Mencakup ketentuan dan panduan atas kesalahan penyajian estimasi akuntansi secara
individual, dan indikator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen
2. KETENTUAN
1. Prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang berkaitan
2. Pengidentifikasian dan penilaian risiko salah saji material
3. Respons terhadap risiko salah saji material yang telah dinilai
4. Prosedur substantif lebih lanjut untuk merespons risiko signifikan
5. Pengevaluasian atas kewajaran estimasi akuntansi dan penentuan salah saji
6. Pengungkapan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi
7. Indikator kemungkinan keberpihakan manajemen (management bias)
8. Representasi tertulis
3. PROSEDUR PENILAIAN RISIKO DAN KEGIATAN YANG
BERSANGKUTAN
1. Pemahaman atas ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, yang
relevan terhadap estimasi akuntansi termasuk pengungkapannya.
2. Pemahaman atas bagaimana manajemen mengidentifikasi perlunya estimasi
akuntansi diakui dan diungkapkan,
3. Termasuk permintaan keterangan kepada manajemen tentang perubahan dalam
keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya estimasi akuntansi baru atau perlunya
untuk merevisi estimasi akuntansi yang ada
4. PROSEDUR PENILAIAN RISIKO DAN KEGIATAN YANG
BERSANGKUTAN (LANJUTAN)
1. Pemahaman bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, atau pemahaman
atas data yang dipakai sebagai dasar:
a. Metode, termasuk model yang digunakan
b. Pengendalian yang relevan
c. Apakah seorang pakar telah digunakan
d. Asumsi yang mendasari
e. Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan dari metode
sebelumnya beserta penyebabnya
2. Penelaahan atas hasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan keuangan
periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi dengan tujuan untuk
periode kini
a. Tidak dimaksudkan untuk mempertanyakan pertimbangan yang dibuat dalam
periode lalu
5. PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO SALAH SAJI
MATERIAL
Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko
1. Mengevaluasi derajat ketidakpastian estimasi yang bersangkutan dengan estimasi
akuntansi
2. Menentukan apakah, menurut pertimbangan auditor, estimasi akuntansi yang telah
diidentifikasi mempunyai ketidakpastian yang tinggi, yang dapat menimbulkan
risiko signifikan
6. RESPON TERHADAP RISIKO SALAH SAJI MATERIAL YANG TELAH
DINILAI
1. Berdasarkan penilaian risiko, auditor menentukan
a. Apakah manajemen telah secara tepat menerapkan ketentuan kerangka
pelaporan keuangan
b. Apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi adalah tepat dan telah
diterapkan secara konsisten. Jika ada perubahan dalam metode, apakah sudah
tepat?
2. Satu atua lebih langkah-langkah di bawah ini dengan mempertimbangkan sifat
estimasi akuntansi
a. Menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan
auditor menyediakan bukti audit tentang sifat estimasi akuntansi
b. Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang
dipakai (termasuk evaluasi atas metode pengukuran dan asumsi)
7. RESPON TERHADAP RISIKO SALAH SAJI MATERIAL YANG TELAH
DINILAI (LANJUTAN)
1. Menguji efektivitas operasi atas pengendalian, bersama dengan prosedur substantif
2. Mengembangkan estimasi tunggal atau suatu kisar angka untuk mengevaluasi
estimasi tunggal tersebut yang dibuat oleh manajemen
a. Tetap perlu untuk memahami asumsi dan metode yang digunakan oleh
manajemen
b. Kisaran perlu dipersempit berdasarkan bukti audit yang tersedia sampai semua
hasil dalam kisar tersebut dianggap wajar
8. PROSEDUR SUBSTANTIF LEBIH LANJUT UNTUK MERESPONS RISIKO
SIGNIFIKAN
1. Evaluasi bagaimana manajemen telah mempertimbangkan asumsi dan hasil
alternatif dan alasan penolakan terhadap asumsi dan hasil alternatif tersebut, atua
bagaimana manajemen telah mempertimbangkan ketidakpastian estimasi
2. Evaluasi apakah asumsi signifikan yang digunakan oleh manajemen adalah wajar
3. Jika relevan, evaluasi atas maksud dan kemampuan manajemen
9. PROSEDUR SUBSTANTIF LEBIH LANJUT UNTUK MERESPONS RISIKO
SIGNIFIKAN (LANJUTAN)
1. Jika dipandang perlu, membuat suatu kisaran yang digunakan untuk mengevaluasi
kewajaran estimasi akuntansi
2. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah:
a. Keputusan manajemen untuk mengakui, atau tidak mengakui, estimasi
akuntansi dalam laporan keuangan
b. Dasar pengukuran yang dipilih untuk estimasi akuntansi adalah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
10. INDIKATOR KEMUNGKINAN KEBERPIHAKAN MANAJEMEN
Menelaah pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen dalam membuat
estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi pakaha ada indikator tentang kemungkinan
keberpihakan manajemen
1. Kemungkinan terjadinya keberpihakan manajemen meningkat dengan adanya
subjektivitas
2. Indikator dapat mempengaruhi kesimpulan auditor apakah penilaian risiko atau
respon masih tepat, akan tetapi tidak dengan sendirinya merupakan kesalahan
penyajian untuk tujuan penarikan kesimpulan atas kewajaran estimasi akuntansi
secara individual
11. PENGUNGKAPAN YANG BERKAITAN DENGAN ESTIMASI AKUNTANSI
1. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah pengungkapan dalam
laporan keungan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi telah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
2. Untuk Estimasi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus juga
mengevaluasi kecukupan pengungkapan ketidakpastian estimasi
12. REPRESENTASI TERTULIS DAN DOKUMENTASI
1. Auditor harus memperoleh representasi tertulis mengenai kewajaran atas asumsi
signifikan yang digunakan oleh manajemen untuk membuat estimasi akuntansi
a. Representasi saja tidak merupakan bukti audit yang cukup dan tepat
2. Basis atas kesimpulan auditor tentang kewajaran atas estimasi akuntansi dan
pengungkapannya yang menimbulkan risiko signifikan harus didokumentasikan
3. Indikator atas kemungkinan keberpihakan manajemen juga harus
didokumentasikan dalam dokumentasi audit
13. IKHTISAR PERBEDAAN SIGNIFIKAN ATAS LAPORAN AUDITOR
BENTUK BAKU ANTARA SA BARU DENGAN SA YANG ADA
H. SA 550 (PIHAK BERELASI)
1. RUANG LINGKUP
1. Berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas hubungan dan transaksi pihak berelasi
dalam suatu audit atas laporan keuangan.
2. Memperluas penerapandalam hubungannya dengan risiko kesalahan penyajian
material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
– SA 315: Pengindentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya;
– SA 330: Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai; dan
– SA 240: Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit
atas Laporan Keuangan.
2. TUJUAN AUDITOR
Apabila kerangka keuangan tidak menetapkan ketentuan pihak berelasi ataupun
kerangka keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi memperoleh pemahaman
tentang hubungan dan transaksi pihak berelasi untuk dapat:
• Mengindentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan, jika ada, yang timbul dari
hubungan dan transaksi pihak berelasi yang relevan dengan pengidentifikasikan dan
penilaian risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan; dan
• Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan keuangan,
sejauh ini dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi pihak berelasi tersebut:
• Mencapai penyajian wajar (untuk kerangka penyajian wajar); atau
• Tidak menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan)
Disamping itu, apabila kerangka keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi dalam
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat apakah hubungan dan transaksi pihak
berelasi telah dengan tepat diidentifikasi, dipertanggungjawabkan, dan diungkapkan
dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut.
3. PENILAIAN RISIKO DAN AKTIVITAS TERKAIT
1. Memperoleh pemahaman atas hubungan dan transaksi pihak berelasi, dengan cara
meminta keterangan tentang:
– Identitas pihak berelasi, sifat hubungan dan transaksi yang terjadi; (para 13)
– Pengendalian yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, mencatat hubungan dan
transaksi pihak berelasi; mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan
signifikan, termasuk yang dilakukan di luar bisnis normal. (para 14)
2. Menjaga kewaspadaan terhadap informasi pihak berelasi pada waktu mereviu
catatan atau dokumen, untuk mengindentifikasi :
– Pengaturan atau informasi lain yang menunjukkan adanya hubungan atau
transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi dan diungkapkan sebelumnya
oleh manajemen;
– Transaksi signifikan di luar bisnis normal entitas. (para 16)
3. Berbagi infomasi dengan perikatan. (para 17)
4. PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO KESALAHAN
PENYAJIAN MATERIAL
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, dan menentukan
apakah merupakan risiko signifikan. (para 18)
– Auditor harus memperlakukan transaksi signifikan pihak berelasi di luar
kegiatan normal bisnis entitas menimbulkan risiko signifikan.
2. Mempertimbangkan faktor-faktor risiko kecurangan (termasuk keadaan berkaitan
pihak berelasi dengan pengaruh dominan) pada waktu mengidentifikasi dan menilai
risiko kesalahan penyajian material. (para 19)
5. RESPONS TERHADAP KESALAHAN PENYAJIAN MATERIAL
1. Prosedur audit lanjutan harus dirancang dan dilaksanakan sebagai respons atas risiko
kesalahan penyajian material yang telah dinilai.
2. Prosedur audit lanjutan di atas termasuk yang berkaitan dengan :
– Pengidentifikasian pihak berelasi yang sebelumnya tidak teridentifikasi atau
tidak diungkapkan atau transaksi pihak berelasi yang signifikan. (para 21 - 22)
– Transaksi di luar kegiatan normal bisnis. (para 23)
– Asersi bahwa transaksi pihak berelasi dilaksanakan dengan syarat yang sama
dengan transaksi wajar. (para 24)
6. PENGEVALUASIAN TERHADAPAKUNTANSI DAN PENGUNGKAPAN
1. Dalam merumuskan opini auditor harus mengevaluasi:
– Apakah hubungan dan transaksi pihak berelasi yang teridentifikasi telah dicatat
dan diungkapkan sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
– Apakah dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
2. Mencegah laporan keuangan dari pencapaian penyajian wajar (kerangka penyajian
wajar); atau
3. Menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (kerangka kepatuhan)
7. KOMUNIKASI DENGAN PIHAK YANGBERTANGGUNG JAWAB ATAS
TATA KELOLA
1. Kecuali semua yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas, auditor harus mengomunikasikan hal-hal signifikan yang timbul selama
audit yang berkaitan dengan pihak berelasi entitas kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola.
8. KETENTUAN LAINNYA
1. Representasi tertulis: harus diperoleh yang memuat mengenai identitas pihak
berelasi dan kelengkapan hubungan dan transaksi; dan kesesuaian pencatatan dan
pengungkapan dengan kerangka pelaporan keuangan. (para 26)
2. Dokumentasi: harus didokumentasikan nama pihak berelasi yang diidentifikasi dan
sifat hubungan pihak berelasi tersebut. (para 28)
9. Ikhtisar perbedaan signifikan atas laporan auditor bentuk baku antara SA baru
dengan SA yang ada
* Peristiwa Kemudian
1. Jangka waktu penilaian Sekurang-kurangnya duabelas Tidak lebih dari satu tahun
bulan (para 13) (para 02)
K. SA 580 (REPRESENTASI TERTULIS)
1. RUANG LINGKUP
Berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam
audit atas laporan keuangan.
2. TUJUAN AUDITOR
• Untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang keyakinan bahwa mereka telah
memenuhi tanggung jawab mereka untuk menyusun laporan keuangan dan untuk
kelengkapan informasi yang disediakan bagi auditor;
• Untuk mendukung bukti audit lain yang relevan dengan laporan keuangan atau
asersi spesifik dalam laporan keuangan melalui representasi tertulis jika ditetapkan
perlu oleh auditor atau diharuskan oleh SPA yang lain; dan
• Untuk merespons secara tepat representasi tertulis yang disediakan oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, atau
jika manajemen, atau jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
tidak menyediakan representasi tertulis yang diminta oleh auditor.
3. MANAJEMEN YANG DIMINTA UNTUK MEMBERIKAN REPRESETASI
TERTULIS
• Manajemen yang diminta untuk memberikan representasi tertulis yakni :
– yang memiliki tanggung jawab semestinya atas laporan keuangan dan
– yang memiliki pengetahuan atas hal-hal yang dipandang penting
• Representasi tertulis tentang tanggung jawab manajemen bahwa mereka telah:
– menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan,
termasuk penyajian yang wajar seperti yang disyaratkan perikatan audit (para
10)
– menyediakan semua informasi dan akses; dan semua transaksi telah dicatat dan
dicerminkan dalam laporan keuangan (para 11)
4. REPRESENTASI TERTULIS LAIN: SERTA TANGGAL DAN PERIODE
YANG DICAKUP
• Representasi tertulis lainnya harus diminta untuk mendukungsatu atau lebih asersi
spesifik dalam laporan keuangan (para 13)
• Tanggal dan periode yang dicakup (para 14)
– Tanggal representasi harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan.
– Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan keuangan dan periode
yang dirujuk di dalam laporan auditor.
5. BENTUK REPRESENTASI TERTULIS
• Harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan kepada auditor.
• Jika peraturan perundangan mensyaratkan manajemen membuat pernyataan publik
mengenai tanggung jawabnya, dan auditor menganggap memenuhi
beberapa/seluruh representasi dalam para 10 dan 11,
– Maka yang sudah dicakup surat pernyataan tersebut tidak perlu dicantumkan
lagi dalam surat representasi.
6. KERAGUAN KEANDALAN DANREPRESENTASI TIDAK DIBERIKAN
• Terdapat keraguan atas keandalan representasi tertulis, karena :
– Keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etika atau kesungguhan atau
komitmen manajemen dalam menerapkan hal ini (para 16)
– Representasi tertulis tidak konsisten dengan bukti audit (para 17)
• Representasi tertulis yang diminta tidak disediakan, auditor harus :
– Mendiskusikan dengan manajemen;
– Mengevaluasi integritas manajemen dan dampaknya;
[para 19 (a) dan (b)]
• Melihat dua keadaan tersebut, maka yang harus dilakukan oleh seorang auditor yaitu:
Mengambil langkah yang tepat, termasuk dampak terhadap opini sesuai SPA
705 [para 18 dan 19 (c)]
Tidak memberikan opini atas laporan keuangan(para 20)
7. IKHTISAR PERBEDAAN SIGNIFIKAN ATAS LAPORAN AUDITOR
BENTUK BAKU ANTARA SA BARU DENGAN SA YANG ADA
No. Deskripsi SA Baru SA yang ada*
2. Persyaratan perundangan
dalam pernyataan Terdapat dalam para 15 Tidak ada
tanggung jawab
BAB 5
A. HAKEKAT BUKTI
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai
kesimpulan yang menjadi dasar opini audit. Sebagian besar pekerjaan auditor independen
dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan
dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung
pada pertimbangan auditor independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan opini atas laporan
keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain
yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
1. Relevansi bukti
Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus diuji lebih dahulu
oleh auditor sebelum bisa dikatakan sebagai bukti yang tepat. Relevansi menjadi
masalah dalam kaitannya dengan tujuan audit tertentu, karena bukti bisa relevan untuk
suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan lainnya. Banyak bukti yang relevan
untuk lebih dari satu tujuan audit tapi tidak untuk semua tujuan audit.
2. Reliabilitas bukti
Reliabilitas tergantung pada apakah bukti memenuhi karakteristik-karakteristik berikut.
a. Independensi pembuat bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber di luar entitas lebih
bisa dipercaya daripada bukti yang diperoleh dari dalam entitas yang diaudit.
Informasi yang diperoleh dari bank, penasehat hukum, atau pelanggan biasanya
dipandang lebih bisa dipercaya daripada jawaban atas pertanyaan yang diperoleh
dari klien.
b. Efektivitas pengendalian internal klien. Apabila pengendalian internal yang berlaku
pada perusahaan klien berjalan dengan efektif, maka bukti yang diperoleh lebih bisa
dipercaya daripada bila pengendalian internal klien tidak efektif.
c. Pengetahuan langsung auditor. Bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor
melalui pemeriksaan fisik, observasi, rekalkulasi, dan inspeksi adalah lebih bisa
dipercaya daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
d. Kualifikasi individu pemberi informasi. Informasi yang diperoleh dari bank atau
penasehat hukum biasanya dipandang lebih bisa dipercaya daripada jawaban atas
konfirmasi yang diterima dari debitur klien yang tidak memahami dunia usaha.
Begitu juga dengan bukti yang diperoleh langsung oleh auditor bisa menjadi kurang
dipercaya bila auditor tidak memperhatikan kualifikasi untuk menilai bukti.
e. Tingkat obyektivitas. Bukti yang obyektif akan lebih bisa dipercaya dibandingkan
dengan bukti yang masih memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan
apakah bukti itu benar.
f. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu suatu bukti audit, berhubungan dengan kapan
bukti tersebut diperoleh atau dengan periode yang diaudit. Bukti biasanya akan
lebih dipercaya untuk saldo-saldo akun neraca apabila bukti tersebut diperoleh
sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
b) Kecukupan Bukti
Kecukupan berikaitan dengan banyaknya bukti audit harus diperoleh. Kecukupan bukti
adalah ukuran kuantitas bukti audit yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang
risiko kesalahan-penyajian material dan juga oleh kuantitas bukti audit itu sendiri. Kecukupan
bukti terutama diukur dengan ukuran sampel yang dipilih auditor. Dua faktor yang menentukan
ketepatan ukuran sampel dalam audit yaitu ekspetasi auditor tentang kesalahan penyajian dan
efektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien.
Tugas auditor adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup.
Baik ketepatan dan kecukupan dipengaruhi oleh risiko yang ada di klien. Dalam keadaan
bagaimanapun auditor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi.
Namun, mendapatkan bukti yang tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit,
misalnya karena sistem akuntansi keuangan klien menghasilkan bukti yang kurang relevan dan
kurang bisa dipercaya. Oleh karena itu, auditor perlu mencari bukti pendukung yang
berkualitas tinggi dari sumber di luar klien. Dalam hal kecukupan, klien berisiko tinggi
menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti dalam jumlah yang lebih banyak.
d) Sumber Bukti Audit
Auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga risiko kesalahan
penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan bukti-
bukti yang berkaitan dengan:
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilih dari
delapan kategori bukti yang disebut tipe bukti, yaitu sebagai berikut:
1. Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal
maupun eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan
fisik atas suatu aset. Inspeksi ini memberikan bukti audit dengan beragam tingkat
keandalan, tergantung sifat dan sumbernya, serta efektivitas pengendalian atas
penyusunan catatan dan dokumen tersebut. Dokumentasi adalah inspeksi yang
dilakukan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan klien yang berisi
informasi yang dituangkan (atau seharusnya dituangkan) ke dalam laporan keuangan.
Dokumen sangat sering digunakan sebagai bukti audit karena dokumen biasanya sudah
tersedia dengan biaya yang relative murah. Dokumen dapat dikelompokkan menjadi
dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal dibuat dan digunakan
dalam organisasi klien dan selanjutnya diarsipkan tanpa pernah pergi ke pihak lain,
contohnya duplikat faktur penjualan dan laporan penerimaan barang. Dokumen
eksternal dibuat oleh pihak di luar organisasi klien yang merupakan salah satu pihak
dalam transaksi yang didokumentasi, tetapi sekarang berada di tangan klien atau
tersedia untuk diakses contohnya faktur pembelian dan polis asuransi.
Apabila auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung catatan transaksi
atau jumlah tertentu, prosesnya disebut vouching. Apabila auditor menelusur dari
laporan penerimaan barang ke jurnal pembelian untuk memenuhi tujuan kelengkapan
disebut tracing (penelusuran). Pemeriksaan fisik merupakan cara langsung untuk
memeriksa bahwa aset sungguh-sungguh ada dan dalam batas tertentu juga untuk
membuktikan bahwa aset yang ada telah dicatat.
2. Observasi
Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang
dilakukan oleh orang lain, misalnya observasi oleh auditor atas perhitungan persediaan
yang dilakukan oleh personel entitas atau melihat langsung pelaksanaan aktivitas
pengendalian. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu proses atau
prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat observasi
dilaksanakan. Hasil observasi biasanya diikuti dengan mencari bukti pendukung yang
lain.
3. Konfirmasi Eksternal
Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai
respon langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi) dalam bentuk
kertas, atau secara elektronik, atau media lain. Konfirmasi diminta kepada klien, dan
selanjutnya klien minta kepada pihak ketiga untuk menjawabnya langsung kepada
auditor. Digunakan tidaknya konfirmasi diputuskan oleh auditor dan tergantung pada
reliabilitas yang diperlukan sesuai dengan keadaan, serta bukti alternatif lain yang
tersedia. Agar menjadi bukti yangdapat dipercaya, konfirmasi harus diawasi oleh
auditor sejak awal pembuatan hingga saat diterima jawaban.
4. Penghitungan Ulang
Penghitungan ulang meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan
yang telah dilakukan klien. Pengecekan ulang atas perhitungan klien meliputi pengujian
atas ketelitian perhitungan dan mencakup prosedur-prosedur seperti memeriksa hasil
perkalian dalam faktur penjualan atau persediaan. Sebagian besar rekalkulasi dilakukan
auditor dengan bantuan oerangkat lunak komputer untuk pengauditan.
5. Pelaksanaan Kembali
Pelaksanaan kembali adalah pengujian auditor secara independen atas prosedur
atau pengendalian akuntansi klien yang sebelumnya telah dilakukan sebagai bagian dari
akuntansi klien dan sistem pengendalian internal. Pelaksanaan kembali dilakukan
dengan mengecek prosedur lain.
6. Prosedur Analitis
Prosedur analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang
dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan
dengan data nonkeuangan. Selain itu juga meliputi investigasi atas fluktuasi yang telah
diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu informasi dengan informasi
lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang telah
diprediksi sebelumnya. Prosedur analitis sangat luas digunakan dalam praktik dan
wajib dilakukan auditor dalam tahap perencanaan dan tahap penyelesaian semua audit.
Berikut berbagai tipe prosedur analitis.
a) Memahami Bidang Usaha dan Bisnis Klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bidang usaha dan bisnis klien
sebagai bagian dari perencanaan suatu audit. Dengan melakukan prosedur analitis
dimana informasi yang belum diaudit tahun ini dibandingkan dengan informasi
tahun lalu atau data industri, maka perubahan yang terjadi akan disoroti. Perubahan
ini menggambarkan tren penting atau kejadian spesifik yang akan mempengaruhi
perencanaan audit.
b) Menilai Kelangsungan Usaha Bisnis Klien
Prosedur analitis sering memberikan petunjuk yang berguna untuk menentukan
apakah perusahaan klien mempunyai masalah keuangan. Selain itu juga dapat
membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan usaha.
c) Menunjukkan Kemungkinan Adanya Kesalahan Penyajian dalam Laporan
Keuangan
Perbedaan signifikan yang tak diharapkan antara data keuangan tahun ini dan data
lainnya yang digunakan sebagai pembanding disebut fluktuasi tidak biasa. Hal ini
terjadi apabila perbedaan signifikan itu tidak diharapkan tetapi sungguh terjadi, atau
apabila perbedaan signifikan itu diharapkan tetapi tidak terjadi. Penyebab dari
fluktuasi tidak biasa ini yaitu kesalahan penyajian akuntansi. apabila fluktuasi tidak
biasa besar jumlahnya, auditor harus menentukan penyebabnya dan memastikan
bahwa penyebabnya adalah peristiwa ekonomi bukan kesalahan penyajian.
d) Mengurangi Pengujian Audit yang Rinci
Apabila prosedur analitis tidak menunjukkan adanya fluktuasi tidak biasa, maka
bisa diasumsikan bahwa kemungkinan adanya kesalahan penyajian material
menjadi minimal. Prosedur analitis mencerminkan bukti substantif yang
mendukung penyajian yang wajar dari akun-akun yang berkiatan dan akan
memungkinkan untuk melakukan pengujian detail yang lebih sedikit atas akun-
akun tersebut.
7. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang
memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non-keuangan di dalam atau di luar
entitas, yang dapat berupa permintaan keterangan resmi scara tertulis maupun
permintaan keterangan secara lisan. Permintaan keterangan digunakan sebagai
tambahan untuk prosedur audit lainnya. Respon atas permintaan keterangan dapat
memberikan informasi yang sebelumnya tidak dimiliki oleh auditor atau menguatkan
bukti audit. Respon juga digunakan untuk memodifikasi atau melaksanakan prosedur
audit tambahan. Dalam beberapa hal, auditor dapat mempertimbangkan perlunya untuk
memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, untuk menginformasikan respon terhadap
permintaan keterangan secara lisan.
f) Biaya untuk Mendapatkan Bukti
Dua tipe bukti yang paling mahal untuk mendapatkannya adalah peemeriksaan fisik dan
konfirmasi. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena biasanya membutuhkan kehadiran auditor
pada saat klien melakukan penghitungan aset yang seringkali dilakukan pada akhir tahun buku.
Konfirmasi menjadi mahal karena auditor harus mengikuti prosedur dengan teliti sejak dari
persiapan konfirmasi, pengiriman melalui surat atau secara elektronik, penerimaan jawaban,
dan melakukan tindaklanjut atas konfirmasi yang tidak memberi jawaban, atau jawaban yang
menunjukkan selisih.sedangkan inspeksi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu
mahal, selama personil klien menyiapkan dokumen dan data elektronik untuk kepentingan
auditor dengan rapi dan teratur.
Tipe bukti yang murah biayanya adalah observasi, mengajukan pertanyaan kepada
klien, dan rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan secara bersamaan dengan prosedur lain.
Pengajuan pertanyaan kepada klien dilakukan sangat sering sepanjang audit berlangsung dan
biasanya murah biayanya walaupun untuk pengajuan pertanyaan tertentu bisa juga mahal
misalnya meminta pernyataan tertulis klien. Rekalkulasi biayanya murah karena hanya
menyangkut perhitungan-perhitungan sederhana dan penelusurannya dapat dilakukan dengan
mudah.
g) Istilah yang Digunakan dalam Prosedur Audit
Berikut istilah-istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan prosedur audit dirumuskan
dalam tabel berikut.
Periksa (examine) – Suatu studi Periksa suatu sampel faktur dari Inspeksi
detail atas dokumen atau catatan pemasok untuk memastikan
untuk menentukan fata tertentu apakah barang atau jasa yang
diterima beralasan dan
merupakan jenis yang biasa
digunakan perusahaan
Hitung (count) – menentukan Pilih satu sampel yang terdiri Bukti fisik
berapa banyak aset yang ada pada dari 100 unit persediaan dan
suatu saat tertentu, ini berkaitan hitung jumlah unitnya
dengan tipe bukti fisik kemudian bandingkan dengan
jumalh dan deskripsi klien
Standar audit (SA) 230 berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun
dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Menurut standar tersebut yang
dimaksud dengan dokumentasi audit adalah dokumentasi atas prosedur audit yang telah
dilakukan, bukti audit yang relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik. Dokumentasi
audit sering disebut juga kertas kerja audit.
a) Tujuan Dokumentasi Audit
Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan jaminan
yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secra memadai sesuai dengan standar auditing.
Dokumentasi audit memberikan:
1. Suatu Dasar untuk Merencanakan Audit
Apabila auditor akan membuat perencanaan audit, maka referensi informasi yang
diperlukan harus tersedia dalam file audit. File itu mencakup berbagai informasi
untuk perencanaan audit misalnya informasi tentang pengendalian internal, anggaran
waktu untuk setiap bagian audit, program audit, dan hasil audit dari tahun-tahun yang
lalu.
2. Suatu Catatan tentang Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian
Dokumentasi audit adalah alat penting yang mendokumentasikan bahwa audit telah
dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar auditing. Dokumentasi audit
harus menunjukkan unsur-unsur mana yang diuji. File audit harus juga
mendokumentasi temuan penting atau masalah, tindakan yang diambil untuk
mengatasinya, dan dasar yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan.
3. Data untuk Menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat
Dokumentasi audit merupakan sumber informasi penting untuk membantu auditor
dalam memutuskan apakah bukti audit yang tepat dan mencukupi telah terkumpul
untuk menyusun laporan audit sesuai dengan situasi yang dihadapi. Selain itu data
yang ada digunakan untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan yang disajikan
secara wajar berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul.
4. Suatu Dasar untuk Mereview oleh Supervisor dan Partner
File audit adalah referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview
pekerjaan para asisten. File audit juga berguna sebagai dasar perhitungan pajak,
pembuatan laporan ke Bapepam, dan laporan lainnya, sebagai sumber utama untuk
berkomunikasi dengan manajemen dan pihak-pihak lain, dan pelatihan personalian
di kantor akuntan serta membuat perencanaan serta koordinasi audit di tahun
berikutnya.
b) Pemilik File Audit
Dokumen audit yang dibuat auditor selama audit berlangsung, termasuk daftar-daftar
yang dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Setelah audit selesai, file audit
disimpan oleh auditor untuk kepentingan pertanggungjawaban di masa yang akan datang serta
untuk mempersiapkan audit di tahun berikutnya.
c) Kerahasiaan File Audit
Prinsip Kerahasiaan yang harus dipegang teguh oleh auditor yang ditetapkan dalam Seksi
140 Kode Etik Profesi Akuntan Publik, dimana beberapa hal penting yang berkaitan dengan
Prinsip Kerahasiaan ini yaitu:
140.1 Prinsip Kerahasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
140. 2 Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya.
Standar audit (SA 230-Para A.23) mewajibkan KAP untuk menetapkan suatu kebijakan
dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen audit. Batas waktu penyimpanan
pada umumnya tidak boleh kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari (i)
laporan auditor atas laporan keuangan entitas, atau (ii) laporan auditor atas laporan keuangan
konsolidasian dan anak perusahaan. Kebijakan kertas kerja atau file audit pada perusahaan
privat minimum selama lima tahun.
Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut ini:
Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media elektronis, atau media lain. Contoh-
contoh dokumentasi audit mencakup:
a. Program audit
b. Analisis
c. Memorandum isu
d. Ikhtisar hal-hal signifikan
e. Surat konfirmasi dan surat representasi
f. Daftar uji
g. Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.
Berikut adalah isi dan pengorganisasian yang lazim digunakan kantor akuntan publik, dimana
file audit dimulai dengan informasi umum, seperti data perusahaan dalam arsip permanen, dan
diakhiri laporan keuangan dan laporan audit.
f) Arsip Permanen
Arsip permanen berisi data hsitoris dan data yang bersifat berkelanjutan. File-file ini
merupakan sumber informasi tentang berbagai hal dalam audti yang berlaku dari tahun ke
tahun. Arsip permanen biasanya meliputi hal-hal berikut:
2. Analisis akun-akun tertentu dari tahun-tahun yang lalu yang berpengaruh terhadap
auditor. Misalnya utang jangka panjang, ekuitas pemegang saham, goodwill, dan aset
tetap. Hal ini akan membantu auditor untuk lebih berkonsentrasi pada perubahan yang
terjadi selama tahun yang diperiksa.
4. Hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu, meliputi rasio-rasio dan persentase-
persentase yang dihitung oleh auditor serta total saldo atau saldo per bulan untuk akun-
akun tertentu. Ini berguna untuk membantu auditor dalam menentukan apakah terdapat
perubahan tidak lazim dalam saldo akun tahun ini yang memerlukan penyelidikan lebih
intensif.
g) Arsip Tahun Berjalan
Arsip tahun berjalan (arsip tahun yang diperiksa) meliputi semua dokumen yang
bersangkutan dengan tahun berjalan atau tahun yang diperiksa, dalam arsip ada satu arsip
permanen dan seperangkat arsip tahun berjalan untuk setiap tahun yang diperiksa. Jenis-jenis
informasi yang termasuk dalam arsip tahun berjalan yaitu:
1. Program Audit
Standar Auditing mengharuskan adanya program audit tertulis untuk setiap audit. Program
audit biasanya ditempatkan dalam file terpisah untuk meningkatkan koordinasi dan
mengintegrasikan semua bagian audit. Setiap auditor memberi paraf atau prosedur yang
telah dilaksanakan dan mencantumkan tanggal pelaksanaannya.
2. Informasi Umum
File audit memuat informasi dari tahun berjalan yang bersifat umum misalnya rencana
audit, ringkasan atau salinan notulen rapat dewan komisaris, ringkasan dari kontrak-
kontrak atau perjanjian yang tidak tercantum dalam arsip permanen, catatan hasil diskusi
dengan klien, komentar hasil review supervisor, dan kesimpulan umum.
3. Working Trial Balance
Setelah akhir tahun buku, auditor membuat daftar yang berisi saldo dari semua akun yang
ada di buku besar yang disebut dengan working trial balance. Bisa juga digunakan program
perangkat lunak sehingga auditor bisa mengunduh saldo akhir buku besar klien ke file
working trial balance. Teknik yang umum dipakai oleh kebanyakan kantor akuntan dalam
membuat working trial balance adalah menggunakan format yang sama dengan laporan
keuangan. Setiap baris dalam trial balance didukung oleh satu daftar utama (lead schedule)
yang berisi detail dari akun sampai akun menunjukkan saldo akhirnya, lalu didukung oleh
daftar yang merupakan pendukung yang menunjukkan pekerjaan pengauditan yang telah
dilakukan dan kesimpulan yang dicapai.
4. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi
Apabila auditor menemukan kesalahan penyajian material dalam catatan akuntansi, maka
laporan keuangan harus dikoreksi dan auditor mengusulkan pada klien untuk membuat
penyesuaian. Meskipun jurnal penyesuaian yang ditemukan dalam audit seringkali dibuat
oleh auditor, namun setiap ayatnya harus mendapat persetujuan dari klien. Reklasifikasi
seringkali dibuat dalam laporan agar laporan menyajikan informasi akuntansi secara tepat,
walaupun angka dalam buku besar sudah benar. Hanya ayat-ayat jurnal penyesuaian dan
reklasifikasi yang berpengaruh signifikan terhadap penyajian secara wajar laporan
keuangan yang harus dicatat. Auditor biasanya membuat ikhtisar semua ayat jurnal
penyesuaian yang belum dicatat dalam ikhtisar terpisah sebagai cara menilai dampak
kumulatifnya.
5. Daftar Pendukung
Bagian terbesar dari dokumen audit adalah berupa daftar pendukung detail yang dibuat
oleh klien atau auditor sebagai pendukung atas angka-angka tertentu yang tercantum dalam
laporan keuangan. Berikut adalah tipe-tipe daftar pendukung:
a. Analisis. Sebuah analisis dirancang untuk menunjukkan aktivitas dalam sebuah akun
buku besar sepanjang periode yang diaudit sebagai upaya untuk menghubungkan saldo
awal hingga menjadi saldo akhir. Contohnya surat berharga, piutang wesel, dan lainnya.
Pada umumnya tipe daftar ini memiliki referensi-silang ke fle audit yang lain.
b. Daftar saldo. Tipe ini berisi detail yang akhirnya menghasilkan saldo akhir dari sebuah
akun buku besar. Daftar ini hanya menunjukkan apa saja yang akhirnya menunjukkan
saldo akhir akun tertentu. Contohnya daftar saldo yang mendukung akun piutang usaha,
utang usaha, beban reparasi dan pemeliharaan, dan pendapatan lain-lain.
c. Rekonsiliasi jumlah-jumlah tertentu. Tipe ini dibuat untuk mendukung jumlah-jumlah
tertentu dan biasanya dimaksudkan untuk menghubungkan suatu jumlah yang
tercantum dalam catatan klien dengan sumber informasi lainnya. Contohnya yaitu
rekonsiliasi saldo kas dengan laporan bank, rekonsiliasi saldo-saldo piutang usaha
dalam buku pembantu piutang usaha dengan jawaban konfirmasi dari debitur dan
lainnya.
d. Uji kewajaran. Daftar uji kewajaran berisi informasi yang memungkinkan auditor
mengevaluasi apakah saldo dalam pembukuan klien mengandung kesalahan penyajian.
Pengujian ini merupakan prosedur analitis yang utama.
e. Ringkasan pelaksanaan prosedur. Jenis ini meringkas hasil pelaksanaan dari suatu
prosedur audit tertentu, mendokumentasikan luasnya pengujian yang telah dilakukan,
kesalahan penyajian yang ditemukan, dan kesimpulan auditor berdasarkan pengujian
yang telah dilakukannya. Contohnya yaitu ringkasan hasil observasi persediaan.
f. Pemeriksaan dokumen pendukung. Berbagai daftar dengan tujuan khusus tertentu
dirancang untuk menunjukkan pengujian detail yang telah dilakukan, misalnya
pemeriksaan dokumen dalam rangka pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi. Daftar ini tidak enunjukkan jumlah total dan tidak dihubungkan ke buku
besar karena tujuannya menunjukkan pengujian yang dilakukan dan hasil yang
diperoleh.
g. Dokumen-dokumen dari luar. Misalnya seperti jawaban konfirmasi dan salinan
perjanjian yang dibuat klien. Walaupun tidak berupa daftar, dokumen tersebut diberi
index dan diarsipkan. Di dalamnya ditunjukkan prosedur audit yang telah diterapkan
seperti halnya yang diterapkan di daftar yang lain.
h) Penyusunan Dokumen Audit
Penyiapan daftar-daftar yang sesuai untuk mendokumentasikan bukti yang terkumpul,
hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai, merupakan bagian yang sangat penting
dalam suatu audit. Pendokumentasian harus disusun secara detail sehingga auditor
berpengalaman yang tidak terlibat dalam audit mendapatkan pemahaman yang jelas tentang
pekerjaan yang telah dilakukan, bukti yang diperoleh serta sumbernya, dan kesimpulan yang
dicapai. Dokumentasi audit hendaknya memiliki karakteristik berikut ini:
1. Setiap file audit harus memiliki identifikasi yang jelas yang memuat informasi tentang
nama klien, periode yang diaudit, deskripsi tentang isi file, paraf pembuat kertas kerja,
tanggal pembuatan, dan kode index kertas kerja.
2. Dokumen audit harus diberi index dan referensi-silang untuk memudahkan dalam
pengorganisasian dan pengarsipan.
3. Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan, yang bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu : dengan membuat
pernyataan tertulis dalam bentuk memo, dengan member paraf pada prosedur audit
dalam program audit, dan dengan member notasi secara langsung dalam daftar.
4. Dokumen audit harus berisi cukup informasi untuk memenuhi tujuan sesuai dengan
rencana. Auditor harus mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
5. Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus diformulasikan dengan
jelas.