SYARIAH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmad dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kesehatan Bank Syariah“
ini dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua
Kami pun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karna itu selalu
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar dapat mencapai
kesempurnaan makalah ini.
Kami pun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan
hidayah-Nya serta selalu senantiasa memberikan keridaan-Nya atas segala usaha kita. Aamiin.
Hairudin
2
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN ............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1
BAB II
PEMBAHASAN
[1] Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, hal. 51
[2] Muchdarsyah Sinungan,Manajemen Dana Bank , (Jakarta: PT Bumi Aksara,2000),h.122
5
2
Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat
melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan aspek
likuiditasnya. Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai denganUndang–
undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank dikatakan sehat
apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan aspek
Permodalan, Kualitas Asset, Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas, Likuiditas,
Solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Penilaian Tujuan
kesehatan Bank adalah untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat,
cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar tetap mempertahankan
kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati penyakitnya.
6
3
4. Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan tempat mereka
bekerja karena sumber penghasilan mereka bergantung pada perusahaan yang
bersangkutan.
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek
lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan
mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan
buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan
dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan
yang dilaporkan oleh bank tersebut.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk
dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi
tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tesebut wajib
terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.
7
4
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya
kegiatan operasional bank dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan
perbankan di Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya.Sesuai
surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 kepada semua bank umum
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat
kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni,
September, dan Desember.[4]
Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar bank menyampaikan
rencana tindakan (action plan) yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib
dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama periode tertentu, selambat-lambatnya
sepuluh hari kerja setelah pelaksanaan action plan. Action plan tersebut meliputi:
a. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya apabila
bank mengalami permasalahan faktor permodalan.
b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami
permasalahan faktor kualitas asset.
c. Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan peningkatan
efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit.
d. Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas.
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan
lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas.
[4] Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (2004, Yogyakarta: EKONISIA), h. 268
8
5
f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya atau
penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas
terhadap risiko pasar.
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia
dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar bank bersangkutan menjadi
sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Bank Indonesia dapat
melakukan tindakan agar:
9
6
Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank,
atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem
perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan
memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang
Saham guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuiditas dan apabila
direksi bank tidak menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank
Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisikan
pembubaran badan hukum bank tersebut, penunjukan tim likuiditas, dan perintah
pelaksanaan likuiditas sesuai Dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.[5]
[5] Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Yogyakarta: EKONOSIA. Sinungan Muchdarsyah,
2000, Manajemen Dana Bank Syari’ah, Jakarta: PT Bumi Aksara
10
7
Amerika. CAMELS berkembang di Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari
krisis ekonomi dan moneter.[6]
a. Capital (Permodalan)
[6] Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, edisi 2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002
11
8
produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang
sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank.
Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva
produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara
lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian
asset,pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap
kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di indonesia didasarkan pada dua
rasio yaitu:
1. Rasio Aktiva Produktif diklasifikasikan terhadap Aktiva
Produktif (KAP 1). Aktiva produktif diklasifikasikan menjadi Lancar, kurang lancar,
Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah:
Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk rasio sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0
b. Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
2. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva
Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah:
Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut untuk rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dari 0% nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
c. Management
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu bank.
Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu menejemen sebuah bank mendapatkan
perhatian yang besar dalam peneliaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat
menciptakan dan memelihara kesehatannya.
Penilaian faktor menejemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan
dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhaadap bank yang bersangkutan.
Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang
dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu kelompok menejemen umum dan
kuesioner menejemen risiko. Kuesioner kelompok menejemen umum selanjutnya dibagi
ke dalam sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem,
12
9
sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu, untuk kuesioner
menejemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas,
risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan
pengurus.
d. Earning (Rentabilitas)
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank
selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan
kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja
tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan
pada dua macam, yaitu :
1. Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah : Penilaian
rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau negatif diberi nilai
kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan
nilai maksimum 100.
2. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2). Rumusnya
adalah : Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100%
atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penerunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah
1 dengan maksimum 100.
e. Liquidity
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah rasio, yaitu rasio
Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit terhadap dana yang
diterima oleh Bank yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adlah selisih antara
kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana yang
Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan
Masyarakat, Pinjaman bukan dari bsnk yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak
termasuk pinjaman subordina), Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka
13
10
waktu lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka
waktu lebih dari tiga bulan.
Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank
didasarkan atas dua maca rasio, yaitu :
1. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar. Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih
diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai dari nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
2. Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya adalah:
Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih diberi
nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah
4 dengan nilai maksimum 100.
Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya. Sisi kuantitatif dapat
dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kecukupan modal (capital adequency
ratio) dan Loan Deposit Ratio.
a. Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi komonen-komponen berikut ini:
1. Kecukupan modal
2. Komposisi modal
3. Proyeksi (trend ke depan) permodalan
4. Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
5. Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan tambahan modal yang
berasal dari laba
6. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
7. Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan.
14
11
b. Kualitas aset (Asset quality)
Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut ini :
1. Kualitas aktiva produktif
2. Kualitas aktiva produktif
3. Konsentresi eksposur risiko kredit
4. Perkembangan risiko kredit bermasalah
5. Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
6. Kecukupan kebijakan dan prosedur
7. Sistem kaji ulang (review) internal
8. Sistem dikomentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
c. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1. Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko
2. Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada bank Indonesia
dan atau pihak lain.
d. Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian atas komponen-komponen
berikut ini :
1. Pencapaian return on asset (ROA)
2. Pencapaian return on equity (ROE)
3. Pencapaian NIM (Net Interest Margin)
4. Tingkat efisiensi
5. Perkembangan laba operasional
6. Diversifiksi pendapatan
7. Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan biay
8. Prospek laba operasional
e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas komponen-komponen berikut
ini:
1. Rasio aktiva/pasiva yang likuid
15
12
2. Potensi maturity mismatch
3. Kondisi loan to deposit ratio (LDR)
4. Proyeksi cash flow (arus kas)
5. Konsentresi pendanaan
6. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liability management)
7. Akses kepada sumber pendanaan
8. Stabilitas pendanaan
f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :
1. kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) suku bunga dan nilai tukar
2. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL. Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian
tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan
penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang memperhitungkan sensitivity to
market risk atau risiko pasar.
Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut
modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik)
maka apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank tersebut
akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak
semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan
likuiditas, maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat.
Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi
bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar
ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara
bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR
ditetapkan sebagai berikut:
16
13
Tabel Bobot CAMEL
Bobot
No. Faktor CAMEL
Bank Umum BPR
1 Permodalan 25% 30%
2 Kualitas Aktiva Produktif 30% 30%
3 Kualitas Manajemen 25% 20%
4 Rentabilitas 10% 10%
5 Likuiditas 10% 10%
Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot
masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada
pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan
penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen
tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesahatan
suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai
kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang
lain sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.
17
14
akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan
bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.[7]
18
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko
dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu cerminan
bahwa sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai denganUndang– undang RI No.
7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank dikatakan sehat apabila bank tersebut
memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas Asset,
Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank.
Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan kualitatif
atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian
tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset quality, Management,
Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk.
Mekanisme penilaian kesehatan bank diatur dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan
dan pengawasan bank dan peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang sistem
penilaian tingkat kesehatan bank umum.
19
16
DAFTAR PUSTAKA
Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2006)
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000).
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA, 2004)
Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, edisi 2, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi YKPN, 2002)
http://yantiruby.blogspot.co.id/2013/05/analisis-kesehatan-bank-dengan-metode.html (diakses
pada tanggal 03/10/2017 Jam 07.40 WIB)
20
17