Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan bahan galian merupakan bagian atau mineral dressing dari ilmu
pertambangan yang berkaitan dengan proses metalurgi. Tujuan utama dari
pengolahan bahan galian yaitu untuk meningkatkan kadar mineral yang ditambang.
Istilah umum yang biasa dipergunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan
galian/mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk
dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral berharga
dan sisanya dianggap sebagai mineral kurang berharga, yang terdapat bersama-sama
dalam alam. Teknik pengolahan mineral bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat
tergantung pada jenis bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya.
Pemilihan teknik didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang
ada dalam bijih tersebut. Untuk peningkatan kadar dan proses pengolahan mineral
maka dilakukan beberapa tahap, salah satunya yaitu proses kominusi.
Kominusi merupakan proses pengecilan ukuran partikel suatu bahan galian
hingga mencapai ukuran tertentu sehingga bisa diolah di proses selanjutnya. Reduksi
ukuran bertujuan untuk menghasilkan ukuran partikel sesuai kebutuhan dan
membebaskan mineral berharga dari pengotornya. Proses kominusi terdiri dari dua
macam, yaitu tahap crushing (penghancuran) dan tahap grinding (penggerusan).
Salah satu besaran yang penting dalam operasi kominusi adalah rasio ukuran
bijih awal terhadap ukuran bijih hasil atau produk, atau biasa disebut dengan reduction
ratio atau rasio reduksi. Nilai Reduction ratio akan berpengaruh terhadap kapasitas
produksi dan juga berpengaruh terhadap energi produksi.
Crushing merupakan proses pengecilan bijih yang awalnya berukuran kasar
sekitar 1 m menjadi lebih halus sekitar 25 mm. Terdapat berbagai macam jenis alat
yang digunakan pada tahap crushing tergantung pada tahapan crushing yang
dilakukan. Setelah melakukan crushing, maka tahapan selanjutnya yaitu melakukan
proses sieving. Sieving bertujuan untuk menyaring material yang ukurannya sesuai

1
dengan kebutuhan, jika ukurannya masih terlalu besar maka umpan akan dimasukkan
ke crusher untuk dihancurkan kembali.
Melalui praktikum pengolahan bahan galian ini, dapat dilakukan pengamatan
secara langsung terhadap jenis dan tipe alat crushing, memahami mekanisme kerja
tiap alat, dan langkah kerja serta pengolahan datanya. Selain itu, pemahaman
mengenai mekanisme kerja proses sieving (penyaringan) dapat lebih dipahami dan
tata cara dalam menganalisis data yang diperoleh.

1.1 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengoperasikan alat peremuk (crusher) khususnya jaw
crusher dan roll crusher?
2. Berapakah nilai reduction ratio dari jaw crusher dan roll crusher?

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan pelaksanaan praktikum pengolahan bahan galian adalah sebagai


berikut:
1. Mengetahui cara mengoperasikan alat peremuk (crusher) khususnya jaw
crusher dan roll crusher.
2. Mengetahui nilai reduction ratio dari jaw crusher dan roll crusher.

1.2 Manfaat Percobaan

Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksaan praktikum pengolahan bahan galian
dengan materi crusher yaitu kita dapat memahami tahapan-tahapan dalam proses
crushing, selain itu juga dapat mengetahui jenis-jenis crusher yang digunakan dalam
proses crushing dan memahami serta menerapkan mekanisme kerja dari tiap alat.
Terakhir, setelah proses dan mekanisme lainnya selesai kita dapat mengetahui
bagaimana cara pengolahan dan analisis data dari crusher ini.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kominusi

Istilah pengecilan ukuran/kominusi (size reduction) digunakan dalam praktek


dimana partikel padatan terpotong atau terpecah menjadi ukuran-ukuran yang lebih
kecil. Dalam proses industri, partikel-partikel padatan diperkecil ukurannya dengan
berbagai cara, untuk berbagai maksud. Misalnya: bongkahan-bongkahan bijih logam
diremuk menjadi ukuranukuran yang bisa diproses lanjut dengan lebih mudah;
bahanbahan kimia sintetis dihaluskan menjadi serbuk; lembaran-lembaran plastik
dipotong potong menjadi ukuran kecil dan bentuk tertentu, dan lain-lain (Setianegara,
2016).
2.1.1 Pengertian kominusi
Kominusi adalah tahapan pada pengolahan bijih, mineral atau bahan galian
dimana dilakukan pengecilan ukuran/kominusi (size reduction) partikel padatan
terpotong atau terpecah menjadi ukuran-ukuran yang lebih kecil. Pada umumnya bijih,
mineral atau bahan galian dari tambang masih berukuran cukup besar yang tidak
mungkin dapat secara langsung digunakan atau diolah lebih lanjut. Selain untuk
mereduksi ukuran butir, kominusi dimaksudkan juga untuk meliberasikan bijih, yaitu
proses melepas mineral tersebut dari ikatan yang merupakan gangue mineral. Untuk
melakukan hal ini digunakan alat crusher dan grinding mill.
Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan bijih, mineral atau
bahan galian. Pada kominusi, bijih atau mineral dari tambang yang berukuran besar
lebih daripada satu meter dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada
100 mikron (Sukamto, 2001).
2.1.2 Proses Kominusi
Reduksi ukuran (kominusi) merupakan tahap yang sangat penting pda
pengolahan bahan galian (Sudaryanto, 2006), yang bertujuan:

3
1. Menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran maupun
bentuk).
2. Membebaskan mineral berharga dari pengotor.
3. Memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat
berlangsung dengan baik.
Peralatan kominusi banyak macam dan ragamnya, dan aplikasinya tergantung
pada pengolahan bahan galian. Tahapan-tahapan dari proses kominusi antara lain
(Kelly dan Spottiswood, 1982):
a. Peremukan (crushing), biasanya digunakan untuk pengecilan ukuran
sampai ukuran bijih kurang lebih 20 mm, sedangkan penggerusan, grinding
digunakan untuk pengecilan ukuran mulai dari 20 mm sampai halus.
b. Penggerusan kasar (grinding) untuk mengecilkan ukuran bijih mulai dari
sekitar 1 cm menjadi sekitar satu mm.
c. Penggerusan halus (fine grinding) untuk mengecilkan ukuran bijih mulai
dari 1 mm menjadi kurang dari 0,075 mm.
Kemampuan alat dalam mengecilkan ukuran sangat terbatas,
sehingga pengecilan selalu dilakukan bertahap. Tahap peremukan biasanya dilakukan
dengan reduksi rasio antara 4 sampai 7, sedangkan penggerusan pengecilan dilakukan
dengan reduksi rasio 15 sampai 60. Reduksi rasio ukuran merupakan perbandingan
ukuran umpan terhadap ukuran produk. (Sudaryanto, 2006)

2.2 Crushing

Umumnya untuk memecah material-material yang besar/bongkahan-bongkahan


besar atau keras menjadi material dengan ukuran yang lebih kecil. (Endahwati, 2009)
2.2.1 Pengertian Crushing
Peremukan (crushing) adalah proses reduksi ukuran dari bijih yang berukuran
kasar (sekitar 1 m) menjadi ukuran sampai kira-kira 25 mm. Crusher merupakan mesin
penghancur padatan berkecepatan rendah, digunakan untuk padatan kasar dalam
jumlah yang besar. Crusher pada umumnya digunakan untuk memecahkan
bongkahan-bongkahan partikel besar menjadi bongkahan-bongkahan kecil. Crusher
primer banyak digunakan pada pemecahan bahan-bahan tambang dan ukuran besar
menjadi ukuran antara 150 sampai 250 mm. Crusher sekunder (secondary crusher)

4
akan meneruskan kerja crusher primer, yaitu menghancurkan partikel padatan hasil
crusher primer menjadi berukuran sekitar 6 mm (Setianegara, 2016).

2.2.2 Tahapan-tahapan pada crushing


a. Primary crushing, merupakan tahap pertama proses peremukan dimana
crusher dioperasikan secara terbuka. Untuk bijih yang keras dan kompak
dapat digunakan jaw crusher atau gyratory crusher, sedangkan untuk
bahan galian yang lebih brittle digunakan hammer mill atau impact crusher.
b. Secondary crushing, feed untuk secondary crushing berasal dari produk
primary crushing. Alat yang dapat digunakan untuk secondary crushing
adalah cone crusher atau roll crusher. Produk yang dihasilkan dari
secondary crushing harus memiliki ukuran yang sesuai dengan alat grinding
yang digunakan.
c. Fine Crushing (grinding mill), merupakan proses kelanjutan dari primary
crushing atau secondary crushing. Proses penghancuran dalam milling
memanfaatkan adanya shearing stress. (Sudaryanto, 2006)
2.2.3 Mekanisme Peremukan
Mekanisme peremukan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (Wills, 1988):
a. Abrasion (attrition)
Proses abrasi atau pengurangan terjadi bila mana energi yang kurang
mencukupi diterapkan pada partikel, menyebabkan terjadinya localized
stressing dan remuknya sebagian kecil area sehingga menghasilkan distribusi
ukuran partikel yang halus.

Gambar 2.1. Abrasion

b. Compression (cleavage)
Proses tekanan atau belahan terjadi apabila energi cukup untuk membuat
partikel remuk, menghasilkan ukuran partikel tidak jauh berbeda dengan
ukuran umpan.

5
Gambar 2.2. Compression

c. Impact (shatter)
Tubrukan atau hancuran terjadi ketika energi sangat mencukupi untuk
terjadinya peremukan partikel, meghasilkan banyak partikel dengan distribusi
ukuran yang lebar.

Gambar 2.3. Impact

2.3 Tipe dan Prinsip Kerja Crusher

Dengan konstruksinya yang sangat sederhana, jaw cusher tidak membutuhkan


perawatan yang rumit. Sehingga banyak perusahan yang bergerak di bidang
pertambangan terutama pertambangan batu banyak menggunakan jaw crusher
sebagai alat penghancur yang pertama (primary crusher) ataupun yang kedua
(scondary crusher).
2.3.1 Jaw Crusher
Jaw crusher adalah sebuah alat penghancur yang konstruksinya sangat
sederhana, dengan tenaga yang besar mampu menghancurkan batu hingga ukuran
20-60 cm. Jaw crusher mempunyai keunggulan struktur sederhana, kinerja stabil,
perawatan mudah, menghasilkan partikel akhir dan rasio penghancuran tinggi
(Samosir, 2016).
Karakteristik umum jaw crusher:

6
1. Umpan masuk dan atas, diantara dua jaw yang membentuk huruf V (terbuka
bagian atasnya).
2. Salah satu jaw biasanya tidak bergerak (fixed), jaw yang lain bergerak
horizontal.
3. Sudut antara dua jaw antara 20° sampai 30°.
4. Kecepatan buka-tutup jaw antara 250 sampai 400 kali per menit.
Beberapa jenis Jaw crusher yang sering dijumpai, diantaranya:
a. Blake Jaw Crusher
Blake jaw crusher banyak dipakai dalam dunia industri dengan kapasitas
produksi kurang lebih 7 ton/jam. Blake jaw crusher ini memiliki suatu rahang
penghancur yang bergerak/dapat dipindah pindahkan yang berupa plat
penghancur, berbentuk seperti kerutan/ berombak-ombak dan tetap pada posisi
yang vertikal dengan sudut yang tepat pula, terikat pada suatu rahang terayun
yang terhubung dengan tangkai yang diam didalam sisi bingkai/kerangka.
Adapun cara kerja dari blake jaw crusher ini adalah umpan dimasukkan kedalam
rahang berbentuk V yang terbuka ke atas. Satu rahang tetap dan tak bergerak
serta rahang yang lain membetuk sudut antar 20o – 30o Umpan besar yang
terjepit antara bagian atas rahang dipecah dan jatuh keruang bawahnya yang
lebih sempit dan dipecah lagi. Selain itu kelebihan dari blake jaw crusher ini yaitu
(Endahwati, 2009):
1. Poros/titik engsel yang berada diatas rahang menyebabkan bagian bawah
bergarak maju mundur sehinga jarang terjadi penyumbatan pada lubang
outputnya.
2. Bagian bawah yang bergerak menghasilkan hasil yang maksimal.

Gambar 2.4. Blake Jaw Crusher

b. Dodge Crusher
Biasanya berukuran lebih kecil dan blake crusher. Dodge jaw crusher ini
banyak dipakai dalam industri dengan kapasitas produksi ¼ ton/jam – 1 ton/jam.

7
Dodge jaw crusher/rahang penghancur sistem dodge ini memiliki keuntungan
yang serupa dengan rahang penghancur sistem blake dan sistem dodge ini
bermanfaat untuk produksi berkapasitas rendah dengan kerja yang menghasilkan
suatu produk seragam didalam ukuran yang lebih kecil. Jaw crusher system
dodge ini juga memiliki sistem penghancuran dengan rahang eksentrik yang
memiliki mesin tunggal dengan rahang ayunan yang terletak di posisi pelat yang
strategis untuk penghancuran bongkahan/ umpan oleh suatu tangkai dengan
tegangan pengausan lebih besar yang disebabkan oleh gerakan ini dan
mengarahkan pergerakan berupa goncangan kapada batas bantalan
poros/bearing dengan penggunaan untuk material yang mudah patah/pecah
namun perbandingan pengurangan dan penambahan besarnya material juga
mungkin diperhatikan yang bermanfaat.
Hambatan yang mungkin dialami ketika kerusakan rahang terjadi selama
proses kerja berlangsung. Supaya rahang tidak cepat rusak ataupun aus maka
rahang ini biasannya dilapisi oleh bahan yang tahan getaran. Untuk mendapatkan
usaha dan pergerakan yang teratur maka digunakan sebuah roda penggerak
yang terbuat dari besi tuang pejal. Adapun cara kerja dari dodge jaw crusher
yaitu memiliki sistem kerja yang pada umumnya sama dengan blake jaw crusher
dengan titik engsel yang berada dibawah sedangkan bagian atasnya yang
bergerak maju mundur. Selain itu terdapat keuntungan dari penggunaan dodge
jaw crusher diantarana adalah titik engsel yang berada dibawah dan bagian
atasnya yang bergerak maju mundur menghasilkan output yang seragam, namun
proses kerjanya lebih lamban daripada blake system jaw crusher serta
berkapasiatas rendah (Endahwati, 2009).

Gambar 2.5. Dodge Jaw Crusher

8
2.3.2 Gyratory Crusher
Gyratory crusher berbentuk seperti kerucut yang berputar dalam bagian yang
melancip. Tipe crusher ini bisa digunakan untuk umpan-umpan yang basah dan
bahkan lebih besar dari jaw crusher, serta menghasilkan produk yang lebih halus dan
bulat atau seragam. Bongkahan-bongkahan yang sangat besar akan dihancurkan
dahulu dengan peledakan sebelum dimasukkan ke crusher. Karena biaya modal yang
tinggi, crusher ini cocok hanya untuk menghandle jumlah material yang besar, namun
pemeliharaannya mudah. Sama halnya dengan jaw crusher, crusher ini memberikan
gaya tekan atau kompresi terhadap beban (Sudaryanto, 2006).
Adapun prinsip kerja dari gyrator crusher ini yaitu Gyratory Crusher memiliki
rahang bundar (circular jaw). Sebuah kepala penghancur dalam bentuk kerucut yang
terpotong, terpasang pada poros, ujung atas bertumpu pada bantalan rol fleksibel
(biasa dikenal spider), sementara ujung bawah digerakkan secara eksentrik sehingga
menggambarkan suatu lingkaran adalah yang digunakan crusher tipe ini untuk
memecahkan umpan yang masuk. Proses penghancuran berlangsung sepanjang
kerucut yang berputar di dalam cerobong yang membuka ke atas (lebar di atas dan
sempit di bawah) dan karena pergerakan maksimum terjadi di bagian bawah, maka
karakteristik mesin mirip dengan yang jaw crusher. Adapun material yang dapat diolah
yaitu Batu kapur, Batubara, Gipsum, Kalsit, Granit, Bauksit dan bijih besi. (Setianegara,
2016)

Gambar 2.6. Gyrator Crusher

Roll Crusher
Roll Crusher adalah mesin pereduksi ukuran yang menggunting dan menekan
material antara dua permukaan yang keras. Permukan yang digunakan biasanya
berbentuk roll yang berputar dan besi landasan yang diam, atau dua roll dengan
diameter sama yang berputar pada kecepatan sama dan arahnya berlawanan.
Permukaan roll bisa rata, berkerut atau bergigi. Roll crusher biasanya digunakan untuk

9
mereduksi material yang keras. Karakteristik mesin peremuk tipe ini adalah termasuk
berkecepatan rendah dan relati memiliki rasio reduksi yang rendah, karena memiliki
kecepatan rendah, maka laju keausan alat ini relatif rendah (Sudaryanto, 2006).

Gambar 2.7. Roller crusher

10
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum pengolahan bahan galian yaitu:
1. Kacamata safety

Gambar 3.1Kacamata Safety


Berfungsi untuk melindungi mata dari serpihan material
2. Masker

Gambar 3.2 Masker


Berfungsi untuk melindungi saluran pernapasan dari debu yang muncul
pada saat proses crushing,
3. Sarung tangan

Gambar 3.3 Sarung tangan

11
Berfungsi untuk melindungi tangan agar tidak terluka pada saat
penghancuran sampel batuan dan proses crushing,
4. ATK

Gambar 3.4 ATK


Berfungsi untuk menulis data yang didapatkan dari praktikum,
5. Palu

Gambar 3.5. Palu


Berfungsi untuk menghancurkan sampel batuan,
6. Kuas dan Teaspoon

Gambar 3.6 Kuas dan teaspoon


Berfungsi untuk mengumpulkan sampel hasil ayakan,

12
7. Jaw crusher

Gambar 3.7 jaw crusher


Berfungsi untuk menghancurkan sampel pada tahap primary crushing,
8. Roll crusher

Gambar 3.8 roll crusher


Berfungsi untuk menghancurkan sampel pada tahap secondary crushing,
9. Sieve ( ukuran 1,5 mm dan 3 mm)

Gambar 3.9 Ayakan


Berfungsi untuk menyaring material hasil crushing,

13
10. Timbangan

Gambar 3.10 Timbangan


Berfungsi untuk menimbang material hasil sieving.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum pengolahan bahan galian, yaitu:
1. Basalt

Gambar 3.11 Basalt


Berfungsi sebagai sampel batuan yang digunakan pada proses crushing

2.2 Prosedur Percobaan

Perocbaan peremukan batuan (stone crushing) dilakukan dengan dua tahapan


berupa:
2.2.2 Primary Crushing
Primary crushing adalah tahapan reduksi ukuran yang berupa peremukan
batuan secara kasar oleh mesin peremuk (crusher) primer. Prosedur percobaan
peremukan batuan primer menggunakan jaw crusher adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.

14
2. Memecahkan sampel-sampel batu basal berukuran boulder hingga
memungkinkan untuk menjadi umpan pada jaw crusher menggunakan
palu.
3. Mengukur diameter rata-rata ukuran feed menggunakan alat ukur
panjang/penggaris (pengukuran dilakukan sebanyak 4-5 kali pada feed
dengan ukuran terbesar)
4. Menimbang berat feed sebesar 2000 gram.
5. Mengukur ukuran gape dan setting pada jaw crusher.
6. Menyalakan jaw crusher
7. Meremukan (crushing) batu basal menggunakan jaw crusher.
8. Mengeluarkan produk hasil peremukan primer oleh jaw crusher.
9. Mengambil 500 gram produk hasil peremukan primer (crushing).
10. Mengayak 500 gram produk peremukan primer menggunakan ayakan 3 – 1
mm.
11. Memidahkan material yang tertahan pada saringan 3 mm.
12. Melakukan tahapan 11 pada material yang tertahan dan lolos di saringan 1
mm.
13. Menimbang berat material yang tertahan di saringan 3 mm, tertahan di
saringan 1 mm, dan lolos di saringan 1 mm.
14. Mencatat hasil pengukuran dan memasukan sampel hasil percobaan
kedalam kantung sampel.
15. Memberikan label dan keterangan hasil percobaan.
16. Membersihkan alat-alat yang digunakan dalam percobaan.
2.2.3 Secondary Crushing
Secondary crushing adalah tahapan reduksi ukuran yang berupa peremukan
batuan secara lebih halus oleh mesin peremuk (crusher) sekunder. Mesin peremuk
sekunder berupa double roll crusher. Prosedur percobaan peremukan batuan sekunder
menggunakan double roll crusher adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan
(feed berasal dari hasil peremukan primer oleh jaw crusher)
2. Mengukur dimensi gape pada double roll crusher.
3. Menyalakan double roll crusher.
4. Memasukan feed (hasil peremukan primer) pada double roll crusher.
5. Mengeluarkan produk hasil peremukan.

15
6. Mengambil 500 gram produk hasil peremukan sekunder untuk dilakukan
analisis distribusi ukuran.
7. Mengayak 500 gram produk peremukan primer menggunakan ayakan 3 mm
dan 1 mm.
8. Memindahkan produk peremukan yang tertahan di saringan 3 mm ke
cawan.
9. Menimbang berat material yang tertahan di saringan 3 mm.
10. Melakukan tahap 8 dan 9 pada sampel yang tertahan dan lolos di saringan
1mm.
11. Mencatat hasil percobaan.
12. Membersihkan alat-alat yang digunakan dalam percobaan

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Data hasil Praktikum Pengolahan Bahan Galian Acara I: Crushing adalah


sebagai berikut:

4.1.1 Data Percobaan

i. Tabel Hasil Percobaan Jaw Crusher


Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan Jaw Crusher

Ayakan (mm) Produk (gr) % Berat


-3 334,71 66,942
-3 + 1 87,64 17,528
-1 75,00 15,00
Total 500 99.47

% Berat sampel yang hilang = 100 – 99,47 = 0,53%


ii. Grafik Berat Produk Jaw Crusher

Grafik Berat Produk Jaw Crusher


99.47
100
90 84.47
80
66.942
70
60 % Berat
% Berat

50
40
% Berat
30 Kumulatif
17.528 15
20
10
0
-3 -2 -1
Ukuran Ayakan (mm)
Gambar 4.1 Berat Produk Jaw Crusher

17
iii. Tabel Hasil Percobaan Roll Crusher
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Roll Crusher

Ayakan (mm) Produk (gr) % Berat

-3 74.51 14.902
-3 + 1 212.1 42.42
-1 210.08 42.016

Total 500 99.338

% Berat sampel yang hilang = 100% - 99,338% = 0,662%


iv. Grafik Berat Produk Roll Crusher

Grafik Berat Produk Roll Crusher


99.338
100
90
80
70
57.322 % Berat
60
% Berat

50 42.42 42.016
40
% Berat
30 Kumulatif
20 14.902

10
0
-3 -2 -1
Ayakan (mm)

Gambar 4.2 Berat Produk Roll Crusher

4.1.2 Pengolahan Data


i. Pengolahan Data Jaw Crusher
Gape: 47 mm
Setting : 10 mm
60 + 70 + 90
Rata-rata ukuran feed jaw crusher: 3
= 73,33 mm.
10 + 11 + 15
Rata-rata ukuran produk: 3
= 12 mm

𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑓𝑒𝑒𝑑 73,33 𝑚𝑚


Reduction Ratio (RR) = Ukuran produk = 12 𝑚𝑚
= 6,11

18
ii. Pengolahan Data Roll Crusher
10 + 11 + 15
Rata-rata ukuran feed jaw crusher: 3
= 12 mm.

1+1+2
Rata-rata ukuran produk: = 1,67 mm
3

𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑓𝑒𝑒𝑑 12 𝑚𝑚
Reduction Ratio (RR) = Ukuran produk = 1,67 𝑚𝑚
= 7,2

4.2 Pembahasan

Setelah dilakukan primary crushing dengan menggunakan jaw crusher,


diperoleh produk dengan presentasi berat sebanyak 66,942% yang tertinggal di
ayakan 3 mm, 17,528% yang tertinggal di ayakan 1 mm, dan 15% lolos ayakan 1 mm.
Setelah dijumlahkan, hanya diperoleh total berat sebanyak 99,47% disebabkan karena
adanya material yang hilang atau tumpah pada saat dilakukan pengukuran berat
produk sebanyak 0,53%. Pada proses secondary crushing menggunakan roll crusher,
diperoleh produk dengan presentasi berat sebanyak 14,902% yang tertinggal di
ayakan 3 mm, 42,42% yang tertinggal di ayakan 1 mm, dan 42,016% yang lolos di
ayakan 1 mm. Setelah dijumlahkan, hanya diperoleh total berat sebanyak 99,338%
disebabkan oleh adanya material yang hilang selama pengukuran berat sebanyak
0,662%.
Dari grafik berat produk jaw crusher, terlihat bahwa presentasi ukuran produk
yang terbanyak terletak pada produk yang tertinggal di ayakan 3 mm, kemudian grafik
menurun pada presentasi ukuran produk yang tertinggal di ayakan 1 mm dan produk
yang lolos ayakan 1 mm. Hal ini menunjukkan ukuran bahwa produk hasil dari primary
crushing memiliki ukuran yang masih relatif besar, yaitu lebih besar dari 3 mm,
sedangkan dari grafik roll crusher, terlihat bahwa presentasi ukuran produk yang
terbanyak terletak pada produk yang tertinggal di ayakan 1 mm dan yang lolos di
ayakan 1 mm yaitu 42,42% dan 42,016% dan grafik menggambarkan kenaikan yang
menunjukkan bahwa produk hasil dari proses secondary crushing memiliki ukuran yang
lebih halus dibandingkan dengan proses primary crushing.
Data-data hasil percobaan kemudian diolah untuk menentukan nilai reduction
ratio dari peralatan peremukan yang diigunakan dalam praktikum ini. Adapun data
ukuran feed yang digunakan dalam proses primary crushing menggunakan jaw crusher
berkisar 60 mm, 70 mm, dan 90 mm (rata-rata = 73,33 mm) menghasilkan produk
dengan ukuran rata-rata 12 mm sehingga nilai reduction ratio dari jaw crusher yang

19
digunakan adalah 6,11 : 1, sedangkan pada proses secondary crushing dengan roll
crusher digunakan feed yang berasal dari produk primary crushing dengan ukuran
rata-rata 12 mm menghasilkan produk dengan ukuran rata-rata 1,67 mm sehingga
nilai reduction ratio dari roll crusher yang digunakan adalah 7,2 : 1.
Selama jalannya praktikum, terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti
wadah jaw crusher yang sulit untuk dilepaskan serta adanya material yang tumpah
saat diukur beratnya. Hal ini disebabkan karena pemasangan/instalasi alat yang kurang
baik. Selain itu suhu udara yang tinggi serta kurangnya ventilasi udara di dalam
laboratorium menghambat kinerja praktikan dalam melakukan praktikum.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik setelah melakukan Praktikum Pengolahan Bahan


Galian Acara I: Crushing adalah sebagai berikut:
1. Pengoperasian alat peremuk (crusher) dilakukan dengan beberapa tahap
seperti mereduksi terlebih dahulu bongkahan dengan cara manual hingga
ukurannya lebih kecil dari gape pada jaw crusher dan pada roll crusher,
feed terlebih dahulu diremukkan menggunakan jaw crusher. Setelah itu,
dilakukan penimbangan dan pengukuran terhadap produk untuk proses
selanjutnya. Setelah alat digunakan sebaiknya dibersihkan dengan
menggunakan kuas atau air compressor.
2. Nilai reduction ratio untuk jaw crusher yang digunakan dalam praktikum ini
adalah 6,11 : 1 sedangkan nilai reduction ratio dari roll crusher yang
digunakan dalam praktikum ini sebesar 7,2 : 1.
5.2 Saran

Sebaiknya di ruangan praktikum menggunakan alat pendingin karena ruangan


praktikum sangat pengap dan pastinya praktikan tidak merasa nyaman ketika
melakukan praktikum. Selain itu saran juga saya tujukan untuk asisten dosen,
sebaiknya ketika sedang praktikum mendampingi tiap alat atau kegiatan yang
dilakukan praktikan agar tidak terjadi human error.

21
DAFTAR PUSTAKA

Setianegara, Mohammad Andi. 2016. MG-2212 Laporan Modul Crushing (Peremukan).


file:///D:/SEMESTER%205/PBG/305901215-Laporan-Praktikum-Crushing.pdf.
Diakses pada tanggal 2 Oktober 2016.

Endahwati, Luluk. 2009. Alat Industri Kimia.


file:///D:/SEMESTER%205/PBG/236553504-Jaw-Crusher.pdf. Diakses pada tanggal
2 Oktober 2016.

Samosir, Vincentius Ricardo. 2016. LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN GALIAN JAW CRUSHER
DAN DOUBLE ROLL CRUSHER. file:///D:/SEMESTER%205/PBG/311772564-Laporan-
Jaw-Crusher-dan-Double-Roll.pdf. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2016

22
LAMPIRAN

23
Proses pengumpulan sampel setelah diayak menggunakan kuas

Proses ayakan

24
Proses pengukuran lebar gape dan pemersihan aat sebelum digunakan.

Proses pembersihan roll crusher sebelum digunakan

25
Proses primary blasting

26

Anda mungkin juga menyukai