Anda di halaman 1dari 5

SISTEM PEMBERIAN PAKAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN

PRODUKSI SUSU SAN PERAH


Sori Basya Siregar
(Balai Penelitian Ternak Ciawi)

PENDAHULUAN lah hijauan dan konsentrat . Hijauan dan konsentrat


ini harus diberikan dalam perimbangan tertentu agar
Keuntungan yang tinggi per satuan waktu me- produksi dan kualitas susu yang tinggi dapat dica-
rupakan tujuan dari setiap usaha, termasuk di da- pai . Sebagaimana diketahui, sebagian besar susu
lamnya usaha sapi perah . Besarnya keuntungan di yang diproduksi peternak-peternak sapi perah disa-
tentukan oleh besarnya selisih positif antara nilai lurkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) melalui Ko-
penerimaan dan biaya-biaya. Dalam usaha sapi pe- perasi/KUD . IPS dalam penampungan susu terse-
rah, hasil penjualan susu merupakan sumber pema- but, mengenakan standar kualitas minimal terhadap
sukan terbesar bagi peternak, sedangkan biaya pa- susu yang ditampungnya . Dengan demikian di sam-
kan merupakan unsur biaya terbesar yang harus ping produksi susu yang tinggi, kualitas susu yang
dikeluarkan. diproduksikan perlu pula diperhatikan dalam pem-
Besarnya nilai penjualan susu di daerah jalur su- berian pakan .
su Jawa Tengah merupakan 79,16% dan di dae- Suatu penelitian telah dilakukan di Stasiun Pe-
rah jalur susu Jawa Timur 82,35% dari seluruh pe nelitian California (Amerika Serikat) mengenai per-
nerimaan usaha sapi perah (Santoso dkk., 1979) . bandingan bahan kering antara hijauan dan konsen
Untuk Kotamadya dan Kabupaten Bandung, besar- trat pada sapi perah yang sedang berproduksi su-
nya nilai penerimaan dari penjualan susu adalah se- su (McCullough, 1973) . Hasil penelitian itu menun-
besar 88,6% untuk perusahaan sapi perah dan jukkan, bahwa apabila perbandingan antara bahan
89,5% untuk peternakan rakyat (Dasuki dan kering hijauan dengan konsentrat yang diberikan se-
Atmadja, 1978) . Daryono dkk. (1989) melaporkan besar 90 : 10, produksi susu yang tinggi tidak akan
bahwa di Kecamatan Pangalengan, Bandung, be- dapat dicapai, namun kadar lemak susu mengala-
sarnya penerimaan peternak dari hasil penjualan su- mi peningkatan . Sedangkan apabila bahan kering
su tersebut adalah sebesar 74,2% dari seluruh pe- pakan yang diberikan seluruhnya atau 100% bera-
nerimaan usaha. Selain dari penjualan air susu, pe- sal dari konsentrat, produksi susu yang tinggi akan
nerimaan peternak juga berasal dari penjualan anak dapat dicapai, namun kadar lemak susu menurun
sapi, pupuk kandang dan dari pertambahan nilai secara drastis. Kadar lemak susu yang tinggi me-
ternak yang dipelihara untuk peremajaan . rupakan salah satu persyaratan kualitas susu un-
Walaupun hasil penjualan air susu merupakan tuk dapat diterima oleh IPS. Penurunan kadar lemak
sumber penerimaan terbesar, para peternak sapi pe- susu sebagai akibat dari pemberian pakan konsen-
rah tampaknya belum menyadarinya sepenuh trat tanpa hijauan itu terjadi karena kurang terben-
nya . Hal ini tampak dari produktivitas sapi perah tuknya asam acetat dalam rumen sebagai akibat
yang masih rendah . Menurut Marzuki (1989) pro- dari tidak tersedianya hijauan dalam rumen. Seperti
duksi susu masih dapat ditingkatkan dengan pe- diketahui asam acetat sangat diperlukan oleh sapi
nambahan faktor produksi berupa makanan. perah dalam pembentukan lemak susu .
Usaha untuk meningkatkan produksi susu se- Untuk mencapai produksi susu yang tinggi
lain melalui penambahan pakan dapat pula ditem- dengan tetap mempertahankan kadar lemak susu
puh dengan perbaikan sistem pemberian pakan dalam batas-batas yang memenuhi persyaratan
tanpa penambahan biaya pakan . Upaya ini akan da- kualitas, perbandingan antara bahan kering hijau-
pat dilakukan oleh peternak karena produksi susu an dengan konsentrat adalah 60 : 40 . Namun apa-
dapat ditingkatkan sehingga dengan biaya yang sa- bila hijauan yang diberikan itu berkualitas rendah,
ma dapat dihasilkan penerimaan yang lebih besar. perbandingan antara bahan kering hijauan dengan
konsentrat dapat bergeser menjadi 55 : 45 . Se-
dangkan apabila hijauan yang diberikan berkualitas
PAKAN SAPI PERAH DAN MASALAHNYA
sedang sampai tinggi, perbandingan antara bahan
Pakan sapi perah terutama untuk induk sapi kering hijauan dengan konsentrat dapat berubah
yang sedang berproduksi susu, terdiri dari sejum- menjadi 64 : 36 (McCullough, 1973) .

23
SORT BASYA SIREGAR: Sistem pemberian pakan

Hijauan berdasarkan kualitasnya, menurut Perimbangan antara harga konsentrat dengan


Acker (1971) dapat dibagi atas 3 kelompok : harga penjualan susu yang semakin menyempit
1 . Kelompok hijauan yang berkualitas ren- berakibat pada perolehan keuntungan yang se
dah: makin kecil . Hal ini terjadi karena harga konsentrat
a . Protein kasar di bawah 4% dari bahan yang merupakan komponen biaya terbesar dalam
kering . biaya produksi semakin lama semakin mahal . Pe-
b . Energi di bawah 40% TDN dari bahan nelitian yang telah dilakukan di daerah Panga-
kering . lengan misalnya, mendapatkan bahwa biaya kon-
c . Sedikit atau tidak ada vitamin . sentrat mencapai 55% dari keseluruhan biaya pro-
Hijauan yang termasuk kelompok ini antara lain duksi (Daryono dkk., 1989).
adalah jerami padi, jerami jagung dan pucuk tebu . Harga konsentrat yang relatif mahal, menye-
2. Kelompok hijauan yang berkualitas sedang : babkan peternak-peternak sapi perah umumnya
a. Protein kasar berkisar antara 5-10% memberikan konsentrat dalam jumlah yang minim
dari bahan kering . pada sapi-sapi perahnya . Sebagai kompensasi ter-
b . Energi berkisar antara 41 - 50% TDN hadap pemberian konsentrat yang minimal itu ada-
dari bahan kering . lah memperbanyak pemberian hijauan. Sering ter-
c . Kalsium sekitar 0,3% jadi bahwa pemberian hijauan tersebut demikian ba-
Hijauan yang termasuk dalam kelompok ini an- nyak sehingga melampaui kemampuan sapi-sapi
tara lain adalah rumput alam, rumput lapangan, perah yang bersangkutan untuk mengkonsumsinya .
rumput gajah, rumput benggala dan rumput kultur Akibatnya kebutuhan zat-zat makanan, terutama
lainnya. energi dan protein untuk mencapai produksi susu
3. Kelompok hijauan yang berkualitas tinggi : yang tinggi tidak dapat terpenuhi . Hal ini merupa-
a . Protein kasar di atas 10% dari bahan kan salah satu penyebab masih rendahnya produksi
kering . susu sapi-sapi perah di daerah pemeliharaan sapi
b. Energi di atas 50% TDN dari bahan perah .
kering .
c . Kalsium di atas 1,0% .
d . Kandungan vitamin A tinggi . FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN
Hijauan yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain adalah leguminosa (lamtoro, kaliandra, Semakin tinggi susu yang diproduksikan oleh
gliricidia, alfalfa), dan daun umbi-umbian . seekor sapi perah, semakin banyak pula energi dan
Perimbangan-perimbangan antara bahan ke- zat-zat makanan lainnya yang dibutuhkan oleh sa
ring hijauan dengan konsentrat untuk mencapai pro- pi tersebut . Usaha-usaha untuk memenuhi kebu-
duksi susu yang tinggi dengan kualitas yang me tuhan zat-zat makanan pada sapi-sapi perah yang
menuhi persyaratan, belum dapat diaplikasikan oleh berproduksi susu tinggi, sering terbentur pada ke-
peternak-peternak sapi perah di Indonesia pada tidakmampuan sapi-sapi tersebut untuk mengkon-
umumnya karena harga konsentrat yang relatif ma- sumsi pakan yang diberikan . Hal ini akan dapat di-
hal dibandingkan dengan harga penjualan susu oleh tanggulangi dengan meningkatkan frekuensi pem-
peternak . berian pakan.
Perimbangan antara harga satu kilogram kon- Penelitian-penelitian mengenai frekuensi pem-
sentrat dengan harga penjualan per liter susu oleh berian pakan terhadap konsumsi pakan dan dam-
peternak sangat tidak seimbang . Bahkan dari tahun paknya terhadap peningkatan produksi susu sapi
ke tahun imbangan tersebut semakin sempit . Da- sapi perah, telah dilakukan puluhan tahun yang la-
lam Pelita I, perimbangan antara harga satu kilo- lu . Penelitian yang telah dilakukan Morrison (1959)
gram konsentrat dengan harga penjualan per liter menyatakan bahwa pemberian pakan dari satu ka-
susu oleh peternak masih mencapai 1 : 5. Namun li menjadi dua kali sehari pada sapi-sapi perah yang
pada tahun 1990, perimbangan itu sudah menyem- sedang berproduksi susu akan berakibat pada :
pit menjadi tidak lebih dari 1 : 2,4. Sebagai perban- a . Konsumsi bahan kering hijauan meningkat
dingan, perimbangan antara harga satu kilogram 10% .
konsentrat dengan harga penjualan per liter susu b. Produksi susu meningkat sampai dengan 6% .
oleh peternak di Jepang berkisar antara 1 c. Memberikan keuntungan yang lebih besar di
(9-13,5) (Anonymous, 1991) . atas biaya pakan dan tenaga kerja .

24
WARTAZOA Vol . 2 No . 3-4, Maret 1992

Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh berian konsentrat dan hijauan harus, diatur dalam
Campbell (1961) mengungkapkan bahwa pem- suatu sistem yang mampu memberikan tingkat ke-
berian pakan yang lebih sering pada sapi-sapi pe cernaan bahan makanan yang lebih baik . Pembe-
rah yang sedang berproduksi susu akan berakibat rian konsentrat yang hampir bersamaan waktunya
pada : dengan pemberian hijauan berakibat pada menurun-
a. Peningkatan konsumsi pakan . nya kecernaan bahan kering dan bahan organik
b . Peningkatan produksi susu . pakan.
c. Peningkatan kadar lemak susu . Adanya hijauan dan konsentrat dalam waktu
Dari penelitian yang diutarakan di atas dapat yang bersamaan dalam rumen akan mengurangi ke-
disimpulkan bahwa frekuensi pemberian pakan cernaan hijauan. Hal ini terjadi karena mikro
akan dapat meningkatkan konsumsi pakan, se organisme dalam rumen mempunyai preferensi un-
hingga produksi susu akan mengalami peningkatan. tuk mencerna konsentrat lebih dahulu karena kon-
Peningkatan susu tersebut terjadi karena energi dan sentrat lebih mudah dicerna dari pada rumput . Pem-
zat-zat makanan lainnya yang diperlukan untuk berian konsentrat yang dilakukan 2 jam sebelum
memproduksi susu tersedia dalam jumlah lebih ba- pemberian hijauan akan mengakibatkan peningka-
nyak . Frekuensi pemberian pakan tidak hanya me- tan kecernaan bahan kering dan bahan organik. Hal
ningkatkan konsumsi pakan, akan tetapi juga me- ini terjadi karena konsentrat yang kaya akan pati
ningkatkan kecernaan bahan kering pakan . Peneli- sebagian besar sudah dicerna oleh mikro-
tian yang diutarakan oleh Mc Cullouh (1973) pada organisme rumen pada saat hijauan mulai masuk
domba mendapatkan, bahwa pemberian pakan dari ke dalam rumen (Hutabarat, 1970) .
satu kali menjadi 4 kali sehari akan dapat mening- Dengan demikian sistem pemberian pakan
katkan kecernaan bahan kering dari 63,9% menja- yang lebih baik dalam upaya meningkatkan produk-
di 67,1 % dan penyediaan protein dalam rumen me- si susu sapi-sapi perah laktasi adalah mengatur ja
ningkat dari 2,2 g menjadi 3,19 g/hari . Peningka- rak antara pemberian konsentrat dengan hijauan.
tan kecernaan bahan kering pakan akan menambah Dalam hubungan ini pemberian pakan dapat di-
jumlah zat-zat makanan yang dapat diabsorbi un- lakukan dengan mendahulukan pemberian konsen-
tuk kebutuhan memproduksi susu . trat minimal 2 jam sebelum pemberian hijauan se-
cara bertahap . Pemberian hijauan sekaligus dalam
jumlah banyak akan bersisa banyak yang berarti
merupakan pemborosan pakan dan akan mening-
SISTEM PEMBERIAN PAKAN
katkan biaya produksi .
Frekuensi pemberian pakan biasanya dikaitkan Frekuensi dan sistem pemberian pakan yang di-
dengan frekuensi pemerahan . Peternak-peternak kaitkan dengan frekuensi pemberian untuk menda-
sapi perah umumnya memberikan konsentrat dua patkan produksi susu yang tinggi, telah dicoba
kali sehari yang diikuti dengan pemerahan susu dua kan pada Institut Nasional Peternakan di Denmark
kali sehari, yaitu pagi dan siang atau sore hari . Kon- (McCullough, 1973) dengan perlakuan sebagai
sentrat ada yang memberikan sesudah peme- berikut :
rahan dan ada pula yang memberikan sebelum pe-
merahan . Hijauan diberikan setelah setiap pembe-
rian konsentrat . Jam Perlakuan
Untuk mencapai produksi susu yang tinggi, di
3 .30 pagi Pemberian konsentrat yang diikuti dengan
samping frekuensi pemberian pakan yang lebih se- pemberian air minum dan umbi-umbian .
ring sebaiknya diikuti pula dengan frekuensi peme 4 .00 pagi Pemerahan (dapat diberi sedikit konsen-
rahan yang lebih sering . Penelitian-penelitian yang trat pada waktu pemerahan) .
telah dilakukan menyimpulkan bahwa peningkatan Pemberian hijauan (silase dan hay) setelah
frekuensi pemerahan dari dua kali menjadi tiga kali pemerahan .
sehari akan dapat meningkatkan produksi susu se- 9 .30 pagi Pemberian konsentrat yang diikuti dengan
kitar 15 - 20% (King, 197,8) . pemberian air minum dan umbi-umbian .
10 .00 pagi Pemerahan (dapat diberi sedikit konsentrat
Selain frekuensi pemberian pakan dan peme-
pada waktu pemerahan) .
rahan yang perlu diperbanyak, sistem pemberian
Pemberian hijauan (silase dan hay) setelah
pakan perlu pula diperhatikan . Dalam hal ini pem- pemerahan .

25
SORT BASYA SIREGAR: Sistem pemberian pakan

yang harus diberikan adalah 64% berasal dari kom-


Jam Perlakuan
ponen hijauan dan 36% berasal dari konsentrat
3 .30 sore - Pemberian konsentrat yang diikuti (perbandingan dalam bahan kering). Konsentrat
dengan pemberian air minum dan umbi-
yang diberikan itu haruslah mempunyai kualitas se-
umbian .
bagai berikut (Dit . Jen . Nak ., 1985) :
4 .00 sore - Pemerahan (dapat diberi sedikit kon-
a . Kadar air tidak lebih dari 14% .
sentrat pada waktu pemerahan) .
- Pemberian hijauan (silase dan hay) se- b . Protein kasar tidak kurang dari
telah pemerahan . 18% dari bahan kering .
9 .30 malam - Pemberian konsentrat yang diikuti c . Energi tidak kurang dari 75%
dengan pemberian air minum dan umbi- TDN dari bahan kering .
umbian . d . Kalsium tidak kurang dari 1 % .
10 .00 malam - Pemerahan (dapat diberi sedikit kon- e . Serat kasar tidak lebih dari 18% .
sentrat pada waktu pemerahan) . f . Vitamin A per kg konsentrat
- Pemberian hijauan (silase dan hay) se- tidak kurang dari 2 .214 1 .1.1 .
telah pemerahan .

KESIMPULAN
Perlakuan-perlakuan yang diutarakan di atas
1 . Produksi susu per individu yang tinggi merupa-
terbukti mampu meningkatkan produksi susu sapi-
kan salah satu peluang untuk memperoleh keun-
sapi perah dari rata-rata 6 .512,6 kg menjadi rata
tungan yang lebih tinggi dalam usaha pemeli-
rata 10 .078,8 kg per laktasi atau meningkat seki-
haraan sapi perah .
tar 54,8%. Bahan kering dari pakan yang diberikan
2 . Perimbangan antara bahan keying yang berasal
sebayak 64% berasal dari hijauan dan 36% ber-
dari hijauan dengan konsentrat dalam pembe-
asal dari konsentrat . Perlakuan-perlakuan yang di-
utarakan di atas kemungkinan besar tidak akan da- rian pakan yang didasarkan pada kualitas hijau
an yang diberikan harus selalu diperhatikan agar
pat dilaksanakan peternak-peternak sapi perah di
bukan saja dapat mencapai produksi susu yang
Indonesia, karena susu yang diproduksi peternak
tinggi tetapi juga memenuhi syarat kualitas mi-
sebagian besar atau hampir seluruhnya ditampung
nimal yang telah ditetapkan oleh industri peng-
oleh koperasi yang telah ada di setiap wilayah pe-
olahan susu .
meliharaan sapi perah. Penampungan atau pengam-
3. Frekuensi pemberian pakan sebaiknya lebih dari
bilan susu dari peternak selama ini hanya dilakukan
oleh koperasi sebanyak dija kali sehari, yakni pagi dua kali sehari karena akan dapat meningkat-
dan sore hari . kan konsumsi pakan maupun konsumsi zat-zat
Peternak-peternak sapi perah pada umumnya makanan, meningkatkan kecernaan zat-zat ma-
kanan dan pads akhirnya meningkatkan produk-
tidak mempunyai alat ataupun fasilitas pendingin
si susu .
susu di rumah, sehingga frekuensi pemerahan sapi
4. Peningkatan frekuensi pemberian pakan hen-
sapi perahnya terpaksa disesuaikan dengan fre-
daknya diikuti pula dengan peningkatan fre-
kuensi pengambilan susu oleh koperasi . Namun se-
kuensi pemerahan . Hal ini haruslah didukung
bagai salah satu upaya untuk meningkatkan pro-
oleh koperasi dengan menata kembali cara pe-
duksi susu sapi-sapi perah yang dipelihara oleh
nampungan susu dari peternak sehingga kope-
para peternak, frekuensi pemerahan perlu ditingkat-
rasi dapat pula menampung produksi susu yang
kan dari dua kali menjadi minimal tiga kali dalam
dihasilkan oleh para peternak yang memerah
sehari semalam. Untuk ini pihak koperasi perlu me-
sapi-sapinya tiga kali atau lebih dalam sehari
mikirkan dan mengantisipasi dengan suatu cara pe-
semalam .
nampungan susu yang dapat mengakomodasikan
semua susu yang diproduksi apabila para peternak DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan frekuensi pemerahan sapi-sapi pe-
rahnya dari dua kali menjadi tiga kali atau lebih da- Acker, D . 1971 . Animal Science and Industry .
lam sehari semalam . Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
Silase dan hay yang diutarakan dalam perlaku- Jersey .
an di atas, dapat diganti dengan hijauan maupun
rumput segar. Hijauan ataupun rumput yang di Anonymous. 1991 . Pengalaman Tarunatani Ma-
berikan peternak-peternak sapi perah di Indonesia gang di Jepang dan Pelaksanaan Usahatani Se-
umumnya termasuk dalam kelompok hijauan yang telah Magang . Dit . Bina Penyuluhan, Ditjen
berkualitas sedang . Dalam hal ini formula pakan Peternakan, Jakarta.

26
WARTAZOA Vol . 2 No . 3-4, Maret 1992

Campbell, J .R . and C .P . Meriland . 1961 . Effect s of King, J .O .L . 1978 . An Introduction to Animal


frequency of feeding on production charac- Husbandry. Jhon Willey & Sons ., Inc ., New
teristics and feed utilization in lactating dairy York .
cows . J. Dairy Sci . 44 : 664.
Marzuki, S . 1989 . Penggunaan bibit sapi perah dan
Daryono, J .M . Atmadja dan A .B .D . Martanegara . pendapatan petani ternak di Kecamatan Ungar-
1989 . Analisis ekonomi kombinasi usaha ter- an, Kabupaten Semarang . Proceedings Per
nak sapi perah dengan usahatani sayuran di temuan Ilmiah Ruminansia . Jilid I . Puslitbang-
Kecamatan Pangalengan, Bandung . Pertemuan nak, Bogor.
Ilmiah Ruminansia . Jilid I Puslitbangnak, Bogor .
McCullough, M,E. 1973 . Optimum Feeding of
Dasuki, M .A . dan J.M . Atmadja . 1978 . Keuntung- Dairy Animals for Meat and Milk . The Univer-
a n usaha ternak sapi perah rakyat dibanding- sity of Georgia Press, Athens .
kan dengan perusahaan di Kotamadya dan
Morrison, F.B . 1959 . Feeds and Feeding . The Mor-
Kabupaten Bandung . Proceeding Seminar
Ruminansia, Bogor 24 - 25 Juli 1978 . Ditjen rison Publishing Coy., Ithaca .
Peternakan, Jakarta dan Fapet IPB, Bogor. Santoso, Soehadi, U. Kusnadi, K. Suradisastra dan
S . Sitorus . 1979 . Analisis usaha peternakan
Direktorat Jenderal Peternakan . 1985 . Peraturan
sapi perah di daerah jalur susu Jawa Tengah
Makanan Ternak tentang Standar Makanan
dan Jawa Timur. Bull . LPP No . 23, Bogor .
. Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan,
Jakarta . Siregar, S .B . 1991 . Efisiensi Ekonomis Usaha Pe-
meliharaan Sapi Perah di Daerah Bogor, Lem-
Hutabarat, L . 1970 . Pengaruh Jangka Waktu an-
bang dan Garut, Jawa Barat . Balai Penelitian
tara Pemberian Makanan Penguat dan Rumput
Ternak, Ciawi-Bogor .
Terhadap Pencernaan Makanan dan Produksi
Susu Sapi Perah . Thesis Sarjana Peternakan .
Fakultas Peternakan IPB . Bogor .

Anda mungkin juga menyukai