Naskah Publikasi PDF
Naskah Publikasi PDF
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
SITI AMINAH
K100090017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2014
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS
PADA PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANT
DI RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI-JUNI 2013
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
SITI AMINAH
K100090017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2014
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN
TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANT DI RUMAH SAKIT X PERIODE
JANUARI-JUNI 2013
Penyakit Tuberculosis Multi Drug Resistant (TB MDR) adalah tuberkulosis yang
disebabkan oleh kuman TB yang telah resisten terhadap dua jenis OAT yaitu Isoniazid
dan Rifampisin. Tingginya mortalitas pada pasien TB MDR yang mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengobatan dan mengevaluasi penggunaan obat antituberkulosis pada pasien TB MDR
di Rumah Sakit X periode Januari-Juni 2013. Penelitian ini termasuk dalam jenis
penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif. Pengambilan data dilakukan di
bagian rekam medis Rumah Sakit X. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak
40 kasus dengan atau tanpa penyakit lain yang menyertai. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis
Resisten Obat 2013 untuk mengetahui ketepatan penggunaan obat yang terdiri dari tepat
indikasi, tepat obat, dan tepat dosis. Hasil penelitian menunjukkan gambaran pengobatan
pada pasien TB MDR yaitu menggunakan OAT kategori 2 yang terdiri dari Kanamisin,
Levofloksasin, Sikloserin, Pirazinamid, Etionamid, Etambutol, dan Vitamin B6. Dosis obat
yang diberikan sesuai dengan berat badan masing-masing pasien. Dosis obat yang
diberikan sesuai dengan berat badan masing-masing pasien. Untuk evaluasi
penggunaan obat diperoleh hasil tepat indikasi sebesar 100%, tepat obat sebesar 82,5%,
dan tepat dosis sebesar 95%.
ABSTRACT
1
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan
deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik
untuk mengetahui deskripsi atau gambaran pengobatan pada pasien TB MDR.
2
Definisi Operasional dan Batasan Variabel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita TB MDR
di Rumah Sakit X terhitung sejak tanggal 1 Januari sampai 30 Juni 2013.Sampel pada
penelitian ini adalah pasien TB MDR rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi dan memenuhi kriteria inklusi yaitu: seluruh pasien yang terdiagnosa TB MDR
dan pasien TB MDR rawat inap di Rumah Sakit X. Kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah pasien TB MDR yang menderita infeksi lain dan pasien yang data
pengobatannya tidak lengkap.
Pengambilan Data
Bahan penelitian yang digunakan adalah data rekam medis pasien rawat inap
di Rumah Sakit X yang menyajikan data meliputi identitas pasien (nama, jenis kelamin,
umur, dan berat badan), hasil pemeriksaan fisik (TD, HR, RR, dan suhu), regimen dosis,
hasil pemeriksaan pasien, cara pemberian serta jangka waktu pemberian, dan
penegakan diagnosis. Alat yang digunakan adalah buku Pedoman Manajemen Terpadu
Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat 2013.
3
Deskripsi Pasien TB MDR
Jenis kelamin
Tabel 1. Distribusi deskripsi pasien yaitu jenis kelamin, umur, dan keluhan pasien TB
MDR di Rumah Sakit X Periode Januari-Juni 2013
Frekuensi Persentase
Jenis kelamin Laki-laki 17 42,5%
Perempuan 23 57,5%
Umur 18-25 6 15%
26-35 6 15%
35-45 9 22,5%
46-55 10 25%
56-65 9 22,5%
Keluhan Batuk 24 60%
Dahak 12 30%
Batuk darah 2 5%
Sesak nafas 13 32,5%
Demam 1 2,5%
Nyeri dada 4 10%
BB menurun 8 20%
Berkeringat di malam 1 2,5%
hari
Dari tabel 1 diperoleh data tentang pasien TB MDR dengan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 17 orang (42,5%) dan pasien perempuan sebanyak 40 orang (57,5%).
Terdapat sedikit perbedaan pada jumlah pasien laki-laki dengan pasien perempuan.
Pasien perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pasien laki-laki.
Umur
4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan yang dirasakan penderita yang
paling banyak dijumpai adalah batuk dengan persentase sebesar 60%. Secara umum
gejala TB MDR hampir sama dengan Tuberculosis paru lainnya gejala tersebut
diantaranya adalah batuk. Batuk merupakan gejala yang paling umum pada penderita
TB, pada awal perjalanan penyakit batuk mungkin tidak produktif, tetapi peradangan
pada nekrosis jaringan terjadi dan biasanya sputum mulai diproduksi. Gejala yang
lainnya adalah nyeri dada, sesak nafas, hemoptisis, dan gejala sistemik diantaranya
demam, menggigil, berkeringat di malam hari, mudah lelah, dan menurunnya berat
badan (WMA, 2008).
Berdasarkan data rekam medis pasien yang diteliti di bagian Rekam Medis
Rumah Sakit X tidak hanya terdiagnosis TB MDR melainkan ada penyakit lain yang
menyertai. Penyakit lain tersebut diantaranya adalah Diabetes melitus, hipertensi,
hemoptisis dan lain-lain. Distribusi penyakit tersebut dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 2. Distribusi penyakit penyerta yang diderita pasien TB MDR di Rumah Sakit XPeriode Januari-
Juni 2013
Dari tabel 2 tersebut diperoleh distribusi penyakit lain yang menyertai pasien TB
MDR paling banyak adalah pasien TB MDR dengan diagnosis DM tipe 2 yaitu sebesar
12,5% (5 orang). Pasien TB dengan diagnosis DM tipe 2 merupakan salah satu penyakit
yang termasuk pasien TB MDR dengan kondisi khusus.
Panduan utama OAT untuk pasien TB MDR di Rumah Sakit X adalah OAT
kategori II yang terdiri dari Kanamisin (Km), Levofloksasin (Lfx), Sikloserin (Cs),
Etionamid (Eto), Pirazinamid, Etambutol, dan Vitamin B6 sebanyak 31 pasien. Pasien TB
MDR yang mendapatkan Levofloksasin, Sikloserin, Etionamid, Pirazinamid, Etambutol
dan Vitamin B6 sebanyak 2 pasien. Pasien TB MDR yang mendapatkan regimen Obat
Kanamisin, Levofloksasin, Etionamid, Pirazinamid, Etambutol, Vitamin B6 dan Isoniazid
(INH) sebanyak 5 pasien. Pasien yang mendapatkan regimen obat Kanamisin,
Levofloksasin, Sikloserin, Etionamid, Pirazinamid dan Etambutol sebanyak 2 pasien.
Dosis obat disesuaikan dengan berat badan masing-masing pasien. Distribusi berat
badan pasien TB MDR di RSUD Dr. Moewardi adalah pasien dengan berat badan 30 kg
1 pasien, berat badan 33-50 kg sebanyak 19 pasien, berat badan antara 51-70 kg
sebanyak 10 pasien, berat badan 65 kg sebanyak 1 pasien dan berat badan lebih dari 70
kg sebanyak 1 pasien. Pemberian obat diberikan satu kali sehari, untuk obat suntik yaitu
Kanamisin diinjeksikan 5x dalam seminggu secara intra muskular dan untuk obat oral
diminum setiap hari. Lama pengobatan pada pasien TB MDR adalah 6 bulan fase
intensif dengan obat oral dan injeksi dan dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 18-24
bulan dengan obat oral tanpa pemberian Kanamisin.
5
Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis
Penggunaan obat yang rasional harus tepat secara medik dan memenuhi
syarat-syarat tertentu. Penggunaan obat yang rasional mencakup tentang pemilihan
obat yang tepat, indikasi yang tepat, dosis, pemberian dan durasi pengobatan yang
tepat, pasien yang tepat serta kepatuhan terhadap pengobatan.
Tepat Indikasi
Tabel 3. Aspek ketepatan indikasi penggunaan obat antituberkulosis pada Pasien Tuberkulosis MDR di
Rumah Sakit XSurakarta Periode Januari-Juni 2013
40 0
Jumlah
Persentase 100% 0
Tepat Obat
Tabel 4. Aspek Kesesuaian obat antituberkulosis pada pasien TB MDR di Rumah Sakit X Periode
Januari-Juni 2013
6
(17,5%). Ada 7 kasus yang mengalami ketidak tepatan regimen obat yaitu 5 kasus
dikarenakan adanya pemberian INH dan 2 kasus pasien yang yang diberikan Sikloserin
tetapi tidak diberikan Vitamin B6. Berdasarkan Pedoman Manajemen Terpadu
Penanggulangan TB Resisten Obat, obat yang diberikan untuk pasien TB MDR adalah
OAT lini kedua yang terdiri dari Kanamisin, Etionamid, Levofloksasin, Sikloserin,
Pirazinamid, Etambutol serta Vitamin B6 50 mg tiap pemberian Sikloserin 250 mg
Tepat Dosis
Dosis adalah sejumlah obat yang memberikan efek terapetik pada penderita,
pemberian dosis obat kepada penderita dipengaruhi oleh faktor obat dan cara pemberian
obat tersebut. Dosis untuk masing-masing obat berbeda berdasarkan berat badan
pasien. Penggunaan OAT standar berdasarkan ketepatan dosis dapat dilihat dari
kesesuaiannya dengan berat badan pasien dan kesesuaiannya dengan dosis standar
terapi. Standar terapi yang digunakan untuk membandingkan kesesuaian dosis adalah
Pedoman Manajemen Terpadu Penanggulangan TB Resisten Obat 2013.
Tabel 6. Aspek kesesuaian dosis obat antituberkulosis pada pasien TB MDR di Rumah Sakit X periode
Januari-Juni 2013
Berat badan (kg) Dosis yang Dosis standar Tepat regimen Tidak tepat
digunakan dosis regimen dosis
30kg Km 500 mg 15-20mg/kg/BB
7,5-10mg/kg/BB
Lfx 750mg 15-20mg/kg/BB
20-30 mg/kg/BB
20-30 mg/kg/BB
Cs 500mg
Eto 500mg
Z 1250mg
E 600mg
33-50 Km 750mg 500-750mg
Lfx 750mg 750mg
Cs 500mg 500mg
Eto 500mg 500mg
Z 1500mg 750-1500mg
E 1200 mg 800-1200mg
Jumlah 38 2
Persentase (%) 95% 5%
7
Berdasarkan tabel 6 diperoleh jumlah pasien yang menerima dosis sesuai
dengan standar terapi dalam kategori tepat dosis sebanyak 38 kasus (95%) sedangkan
yang menerima dosis tidak sesuai dengan dosis standar adalah 2 kasus (5%) dari 40
kasus. Ketidaksesuaian dalam penggunaan dosis OAT dapat menyebabkan terjadinya
resistensi kuman TB dan terjadi penurunan efektifitas OAT sehingga dapat memperlama
pengobatan dan pasien semakin sulit untuk sembuh. Dari hasil tersebut diperoleh
ketepatan evaluasi penggunaan obat antituberkulosis pada pasien TB MDR di Rumah
Sakit ‘X’ dari 40 pasien yang diteliti diperoleh pasien yang tepat indikasi sebanyak 40
pasien, tepat obat sebanyak 33 pasien, dan tepat dosis sebanyak 38 pasien.
Pasien pada penelitian ini merupakan pasien rawat inap, hasil pengobatan
pasien adalah belum sembuh tetapi dilanjutkan dengan pengobatan TB MDR rawat jalan
di Puskesmas masing-masing daerah dan ada 1 pasien yang meninggal selama dirawat
lebih dari 48 jam. Pada pasien jika tidak ditemukan efek samping atau efek samping
dapat ditangani dengan baik, keadaan pasien sudah cukup baik, dan pasien sudah
mengetahui bagaimana cara minum obat dan jadwal mendapat suntikan sesuai dengan
pengobatan TB MDR maka pasien dapat melanjutkan pengobatan rawat jalan. Setiap
sebulan sekali pasien di follow up pemeriksaan dahak untuk mengetahui konversi biakan
kuman TB.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Aslam, M., Tan, C. K., & Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis: Menuju Pengobatan Rasional
& Penghargaan Pilihan Pasien 2003, 192, Gramedia, Jakarta.
Dirjen PP & PL, 2009, Pelatihan Penanggulangan TB MDR Modul 1 Pengantar Pelatihan,
1-5, Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
8
Kalsum, U., Sartono, T.R., & Caesary, A.G., 2012, Efek samping Obat pada Pasien MDR
(Multi Drug Resistant) TB di RSUD dr. Saiful Anwar Malang, Laporan
Penelitian: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Masjedi, M.R., Tabarsi P., Chitsaz, E., Baghai, P., Mirsaeidi, M., Amiri, M.V, et al, 2008,
Outcome of Treatment of MDR TB Patient with Standaridised Regimen,
Iran, 2002-2006, The International Journal of Tuberculosis and Lung
Disease, 12 (7), 752.
.
Munawwaroh, R., Leida, I., & Wahhiddudin, 2013, Gambaran Faktor Resiko Pengobatan
TB MDR RS Labuang Baji Kota Makassar Tahun 2013, Laporan
Penelitian: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin.
Reviono, Widoyono, Harsini, Apridasasri, J., Sutanto, Y.S., 2013,
Streptomisin dan Insidensi Penurunan Pendengaran pada Pasien
Multidrug Resistant Tuberculosis di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Jurnal
Respirasi Indonesia, 33 (3), 167.
Tao, L. & Kendall, K., 2013, Sinopsis Organ Pulmonologi: Pendekatan dengan Sistem
Terpadu dan Disertai Kumpulan Kasus Klinik, diterjemahkan oleh
Gunardi, S., Hartono, A., Gunawijaya F., A.angerng & Widowati H., 171-
201, Karisma Publishing Group, T
Tjay, T.H., & Raharja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya, 158, PT Elek Media Komputindo, Jakarta.
Munir, S.M., Nawas, A., & Sutoyo, D.K., 2010, Pengamatan Pasien Tuberkulosis Paru
Multi drug Resistant (TB MDR) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan,
Jurnal Respirasi Indonesia, 30 (2), 93-95.