUJUAN
Tujuan auditor, ketika menggunkaan prosedur konfirmasi eksternal, adalah untuk
mendesai dan melaksanakan prosedur tersebut untuk memeperoleh bukti audit relevan
dan andal,
4. KETENTUAN
a. Prosedur Konfirmasi Eksternal
Penggunaan menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor harus tetap
menjaga pengendalian atas permintaan konfirmasi eksternal
b. Penolakan Manajemen untuk Menginzinkan Auditor Mengirimkan Permintaan
Konfirmasi
Jika menajemen menolak mengizinkan auditor mengirimkan permintaan
konsirmasi maka auditor harus meminta keterangan tentang alasan manajemen
untuk menolak dan mencari bukti audit tentang validitas dan memandai alasan
tersebut.
c. Hasil Prosedur Konfirmasi Eksternal
- Jika terdapat keraguan atas keandalan respons konfirmasi, auditor harus
mendapatkan bukti audit lanjutan untuk menghilangkan keraguan itu.
- Jika auditor tidak mendapatkan respon, prosedur audit alternatif harus dilakukan
- Jika auditor telah menentukan bahwa respons terhadap permintaan konfirmasi
positif diperlukan, prosedur audit alternatif tidak akan menyediakan bukti audit
yang diperlukan oleh auditor. Jika auditor tidak memperoleh konfirmasi seperti itu,
maka auditor harus menentukan implikasi tersebut atas audit dan pendapat auditor.
- Auditor harus melakukan investigasi untuk menentukan apakah adanya
penyimpangan dari respon konfirmasi merupakan indikasi adanya kesalahan
penyajian.
d. Konfirmasi Negatif
- Merupakan bukti audit yang kurang meyakinkan dibandingkan konfirmasi positif.
Auditor harus tidak menggunakan permintaan konfirmasi negatif sebagai prosedur
audit substantif tunggal, kecuali jika terdapat semua hal berikut:Risiko kesalahan
penyajian material rendah dan operasi pengendalian berjalan efektif;, Populasi
unsur-unsur terdiri dari sejumlah besar saldo akun, transaksi, atau kondisi yang
kecil dan homogeny, Diharapkan suatu tingkat penyimpangan sangat rendah,
Auditor tidak menyadari keadaan atau kondisi yang akan menyebabkan penerima
permintaan konfirmasi negatif mengabaikan permintaan konfirmasi..
e. Pengevaluasian atas Bukti yang Diperoleh
- Auditor harus mengevaluasi apakah hasil produksi konfirmasi eksternal
merupakan bukti audit yang relevan dan andal atau apakah bukti audit lebih lanjut
diperlukan.
D. SA 510 (PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA- SALDO AWAL )
1. RUANG LINGKUP
Standar Auditing (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor yang
berhubungan dengan saldo awal dalam perikatan audit tahun pertama. Selain, jumlah
dalam laporan keuangan, saldo awal mencakup hal-hal yang memerlukan
pengungkapan yang ada pada awal suatu periode, seperti kontijensi dan komitmen.
Jika laporan keuangan mencakup informasi keuangan komparatif, ketentuan dan
panduan dalam SA 710 juga diterapkan. SA 300 mencakup ketentuan dan panduan
tambahan berkaitan dengan aktifitas sebelum memulai suatu perikatan audit tahun
pertama.
2. TUJUAN
Dalam melaksanakan suatu perikatan audit tahun pertama, tujuan auditor yang
berkaitan dengan saldo awal adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat tentang apakah:Saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang berdampak
material terhadap laporan keuangan periode berjalan; danKebijakan akuntansi yang
tepat yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan secara konsisten dalam
laporan keuangan periode berjalan, atau perubahannya telah dicatat dengan tepat serta
disajikan dan diungkapkan secara memadai berdasarkan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
3. KETENTUAN
a. Prosedur Audit
- Memperoleh bukti audit untuk saldo awal dengan cara:membaca laporan
keuangan terkini dan laporan auditor pendahulu, jika ada. Dan Memperoleh bukti
audit apakah saldo awal mengandung kesalahan penyajian material dan
berdampak terhadap laporan keuangan periode berjalan
- Memperoleh bukti audit mengenai konsistensi kebijakan akuntansi dengan periode
sekarang
- Memperoleh informasi atau opini yang relevan dalam laporan auditor pendahulu
dalam hal terdapat modifikasi laporan auditor pendahulu .
b. Kesimpulan dan Pelaporan Audit
1) Saldo Awal
- Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit berkaitan dengan saldo awal,
auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
menyatakan pendapat. Dan Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo awal
mengandung kesalahan penyajian yang material terhadap laporan keuangan
periode berjalan, dan dampak kesalahan penyajian tersebut tidak dicatat dengan
tepat, atau tidak disajikan atau diungkapkan dengan memadai, maka auditor harus
menyatakan opini wajar dengan pengecualianatau opini tidak wajar.
2) Konsistensi Kebijakan Akuntansi
- Auditor harus memberikan opini wajar tanpa pengecualian atau opini tidak
wajar berdasarkan jika auditor menyimpulkan bahwa; kebijakan akuntansi
periode berjalan tidak diterapkan secara konsisten dengan saldo awal,
atauperubahan atas kebijakan akuntansi tidak dicatat dengan tepat, atau tidak
disajikan atau diungkapkan secara memadai.
3) Modifikasi terhadap Opini dalam Laportan Auditor Pendahulu
- Jika opini auditor pendahulu atas laporan keuangan periode lalu berisi modifikasi
terhadap opini auditor masih relevan dan material terhadap laporan keuangan
periode berjalan, auditor harus memodifikasi opini atas laporan keuangan periode
berjalan.
E. SA 520 (PROSEDUR ANALITIS)
1. RUANG LINGKUP
Standar Audit (“SA”) Mengatur penggunaan prosedur analitis oleh auditor sebagai
pengujian substantif (“prosedur analitis substantif”) SA ini juga mengatur tanggung
jawab auditor untuk melakukan prosedur analitis pada tahap akhir audit untuk
membantu auditor pada waktu merumuskan suatu kesimpulan keseluruhan atas
laporan keuangan.
SA 315 berkaitan dengan penggunaan prosedur analitis sebagai prosedur penelitian
resiko. SA 330 mencakup ketentuan dan panduan tentang sifat, saat dan luas prosedur
audit untuk menilai risiko yang juga mencakup prosedur analitis substantive.
2. TUJUAN
Tujuan auditor adalah untuk mendapatkan bukti audit relevan dan andal ketika
menggunakan prosedur analitis substantive dan untuk merancang dan melaksanakan
prosedur analitis mendekati akhir audit yang membantu auditor dalam merumuskan
kesimpulan keseluruhan apakah laporan keuangan konsisten dengan pemahaman
auditor terhadap entitas.
3. KETENTUAN
a. Prosedur Analisis Substantif
- Pada waktu merancang dan melaksankan prosedur analitis substantive, sendiri
atau dalam kombinasi dengan pengujian rinci, sebgai prosedur substantive
berdasarkan SA 330, auditor harus menentukan kecocokan prosedur analitis
substantive untuk asersi yang tersedia, mengevaluasi keandalan data yang
dijadikan dasar oleh auditor untuk mengembangkan ekspektasi atas jumlah
tercatat atau rasio, dengan memperhitungkan sumber dan pengendalian atas
penyusunnya.
b. Prosedur Analitis yang Membantu Ketika Membentuk Kesimpulan Keseluruhan
- Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir
audit yang membantu auditor ketika mem,bentuk kesimpulan keseluruhan tentang
apakah laporan keuangan telah disajikan konsisten dengan pemahaman auditor
atas entitas.
c. Investigasi Hasil Prosedur Analitis
Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SA ini mengidentifikasi adanya
fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya
atau yang berbeda secara signifikan dengan nilai yang diharapkan, maka auditor
harus menginvestigasi perbedaan tersebut.
F. SA 530 (SAMPLING AUDIT)
1. RUANG LINGKUP
SA 530 diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk menggunakan sampling
audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Berkaitan dengan penggunaan sampling
statistik maupun non-statistik pada saat perancangan dan pemilihan sampel audit,
pelaksanaan pengujian pengendalian, pengujian rinci, serta pengevaluasian hasil
sample tersebut. SA ini melengkapi SA 500
2. KETENTUAN
1. Perancangan, ukuran, dan pemilihan unsur sampel untuk diuji
2. Pelaksanaan prosedur audit
3. Sifat dan penyebab penyimpangan dan salah saji
4. Memproyeksi salah saji
5. Menilai hasil sampling audit
3. DEFINISI
1. Sampling audit
2. Populasi
3. Risiko sampling
4. Risiko non-sampling
5. Anomali
6. Unit sampling
7. Sampling statistic
8. Stratifikasi
9. Salah saji yang dapat diterima
10. Tingkat penyimpangan yang dapat diterima
4. PERANCANGAN, UKURAN DAN PEMILIHAN UNSUR-UNSUR SAMPEL
1. Perancangan sampel - Auditor harus mempertimbangkan tujuan prosedur audit dan
karakteristik populasi yang menjadi sumber suatu sample yang akan diambil
2. Ukuran sampel - Auditor harus menentukan suatu ukuran sampel yang cukup untuk
mengurangi risiko sampling ke tingkat rendah yang dapat diterima
3. Pemilihan unsur untuk diuji - Auditor harus memilih unsur-unsur yang akan menjadi
sampel sehingga setiap unit sampling dalam populasi memiliki suatu peluang yang
sama untuk dipilih
5. PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT
1. Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk tujuan yang hendak
dicapai atas setipa unsur yang dipilih
2. Jika prosedur audit tidak dapat diterapkan pada unsur pilihan, maka auditor harus
melaksanakan prosedur tersebut atas suatu unsur pengganti
3. Jika auditor tidak dapat menerapkan prosedur audit yang dirancang, atau prosedur
alternatif lainnya yang sesuai, terhadap suatu unsur pilihan, maka auditor harus
menetapkan unsur tersebut sebagai suatu penyimpangan dari pengendalian yang
telah ditetapkan sebelumnya (pengujian pengendalian) atau suatu kesalahan
penyajian (pengujian rinci)
6. SIFAT DAN PENYEBAB PENYIMPANGAN DAN SALAH SAJI
1. Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan dan kesalahan
penyajian yang teridentifikasi, serta menilai dampak yang mungkin terjadi terhadap
tujuan prosedur audit tersebut dan terhadap area audit lainnya.
2. Jika auditor mempertimbangkan bahwa suatu kesalahan yang ditemukan dalam
sample adalah suatu anomali, auditor harus memperoleh tingkat kepastian yang
tinggi bahwa kesalahan penyajian dan penyimpangan semacam itu bukan mewakili
populasi yang bersangkutan
7. MEMPROYEKSI SALAH SAJI DAN PENGEVALUASIAN HASIL
SAMPLING AUDIT
1. Untuk pengujian rinci, auditor harus memproyeksi kesalahan penyajian yang
ditemukan dalam sampel ke populasi
2. Auditor harus menilai hasil sampel dan apakah penggunaan sampling telah
menyediakan basis yang memadai untuk penarikan kesimpulan tentang populasi
yang telah diuji
8. MENILAI HASIL SAMPLING AUDIT
Auditor harus menilai:
1. Hasil sampel
a. Pengujian pengendalian: tingkat penyimpangan sample yang tinggi dan tidak
diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material
b. Pengujian rinci: jumlah kesalahan penyajian yang tinggi yang tidak diharapkan
dalam suatu sampel dapat menyebabkan auditor meyakini bahwa terdapat
kesalahan material dalam golongan transaksi atau saldo akun
c. Estimasi kesalahan dalam populasi = kesalahan penyajian proyeksian ditambah
kesalahan bersifat anomali (jika ada)
2. Apakah penggunaan sample audit telah menyediakan basis yang wajar untuk
penarikan kesimpulan tentang populasi yang diuji
G. SA 540 (AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI, TERMASUK ESTIMASI
AKUNTANSI NILAI WAJAR, DAN PENGUNGKAPAN YANG
BERSANGKUTAN)
1. RUANG LINGKUP
1. Tanggung jawab auditor atas estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai
wajar, dan pengungkapan yang bersangkutan dalam suatu audit atas laporan
keuangan.
2. Perluasan tentang bagaimana SA 315, SA 330 dan SA-SA lain yang relevan
diterapkan dan hubungannya dengan estimasi akuntansi

Mencakup ketentuan dan panduan atas kesalahan penyajian estimasi akuntansi secara
individual, dan indikator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen
2. KETENTUAN
1. Prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang berkaitan
2. Pengidentifikasian dan penilaian risiko salah saji material
3. Respons terhadap risiko salah saji material yang telah dinilai
4. Prosedur substantif lebih lanjut untuk merespons risiko signifikan
5. Pengevaluasian atas kewajaran estimasi akuntansi dan penentuan salah saji
6. Pengungkapan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi
7. Indikator kemungkinan keberpihakan manajemen (management bias)
8. Representasi tertulis
3. PROSEDUR PENILAIAN RISIKO DAN KEGIATAN YANG
BERSANGKUTAN
1. Pemahaman atas ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, yang
relevan terhadap estimasi akuntansi termasuk pengungkapannya.
2. Pemahaman atas bagaimana manajemen mengidentifikasi perlunya estimasi
akuntansi diakui dan diungkapkan,
3. Termasuk permintaan keterangan kepada manajemen tentang perubahan dalam
keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya estimasi akuntansi baru atau perlunya
untuk merevisi estimasi akuntansi yang ada
4. PROSEDUR PENILAIAN RISIKO DAN KEGIATAN YANG
BERSANGKUTAN (LANJUTAN)
1. Pemahaman bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, atau pemahaman
atas data yang dipakai sebagai dasar:
a. Metode, termasuk model yang digunakan
b. Pengendalian yang relevan
c. Apakah seorang pakar telah digunakan
d. Asumsi yang mendasari
e. Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan dari metode
sebelumnya beserta penyebabnya
2. Penelaahan atas hasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan keuangan
periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi dengan tujuan untuk
periode kini
a. Tidak dimaksudkan untuk mempertanyakan pertimbangan yang dibuat dalam
periode lalu
5. PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO SALAH SAJI
MATERIAL
Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko
1. Mengevaluasi derajat ketidakpastian estimasi yang bersangkutan dengan estimasi
akuntansi
2. Menentukan apakah, menurut pertimbangan auditor, estimasi akuntansi yang telah
diidentifikasi mempunyai ketidakpastian yang tinggi, yang dapat menimbulkan
risiko signifikan
6. RESPON TERHADAP RISIKO SALAH SAJI MATERIAL YANG TELAH
DINILAI
1. Berdasarkan penilaian risiko, auditor menentukan
a. Apakah manajemen telah secara tepat menerapkan ketentuan kerangka
pelaporan keuangan
b. Apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi adalah tepat dan telah
diterapkan secara konsisten. Jika ada perubahan dalam metode, apakah sudah
tepat?
2. Satu atua lebih langkah-langkah di bawah ini dengan mempertimbangkan sifat
estimasi akuntansi
a. Menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan
auditor menyediakan bukti audit tentang sifat estimasi akuntansi
b. Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang
dipakai (termasuk evaluasi atas metode pengukuran dan asumsi)
7. RESPON TERHADAP RISIKO SALAH SAJI MATERIAL YANG TELAH
DINILAI (LANJUTAN)
1. Menguji efektivitas operasi atas pengendalian, bersama dengan prosedur substantif
2. Mengembangkan estimasi tunggal atau suatu kisar angka untuk mengevaluasi
estimasi tunggal tersebut yang dibuat oleh manajemen
a. Tetap perlu untuk memahami asumsi dan metode yang digunakan oleh
manajemen
b. Kisaran perlu dipersempit berdasarkan bukti audit yang tersedia sampai semua
hasil dalam kisar tersebut dianggap wajar
8. PROSEDUR SUBSTANTIF LEBIH LANJUT UNTUK MERESPONS RISIKO
SIGNIFIKAN
1. Evaluasi bagaimana manajemen telah mempertimbangkan asumsi dan hasil
alternatif dan alasan penolakan terhadap asumsi dan hasil alternatif tersebut, atua
bagaimana manajemen telah mempertimbangkan ketidakpastian estimasi
2. Evaluasi apakah asumsi signifikan yang digunakan oleh manajemen adalah wajar
3. Jika relevan, evaluasi atas maksud dan kemampuan manajemen
9. PROSEDUR SUBSTANTIF LEBIH LANJUT UNTUK MERESPONS RISIKO
SIGNIFIKAN (LANJUTAN)
1. Jika dipandang perlu, membuat suatu kisaran yang digunakan untuk mengevaluasi
kewajaran estimasi akuntansi
2. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah:
a. Keputusan manajemen untuk mengakui, atau tidak mengakui, estimasi
akuntansi dalam laporan keuangan
b. Dasar pengukuran yang dipilih untuk estimasi akuntansi adalah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
10. INDIKATOR KEMUNGKINAN KEBERPIHAKAN MANAJEMEN
Menelaah pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen dalam membuat
estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi pakaha ada indikator tentang kemungkinan
keberpihakan manajemen
1. Kemungkinan terjadinya keberpihakan manajemen meningkat dengan adanya
subjektivitas
2. Indikator dapat mempengaruhi kesimpulan auditor apakah penilaian risiko atau
respon masih tepat, akan tetapi tidak dengan sendirinya merupakan kesalahan
penyajian untuk tujuan penarikan kesimpulan atas kewajaran estimasi akuntansi
secara individual
11. PENGUNGKAPAN YANG BERKAITAN DENGAN ESTIMASI AKUNTANSI
1. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah pengungkapan dalam
laporan keungan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi telah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
2. Untuk Estimasi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus juga
mengevaluasi kecukupan pengungkapan ketidakpastian estimasi
12. REPRESENTASI TERTULIS DAN DOKUMENTASI
1. Auditor harus memperoleh representasi tertulis mengenai kewajaran atas asumsi
signifikan yang digunakan oleh manajemen untuk membuat estimasi akuntansi
a. Representasi saja tidak merupakan bukti audit yang cukup dan tepat
2. Basis atas kesimpulan auditor tentang kewajaran atas estimasi akuntansi dan
pengungkapannya yang menimbulkan risiko signifikan harus didokumentasikan
3. Indikator atas kemungkinan keberpihakan manajemen juga harus
didokumentasikan dalam dokumentasi audit
13. IKHTISAR PERBEDAAN SIGNIFIKAN ATAS LAPORAN AUDITOR
BENTUK BAKU ANTARA SA BARU DENGAN SA YANG ADA
H. SA 550 (PIHAK BERELASI)
1. RUANG LINGKUP
1. Berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas hubungan dan transaksi pihak berelasi
dalam suatu audit atas laporan keuangan.
2. Memperluas penerapandalam hubungannya dengan risiko kesalahan penyajian
material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
– SA 315: Pengindentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya;
– SA 330: Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai; dan
– SA 240: Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit
atas Laporan Keuangan.
2. TUJUAN AUDITOR
Apabila kerangka keuangan tidak menetapkan ketentuan pihak berelasi ataupun
kerangka keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi memperoleh pemahaman
tentang hubungan dan transaksi pihak berelasi untuk dapat:
• Mengindentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan, jika ada, yang timbul dari
hubungan dan transaksi pihak berelasi yang relevan dengan pengidentifikasikan dan
penilaian risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan; dan
• Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan keuangan,
sejauh ini dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi pihak berelasi tersebut:
• Mencapai penyajian wajar (untuk kerangka penyajian wajar); atau
• Tidak menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan)
Disamping itu, apabila kerangka keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi dalam
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat apakah hubungan dan transaksi pihak
berelasi telah dengan tepat diidentifikasi, dipertanggungjawabkan, dan diungkapkan
dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut.
3. PENILAIAN RISIKO DAN AKTIVITAS TERKAIT
1. Memperoleh pemahaman atas hubungan dan transaksi pihak berelasi, dengan cara
meminta keterangan tentang:
– Identitas pihak berelasi, sifat hubungan dan transaksi yang terjadi; (para 13)
– Pengendalian yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, mencatat hubungan dan
transaksi pihak berelasi; mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan
signifikan, termasuk yang dilakukan di luar bisnis normal. (para 14)
2. Menjaga kewaspadaan terhadap informasi pihak berelasi pada waktu mereviu
catatan atau dokumen, untuk mengindentifikasi :
– Pengaturan atau informasi lain yang menunjukkan adanya hubungan atau
transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi dan diungkapkan sebelumnya
oleh manajemen;
– Transaksi signifikan di luar bisnis normal entitas. (para 16)
3. Berbagi infomasi dengan perikatan. (para 17)
4. PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO KESALAHAN
PENYAJIAN MATERIAL
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, dan menentukan
apakah merupakan risiko signifikan. (para 18)
– Auditor harus memperlakukan transaksi signifikan pihak berelasi di luar
kegiatan normal bisnis entitas menimbulkan risiko signifikan.
2. Mempertimbangkan faktor-faktor risiko kecurangan (termasuk keadaan berkaitan
pihak berelasi dengan pengaruh dominan) pada waktu mengidentifikasi dan menilai
risiko kesalahan penyajian material. (para 19)
5. RESPONS TERHADAP KESALAHAN PENYAJIAN MATERIAL
1. Prosedur audit lanjutan harus dirancang dan dilaksanakan sebagai respons atas risiko
kesalahan penyajian material yang telah dinilai.
2. Prosedur audit lanjutan di atas termasuk yang berkaitan dengan :
– Pengidentifikasian pihak berelasi yang sebelumnya tidak teridentifikasi atau
tidak diungkapkan atau transaksi pihak berelasi yang signifikan. (para 21 - 22)
– Transaksi di luar kegiatan normal bisnis. (para 23)
– Asersi bahwa transaksi pihak berelasi dilaksanakan dengan syarat yang sama
dengan transaksi wajar. (para 24)
6. PENGEVALUASIAN TERHADAPAKUNTANSI DAN PENGUNGKAPAN
1. Dalam merumuskan opini auditor harus mengevaluasi:
– Apakah hubungan dan transaksi pihak berelasi yang teridentifikasi telah dicatat
dan diungkapkan sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
– Apakah dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
2. Mencegah laporan keuangan dari pencapaian penyajian wajar (kerangka penyajian
wajar); atau
3. Menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (kerangka kepatuhan)
7. KOMUNIKASI DENGAN PIHAK YANGBERTANGGUNG JAWAB ATAS
TATA KELOLA
1. Kecuali semua yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas, auditor harus mengomunikasikan hal-hal signifikan yang timbul selama
audit yang berkaitan dengan pihak berelasi entitas kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola.
8. KETENTUAN LAINNYA
1. Representasi tertulis: harus diperoleh yang memuat mengenai identitas pihak
berelasi dan kelengkapan hubungan dan transaksi; dan kesesuaian pencatatan dan
pengungkapan dengan kerangka pelaporan keuangan. (para 26)
2. Dokumentasi: harus didokumentasikan nama pihak berelasi yang diidentifikasi dan
sifat hubungan pihak berelasi tersebut. (para 28)
9. Ikhtisar perbedaan signifikan atas laporan auditor bentuk baku antara SA baru
dengan SA yang ada

No. Deskripsi SA Baru SA yang ada*


1. Definisi pihak berelasi Memberikan definisi Tidak memberikan
pihak berelasi definisi, tetapi langsung
[para10 (b)] mengacu ke PSAK 7.
(para02)

2. Kerangka untuk Membedakan antara Hanya mencakup


penarikan kesimpulan kerangka penyajian kerangka penyajian wajar
wajar dan kerangka (para 02)
kepatuhan (para 25)

3. Pendekatan berbasis Dinyatakan dalam Lebih ditujukan kepada


risiko tanggung jawab pengidentifikasian pihak
auditor (para 4) berelasi dan keyakinan
mengenai akuntasi dan
Mewajibkan auditor pengungkapannya.
untuk menilai risiko (para01)
kesalahan penyajian
material dan respons Pembahasan berbasis
atas risiko tersebut. prosedur audit.

4. Faktor risiko kecurangan Secara khusus Tidak secara khusus


meminta auditor diatur. Penilaian
menilai faktor-faktor mengenai risiko
risiko kecurangan kecurangan dicakup
dalam transaksi dalam SA 316. [lihat para
pihak berelasi. 17 butir c (4)].

5. Pengidentifikasian pihak Memberikan Tidak memberikan


berelasi yang sebelumnya pedoman mengenai pedoman mengenai hal
tidak teridentifikasi atau hal ini. ini.
tidak diungkapkan atau
transaksi pihak berelasi
yang signifikan.

* Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa

I. SA 560 (PERISTIWA KEMUDIAN)


1. RUANG LINGKUP
Berhubungan dengan tanggung jawab auditor berkaitan dengan peristiwa kemudian
dalam suatu audit atas laporan keuangan.
2. TUJUAN AUDITOR
1. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah peristiwa yang terjadi
antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan auditor yang mengharuskan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, secara tepat telah
digambarkan dalam laporan keuangan tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
2. Merespons secara tepat fakta yang diketahui oleh auditor setelah tanggal laporan
auditor, yang mana jika diketahui oleh auditor pada tanggal tersebut, kemungkinan
menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya.
3. PERISTIWA YANG TERJADI ANTARA TANGGALLAPORAN KEUANGAN
DAN TANGGAL LAPORAN AUDITOR
1. Atas peristiwa-peristiwa yang terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal
laporan auditor, maka dilakukan :
• Identifikasi seluruh peristiwa yang mengharuskan penyesuaian atau
pengungkapan
• Sifat dan luas prosedur audit mempertimbangkan penilaian risiko auditor
2. Biasanya dalam melaksanakan prosedur audit, akan dihadapkan pada dua keadaan
yaitu:
• Peristiwa yang mengharuskan penyesuaian atau pengungkapan teridentifikasi
• Telah digambarkan dalam laporan keuangan secara tepat dan sesuai kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku
Auditor harus meminta representasi tertulis kepada manajemen (jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola) yang menyatakan bahwa seluruh peristiwa
yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku telah
disesuaikan atau diungkapkan.

4. FAKTA DIKETAHUI SETELAH TANGGALLAPORAN AUDITOR NAMUN


SEBELUMTANGGAL LAPORAN KEUANGAN DITERBITKAN
1. Auditor tidak memiliki kewajiban melakukan prosedur audit setelah tanggal laporan
auditor;
2. Apabila,setelah tanggal laporan auditor tetapi sebelum tanggal laporan keuangan
diterbitkan, ditemukan fakta yang mungkin menyebabkan auditor mengubah
laporan auditnya, auditor harus:
– Membahas hal tersebut dengan manajemen;
– Menentukan apakah laporan keuangan memerlukan perubahan, dan jika
demikian;
– Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut
dalam laporan keuangan.
Jika manajemen mengubah laporan keuangan, auditor harus melaksanakan prosedur
audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan tersebut, dan mengetahui apakah
peraturan perundangan/kerangka pelaporan melarang manajemen membatasi
perubahan laporan keuangandan pihak yang bertanggung jawab membatasi persetujuan
atas perubahan. Apabila peraturan perundangan/kerangka pelaporan tidak melarang
manajemen membatasi perubahan laporan keuangandan pihak yang bertanggung jawab
membatasi persetujuan atas perubahan tersebut, maka prosedur auditatas peristiwa
kemudian boleh dibatasi berkaitan dengan perubahan tersebut.Perubahan tersebut dapat
dilakukan dengan mengubah laporan auditor dengan memasukkan suatu tanggal
tambahan yang dibatasi sampai tanggal perubahan atau laporan auditor baru atau
laporan auditor yang diubah dengan: paragraf penekanan suatu hal atau paragraf
mengenai pembatasan prosedur audit atas peristiwa kemudian. Akan tetapi, jika
peraturan perundangan/kerangka pelaporanmelarang manajemen membatasi perubahan
laporan keuangandan pihak yang bertanggung jawab membatasi persetujuan atas
perubahan tersebut, maka prosedur audit atas peristiwa kemudian diperluas sampai
pada tanggal laporan auditor baru. Kemudian manajemen dapat membuat laporan audit
baru atas laporan keuangan yang diubah.

5. FAKTA DIKETAHUI SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR NAMUN


SEBELUM TANGGAL LAPORAN KEUANGAN DITERBITKAN
1. Apabila menurut peraturan perundang-undangan atau kerangka pelaporan keuangan
tidak mensyaratkan penerbitan laporan keuangan yang diubah:
– Auditor tidak perlu menyediakan laporan auditor yang diubah atau yang baru.
– Apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan perlu diubah.
2. Jika laporan auditor belum diserahkan kepada entitas: mengubah opini sesuai SA
705
3. Jika laporan auditor telah diserahkan kepada entitas: memberitahu manajemen agar
tidak menerbitkan laporan keuangan kepada pihak ketiga sebelum perubahan yang
diperlukan dibuat.
6. FAKTA DIKETAHUI SETELAHLAPORAN KEUANGAN DITERBITKAN
1. Auditor tidak memiliki kewajiban melakukan prosedur audit setelah tanggal laporan
keuangan diterbitkan;
2. Apabila, setelah tanggal laporan keuangan diterbitkan,ditemukan fakta yang
mungkin menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya, auditor harus:
– Membahas hal tersebut dengan manajemen;
– Menentukan apakah laporan keuangan memerlukan perubahan, dan jika
demikian;
– Memintaketerangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut
dalam laporan keuangan.
7. FAKTA DIKETAHUI SETELAHLAPORAN KEUANGAN DITERBITKAN
1. Jika manajemen mengubah laporan keuangan, auditor harus:
– Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan
tersebut;
– Menelaah tahap-tahap yang dilakukan oleh manajemen untuk memastikan bahwa
setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya
bersamaan dengan laporan auditor, diberi informasi tentang situasi tersebut;
– Ambil langkah-langkah sama seperti fakta yang ditemukan setelah tanggal
laporan auditor namun sebelum tanggal laporan keuangan diterbitkan.
Jika manajemen mengubah laporan keuangan, auditor harus melaksanakan prosedur
audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan tersebut, dan mengetahui apakah
peraturan perundangan/kerangka pelaporan melarang manajemen membatasi
perubahan laporan keuangandan pihak yang bertanggung jawab membatasi persetujuan
atas perubahan. Apabila peraturan perundangan/kerangka pelaporan tidak melarang
manajemen membatasi perubahan laporan keuangandan pihak yang bertanggung jawab
membatasi persetujuan atas perubahan tersebut, maka prosedur auditatas peristiwa
kemudian boleh dibatasi berkaitan dengan perubahan tersebut. Perubahan tersebut
dapat dilakukan dengan mengubah laporan auditor dengan memasukkan suatu tanggal
tambahan yang dibatasi sampai tanggal perubahan atau laporan auditor baru atau
laporan auditor yang diubah dengan: paragraf penekanan suatu hal atau paragraf
mengenai pembatasan prosedur audit atas peristiwa kemudian. Akan tetapi, jika
peraturan perundangan/kerangka pelaporanmelarang manajemen membatasi perubahan
laporan keuangandan pihak yang bertanggung jawab membatasi persetujuan atas
perubahan tersebut, maka prosedur audit atas peristiwa kemudian diperluas sampai
pada tanggal laporan auditor baru. Kemudian manajemen dapat membuat aporan audit
baru atas laporan keuangan yang diubah.
8. FAKTA DIKETAHUI SETELAH LAPORAN KEUANGAN DITERBITKAN
1. Manajemen tidak memberitahu pihak yang menerima laporan dan tidak mengubah
laporan keuangan
a. Auditor memberitahu manajemen (atau pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola), dan jika mereka tidak mengambil langkah yang diperlukan, auditor harus
mengambil langkah yang tepat untuk mencegah pemakai meletakkan
kepercayaan terhadap laporan auditor.
9. IKHTISAR PERBEDAAN SIGNIFIKAN ATAS LAPORAN AUDITOR
BENTUK BAKU ANTARA SA BARU DENGAN SA YANG ADA
No. Deskripsi SA Baru SA yang ada*

1. Definisi peristiwa Mencakup peristiwa Dibedakan


kemudian antara tanggal laporan antara peristiwa
keuangan dan laporan kemudian dan
auditor serta fakta setelah penemuan
tanggal laporan auditor. kemudian fakta
2. Definisi tanggal Tanggal tersedianya Tidak tercantum.
diterbitkannya laporan laporan auditor dan
keuangan laporan keuangan
auditan bagi pihak ketiga

3. Penggunaan tanggal Apabila peraturan Tidak ada


ganda perundang-undangan dan klausul ini.
kerangka pelaporan tidak
melarang perubahan dan
persetujuannya

4. Opsi tanggal ganda Paragraf 12 (b) Tidak ada.


memberikan pilihan
bentuk tanggal ganda

* Peristiwa Kemudian

J. SA 570 (KELANGSUNGAN USAHA)


1. RUANG LINGKUP
Mengatur tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan keuangan yang berkaitan
dengan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan
laporan keuangan.
2. TUJUAN AUDITOR
a. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang penggunaan asumsi
kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan;
b. Menyimpulkanberdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah terdapat suatu
ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya; dan
c. Menentukan dampak terhadap laporan auditor.
3. PROSEDUR PENILAIAN RISIKO DAN AKTIVITAS TERKAIT
a. Mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya;
b. Menentukan apakah penilaian awal oleh manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan usahanya telah dilakukan, dan
– Jika telah dilakukan, mendiskusikan dengan manajemen, menentukan apakah
menyebabkan keraguan mengenai kelangsungan usaha, dan rencana manajemen
untuk menghadapinya; atau
– Jika tidak dilakukan, mendiskusikan dengan manajemen basis penggunaan
asumsi kelangsungan usaha dan meminta keterangan mengenai peristiwa dan
kondisi yang dapat menyebabkan keraguan mengenai kelangsungan usaha.
4. PENGEVALUASIAN ATAS PENILAIAN MANAJEMEN
a. Auditor harus mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya; (para 12)
b. Penilaian harus mencakup periode yang sama dengan yang digunakan oleh
manajemen dan periode sekurang-kurangnya dua belas bulan dari tanggal laporan
keuangan; (para 13)
c. Penilaian manajemen harus mencakup seluruh informasi relevan yang diketahui
auditor. (para 14)
5. PERIODE SETELAH PENILAIAN MANAJEMEN
Auditor harus menanyakan atas peristiwa atau kondisi setelah periode penilaian.(para
15)
6. PROSEDUR AUDIT TAMBAHAN KETIKA PERISTIWA ATAU KONDISI
TERIDENTIFIKASI
a. Meminta manajemen melakukan penilaian atas kemampuan mempertahankan
kelangsungan usahanya, jika belum dilakukan; [para 16 (a)]
b. Mengevaluasi rencana manajemen, apakah memperbaiki usaha entitas dan layak
dilaksanakan; [para 16 (b)]
c. Mengevaluasi prakiraan arus kas, jika dibuat dan merupakan faktor signifikan
dalam mempertimbangkan hasil masa depan; [para 16 (c)]
d. Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi tambahan tersedia sejak
tanggal dilakukan penilaian oleh manajemen; [para 16(d)]
e. Meminta representasi tertulis dari manajemen (jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola) tentang rencana mereka untuk tindakan di masa
depan dan kelayakan rencana tersebut. [para 16(e)]
7. KESIMPULAN AUDIT DAN PELAPORAN
a. Berdasarkan bukti audit, menyimpulkan apakah terdapat ketidakpastian yang
material yang menyebabkan keraguan atas kelangsungan hidup;
b. Ketidakpastian material terjadi ketika signifikansi dampak potensialnya dan
kemungkinan terjadinya sedemikian rupa, yang pengungkapan yang tepat dan
implikasi ketidakpastian tersebut diperlukan untuk:
– Penyajian yang wajar atas laporan keuangan (kerangka penyajian laporan
keuangan), atau
– Laporan keuangan tidak menyesatkan (kerangka kepatuhan)
8. KETENTUAN LAINNYA
Penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat tetapi terdapat suatu
ketidakpastian material, maka menggunakan:
• Opini tanpa modifikasian dan mencantumkan paragraf Penekanan atas Suatu Hal,
apabila pengungkapan memadai dicantumkan dalam laporan keuangan; (para 19)
• Opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar, sesuai dengan kondisinya,
apabila pengungkapan memadai tidak dicantumkan dalam laporan keuangan (para
20)
Penggunaan yang tidak tepat atas asumsi kelangsungan usaha, maka menggunakan:
• Opini tidak wajar; (para 21)
• Jika manajemen tidak mau membuat atau memperluas penilaiannya: auditor harus
mempertimbangkan implikasinya terhadap laporan auditor;(para 22)
• Kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, auditor harus
mengomunikasikan dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan signifikan mengenai
kelangsungan usaha; (para 23)
• Apabila penundaan persetujuan terkait dengan kondisi atau peristiwa terkait
dengan penilaian langsungan usaha, auditor melakukan prosedur audit tambahan
(sesuai para 16) dan mempertimbangkan pengaruhnya(sesuai para 17).(para 24)

9. IKHTISAR PERBEDAAN SIGNIFIKAN ATAS LAPORAN AUDITOR


BENTUK BAKU ANTARA SA BARU DENGAN SA YANG ADA
No. Deskripsi SA Baru SA yang ada*

1. Jangka waktu penilaian Sekurang-kurangnya duabelas Tidak lebih dari satu tahun
bulan (para 13) (para 02)
K. SA 580 (REPRESENTASI TERTULIS)
1. RUANG LINGKUP
Berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam
audit atas laporan keuangan.
2. TUJUAN AUDITOR
• Untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang keyakinan bahwa mereka telah
memenuhi tanggung jawab mereka untuk menyusun laporan keuangan dan untuk
kelengkapan informasi yang disediakan bagi auditor;
• Untuk mendukung bukti audit lain yang relevan dengan laporan keuangan atau
asersi spesifik dalam laporan keuangan melalui representasi tertulis jika ditetapkan
perlu oleh auditor atau diharuskan oleh SPA yang lain; dan
• Untuk merespons secara tepat representasi tertulis yang disediakan oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, atau
jika manajemen, atau jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
tidak menyediakan representasi tertulis yang diminta oleh auditor.
3. MANAJEMEN YANG DIMINTA UNTUK MEMBERIKAN REPRESETASI
TERTULIS
• Manajemen yang diminta untuk memberikan representasi tertulis yakni :
– yang memiliki tanggung jawab semestinya atas laporan keuangan dan
– yang memiliki pengetahuan atas hal-hal yang dipandang penting
• Representasi tertulis tentang tanggung jawab manajemen bahwa mereka telah:
– menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan,
termasuk penyajian yang wajar seperti yang disyaratkan perikatan audit (para
10)
– menyediakan semua informasi dan akses; dan semua transaksi telah dicatat dan
dicerminkan dalam laporan keuangan (para 11)
4. REPRESENTASI TERTULIS LAIN: SERTA TANGGAL DAN PERIODE
YANG DICAKUP
• Representasi tertulis lainnya harus diminta untuk mendukungsatu atau lebih asersi
spesifik dalam laporan keuangan (para 13)
• Tanggal dan periode yang dicakup (para 14)
– Tanggal representasi harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan.
– Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan keuangan dan periode
yang dirujuk di dalam laporan auditor.
5. BENTUK REPRESENTASI TERTULIS
• Harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan kepada auditor.
• Jika peraturan perundangan mensyaratkan manajemen membuat pernyataan publik
mengenai tanggung jawabnya, dan auditor menganggap memenuhi
beberapa/seluruh representasi dalam para 10 dan 11,
– Maka yang sudah dicakup surat pernyataan tersebut tidak perlu dicantumkan
lagi dalam surat representasi.
6. KERAGUAN KEANDALAN DANREPRESENTASI TIDAK DIBERIKAN
• Terdapat keraguan atas keandalan representasi tertulis, karena :
– Keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etika atau kesungguhan atau
komitmen manajemen dalam menerapkan hal ini (para 16)
– Representasi tertulis tidak konsisten dengan bukti audit (para 17)
• Representasi tertulis yang diminta tidak disediakan, auditor harus :
– Mendiskusikan dengan manajemen;
– Mengevaluasi integritas manajemen dan dampaknya;
[para 19 (a) dan (b)]
• Melihat dua keadaan tersebut, maka yang harus dilakukan oleh seorang auditor yaitu:
 Mengambil langkah yang tepat, termasuk dampak terhadap opini sesuai SPA
705 [para 18 dan 19 (c)]
 Tidak memberikan opini atas laporan keuangan(para 20)
7. IKHTISAR PERBEDAAN SIGNIFIKAN ATAS LAPORAN AUDITOR
BENTUK BAKU ANTARA SA BARU DENGAN SA YANG ADA
No. Deskripsi SA Baru SA yang ada*

1. Kerangka penilaian yang Kerangka penyajian wajar Tidak secara eksplisit


digunakan (para 8 dan 10) dinyatakan

2. Persyaratan perundangan
dalam pernyataan Terdapat dalam para 15 Tidak ada
tanggung jawab
BAB 5

BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT

A. HAKEKAT BUKTI
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai
kesimpulan yang menjadi dasar opini audit. Sebagian besar pekerjaan auditor independen
dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan
dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung
pada pertimbangan auditor independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan opini atas laporan
keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain
yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

Butir-butir penting tentang hakekat bukti audit adalah sebagai berikut:

o Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal


o Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan dengan asersi
manajemen
o Dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen, seperti misalnya: tidak membuat
dokumen yang diperlukan, atau tidak membuat dokumen secara tepat waktu
o Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar
o Dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan auditor (analisis
risiko untuk menentukan apakah akan menerima atau melanjutkan seorang klien, data
dari audit tahun lalu, dan kualitas pengendalian internal perusahaan yang
mencerminkan ketelitian proses internal)
B. KEPUTUSAN AUDITOR TENTANG BUKTI AUDIT
Keputusan penting yang dihadapi setiap auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti
yang tepat yang diperlukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan klien telah
ditetapkan secara wajar.
Ada empat keputusan tentang bukti apa yang harus diperoleh dan berapa banyak bukti harus
dikumpulkan:
1. Prosedur audit apa yang harus digunakan
2. Berapa besar ukuran sampel yang harus dipilih untuk prosedur audit tersebut
3. Unsur-unsur apa yang harus dipilih dari populasi
4. Kapan prosedur tersebut diterapkan
a) Prosedur audit
Prosedur audit adalah instruksi detail yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh
selama audit berlangsung, yang biasanya dinyakatan dengan instruksi yang cukup spesifik
sehingga auditor dapat mengikuti instruksi selama audit berlangsung. Misalnya: periksalah
jurnal pengeluaran kas dalam sistem akuntansi dan bandingkan dengan nama penerima, jumlah
rupiah dan tanggal dengan informasi online yang disediakan bank tentang check yang diproses
untuk akun kas yang bersangkutan.
b) Ukuran Sampel
Setelah prosedur audit ditetapkan, auditor harus menentukan ukuran sampel yang dipilih
dari populasi. Keputusan tentang berapa banyak unsur yang akan diuji harus dibuat auditor
untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan. Ukuran sampel yang dipilih bisa berbeda-
beda antara audit yang satu dengan audit yang lainnya.
c) Unsur yang Dipilih
Setelah menetapkan ukuran sampel, auditor harus memutuskan unsur-unsur mana dalam
populasi yang akan diuji. Misalnya setelah memilih 50 check dari 6000 check yang ada untuk
diuji, lalu auditor perlu menentukan metode yang akan digunakan untuk memilih check yang
akan diuji secara spesifik.
d) Saat Pelaksanaan Prosedur
Penerapan prosedur-prosedur audit bisa dilakukan dalam rentang waktu mulai dari awal
periode sampai akhir periode akuntansi. Penentuan saat pelaksanaan prosedur audit
dipengaruhi oleh kapan klien membutuhkan laporan audit. Selain itu, saat pelaksanaan
prosedur dipengaruhi oleh pertimbangan auditor tentang kapan prosedur diperkirakan akan
paling efektif, atau kapan staf audit tersedia.
e) Program Audit
Program audit adalah daftar prosedur-prosedur audit untuk suatu bagian atau keseluruhan audit
yang berisikan daftar prosedur audit dan juga biasanya mencakup ukuran sampel, unsur yang
dipilih dan saat pelaksanaan pengujian. Saat ini, auditor umumnya menggunakan paket
electronic audit software untuk menyusun program audit. Program software ini membantu
auditor dalam mengurangi risiko dan menyusun perencanaan audit serta memilih prosedur
audit yang tepat.
C. KARAKTERISTIK BUKTI AUDIT

Standar audit (SA 500, Para 6) berbunyi sebagai berikut.


“Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.”
Auditor diwajibkan oleh Standar Auditing untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan
tepat sebagai dasar yang mendukung opini yang diberikan. Auditor harus berkeyakinan bahwa
pendapatnya benar dengan tingkat jaminan yang tinggi.
a) Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti yakni relevansi dan reliabilitasnya dalam
memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo-saldo akun, dan pengungkapan yang
bersangkutan. Ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih dan tidak
bisa dipengaruhi oleh pemilihan sampel atau dengan memilih unsur populasi yang berbeda.

1. Relevansi bukti
Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus diuji lebih dahulu
oleh auditor sebelum bisa dikatakan sebagai bukti yang tepat. Relevansi menjadi
masalah dalam kaitannya dengan tujuan audit tertentu, karena bukti bisa relevan untuk
suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan lainnya. Banyak bukti yang relevan
untuk lebih dari satu tujuan audit tapi tidak untuk semua tujuan audit.
2. Reliabilitas bukti
Reliabilitas tergantung pada apakah bukti memenuhi karakteristik-karakteristik berikut.
a. Independensi pembuat bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber di luar entitas lebih
bisa dipercaya daripada bukti yang diperoleh dari dalam entitas yang diaudit.
Informasi yang diperoleh dari bank, penasehat hukum, atau pelanggan biasanya
dipandang lebih bisa dipercaya daripada jawaban atas pertanyaan yang diperoleh
dari klien.
b. Efektivitas pengendalian internal klien. Apabila pengendalian internal yang berlaku
pada perusahaan klien berjalan dengan efektif, maka bukti yang diperoleh lebih bisa
dipercaya daripada bila pengendalian internal klien tidak efektif.
c. Pengetahuan langsung auditor. Bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor
melalui pemeriksaan fisik, observasi, rekalkulasi, dan inspeksi adalah lebih bisa
dipercaya daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
d. Kualifikasi individu pemberi informasi. Informasi yang diperoleh dari bank atau
penasehat hukum biasanya dipandang lebih bisa dipercaya daripada jawaban atas
konfirmasi yang diterima dari debitur klien yang tidak memahami dunia usaha.
Begitu juga dengan bukti yang diperoleh langsung oleh auditor bisa menjadi kurang
dipercaya bila auditor tidak memperhatikan kualifikasi untuk menilai bukti.
e. Tingkat obyektivitas. Bukti yang obyektif akan lebih bisa dipercaya dibandingkan
dengan bukti yang masih memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan
apakah bukti itu benar.
f. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu suatu bukti audit, berhubungan dengan kapan
bukti tersebut diperoleh atau dengan periode yang diaudit. Bukti biasanya akan
lebih dipercaya untuk saldo-saldo akun neraca apabila bukti tersebut diperoleh
sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
b) Kecukupan Bukti

Kecukupan berikaitan dengan banyaknya bukti audit harus diperoleh. Kecukupan bukti
adalah ukuran kuantitas bukti audit yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang
risiko kesalahan-penyajian material dan juga oleh kuantitas bukti audit itu sendiri. Kecukupan
bukti terutama diukur dengan ukuran sampel yang dipilih auditor. Dua faktor yang menentukan
ketepatan ukuran sampel dalam audit yaitu ekspetasi auditor tentang kesalahan penyajian dan
efektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien.

c) Hubungan Antara Risiko, Ketepatan, dan Kecukupan Bukti Audit

Tugas auditor adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup.
Baik ketepatan dan kecukupan dipengaruhi oleh risiko yang ada di klien. Dalam keadaan
bagaimanapun auditor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi.
Namun, mendapatkan bukti yang tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit,
misalnya karena sistem akuntansi keuangan klien menghasilkan bukti yang kurang relevan dan
kurang bisa dipercaya. Oleh karena itu, auditor perlu mencari bukti pendukung yang
berkualitas tinggi dari sumber di luar klien. Dalam hal kecukupan, klien berisiko tinggi
menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti dalam jumlah yang lebih banyak.
d) Sumber Bukti Audit

Auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga risiko kesalahan
penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan bukti-
bukti yang berkaitan dengan:

1. Pengetahuan tentang klien (perusahaannya maupun bidang usahanya) yang bisa


diperoleh dari audit tahun lalu, analisis risiko klien, dan analisis penerimaan menjadi
klien.
2. Informasi dari luar klienyang bisa diperoleh oleh tim audit sendiri dengan
menggunakan data pasar atau melalui analisis independen oleh spesialis.
3. Sistem akuntansi yang bisa diperoleh melalui pengujian langsung atas saldo-saldo akun
dan transaksi-transaksi dan review analitis.
4. Kualitas pengendalian internal yang dapat diperoleh melalui evaluasi atas rancangan
dan pengoperasian pengendalian internal.

e) Prosedur untuk Memperoleh Bukti Audit

Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilih dari
delapan kategori bukti yang disebut tipe bukti, yaitu sebagai berikut:

1. Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal
maupun eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan
fisik atas suatu aset. Inspeksi ini memberikan bukti audit dengan beragam tingkat
keandalan, tergantung sifat dan sumbernya, serta efektivitas pengendalian atas
penyusunan catatan dan dokumen tersebut. Dokumentasi adalah inspeksi yang
dilakukan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan klien yang berisi
informasi yang dituangkan (atau seharusnya dituangkan) ke dalam laporan keuangan.
Dokumen sangat sering digunakan sebagai bukti audit karena dokumen biasanya sudah
tersedia dengan biaya yang relative murah. Dokumen dapat dikelompokkan menjadi
dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal dibuat dan digunakan
dalam organisasi klien dan selanjutnya diarsipkan tanpa pernah pergi ke pihak lain,
contohnya duplikat faktur penjualan dan laporan penerimaan barang. Dokumen
eksternal dibuat oleh pihak di luar organisasi klien yang merupakan salah satu pihak
dalam transaksi yang didokumentasi, tetapi sekarang berada di tangan klien atau
tersedia untuk diakses contohnya faktur pembelian dan polis asuransi.
Apabila auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung catatan transaksi
atau jumlah tertentu, prosesnya disebut vouching. Apabila auditor menelusur dari
laporan penerimaan barang ke jurnal pembelian untuk memenuhi tujuan kelengkapan
disebut tracing (penelusuran). Pemeriksaan fisik merupakan cara langsung untuk
memeriksa bahwa aset sungguh-sungguh ada dan dalam batas tertentu juga untuk
membuktikan bahwa aset yang ada telah dicatat.
2. Observasi
Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang
dilakukan oleh orang lain, misalnya observasi oleh auditor atas perhitungan persediaan
yang dilakukan oleh personel entitas atau melihat langsung pelaksanaan aktivitas
pengendalian. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu proses atau
prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat observasi
dilaksanakan. Hasil observasi biasanya diikuti dengan mencari bukti pendukung yang
lain.
3. Konfirmasi Eksternal
Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai
respon langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi) dalam bentuk
kertas, atau secara elektronik, atau media lain. Konfirmasi diminta kepada klien, dan
selanjutnya klien minta kepada pihak ketiga untuk menjawabnya langsung kepada
auditor. Digunakan tidaknya konfirmasi diputuskan oleh auditor dan tergantung pada
reliabilitas yang diperlukan sesuai dengan keadaan, serta bukti alternatif lain yang
tersedia. Agar menjadi bukti yangdapat dipercaya, konfirmasi harus diawasi oleh
auditor sejak awal pembuatan hingga saat diterima jawaban.
4. Penghitungan Ulang
Penghitungan ulang meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan
yang telah dilakukan klien. Pengecekan ulang atas perhitungan klien meliputi pengujian
atas ketelitian perhitungan dan mencakup prosedur-prosedur seperti memeriksa hasil
perkalian dalam faktur penjualan atau persediaan. Sebagian besar rekalkulasi dilakukan
auditor dengan bantuan oerangkat lunak komputer untuk pengauditan.
5. Pelaksanaan Kembali
Pelaksanaan kembali adalah pengujian auditor secara independen atas prosedur
atau pengendalian akuntansi klien yang sebelumnya telah dilakukan sebagai bagian dari
akuntansi klien dan sistem pengendalian internal. Pelaksanaan kembali dilakukan
dengan mengecek prosedur lain.
6. Prosedur Analitis
Prosedur analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang
dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan
dengan data nonkeuangan. Selain itu juga meliputi investigasi atas fluktuasi yang telah
diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu informasi dengan informasi
lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang telah
diprediksi sebelumnya. Prosedur analitis sangat luas digunakan dalam praktik dan
wajib dilakukan auditor dalam tahap perencanaan dan tahap penyelesaian semua audit.
Berikut berbagai tipe prosedur analitis.
a) Memahami Bidang Usaha dan Bisnis Klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bidang usaha dan bisnis klien
sebagai bagian dari perencanaan suatu audit. Dengan melakukan prosedur analitis
dimana informasi yang belum diaudit tahun ini dibandingkan dengan informasi
tahun lalu atau data industri, maka perubahan yang terjadi akan disoroti. Perubahan
ini menggambarkan tren penting atau kejadian spesifik yang akan mempengaruhi
perencanaan audit.
b) Menilai Kelangsungan Usaha Bisnis Klien
Prosedur analitis sering memberikan petunjuk yang berguna untuk menentukan
apakah perusahaan klien mempunyai masalah keuangan. Selain itu juga dapat
membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan usaha.
c) Menunjukkan Kemungkinan Adanya Kesalahan Penyajian dalam Laporan
Keuangan
Perbedaan signifikan yang tak diharapkan antara data keuangan tahun ini dan data
lainnya yang digunakan sebagai pembanding disebut fluktuasi tidak biasa. Hal ini
terjadi apabila perbedaan signifikan itu tidak diharapkan tetapi sungguh terjadi, atau
apabila perbedaan signifikan itu diharapkan tetapi tidak terjadi. Penyebab dari
fluktuasi tidak biasa ini yaitu kesalahan penyajian akuntansi. apabila fluktuasi tidak
biasa besar jumlahnya, auditor harus menentukan penyebabnya dan memastikan
bahwa penyebabnya adalah peristiwa ekonomi bukan kesalahan penyajian.
d) Mengurangi Pengujian Audit yang Rinci
Apabila prosedur analitis tidak menunjukkan adanya fluktuasi tidak biasa, maka
bisa diasumsikan bahwa kemungkinan adanya kesalahan penyajian material
menjadi minimal. Prosedur analitis mencerminkan bukti substantif yang
mendukung penyajian yang wajar dari akun-akun yang berkiatan dan akan
memungkinkan untuk melakukan pengujian detail yang lebih sedikit atas akun-
akun tersebut.
7. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang
memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non-keuangan di dalam atau di luar
entitas, yang dapat berupa permintaan keterangan resmi scara tertulis maupun
permintaan keterangan secara lisan. Permintaan keterangan digunakan sebagai
tambahan untuk prosedur audit lainnya. Respon atas permintaan keterangan dapat
memberikan informasi yang sebelumnya tidak dimiliki oleh auditor atau menguatkan
bukti audit. Respon juga digunakan untuk memodifikasi atau melaksanakan prosedur
audit tambahan. Dalam beberapa hal, auditor dapat mempertimbangkan perlunya untuk
memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, untuk menginformasikan respon terhadap
permintaan keterangan secara lisan.
f) Biaya untuk Mendapatkan Bukti
Dua tipe bukti yang paling mahal untuk mendapatkannya adalah peemeriksaan fisik dan
konfirmasi. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena biasanya membutuhkan kehadiran auditor
pada saat klien melakukan penghitungan aset yang seringkali dilakukan pada akhir tahun buku.
Konfirmasi menjadi mahal karena auditor harus mengikuti prosedur dengan teliti sejak dari
persiapan konfirmasi, pengiriman melalui surat atau secara elektronik, penerimaan jawaban,
dan melakukan tindaklanjut atas konfirmasi yang tidak memberi jawaban, atau jawaban yang
menunjukkan selisih.sedangkan inspeksi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu
mahal, selama personil klien menyiapkan dokumen dan data elektronik untuk kepentingan
auditor dengan rapi dan teratur.
Tipe bukti yang murah biayanya adalah observasi, mengajukan pertanyaan kepada
klien, dan rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan secara bersamaan dengan prosedur lain.
Pengajuan pertanyaan kepada klien dilakukan sangat sering sepanjang audit berlangsung dan
biasanya murah biayanya walaupun untuk pengajuan pertanyaan tertentu bisa juga mahal
misalnya meminta pernyataan tertulis klien. Rekalkulasi biayanya murah karena hanya
menyangkut perhitungan-perhitungan sederhana dan penelusurannya dapat dilakukan dengan
mudah.
g) Istilah yang Digunakan dalam Prosedur Audit

Berikut istilah-istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan prosedur audit dirumuskan
dalam tabel berikut.

Istilah dan Definisi Contoh Prosedur Tipe Bukti

Periksa (examine) – Suatu studi Periksa suatu sampel faktur dari Inspeksi
detail atas dokumen atau catatan pemasok untuk memastikan
untuk menentukan fata tertentu apakah barang atau jasa yang
diterima beralasan dan
merupakan jenis yang biasa
digunakan perusahaan

Scan – pemeriksaan tidak terlalu Prosedur analitis


detail atau dokumen atau catatan
untuk memastikan ada tidaknya
sesuatu yang tidak biasa dan
membutuhkan penyelidikan lebih
lanjut

Baca – pemeriksaan atas informasi Bacalah notulen rapat dewan Inspeksi


tertulis untuk memastikan fakta- komisaris dan buat ringkasan
fakta yang berhubungan dengan informasi dalam laporan
audit keuangan

Hitung (compute) – suatu Hitunglah rasio perputaran Prosedur analitis


perhitungan yang dilakukan persediaan dan bandingkan
auditor independen dari klien rasio yang sama tahun lalu
Hitung ulang (recomputed) – Hitung ulang harga jual per unit Penghitungan ulang
suatu perhitungan yang dilakukan dikalikan jumlah unit dari suatu
auditor untuk memastikan sampel duplikat faktur
kebenaran hasil perhitungan yang penjualan dan bandingkan
dilakukan klien jumlahnya

Jumlahkan menurun (foot) – Jumlahkan menurun jurnal Penghitungan ulang


penjuulahan suatu kolom untuk penjualan untuk periode 1
memastikan apakah hasilnya sama bulan dan bandingkan totalnya
dengan hasil penjumlahan oleh
klien

Telusur (trace) – suatu intruksi Telusur suatu sampel transaksi Inspeksi


yang biasanya berhubungan penjualan dari faktur penjualan
dengan dokumentasi dan ke jurnal penjualan dan
mengerjakan ulang. bandingkanlah

Bandingkan (compare) – Pilih satu sampel faktur Inspeksi


pembandingan informasi dalam penjualan dan bandingkan
dua lokasi berbeda harga jual per unit yang
tercantum dalam faktur dengan
yang ditetapkan mnajemen

Hitung (count) – menentukan Pilih satu sampel yang terdiri Bukti fisik
berapa banyak aset yang ada pada dari 100 unit persediaan dan
suatu saat tertentu, ini berkaitan hitung jumlah unitnya
dengan tipe bukti fisik kemudian bandingkan dengan
jumalh dan deskripsi klien

Observasi – tindakan Lakukan observasi apakah Observasi


mengobservasi atau melakukan kedua tim perhitungan fisik
pengamatan langsung atas suatu persediaan melakukan
aktivitas perhitungan dan mencatat hasil
perhitungan secara independen

Meminta keterangan – tindakan Ajukan pertanyaan kepada Pengajuan


mengajukan pertanyaan kepada manajemen apakah pada pertanyaan
klien atau pihak lain, baik secara tanggal neraca terdapat
lisan maupun tertulis persediaan yang telah usang

Mencocokkan ke dokumen Periksalah suatu sampel catatan Inspeksi


(vouch) – penggunaan dokumen transaksi pembelian dan
untuk memeriksa kebenaran cocokkan dengan faktur dari
pencatatan transaksi atau jumlah pemasok dan laporan
rupiahnya penerimaan barang
D. PENDOKUMENTASIAN (KERTAS KERJA) AUDIT

Standar audit (SA) 230 berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun
dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Menurut standar tersebut yang
dimaksud dengan dokumentasi audit adalah dokumentasi atas prosedur audit yang telah
dilakukan, bukti audit yang relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik. Dokumentasi
audit sering disebut juga kertas kerja audit.
a) Tujuan Dokumentasi Audit

Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan jaminan
yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secra memadai sesuai dengan standar auditing.
Dokumentasi audit memberikan:
1. Suatu Dasar untuk Merencanakan Audit
Apabila auditor akan membuat perencanaan audit, maka referensi informasi yang
diperlukan harus tersedia dalam file audit. File itu mencakup berbagai informasi
untuk perencanaan audit misalnya informasi tentang pengendalian internal, anggaran
waktu untuk setiap bagian audit, program audit, dan hasil audit dari tahun-tahun yang
lalu.
2. Suatu Catatan tentang Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian
Dokumentasi audit adalah alat penting yang mendokumentasikan bahwa audit telah
dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar auditing. Dokumentasi audit
harus menunjukkan unsur-unsur mana yang diuji. File audit harus juga
mendokumentasi temuan penting atau masalah, tindakan yang diambil untuk
mengatasinya, dan dasar yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan.
3. Data untuk Menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat
Dokumentasi audit merupakan sumber informasi penting untuk membantu auditor
dalam memutuskan apakah bukti audit yang tepat dan mencukupi telah terkumpul
untuk menyusun laporan audit sesuai dengan situasi yang dihadapi. Selain itu data
yang ada digunakan untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan yang disajikan
secara wajar berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul.
4. Suatu Dasar untuk Mereview oleh Supervisor dan Partner
File audit adalah referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview
pekerjaan para asisten. File audit juga berguna sebagai dasar perhitungan pajak,
pembuatan laporan ke Bapepam, dan laporan lainnya, sebagai sumber utama untuk
berkomunikasi dengan manajemen dan pihak-pihak lain, dan pelatihan personalian
di kantor akuntan serta membuat perencanaan serta koordinasi audit di tahun
berikutnya.
b) Pemilik File Audit
Dokumen audit yang dibuat auditor selama audit berlangsung, termasuk daftar-daftar
yang dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Setelah audit selesai, file audit
disimpan oleh auditor untuk kepentingan pertanggungjawaban di masa yang akan datang serta
untuk mempersiapkan audit di tahun berikutnya.
c) Kerahasiaan File Audit
Prinsip Kerahasiaan yang harus dipegang teguh oleh auditor yang ditetapkan dalam Seksi
140 Kode Etik Profesi Akuntan Publik, dimana beberapa hal penting yang berkaitan dengan
Prinsip Kerahasiaan ini yaitu:

140.1 Prinsip Kerahasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:

1. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan


profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau Jaringan KAP
tempatnya bekerja tannpa adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban
untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang
berlaku.
2. Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.

140. 2 Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya.

140.4 Setiap Praktisi harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga


dalam KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.

Selama audit berlangsung, auditor mengumpulkan berbagai informasi yang sebagian


diantaranya bersifat rahasia, dan apabila auditor membocorkan informasi ke pihak luar maka
akan mengganggu hubungan baik dengan manajemen.

d) Jangka Waktu Pengarsipan

Standar audit (SA 230-Para A.23) mewajibkan KAP untuk menetapkan suatu kebijakan
dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen audit. Batas waktu penyimpanan
pada umumnya tidak boleh kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari (i)
laporan auditor atas laporan keuangan entitas, atau (ii) laporan auditor atas laporan keuangan
konsolidasian dan anak perusahaan. Kebijakan kertas kerja atau file audit pada perusahaan
privat minimum selama lima tahun.

e) Isi dan Pengorganisasian

Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut ini:

a. Ukuran dan kopleksitas entitas


b. Sifat prosedur audit yang akan dilakukan
c. Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
d. Signifikansi bukti audit yang diperoleh
e. Sifat dan luas penyimpanan yang diidentifikasi.
f. Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu
kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi pekerjaan
audit yang dilakukan atau bukti audit yang diperoleh.

g. Metodologi dan perangkat audit yang digunakan.

Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media elektronis, atau media lain. Contoh-
contoh dokumentasi audit mencakup:

a. Program audit
b. Analisis
c. Memorandum isu
d. Ikhtisar hal-hal signifikan
e. Surat konfirmasi dan surat representasi
f. Daftar uji
g. Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.
Berikut adalah isi dan pengorganisasian yang lazim digunakan kantor akuntan publik, dimana
file audit dimulai dengan informasi umum, seperti data perusahaan dalam arsip permanen, dan
diakhiri laporan keuangan dan laporan audit.
f) Arsip Permanen
Arsip permanen berisi data hsitoris dan data yang bersifat berkelanjutan. File-file ini
merupakan sumber informasi tentang berbagai hal dalam audti yang berlaku dari tahun ke
tahun. Arsip permanen biasanya meliputi hal-hal berikut:

1. Ringkasan atau copy dokumen-dokumen yang berlaku secara berkelanjutan seperti


misalnya anggaran dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontrak-
kontrak.

2. Analisis akun-akun tertentu dari tahun-tahun yang lalu yang berpengaruh terhadap
auditor. Misalnya utang jangka panjang, ekuitas pemegang saham, goodwill, dan aset
tetap. Hal ini akan membantu auditor untuk lebih berkonsentrasi pada perubahan yang
terjadi selama tahun yang diperiksa.

3. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian internal dan


penilaian risiko pengendalian, meliput bagan organisasi, bagan alir prosedur
pengendalian, daftar-pertanyaan, dan informasi pengendalian internal yang lain.

4. Hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu, meliputi rasio-rasio dan persentase-
persentase yang dihitung oleh auditor serta total saldo atau saldo per bulan untuk akun-
akun tertentu. Ini berguna untuk membantu auditor dalam menentukan apakah terdapat
perubahan tidak lazim dalam saldo akun tahun ini yang memerlukan penyelidikan lebih
intensif.
g) Arsip Tahun Berjalan
Arsip tahun berjalan (arsip tahun yang diperiksa) meliputi semua dokumen yang
bersangkutan dengan tahun berjalan atau tahun yang diperiksa, dalam arsip ada satu arsip
permanen dan seperangkat arsip tahun berjalan untuk setiap tahun yang diperiksa. Jenis-jenis
informasi yang termasuk dalam arsip tahun berjalan yaitu:
1. Program Audit
Standar Auditing mengharuskan adanya program audit tertulis untuk setiap audit. Program
audit biasanya ditempatkan dalam file terpisah untuk meningkatkan koordinasi dan
mengintegrasikan semua bagian audit. Setiap auditor memberi paraf atau prosedur yang
telah dilaksanakan dan mencantumkan tanggal pelaksanaannya.
2. Informasi Umum
File audit memuat informasi dari tahun berjalan yang bersifat umum misalnya rencana
audit, ringkasan atau salinan notulen rapat dewan komisaris, ringkasan dari kontrak-
kontrak atau perjanjian yang tidak tercantum dalam arsip permanen, catatan hasil diskusi
dengan klien, komentar hasil review supervisor, dan kesimpulan umum.
3. Working Trial Balance
Setelah akhir tahun buku, auditor membuat daftar yang berisi saldo dari semua akun yang
ada di buku besar yang disebut dengan working trial balance. Bisa juga digunakan program
perangkat lunak sehingga auditor bisa mengunduh saldo akhir buku besar klien ke file
working trial balance. Teknik yang umum dipakai oleh kebanyakan kantor akuntan dalam
membuat working trial balance adalah menggunakan format yang sama dengan laporan
keuangan. Setiap baris dalam trial balance didukung oleh satu daftar utama (lead schedule)
yang berisi detail dari akun sampai akun menunjukkan saldo akhirnya, lalu didukung oleh
daftar yang merupakan pendukung yang menunjukkan pekerjaan pengauditan yang telah
dilakukan dan kesimpulan yang dicapai.
4. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi
Apabila auditor menemukan kesalahan penyajian material dalam catatan akuntansi, maka
laporan keuangan harus dikoreksi dan auditor mengusulkan pada klien untuk membuat
penyesuaian. Meskipun jurnal penyesuaian yang ditemukan dalam audit seringkali dibuat
oleh auditor, namun setiap ayatnya harus mendapat persetujuan dari klien. Reklasifikasi
seringkali dibuat dalam laporan agar laporan menyajikan informasi akuntansi secara tepat,
walaupun angka dalam buku besar sudah benar. Hanya ayat-ayat jurnal penyesuaian dan
reklasifikasi yang berpengaruh signifikan terhadap penyajian secara wajar laporan
keuangan yang harus dicatat. Auditor biasanya membuat ikhtisar semua ayat jurnal
penyesuaian yang belum dicatat dalam ikhtisar terpisah sebagai cara menilai dampak
kumulatifnya.
5. Daftar Pendukung
Bagian terbesar dari dokumen audit adalah berupa daftar pendukung detail yang dibuat
oleh klien atau auditor sebagai pendukung atas angka-angka tertentu yang tercantum dalam
laporan keuangan. Berikut adalah tipe-tipe daftar pendukung:
a. Analisis. Sebuah analisis dirancang untuk menunjukkan aktivitas dalam sebuah akun
buku besar sepanjang periode yang diaudit sebagai upaya untuk menghubungkan saldo
awal hingga menjadi saldo akhir. Contohnya surat berharga, piutang wesel, dan lainnya.
Pada umumnya tipe daftar ini memiliki referensi-silang ke fle audit yang lain.
b. Daftar saldo. Tipe ini berisi detail yang akhirnya menghasilkan saldo akhir dari sebuah
akun buku besar. Daftar ini hanya menunjukkan apa saja yang akhirnya menunjukkan
saldo akhir akun tertentu. Contohnya daftar saldo yang mendukung akun piutang usaha,
utang usaha, beban reparasi dan pemeliharaan, dan pendapatan lain-lain.
c. Rekonsiliasi jumlah-jumlah tertentu. Tipe ini dibuat untuk mendukung jumlah-jumlah
tertentu dan biasanya dimaksudkan untuk menghubungkan suatu jumlah yang
tercantum dalam catatan klien dengan sumber informasi lainnya. Contohnya yaitu
rekonsiliasi saldo kas dengan laporan bank, rekonsiliasi saldo-saldo piutang usaha
dalam buku pembantu piutang usaha dengan jawaban konfirmasi dari debitur dan
lainnya.
d. Uji kewajaran. Daftar uji kewajaran berisi informasi yang memungkinkan auditor
mengevaluasi apakah saldo dalam pembukuan klien mengandung kesalahan penyajian.
Pengujian ini merupakan prosedur analitis yang utama.
e. Ringkasan pelaksanaan prosedur. Jenis ini meringkas hasil pelaksanaan dari suatu
prosedur audit tertentu, mendokumentasikan luasnya pengujian yang telah dilakukan,
kesalahan penyajian yang ditemukan, dan kesimpulan auditor berdasarkan pengujian
yang telah dilakukannya. Contohnya yaitu ringkasan hasil observasi persediaan.
f. Pemeriksaan dokumen pendukung. Berbagai daftar dengan tujuan khusus tertentu
dirancang untuk menunjukkan pengujian detail yang telah dilakukan, misalnya
pemeriksaan dokumen dalam rangka pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi. Daftar ini tidak enunjukkan jumlah total dan tidak dihubungkan ke buku
besar karena tujuannya menunjukkan pengujian yang dilakukan dan hasil yang
diperoleh.
g. Dokumen-dokumen dari luar. Misalnya seperti jawaban konfirmasi dan salinan
perjanjian yang dibuat klien. Walaupun tidak berupa daftar, dokumen tersebut diberi
index dan diarsipkan. Di dalamnya ditunjukkan prosedur audit yang telah diterapkan
seperti halnya yang diterapkan di daftar yang lain.
h) Penyusunan Dokumen Audit
Penyiapan daftar-daftar yang sesuai untuk mendokumentasikan bukti yang terkumpul,
hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai, merupakan bagian yang sangat penting
dalam suatu audit. Pendokumentasian harus disusun secara detail sehingga auditor
berpengalaman yang tidak terlibat dalam audit mendapatkan pemahaman yang jelas tentang
pekerjaan yang telah dilakukan, bukti yang diperoleh serta sumbernya, dan kesimpulan yang
dicapai. Dokumentasi audit hendaknya memiliki karakteristik berikut ini:
1. Setiap file audit harus memiliki identifikasi yang jelas yang memuat informasi tentang
nama klien, periode yang diaudit, deskripsi tentang isi file, paraf pembuat kertas kerja,
tanggal pembuatan, dan kode index kertas kerja.
2. Dokumen audit harus diberi index dan referensi-silang untuk memudahkan dalam
pengorganisasian dan pengarsipan.
3. Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan, yang bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu : dengan membuat
pernyataan tertulis dalam bentuk memo, dengan member paraf pada prosedur audit
dalam program audit, dan dengan member notasi secara langsung dalam daftar.
4. Dokumen audit harus berisi cukup informasi untuk memenuhi tujuan sesuai dengan
rencana. Auditor harus mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
5. Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus diformulasikan dengan
jelas.

Anda mungkin juga menyukai