Anda di halaman 1dari 27

SPETERNAKAN SAPI DAN PENGGEMUKAN SAPI BALI

Disusun

oleh :

Kadek Chindy Budiartami (1809511067)

Anastasia Bhala (1809511068)

Yoga Pratama Mambela Sarungalo (1809511069)

Frangky Samuel Meliyano Candra (1809511070)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan tugas Paper “peternakan sapi dan penggemukan sapi bali” mata
kuliah Ilmu Peternakan dengan baik dan tepat waktu.

Adapun penyusunan paper ini dengan maksud untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Peternakan.

Penyusun berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu


Peternakan karena telah memberikan kami tugas sehinggamenambah
pengetahuan dan serta membentuk kebersamaan dan sinergi dalam kelompok
kami ini.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada paper kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis dimasa yang akan datang, sebab sekali lagi kami menyadari bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Dan semoga paper
ini dapat memberikan manfaat.

Denpasar, 06 Maret 2019

Hormat Kami

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..........ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………....................1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………..…3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ciri dan jenis sapi potong dan sapi perah yang ada di Indonesia...................3
2.1.1 Sapi Potong…………………………………………………….….3
2.1.2 Sapi Perah…………………………………………………….…....8
2.2 Sistem Pemeliharaan, Pakan, dan Perkandangan dalam Proses
Penggemukan Sapi Bali…………………………………………………….12
2.2.1 Sistem Pemeliharaan………………………………………….......12
2.2.2 Manajemen Pakan………………………………………………...14
2.2.3 Perkandangan…………………………………………………......17
2.3 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit……………………………………20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………….……………………23
3.2 Saran……………………………………………………………….……......23
DAFTAR ISI

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga
kerja dan kebutuhan lainnya.Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging
dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili
Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika
(Syncherus), dan anoa. Adapun jenis-jenis sapi yang meliputi : sapi gaur (Bos
Species), sapi zebu (Bos Indicus) dan sapi eropa (Bos Tipicus/Bos Taurus).
Sedangkan sapi-sapi yang ada di Indonesia meliputi : sapi bali, sapi madura,
sapi ongole, sapi brama, sapi aberden angus, sapi santa getrudis, sapi
shorthorn, sapi hereford, sapi Brangus, sapi Charolais, sapi simmental dan sapi
limousine. Dalam hal beternak sapi kita mengenal sapi perah dan sapi potong.
Sapi perah merupakan jenis sapi yang khusus dipelihara untuk diambil
susunya (Prasetya,2012).Sedangkan.sapi potong merupakan sapi penghasil
daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Usaha penggemukan sapi akhir-
akhir ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya
masyarakat maupun daerah yang mengusahakan penggemukan sapi. Sekarang
ini usaha penggemukan sapi sudah menyebar ke beberapa daerah di luar Jawa,
seperti Aceh, Lampung, Sulawesi, Bali, NTB dan NTT.Penggemukan sapi
dapat dilakukan secara perseorangan hingga skala usaha yang besar, namun
ada pula yang mengembangkan usahanya dalam bentuk kelompok dalam
Skandang yang berkelompok pula (Siregar, 2006). Usaha penggemukan
mendatangkan keuntungan ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot
badan dan kotoran (feses) berupa pupuk kandang. Besar keuntungan ini
tergantung pada pertambahan bobot badan yang dicapai dalam proses
penggemukan, lama penggemukan dan harga daging saat penjualan. Terdapat
berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam memulai usaha
penggemukan sapi, yakni metode penggemukan yang dipilih, jenis ternak
yang digemukkan, aspek manajemen dan tatalaksana penggemukan.Usaha

1
ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi
pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari, Agar
usaha ternak sapi potong menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi
potong

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana ciri dan jenis sapi potong dan sapi perah yang ada di Indonesia
2. Bagaimana sistem pemeliharaan, pakan, dan perkandangan yang baik
dalam proses penggemukan sapi bali
3. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah penyakit yang bisa menghambat
proses penggemukan sapi bali

1.3 Tujuan
1. Untuk memberi informasi tentang ciri dan jenis sapi potong dan sapi
perah.
2. Untuk mengetahui cara pemeliharaan, pakan dan perkandangan yang baik
dalam proses penggemukan sapi bali
3. Untuk mengatasi dan mencegah penyakit yang akan menghambat proses
penggemukan sapi bali

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ciri dan Jenis Sapi Potong dan Sapi Perah yang Ada di Indonesia

2.1.1 Sapi Potong


Dalam usaha ternak potong harus dipilih bibit yang dapat dipertanggung
jawabkan mutunya. Perkembangan atau pertumbuhan ternak potong sangat
ditentukan oleh proses perkembangbiakan atau aktivitas reproduksi.

Jenis-jenis sapi meliputi :

 Sapi (Bos species) Diantara sapi-sapi yang ada, maka sapi Gaur
merupakan kumpulan yang paling primitif dilihat dari bangun
tengkoraknya. Sapi gaur ditandai oleh adanya gumba yang agak tinggi dan
rambut yang pendek. Sapi ini hidup dalam kawanan kecil di bukit-bukit
yang berimba kecil di India Utara. Oleh orang Birma sapi Gaur dipelihara
setengah liar disebut Sapi Gayal, untuk produksi daging dan susu. Sapi
yang berdekatan dengan sapi Gaur adalah sapi banteng (Bos sondaicus =
Bos Banteng) yang sekarang masih dalam keadaan liar di Indo China,
Siam, Burma, Malaka, Borneo dan Jawa. Warna sapi banteng jantan
adalah hitam, sedangkan betina sawo matang. Jantan atau betina memiliki
tanda putih (white merror dan white shocking) pada pantat dan kaki
bawah.

Kingdom : Animal (Binatang), Phylum : Chordata (Binatang bertulang


belakang), Class : Mamalia (hewan memamah biak), Order :
Artiodactila, Family : Bovidae, Genus : Genus, Sub Genus : –
Bisontinae (Misal : Bison dan Yak yang terdapat di Amerika) - Bibovinae
(Banteng, Gaur dan Gayal) -Bubalinae (Kerbau / Buffalo) -Taurinae ( ada
2 species yaitu Bos Indicus dan Bos Typicus), Species : Bos

3
 Bos Indicus (Sapi Zebu) Bos Indicus / Sapi Zebu / Sapi Asia berasal dari
India dan yang termasuk dari jenis sapi ini adalah Sapi Ongole, Mysore,
Kankrey, Hissar, Red Sindhi dan Sahiwal. Secara umum tandatanda sapi
zebu adalah : Memiliki gumba yang tinggi, telinga panjang terkulai,
terdapat gelambir, kaki panjang, Lambat dewasa, tahan panas dan mudah
adaptasi.
 Bos Tipicus / Bos Taurus Bos Tipicus / Bos Taurus / Sapi Eropa adalah
sapi yang tidak bergumba dengan tanduk tumbuh kolateral. Terbagi
menjadi 4 sub species yaitu : 1. Premigenius (Sapi tipe berat dan besar),
misal : Holstein, Dautch Belted, Shorthorn, Galloway, Red Polled,
Aberdeen Angus, Ayrshire dll. 2. Lengifrons (Bentuk lebih kecil), misal :
Jersey, Brown Swiss, Guernsey. 3. Frontasus (Bentuk sedang), misal :
Simental 4. Branchycephalus (dengan tanduk pendek), misal : Hereford,
Sussex, Britanny, Devon

Sapi- sapi yang ada di Indonesia

 Sapi Bali Sapi Bali merupakan banteng yang dijinakkan dengan tubuh
lebih kecil dari banteng dengan BB berkisar 300 – 400 Kg. Termasuk tipe
potong dengan karkas mencapai 57 %. Dibiarkan murni di Bali, Jawa
Timur, Timor dan Sulawesi. Adapun tanda-tanda sapi Bali sbb :
a) Bentuk seperti banteng
b) Warna sawo matang (merah bata) pada saat pedet.
c) Terdapat White shocking (putih pada kaki) dan White merror
(putih pada pantat).
d) Tanduk ternak jantan tumbuh agak keluar kepala, sedangkan yang
betina agak kedalam.
e) Tinggi ± 130 cm.

4
 Sapi Madura Sapi hasil persilangan antara Bos Sondaicus dengan Bos
Indicus. Pada Tahun 1910 Pemerintah RI memurnikan sapi Madura
sehingga lebih seragam. Saat ini sapi Madura sebagai ternak Potong,
Kerja dan Funcy. Karkas mencapai 47,9 %. Adapun tanda-tanda sapi
Madura sbb :
a) Bentuk seperti banteng.
b) Warna coklat atau sawo matang (merah bata).
c) Pada jantan tubuh depan lebih kuat dari tubuh bagian belakang.
d) Bergumba kecil.
e) Tanduk melengkung setengah bulat dan ujung menuju kedepan.
f) BB mencapai 350 Kg dengan tinggi rata-rata 118 cm.

Sapi berdasarkan nama daerahnya. Banyak sapi Lokal yang diberi nama
sesuai dengan nama daerah dan sapi tersebut merupakan hasil silang sapi
Zebu dengan Banteng. Adapun sapi tersebut antara lain :

 Sapi Jawa. Sapi ini sering disebut dengan PO (Peranakan


Ongole). Pada betina berwarna merah muda, sedangkan jantan
warna sawo matang.
 Sapi Sumatra. Sapi ini hampir sama dengan sapi Jawa, dimana
tinggi jantan 1,15 M dan betina 1,10 M dengan ponok (gumba)
besar. Warna kemerahan tua pada jantan sedangkan betina agak
muda.
 Sapi Aceh. Sapi ini seperti Ongole, dimana tinggi jantan 1,16 M
dan betina 1,10 M. Warna kemerahan dan ada yang warna hitam.
BB berkisar 250 Kg serta dikepala terdapat tanda putih.
 Sapi Lip-Lap. Merupakan hasil silang sapi Tapanuli dengan Sapi
Hissar.
 Sapi Batak. Warna sawo matang – hitam. Tinggi 1 – 1,12 M.

5
 Sapi Grati. Sapi ini merupakan hasil silang Sapi Jawa,Madura &
FH. BB mencapai 300 – 500 Kg
 Sapi Ongole Asal dari Madras India dan masuk ke Indonesia pada abad ke
– 20. Di Jawa disebut dengan Sapi Benggala. Merupakan tipe kerja yang
sangat baik, tahan panas dan biasanya untuk ternak potong . Adapun
tanda-tandanya :
a) Warna putih atau kehitaman dengan warna kulit kuning.
b) Kepala relatif pendek dan melengkung.
c) Tanduk pendek dan kadang-kadang hanya bungkul, dimana pada
jantan tanduk lebih pendek.
d) Mata besar, tenang dan terdapat celak hitam.
e) Telinga lebar, panjang dan agak menggantung.
f) Kaki panjang dan kuat serta ekor panjang dan ujung lurus.
g) Tinggi Badan pada jantan 140 – 160 cm dan betina 130 – 140 cm.
h) BB Jantan 600 Kg dan Betina 450 Kg

 Sapi Brama Asal dari India dan masuk ke Indonesia pada Tahun 1974.
Termasuk tipe potong yang baik. Adapun tanda-tandanya :
a) Warna umum abu-abu (ada yang coklat, merah, putih atau belang).
b) Gelambir lebar dan longgar serta kaki Panjang.
c) Gumba besar dan telinga menggantung

 Sapi Aberden Angus Bangsa sapi yang berasal dari Skotlandia Utara yang
kemudian menjadi salah satu bangsa sapi yang terkenal sebagai sapi
daging. Ukuran Badannya lebih kecil dibandingkan dengan bangsa
shorthorn, bersifat masak dini. Produksi susunya cukup baik. Warna paling
umum adalah hitam, sedangkan yang berwarna merah disebut ―Red
Angus‖. Bangsa ini dikembangkan di Australia diberi nama

6
Angus.Keturunan Bos Taurus dan masuk ke Indonesia pada tahun 1973..
Adapun tanda-tandanya adalah :
a) Warna hitam dan tidak bertanduk.
b) Tubuh rata, lebar, dalam, padat seperti balok.
c) BB Jantan dewasa 2000 pound (± 900 Kg) dan betina 1600 pound
(± 700 Kg)

 Sapi Santa Gertrudis Berasal dari Texas USA. Sapi ini merupakan
persilangan Brahma jantan dengan Shorthorn betina (3/8 Brahma dan 5/8
Shorthorn) dan masuk ke Indonesia pada Tahun 1973. Adapun cirri-
cirinya :
a) Warna merah tua atau merah bata.
b) Tubuh lebih padat dan rata dari sapi Brahma.
c) Bergelambir dan bertanduk.
d) Telinga kadang-kadang rebah.
e) BB Jantan 2000 pound dan betina 1600 pound.

 Sapi Shorthorn Berasal dari Inggris, merupakan tipe pedaging yang


terbesar di Inggris. Adapun cirri-cirinya :
a) Warna merah, putih atau kombinasi.
b) Tubuh besar, padat dan berbentuk seperti balok.
c) BB Jantan 2200 pound (± 1000 Kg) dan betina 1700 pound (± 750
Kg).

 Sapi Hereford Berasal dari Hereford Inggris dan merupakan tipe potong
dengan cirri-ciri sbb ;
a) Warna merah dengan muka, dada sisi badan, perut bawah, bahu
dan ekor putih.
b) Tubuh rendah, lebar dan tegap (3) BB Jantan 1800 pound (± 850
Kg) dan betina 1450 pound (± 650 Kg).

7
 Sapi Brangus Merupakan hasil silang antara Brahman Betina dengan
Aberdeen Angus Jantan (3/8 Brahman dan 5/8 Aberdeen Angus) dan
merupakan tipe potong. Adapun cirri-cirinya adalah :
a) Warna hitam dan tanduk kecil.
b) Mempunyai sifat memproduksi daging seperti A. Angus tapi
kurang padat
c) Tubuh lebih rata.

 Sapi arolais berasal dari Perancis dan merupakan sapi Perancis yang
mempunyai arti penting sebagai penghasil daging yang baik. Merupakan
sapi potong terbesar di dunia. Adapun tandatandanya adalah :
a) Warna crem, putih perak, kuning muda atau putih.
b) Tubuh padat, tapi tidak sepadat sapi Inggris.
c) Berat Badan jantan berkisar 1000 Kg dan Betina 750 Kg

 Sapi Simmental berasal dari Switzerland dan merupakan tipe potong, kerja
dan perah. Warna bulu umumnya crem, agak coklat dan sedikit merah.
Ukuran tanduk kecil. BB Jantan 1150 Kg dan Betina 800 Kg.

 Sapi Limousin berasal dari Perancis dan merupakan tipe potong. Warna
bulu coklat. Tanduk pada jantan tumbuh keluar dan agak melengkung.

2.1.2 Sapi Perah

Pada uraian Sapi sebagai ternak potong, dikemukakan bahwa pada sub
Genus Taurinae terdapat 2 species yaitu Bos Indicus dan Bos Taurus. Bos Typicus
atau Bos taurus merupakan sapi tidak bergumba, dimana terdapat 4 sub species
yaitu : Primegenius, Longifrons, Frontasus dan Branchycephalus. Dari sub species
Premigenius dan sub species Longifrons berkembang sapi-sapi perah yang
terkenal seperti : Holstein, Jersey, Guernsey, Ayrshire dan Brown Swiss.

Karakteristik Breed Sapi Perah

8
 Holstein Berasal dari Holland (Belanda) di propinsi Holland Utara dan
Friesland Barat. Breed ini berkembang dari nenek moyang bos taurus-
Premigenius. Dikenal juga dengan Friesian Holstein atau Fries Holland
atau Fries Holstein. Merupakan sapi terbaik memproduksi air susu. Tanda-
tanda / Ciri-ciri
 Warna belang hitam atau belang putih (kadang-kadang terdapat
yang belang merah serta umumnya pada dahi terdapat warna putih
segitiga.
 Keempat kaki bagian bawah dan ekor berwarna putih.
 Tanduk pendek menjurus ke depan
 Lambat dewasa, tenang dan jinak.
 Tak tahan panas, mudah menyesuaikan diri.
 Produksi susu 4500-5000 liter per laktasi dengan kadar lemak 3-
4,5 %.
 BB Jantan 700 – 900 Kg dan Betina 550 – 600 Kg.
 Jersey, Berasal dari Inggris Selatan. Merupakan sapi perah terkecil yang
tahan panas dan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jersey
berasal dari sapi liar dengan nenek moyang Bos taurus – longifrons.
Tanda-tanda :
 Warna bulu bermacam-macam, ada yang abu-abu muda, kuning,
merah, coklat tua, dan ada yang hampir hitam dimana yang jantan
warna lebih tua.
 Tanduk ukuran sedang dan agak menjurus ke atas, lebih panjang
dari FH.
 Kurang tenang, lebih mudah terpengaruh sekitar.
 Cepat menjadi dewasa
 Produksi susu 3200 liter per laktasi dengan kadar lemak 5,3 %.
 BB Jantan 500 – 650 Kg dan Betina 350 – 500 Kg.
 Guernsey, Sapi ini lebih besar dari Jersey dengan karakteristik susu
seperti Jersey. Terdapat di Pulau Guernsey Inggris, berasal dari nenek
moyang Bos Taurus – Longifrons. Tanda-tanda :
 Warna Kuning tua dengan belang putih.

9
 Warna putih sering pada bagian perut, muka dan bagian bawah
ke-4 kaki.
 Tanduk menjurus ke atas dan agak condong ke depan dengan
ukuran sedang.
 Lebih tenang daripada Jersey tetapi tidak setenang FH.
 Lebih cepat dewasa, akan tetapi lebih lambat dari Jersey.
 Produksi susu 2750 liter per laktasi.
 BB Jantan 700 Kg dan Betina 475 Kg.
 Ayrshire Berasal dari Ayr Barat daya Scotland. Nenek moyang Bos taurus
– primegenius dan Longifrons. Ayrshire merupakan breed yang
berkembang lambat yakni sejak tahun 1750 M, dimana breed lain sudah
berkembang dengan pesat. Tanda-tanda :
 Warna belang merah dan putih atau belang coklat dan putih.
 Tanduk agak panjang dan menjurus ke atas, hampir tegak lurus
dengan kepala.
 Cepat dewasa seperti Guernsey
 Produksi susu 3500 liter per laktasi
 BB Jantan 725 Kg dan Betina 550 Kg.
 Brown Swiss Sapi ini berasal dari Awitzerland (Swiss).

Nenek moyang bos taurus – Longifrons, merupakan breed yang paling tua. Tanda-
tanda :

 Warna coklat, abu-abu muda/tua, umumnya yang ditemui berwarna coklat.


 Sifatnya jinak
 Produksi susu 4000 – 4500 liter per laktasi (No. 2 setelah FH)
 BB Jantan 970 Kg dan Betina 630 Kg. Dan masih banyak jenis sapi perah
lain seperti Sahiwal, Yamaica, Red shindi, Devon, Dexters, Milking
shorthorn, Red Polled.

Bangsa sapi Perah Indonesia.

 Peranakan FH (PFH) Sapi ini merupakan hasil persilangan sapi-sapi


lokal dengan sapi FH, sehingga secara keseluruhan mirip dengan sapi

10
FH akan tetapi produksi susu dan Bobot badannya lebih rendah dari
FH.
 Sapi Grati Sapi ini berasal dari Grati Pasuruan Jawa Timur. Sapi ini
hasil persilangan antara sapi Madura/jawa dengan sapi FH, Ayrshire
dan Jersey. Namun pada sapi grati yang menonjol adalah ciri-ciri sapi
FH. Produksi susu 2000 liter per laktasi dan BB jantan 550 Kg dan
Betina 425 Kg.
 Red denish Sapi ini berasal dari Denmark dan didatangkan ke
Indonesia untuk ditempatkan di Pulau Madura. Warna bulu merah,
produksi susu 4300 liter per laktasi dengan kadar lemak 4,3 %. BB
Jantan 850 Kg dan Betina 500 Kg.

Memilih Sapi Perah Untuk dapat menghasilkan air susu sesuai dengan
hasil yang diharapkan, maka perlu dilakukan seleksi ternak sapi yang
dipelihara/diternak sesuai dengan ketentuan secara eksteriur, meliputi :

a. Keadaan tubuh sapi perah betina

 Gambaran secara umum menunjukkan kebagusan, tampak vogoris dan


harmonis.
 Menunjukkan karakteristik dari breed.
 Menunjukkan karakteristik sapi perah seperti kulit sedang tebalnya dan
elastis, bulu halus teratur dengan baik, jarak rusuk lebar dan melengkung
dengan baik serta lingkar dada besar. Mammary sistem menunjukkan
kebaikan seperti ambing : halus besar, pertautan baik, symetris, lunak dan
elastis, texture ambing : lunak dan elastis, puting : uniform, panjang dan
besar, tempat dan jarak baik, mammary vein panjang dan berbelit-belit
serta besar.

b. Keadaan tubuh sapi perah jantan:

 Gambaran umum tampak bagus, menunjukkan kejantanan, harmonis dan


mantap.
 Memiliki karakteristik breed.

11
Memiliki karakteristik sapi perah jantan seperti kulit longgar dan elastis,
bulu halus dan tidak kasar, testicle normal, symetris dengan scrotum yang
normal dimana berada dalam kedudukan yang baik, mammary vein luas,
panjang dan baik, kaki depan dan kaki belakang baik serta kuat Jenis sapi
perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn
(dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel
antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish
(dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:

a) produksi susu tinggi,


b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu
tinggi,
d) bentuk tubuhnya seperti baji,
e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan
atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
f) Kambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba
lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting
susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak
terlalu pendek,
g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
h) tiap tahun beranak.

Seleksi bibit sapi perah dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon
bibit sapi perah tersebut, dengan mempergunakan kriteria seleksi sebagai berikut:

Dalam melakukan seleksi bibit harus diperhatikan sifat-sifat sapi perah sebagai
berikut:

 Sifat kuantitatif : umur pubertas, melahirkan teratur; berat lahir, berat


sapih, berat kawin, berat dewasa; laju pertumbuhan setelah disapih; tinggi
pundak; produksi susu; lingkar scrotum.

12
 Sifat kualitatif :bentuk tubuh/eksterior; abnormalitas/cacat; tidak ada
kesulitan melahirkan; libido jantan, tabiat; kekuatan (vigor).

2.2 Sistem Pemeliharaan, Pakan, dan Perkandangan dalam Proses


Penggemukan Sapi Bali
2.2.1 Sistem Pemeliharaan

Pemeliharaan persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memelihara


ternak sapi potong adalah membersihkan kandang dengan desinfeksi. Demikian
juga dalam penggunaan alat harus memenuhi baik faktor higienis, keamanan
ternak maupun efisiensi. Induk yang sedang bunting sama dengan sapi yang
sedang berproduksi, membutuhkan makanan yang cukup mengandung protein,
mineral dan vitamin. Induk bunting harus dipisahkan dengan kelompok sapi yang
tidak bunting dan pejantan. Semua induk bunting hendaknya dikumpulkan
menjadi satu. Apabila sudah dekat masa melahirkan harus dipisahkan di kandang
tersendiri yang bersih, kering, dan terang. Lantai kandang harus diberi alas,
misalnya dengan jerami atau rumput (Anonima, 2012). Jika “pedet” (anak sapi
umur 0 – 8 bulan) telah lahir, semua lendir yang menyelubungi tubuh. Sewaktu
membersihkan lendir pada tubuh, peternak harus menekan-nekan dada pedet
untuk merangsang pernapasan. Selanjutnya tali pusar dipotong, disisakan
sepanjang 10 cm dan diberi desinfektan dengan yodium tincture 10 persen. Tiga
puluh menit sesudah lahir, biasanya pedet sudah mulai bisa berjalan dan menyusu
pada puting induk. Tempat dimana pedet itu berbaring harus diberi alas jerami
atau rumput kering yang bersih dan hangat. Ada 3 cara pemeliharaan sapi antara
lain sebagai berikut :

 Pemeliharaan Secara Ekstensif


Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang
mempunyai padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara, Sulawesi selatan,
dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang penggembalaan,
sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu
yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.

13
 Pemeliharaan Secara Intensif
Pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dipelihara secara terus menerus di
dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang mutlak harus ada. Seluruh
kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan dan minum.

 Pemeliharaan Secara Semi Intensif


Pemeliharaan sapi secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua
cara pemeliharaan secara ekstensif. Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi
intensif ini harus ada kandang dan tempat penggembalaan dimana sapi
digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari.

Cara Pemeliharaan Sapi Potong

2.2.2 Manajemen Pakan

Penyediaan:

a. Yang paling tradisional adalah ambil dari alam (ngarit/ngawis)

b. Paling dianjurkan adalah menanam. Salah satu teknologinya adalah dengan


Sistem Tiga Strata (3S) yaitu : Strata pertama: dengan menanam rumput-
rumputan ( Rumput Setaria, Rumput Raja, Rumput Gajah dan lain-lain, dan
legume merambat/legume herba (Arachis, Centro, Clitoria dan lain lain).
Digunakan untuk penyediaan pakan musim hujan (Desember – Mei). Strata
kedua : dengan menanam hijauan semak atau pohon kecil seperti Gamal,

14
Lamtoro, Turi, Banten, Kelor dan lain-lain. Digunakan untuk pakan di musim
pertengahan (Juni – September). Strata ketiga: dengan menanam hijauan pohon
seperti Nangka, Waru, Beringin dan lain-lain. Digunakan pada puncak musim
kemarau (Oktober-November)

c. Memanfaatkan limbah pertanian (Jerami, berangkasan kulit kacang-kacangan


dll), limbah industri (dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa dll).

d. Mengawetkan : Dalam bentuk kering ( Hay) dan bentuk segar ( Silase) Sumber
gizi atau nutrisi yang dibutuhkan ternak bersumber dari : Hijauan (rumput,
legum, daun-daunan), limbah tanaman (jerami), limbah industri (dedak padi,
ampas tahu, bungkil kelapa), ransum jadi/pabrik

kebutuhan pakan (nutrisi)

Kandungan Protein Kasar (PK) pada pakan untuk sapi yang digemukkan
sekitar 10 % dari komposisi pakan, dan Energi sekitar 50% dari Bahan Kering
pakan.

Pemberian:

a) Macamnya (rumput- rumputan, daunan, kacang-kacangan, konsentrat,


pakan tambahan/suplemen,probiotik )
b) Kandungan Protein pakan sekitar 10%, diperoleh dari Hijauan
(Gamal,Rumput Gajah,dll), makanan Penguat seperti dedak,ampas
tahu,dll.
c) Jumlahnya (Hijauan minimal 10 – 15 % dari Berat Badan (BB) + Pakan
penguat 1-2% BB + Pakan Tambahan/probiotik/UMB).
d) Porsi Rumput : Legum = 60 : 40 % atau 75 : 25 % tergantung dari
ketersediaan legum. Artinya kalau berat badan awal 200 kg, perkiraan
kebutuhan hijauan 10 -15 % dari BB,maka diperlukan 20 – 30 kg hijauan
terdiri dari 12 – 18 kg rumput + 8 – 12 kg legum/ekor/hari atau 15 – 22,5
kg rumput + 5 – 7,5 kg legum/ekor/hari.

15
e) Pemberian pakan penguat/konsentrat (seperti Dedak padi, Ampas tahu,
bungkil kelapa dll) sekitar 1 – 2 % dari BB, artinya 2 – 4 kg/ekor/hari
f) Pemberian pakan pelengkap (probiotik, sumber mineral/Urea Molases
Blok/Urea Mineral Molases Blok) tergantung jenis produknya. Untuk
beberapa merk probiotik biasanya cukup dengan 1 sendok makan per ekor
per hari.
g) Frequensi pemberian, makin sering makin baik (2 – 3 kali sehari
semalam). Hindari pemberian sekaligus karena akan banyak
tersisa/terbuang.

Pengawetan hijauan makanan ternak

Pengawetan yang dapat dilakukan dan kemungkinan dapat diadopsi oleh


petanipeternak adalah pembuatan Silase.Pembuatan silase di dalam tanah dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : sebelumnya telah dibuatkan
lubang pada tanah dengan kedalaman kurang lebih 1,5 m, diameternya kurang
lebih 1,25 m dapat menampung sekitar 250 – 300 kg bahan pakan. Tempat
Pembuatan : Tempat pembuatan silase disebut “Silo” Silo dapat berupa menara,
sumur gali atau tumpukan hijauan yang disusun di atas permukaan tanah.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silo adalah :

• Lokasi dekat kandang, pada tempat yang lebih tinggi agar tidak tergenang air.

• Dasar silo dibuat miring ke satu sisi untuk memperlancar drainase.

• Dasar silo dilapisi dengan plastik.

Ukuran silo 1,8 m – 1,2 m x 3 m x 1,5 m dengan kapasitas sekitar 3,5 ton Bahan :
Pada prinsipnya semua jenis hijauan yang disenangi ternak dapat diawetkan
menjadi silase.

 Gunakan hijauan yang tidak terlalu muda, tetapi jangan terlalu tua, yang
baik adalah sebelum berbunga
 Kalau berupa batang panjang, maka perlu dipotong-potong 10-15 cm
 Kadar air perlu diturunkan dengan cara dikeringanginkan, atau dilayukan

16
 Sebagai pengawet, dapat digunakan dedak halus sebanyak 5% dari total
bahan.

Cara Pembuatan:

1. Masukkan bahan hijauan yang sudah dilayukan kedalam silo sambil diinjak-
injak dengan ketinggian sekitar 30 cm (setinggi lapisan pertama). Taburkan
dedak padi secara merata

2. Masukkan kembali bahan hijauan sambil diinjak-injak untuk membuat lapis


kedua, kemudian taburkan dedak padi secara merata

3. Demikian seterusnya sampai sekitar 5-6 lapis

4. Selanjutnya ditutup rapat dengan plastik dan di timbun dengan tanah

5. Dengan cara ini silase dapat diawetkan dalam jangka lama (3 – 4 bulan)

2.2.3 Perkandangan
Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha
peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang
yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman.
Bangunan kandang diupayakan pertama-tama untuk melindungi sapi terhadap
gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan,
kehujanan dan tiupan angin kencang. Selain itu, kandang juga harus bisa
menunjang peternak dalam melakukan kegiatannya, baik dari segi ekonomi
maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Kandang berfungsi sebagai lokasi
tempat pemberian pakan dan minum. Dengan adanya kandang, diharapkan sapi
tidak berkeliaran di sembarang tempat, mudah dalam pemberian pakan dan
kotorannya pun bisa dimanfaatkan seefisien mungkin (Anonimc, 2012).

17
 Kontruksi Kandang
Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan- yang ekonomis dan
mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan saluran pembuangan
Iimbah yang mudah dibersihkan. Tiang kandang sebaiknya dibuat dari kayu
berbentuk bulat agar Iebih tahan lama dibandingkan dengan kayu berbentuk
kotak. Selain itu, kayu bulat tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu
kotak yang memiliki sudut tajam (Wello, 2011).

 Tinggi Kandang
Kandang di daerah yang mempunyai suhu lingkungan agak panas (dataran
rendah dan pantai) hendaknya dibangun lebih tinggi dari pada kandang yang ada
di daerah pegunungan. Hal ini dimaksudkan agar udara panas di dalam ruangan
kandang lebih bebas bergerak atau berganti sehingga dapat diperoleh ruang
kandang cukup sejuk (Wello, 2011).

 Kerangka Kandang
Terbuat dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu disesuaikan dengan
tujuan dan kondisi yang ada. Pemilihan bahan kandang hendaknya disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi dan tujuan usaha (Wello, 2011).

 Lantai Kandang
Lantai kandang sebagai batas bangunan kandang bagian bawah, atau tempat
berpijak dan berbaring bagi sapi pada sepanjang waktu, maka pembuatan lantai
kandang harus benar-benar memenuhi syarat : rata, tidak licin, tidak mudah
menjadi lembab, tahan injakan, atau awet (Wello, 2011).

 Tempat Pakan dan Air Minum


Bagian kandang yang juga harus diperhatikan adalah tempat pakan dan air
minum. Tempat/bak pakan dapat dibuat dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50
cm dan dalamnya 30 cm untuk setiap ekor dewasa. Tempat pakan diperlukan
untuk efisiensi dan efektifitas pakan yang diberikan. Biaya pakan akan
membengkak jika pakan yang diberikan tidak habis dimakan ternak tetapi hanya
berserakan didalam maupun luar kendang. Tempat air minum diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan minum ternak dan menghindari tumpahnya air jedalam

18
kandang. Syarat tempat pakan dan air minum adalah: (1) Mudah dijangkau mulut
ternak tetapi tidak bisa terinjak. (2) Mampu menampung jumlah pakan/air yang
diperlukan ternak sampai pemberian pakan/air berikutnya. (3) Tidak mudah
digerak-gerakkan ternak sehingga pakan/air minum yang ada tidak tumpah.
Khusus tempat air minum, tidak boleh bocor sehingga mengairi kandang.
(Anonimc, 2012).

 Model Kandang
Menurut Purnomoadi, (2003) ada 2 model kandang sapi, yakni kandang bebas
(loose housing)dan kendangkonvensional(conventional/stanchionbarn).
- Kandang bebas merupakan barak atau areal yang cukup luas dengan atap
diatasnya. Kandang ini ditempati populasi sapi tanpa adanya batasan sedikit pun.
Sapi dapat bergerak bebas kemana saja selama masih ada didalam area kandang.
Kandang bebas hanya terdiri dari satu bangunan atau ruangan, tetapi digunakan
untuk ternak dalam jumlah banyak, Sebuah kandang bebas yang berukuran 7m X
9m dan dapat menampung 20-25 ekor sapi.
- Kandang Konvensional,Posisi ternak yang dipelihara di dalam kandang dibuat
sejajar, lazim disebut sistem stall. Susunan stall ada tiga macam
yaitu stall tunggal, stall ganda tail to tail, dan stall facetoface. (1)
Stall Tunggal Pada kandang stall tunggal, sapi ditempatkan satu baris dengan
kepala searah. Bentuk ini tepat untuk jumlah ternak yang tidak lebih dari 10
ekor. (2) Stall gandatailtotail .Sapi pada kandang Stall ganda tail to tail
ditempatkan dua baris sejajar (stall ganda) dengan gang di tengah, sedangkan
kepala ternak berlawanan arah atau ekor saling
berhadapan(tailtotail). (3)Stall GandaFacetoFace,Model kandang ini mendesain
sapi pada dua baris sejajar dengan gang di tengah dengan kepala ternak saling
berhadapan (face to face). Gang ditengahagaklebar.

19
Contoh Kandang Sapi Potong

 Peralatan Kandang

Menurut (Anonimd, 2012) dalam kegiatan pemeliharraan ternak, dibutuhkan


peralatan untuk keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam
keadaan bersih, adapun peralatan kandang yang diperlukan antara lain sebagai:
Ember, digunakan untuk mengangkut air, pakan penguat, dan memandikan ternak.
Sebaiknya ember terbuat dari bahan antikarat, seperti ember plastic

2.3 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Penyakit merupakan hal yang sangat merugikan dalam usaha ternak sapi
potong, oleh karena itu usaha pencegahan dan pengendalian penyakit sangat
diperlukan agar sapi yang dipelihara tetap sehat. Penyakit merupakan hal yang
sangat merugikan dalam usaha ternak sapi potong, oleh karena itu usaha
pencegahan dan pengendalian penyakit sangat diperlukan agar sapi yang
dipelihara tetap sehat.

Tanda-tanda sapi sehat adalah sebagai berikut:

a) Nafsu makan besar dan agak rakus


b) Minum teratur (kurang lebih 8 kali sehari)

20
c) Mata merah, jernih dan tajam, hidung bersih, memamah biak bila istirahat
d) Kotoran normal dan tidak berubah dari hari kehari
e) Telinga sering digerakkan, kaki kuat, mulut basah
f) Temperatur tubuh normal (38,5-39) C dan lincah
g) Jarak/siklus berahi ternak teratur (terutama sapi betina/induk)

Tanda-tanda sapi sakit adalah:


a) Mata suram, cekung, mengantuk, telinga terkulai
b) Nafsu makan berkurang, minumnya sedikit dan lambat
c) Kotoran sedikit, ,mungkin diare atau kering dan keras
d) Badan panas, detak jantung dan pernapasan tidak normal
e) Badan menyusut, berjalan sempoyongan
f) Kulit tidak elastis, bulu kusut, mulut dan hidung kering
g) Temperatur tubuh naik-turun

Dalam peternakan sapi potong ada berbagai macam jenis penyakit, baik itu
yang disebabkan manajemen yang kurang baik, bakteri, virus, parasit dan agen
penyebab penyakit yang lain.

Pengendalian penyakit yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan


penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya
produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah sapi lama
yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

Berikut ini adalah berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit
pada sapi :

 Pemanfaatan Kandang Karantina

Sapi potong bakalan yang baru saja di datangkan ada baiknya dipisahkan
terlebih dahulu atau dikarantina. Hal tersebut bertujuan untuk memonitoring
keadaan sapi sapi baru tersebut, dan juga sebagai cara untuk mebuat sapi
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.Waktu karantina sapi sekitar satu
minggu. Pada saat dikarantina, disarankan sapi diberi obat cacing.

21
 Selalu Menjaga Kebersihan Kandang Sapi Potong

Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang


banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan
kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah
berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.

 Vaksinasi Dan Obat- Obatan

Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat hewan berada di kandang


karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi penyakit antraks.
Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang umumnya dilakukan adalah
pemberian obat cacing. Penyakit cacing tidak membahayakan, namun kerugian
yang ditimbulkan cukup besar, karena meskipun ternak diberi pakan dengan
kualitas yang baik, pertumbuhannya terhambat.

Pada beberapa daerah basah, rumput yang tumbuh (padang rumput) biasanya
telah tercemar oleh telur-telur atau bibit-bibit cacing, sehingga perlu dilakukan
pemberian obat cacing pada ternak yang mengkonsumsinya. Berbagai obat cacing
yang sering digunakan adalah rintal boli, valbazen, dan lain sebagainya.

Vaksinasi dilakukan oleh Dinas Peternakan setempat, jika ada wabah penyakit
yang berbahaya, misalnya penyakit mulut dan kuku (PMK), brucellosis (kluron
menural), surra, septicemia epizootical/SE 9 (ngorok), antraks (radang limpa) dan
tuberkulosis (TBC).

Untuk sapi-sapi impor, sebelum masuk ke indonesia biasanya sudah dilakukan


vaksinasi terlebih dahulu, baik oleh negara asal ternak maupun petugas karantina
ternak pelabu

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi
diantara ternak – ternak lainnya. Oleh karena itu usaha sapi potong merupakan
salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi. ).Dalam hal ini upaya
penggemukan sapi bali mendatangkan keuntungan ganda berupa keuntungan dari
pertambahan bobot badan dan kotoran (feses) berupa pupuk kandang. Besar
keuntungan ini tergantung pada pertambahan bobot badan yang dicapai dalam
proses penggemukan, lama penggemukan dan harga daging saat penjualan.
Terdapat berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam memulai usaha
penggemukan sapi, yakni metode penggemukan yang dipilih, jenis ternak yang
digemukkan, aspek manajemen dan tatalaksana penggemukan.

3.2 Saran

Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu,

Kami selaku pembuat paper ini sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan paper ini sangat bermanfaat
untuk kami khususnya bagi pembaca.

Kepada para pembaca agar dapat membaca dan mencari literatur lain yang
lebih relevan serta terkait dengan makalah ini agar mendapat informasi yang lebih
relevan sdan akurat dalam menambah wawasan mengenai materi genetika
populasi.

23
Daftar Pustaka

Misa Dody.2012. Makalah Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong

Gusronk. 2014. Manajemen Ternak Sapi Potong

Sampurna. 2019. Ilmu Peternakan Ternak Besar

Kelompok Ternak Pucak Manik. 2012. Analisis Usaha Penggemukan Sapi Bali

Sulaiman. 2017. Makalah Pembibitan Sapi Bali

Anda mungkin juga menyukai