Anda di halaman 1dari 22

PENGGEMUKAN SAPI BALI

Disusun

oleh :

Kadek Chindy Budiartami (1809511067)

Anastasia Bhala (1809511068)

Yoga Pratama Mambela Sarungalo (1809511069)

Frangky Samuel Meliyano Candra (1809511070)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan tugas Paper “Penggemukan Sapi Bali” mata kuliah Ilmu
Peternakan dengan baik dan tepat waktu.

Adapun penyusunan paper ini dengan maksud untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Peternakan.

Penyusun berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu


Peternakan karena telah memberikan kami tugas sehingga menambah
pengetahuan dan serta membentuk kebersamaan dan sinergi dalam kelompok
kami ini.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada paper kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis dimasa yang akan datang, sebab sekali lagi kami menyadari bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Dan semoga paper
ini dapat memberikan manfaat.

Denpasar, 06 Maret 2019

Hormat Kami

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...... ii
DAFTAR ISI……………....………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………….................. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..... 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Memilih Bakalan Sapi…………………………………...................... 3
2.2 Pendugaan Umur…..………………………………………………… 5
2.3 Manajemen Pakan……………………………………………….…… 5
2.3.1 penyediaan….…………………………………………………. 5
2.3.2 Kebutuhan Pakan (Nutrisi)…………………………...……….. 7
2.3.3 Pemberian Makanan…………………………………………... 7
2.3.4 Pengawetan Hijauan Makanan Ternak (HMT)…………….…. 7
2.4 Perkandangan………………………… ……………………………. 10
2.5 Pemeliharaan Kesehatan……………………………………………. 11
2.6 Lama Penggemuan………………………………………………….. 12
2.7 Pembuatan Kompos………………………………………………... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………….…………………… 18
3.2 Saran……………………………………………………….……...... 18
DAFTAR ISI

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja
dan kebutuhan lainnya. Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin
berkembang, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat maupun
daerah yang mengusahakan penggemukan sapi. Sekarang ini usaha penggemukan
sapi sudah menyebar ke beberapa daerah di luar Jawa, seperti Aceh, Lampung,
Sulawesi, Bali, NTB dan NTT. Penggemukan sapi dapat dilakukan secara
perseorangan hingga skala usaha yang besar, namun ada pula yang
mengembangkan usahanya dalam bentuk kelompok dalam Skandang yang
berkelompok pula (Siregar, 2006). Usaha penggemukan mendatangkan
keuntungan ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot badan dan kotoran
(feses) berupa pupuk kandang. Besar keuntungan ini tergantung pada
pertambahan bobot badan yang dicapai dalam proses penggemukan, lama
penggemukan dan harga daging saat penjualan. Terdapat berbagai pertimbangan
yang harus dilakukan dalam memulai usaha penggemukan sapi, yakni metode
penggemukan yang dipilih, jenis ternak yang digemukkan, aspek manajemen dan
tatalaksana penggemukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara memilih bakalan sapi yang cocok untuk penggemukan
2. Bagaimana sistem pemeliharaan, pakan, dan perkandangan yang baik
dalam proses penggemukan sapi bali
3. Bagaimana cara pemeliharaan kesehatan untuk proses penggemukan sapi
bali

1
1.3 Tujuan
1. Untuk memberi informasi tentang penggemukan sapi Bali
2. Untuk mengetahui cara pemeliharaan, pakan dan perkandangan yang baik
dalam proses penggemukan sapi bali
3. Untuk mengetahui cara pemeliharaan kesehatan pada saat proses
penggemukan sapi bali

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Memilih Bakalan Sapi

Memilih bakalan yang tepat untuk digemukkan merupakan langkah awal


yang sangat menentukan bagi keberhasilan usaha penggemukan sapi. Beberapa
kriteria sapi bakalan adalah:
 Sapi jantan
 Umur > 2,5 tahun (Minimal Gigi Tetap 2 Pasang)
 Memenuhi tanda sapi Bali Normal
 Sehat/tidak sakit, tenang,tidak mudah terkejut dan tidak liar
 Tidak cacat

 Tulang/rangka besar
 Kepala pendek/persegi
 Leher pendek
 Kurus tapi sehat (tidak sakit)
 Akan lebih baik kalau mengetahui Bapaknya (dari keturunan yang baik)
 Nafsu makan tinggi

3
(Contoh bakalan untuk digemukan)

2.2 Pendugaan Umur

Untuk mengetahui umur sapi dapat menggunakan pendekatan pergantian gigi.


Pada prinsipnya taksiran umur dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan
pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi sapi. Pertumbuhan gigi sapi sendiri
terbagi tiga periode yakni periode gigi susu, periode penggantian gigi susu
menjadi gigi tetap serta periode keausan gigi tetap.

1. Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia
sekitar 1 tahun
2. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah mempunyai
usia sekitar 1- 1,5 tahun
3. Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai
usia sekitar 2-2,5 tahun
4. Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah mempunyai
usia sekitar 3-3,5 tahun
5. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah
mempunyai usia sekitar 4 tahun
6. Sapi yang memiliki gigi tetap sudah aus semua pada rahang bawah
mempunyai usia
7. diatas 4 tahun.

4
Pendugaan
umur
sapi
berdasarkan
pertumbuhan
gigi

2.3 Manajemen Pakan

2.3.1 Penyediaan
a) Yang paling tradisional adalah ambil dari alam (ngarit/ngawis)
b) Paling dianjurkan adalah menanam. Salah satu teknologinya adalah
dengan Sistem Tiga Strata (3S) yaitu :
Strata pertama: dengan menanam rumput-rumputan ( Rumput Setaria,
Rumput Raja, Rumput Gajah dan lain-lain, dan legume merambat/legume
herba (Arachis, Centro, Clitoria dan lain lain). Digunakan untuk
penyediaan pakan musim hujan (Desember – Mei).
Strata kedua : dengan menanam hijauan semak atau pohon kecil seperti
Gamal, Lamtoro, Turi, Banten, Kelor dan lain-lain. Digunakan untuk
pakan di musim pertengahan (Juni – September).
Strata ketiga: dengan menanam hijauan pohon seperti Nangka, Waru,
Beringin dan lain-lain. Digunakan pada puncak musim kemarau (Oktober-
November)
c) Memanfaatkan limbah pertanian (Jerami, berangkasan kulit kacang-
kacangan dll), limbah industri (dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa
dll).
d) Mengawetkan : Dalam bentuk kering ( Hay) dan bentuk segar ( Silase)

5
Sumber gizi atau nutrisi yang dibutuhkan ternak bersumber dari : Hijauan
(rumput, legum, daun-daunan), limbah tanaman (jerami), limbah industri
(dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa), ransum jadi/pabrik

Beberapa
a.Setari jenis b.Clitori
a rumput a
untuk
pakan
di musim
hujan

a.Turi b.Gamal

Beberapa
jenis
semak
atau
pohon
kecil
untuk
pakan di
musim
c.Kelor perteng- d.Lamtor
ahan o

6
2.3.2 Kebutuhan Pakan (Nutrisi)

Kandungan Protein Kasar (PK) pada pakan untuk sapi yang digemukkan
sekitar 10 % dari komposisi pakan, dan Energi sekitar 50% dari Bahan Kering
pakan.

2.3.3 Pemberian Makan

a) Macamnya (rumput- rumputan, daunan, kacang-kacangan, konsentrat,


pakan tambahan/suplemen,probiotik )
b) Kandungan Protein pakan sekitar 10%, diperoleh dari Hijauan
(Gamal,Rumput Gajah,dll), makanan Penguat seperti dedak,ampas
tahu,dll.
c) Jumlahnya (Hijauan minimal 10 – 15 % dari Berat Badan (BB) + Pakan
penguat 1-2% BB + Pakan Tambahan/probiotik/UMB).
d) Porsi Rumput : Legum = 60 : 40 % atau 75 : 25 % tergantung dari
ketersediaan legum. Artinya kalau berat badan awal 200 kg, perkiraan
kebutuhan hijauan 10 -15 % dari BB, maka diperlukan 20 – 30 kg hijauan
terdiri dari 12 – 18 kg rumput + 8 – 12 kg legum/ekor/hari atau 15 – 22,5
kg rumput + 5 – 7,5 kg legum/ekor/hari.
e) Pemberian pakan penguat/konsentrat (seperti Dedak padi, Ampas tahu,
bungkil kelapa dll) sekitar 1 – 2 % dari BB, artinya 2 – 4 kg/ekor/hari
f) Pemberian pakan pelengkap (probiotik, sumber mineral/Urea Molases
Blok/Urea Mineral Molases Blok) tergantung jenis produknya. Untuk
beberapa merk probiotik biasanya cukup dengan 1 sendok makan per ekor
per hari.
g) Frequensi pemberian, makin sering makin baik (2 – 3 kali sehari
semalam). Hindari pemberian sekaligus karena akan banyak
tersisa/terbuang.

2.3.4 Pengawetan Hijauan Makanan Ternak (HMT)


Pengawetan yang dapat dilakukan dan kemungkinan dapat diadopsi oleh
petani peternak adalah pembuatan silase dan pembuatan hay.

7
A. Pembuatan Silase
Pembuatan silase di dalam tanah dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut : sebelumnya telah dibuatkan lubang pada tanah
dengankedalaman kurang lebih 1,5 m, diameternya kurang lebih 1,25 m
dapat menampung sekitar 250 – 300 kg bahan pakan.
Tempat Pembuatan : Tempat pembuatan silase disebut “Silo”
Silo dapat berupa menara, sumur gali atau tumpukan hijauan yang disusun
di atas permukaan tanah.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silo adalah :


 Lokasi dekat kandang, pada tempat yang lebih tinggi agar tidak tergenang
air.
 Dasar silo dibuat miring ke satu sisi untuk memperlancar drainase.
 Dasar silo dilapisi dengan plastik. Ukuran silo 1,8 m – 1,2 m x 3 m x 1,5
m dengan kapasitas sekitar 3,5 ton

Bahan : Pada prinsipnya semua jenis hijauan yang disenangi ternak dapat
diawetkan menjadi silase.
 Gunakan hijauan yang tidak terlalu muda, tetapi jangan terlalu tua, yang
baik adalah sebelum berbunga
 Kalau berupa batang panjang, maka perlu dipotong-potong 10-15 cm
 Kadar air perlu diturunkan dengan cara dikeringanginkan, atau dilayukan
 Sebagai pengawet, dapat digunakan dedak halus sebanyak 5% dari total
bahan.

Cara Pembuatan:
1. Masukkan bahan hijauan yang sudah dilayukan kedalam silo sambil
diinjak-injak dengan ketinggian sekitar 30 cm (setinggi lapisan pertama).
Taburkan dedak padi secara merata
2. Masukkan kembali bahan hijauan sambil diinjak-injak untuk membuat
lapis kedua, kemudian taburkan dedak padi secara merata
3. Demikian seterusnya sampai sekitar 5-6 lapis

8
4. Selanjutnya ditutup rapat dengan plastik dan di timbun dengan tanah
5. Dengan cara ini silase dapat diawetkan dalam jangka lama (3 – 4 bulan)

Cara Pemberian Silase pada Ternak


Ciri-ciri silase yang baik adalah :
1. Warna daun masih hijau,
2. Tekstur daun masih utuh seperti ketika dimasukkan,
3. Kadar amonia rendah (<10 persen)
4. pH daun sekitar 4-5.

Pembongkaran silo (tempat membuat silase) dapat dilakukan setiap waktu setelah
silase jadi (sekitar 20-30 hari).
5. Ambil silase sesuai kebutuhan. Berikan pada ternak sekitar 10% dari berat
badannya.
6. Karena belum terbiasa, maka perlu dilatih terlebih dahulu. Jangan berikan
hijauan lainnya
7. Pemberian sedikit demi sedikit/berangsur angsur

B. Pembuatan Hay
Hay adalah hijauan pakan yang dikeringkan dengan cara tertentu
yang bertujuan untuk menekan kadar air serendah mungkin sehingga dapat
disimpan dan tidak mengalami kerusakan selama penyimpanan, sebelum
diberikan pada ternak. Hay umumnya diberikan kepada ternak sebagai
pakan di musim kemarau pada saat produksi hijauan segar telah berkurang
atau sulit diperoleh. Limbah pertanian seperti jerami padi, limbah kacang
tanah, jagung, kacang hijau dan lainnya juga dapat dibuat hay.
Pengeringan hijauan untuk dijadikan hay dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan pengeringan secara alamiah dan dengan menggunakan mesin.

Pengeringan secara alami


yang dapat dilakukan dengan mengeringkan di bawah sinar
matahari/dijemur secara langsung atau mengangin-anginkan dibawah

9
naungan rumah, pepohonan, gedung dan lain-lain. Perhatikan agar tidak
terkena hujan sehingga mengakibatkan pembusukan dan rusaknya hijauan
serta nilai gizinya menjadi sangat rendah yang tidak bermanfaat lagi bagi
ternak.

Cara pengeringan dan penyimpanan jerami sebagai pakan kering (Hay)

Pengeringan dengan menggunakan mesin


Pengeringan dengan cara ini oleh petani kita tidak dilakukan karena
membutuhkan modal yang cukup besar, untuk membeli alat pengering/oven.

Cara Pemberian Hay pada Ternak


Hay (hijauan kering) dapat diberikan langsung pada ternak. Khususnya
pada ternak sapi pada daerah-daerah kering sudah terbiasa memakan pakan
ini sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk beradaptasi. Kemungkinan
bagi ternak sapi yang berasal daerah basah atau yang dipelihara pada sekitar
daerah persawahan tidak terbiasa dengan pakan jenis ini sehingga butuh
waktu dan latihan untuk dapat memakannya.
Sediakan lebih banyak air minum untuk ternak yang diberi pakan hay karena
ternak yang diberi pakan hay membutuhkan air minum yang lebih banyak.

10
2.4 Perkandangan
a) Untuk penggemukan prinsipnya bagaimana supaya ternak tidak banyak
bergerak , kandang tidak perlu luas, cukup 1,15m x 2 m per ekor
b) Lantai miring ke belakang
c) Harus ada tempat pakan (prako)
d) Harus selalu dalam keadaan bersih, tidak lembab.
e) Kotoran dibersihkan/kumpulkan untuk kompos.
f) Drainase sekitar kandang harus baik, tidak boleh ada genangan air
sehingga kandang tidak lembab
g) Ventilasi cukup untuk pencahayaan yang baik

2.5 Pemeliharaan Kesehatan


a) Diduga bahwa hampir semua sapi yang dipelihara secara tradisional pada
kondisi petani sudah terserang penyakit cacingan. Oleh karenanya
disarankan pada awal penggemukan agar sapi bakalan diberikan obat
cacing, kemudian diulang kembali setiap 3 – 4 bulan .
b) Pemberian vitamin setiap tiga bulan atau sesuai keperluan misalnya pada
saat pergantian musim.
c) Kandang harus dibersihkan setiap hari, tidak becek, tidak ada genangan
air.
d) Sebaiknya dimandikan sambil badannya digosok-gosok.
e) Bila ternak sakit segera hubungi petugas kesehatan hewan atau dokter
hewan terdekat
f) Mencegah lebih baik daripada mengobati.

11
2.6 Lama Penggemukan
a) Untuk sapi Bali di tingkat petani umumnya penggemukan dilakukan
selama 4 bulan, 6 bulan , 12 bulan bahkan ada yang lebih lama tergantung
besarnya bakalan dan target yang ingin dicapai oleh peternak. Dalam hal
ini dianjurkan paling lama 6 bulan saja.
b) Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) pada sapi Bali antara 0,4 – 0,8
kg/ekor/hari atau rata-rata 0,5 kg/ekor/hari, meskipun di tingkat petani
lebih banyak yang kurang dari 0,4 kg/ekor/hari.
c) Dengan demikian kalau diambil angka rata-rata 0,5 kg/ekor/hari maka
penggemukan selama 4 bulan (120 hari) akan mendapatkan Pertambahan
Berat Badan sebanyak 60 kg/ekor, 6 bulan (180 hari) tambahan berat
badan 90 kg dan 12 bulan tambahan 180 kg/ekor.
d) Menduga bobot badan sapi Bali Mengetahui bobot badan sapi paling
akurat menggunakan timbangan, namun demikian jika tidak ada
timbangan dapat dilakukan dengan mengukur “Lingkar Dada”
menggunakan pita ukur.
Caranya: ukur lingkar dada sapi (posisi dibelakang kaki depan) dengan
tali ukur (meteran kain), kemudian cocokkan dengan tabel
yang ada seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Cara
Pengukuran
Lingkar dada
untuk
memperkirakan
berat badan
Sapi Bali

12
Tabel
berat
badan
sapi
Bali

Cara pembacaan tabel:


Jika lingkar dada menunjukkan angka 155 cm, maka cari angka 150 pada
sisi kiri tabel dan cari angka 5 pada sisi atas, kemudian ditarik garis sampai
bertemu antara garis datar dengan garis menurun, maka ditemukan angka 224,
artinya sapi dengan lingkar dada 155 cm memiliki bobot badan sekitar 224 kg.

2.7 Pembuatan Kompos

Tempat
Siapkan tempat yang dinaungi/bangunan sederhana atau permanent untuk
tempat proses pembuatan kompos agar terhindar dari hujan dan sinar matahari
langsung. Ukuran tergantung kebutuhan dan tempat, misalnya luas 3 m x 12 m,
dengan perincian seperti gambar di bawah ini:

Bak 1/Kolom 1 dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 3mx3mx1m merupakan
tempat untuk menimbun dan mentiriskan kotoran sapi yang
basah.

13
Bak 2 sampai bak 5/Kolom 2 sampai kolom 5 dengan ukuran panjang, lebar dan
tinggi 3mx1,5mx1 m merupakan tempat mencampur bahan
kompos.
Bak 6/Kolom 6 dengan ukuran yang sama dengan bak/kolom 1 merupakan tempat
menimbun kompos yang sudah matang/jadi, dan siap digunakan
atau dikemas.
Bahan
Misalnya untuk campuran 1 ton bahan rinciannya sbb:
a. Kotoran sapi kadar air 60 % : 80 bagian atau sekitar 825 kg
b. Abu sekam : 10 bagian atau sekitar 100 kg
c. Serbuk gergaji : 5 bagian atau sekitar 50 kg
d. Kapur bangunan : 2 bagian atau sekitar 20 kg
e. Pemacu MO/dekomposer/Stardec : 0,25 bagian atau ekitar 2,5kg

Cara Membuat
a. Kumpulkan/timbun kotoran basah pada bak 1 selama sekitar seminggu
sampai kandungan air sekitar 60%.
b. Siapkan bahan-bahan lainnya: abu sekam, serbuk gergaji, kapur bangunan
dan stardec sesuai porsi yang telah ditentukan.

14
c. Masing-masing bahan dibagi menjadi 4 – 5 bagian.
d. Campur merata semua bahan pada bak ke 2 misalnya pada hari Minggu
dengan cara, ¼ atau 1/5 bagian pertama kotoran sapi dimasukkan pada bak
2, diikuti oleh ¼ atau 1/5 bagian pertama dari Stardec, abu sekam, serbuk
gergaji dan kapur. Diikuti lapis kedua dengan urutan yang sama yaitu
kotoran sapi,stardec, abu sekam serbuk gergaji dan kapur , demikian
seterusnya sampai lapis ke 4 atau ke 5 hingga semua bahan habis.
e. Seminggu kemudian/minggu ke dua pada hari Minggu, bahan pada bak 2
dipindahkan ke bak ke 3 menggunakan cangkul dan sekop. Pada saat ini
suhu bahan cukup tinggi mencapai 70 derajat C sampai akhir minggu ke
dua.Sementara bak ke 2 yang sudah kosong diisi lagi dengan bahan yang
sama dengan cara yang sama.
f. Seminggu kemudian bahan di bak ke 3 dipindah ke bak ke 4, bahan di bak
ke 2 di pindah ke bak ke 3, demikian seterusnya sampai akhir minggu ke 4
atau bahan yang berada di bak ke 5 sudah matang/jadi dan siap
diaplikasikan atau dikemas.
g. Tanda-tanda kompos yang sudah matang/jadi adalah:
(1). Warna coklat kehitaman,
(2). Tidak bau,
(3). Tidak panas.
h. Kompos yang sudah matang ditimbun pada bak ke 6. Untuk menjaga
kualitas, sebaiknya dilakukan penyaringan dengan ayakan tukang
bangunan agar terbebas dari bahan yang tidak bermanfaat misal tali rafia,
plastik dll .

15
Cara yang lebih sederhana:
1. Timbun kotoran segar campur dengan sisa-sisa makanan (tidak memakai
formula di atas), tunggu selama satu minggu.
2. Dari bahan campuran di atas, misal sebanyak 1 ton, dicampur dengan
kapur 20 kg (untuk menetralkan keasaman), dekomposer (stardec, EM4
dll) 2,5 kg, kemudian ditutup dengan terpal/dinaungi.

16
3. Seminggu kemudian diaduk merata, demikian seterusnya seminggu sekali
diaduk sampai masuk minggu ke empat. Di akhir minggu keempat kompos
sudah jadi/matang, siap digunakan.

Kompos
yang sudah
jadi
dan siap
dipasarkan

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam hal ini upaya penggemukan sapi bali mendatangkan keuntungan
ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot badan. Besar keuntungan ini
tergantung pada pertambahan bobot badan yang dicapai dalam proses
penggemukan, lama penggemukan dan harga daging saat penjualan. Terdapat
berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam memulai usaha penggemukan
sapi, yakni metode penggemukan yang dipilih, jenis ternak yang digemukkan,
aspek manajemen dan tatalaksana penggemukan.

3.2 Saran

Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu,

Kami selaku pembuat paper ini sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan paper ini sangat bermanfaat
untuk kami khususnya bagi pembaca.

Kepada para pembaca agar dapat membaca dan mencari literatur lain yang
lebih relevan serta terkait dengan makalah ini agar mendapat informasi yang lebih
relevan sdan akurat dalam menambah wawasan mengenai materi genetika
populasi.

18
Daftar Pustaka

Misa Dody.2012. Makalah Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong

Gusronk. 2014. Manajemen Ternak Sapi Potong

Sampurna. 2019. Ilmu Peternakan Ternak Besar

Kelompok Ternak Pucak Manik. 2012. Analisis Usaha Penggemukan Sapi Bali

Sulaiman. 2017. Makalah Pembibitan Sapi Bali

Anda mungkin juga menyukai