PEMBAHASAN
Ekonomi islam telah muncul sejak islam di lahirkan. Ekonomi islam lahir
bukanlah sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri melainkan bagian integral dari
agama Islam. Sebagai ajaran hidup yang lengkap, Islam memberikan petunjuk
terhadap semua aktivitas manusia, termasuk ekonomi. Sejak abad ke-8 telah
muncul pemkiran-pemikiran ekonomi islam secara parsial, misalnya peran
negara dalam ekonomi, kaidah berdagang, mekanisme pasar, dan lain-lain,
tetapi pemikiran secara kompeherensif terhadap system ekonomi islam
sesungguhnya baru muncul pada pertengahan abad ke-20 dan semakin marak
sejak dua dasawarsa terakhir.
1
(epistemologis), dan nilai-nilai (aksiologis) yang terkandung pada ajaran Islam.
Secara sinkat,ekonomi Islam didasarkan pada kebenaran deduktif wahyu ilahi
(ayat qauliyah) yang didukung oleh kebenaran induktif empiris (ayat kauniyah).
Ekonomi Islam juga terikat oleh nilai-nilai yang diturunkan dari ajaran Islam
itu sendiri.
B. Pengertian Uang
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang adalah alat penukar atau alat
standar pengukuran nilai yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara
berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk atau
gambar tertentu.
1
Suruso, dkk., Ekonomi Islam, (Depok:Rajagrafindo Pers 2014 ) Cet ke-6 hal 17.
2 Ibid., Hal. 19
2
b. Menurut Samuelson, uang adalah media penukaran modern dan satuan
standar untuk menetapkan harga dan utang.
c. Menurut Lawrence Abbott, uang adalah apa saja yang secara umum
diterima oleh daerah ekonomi tertentu sebagai alat pembayaran untuk jual
beli atau uang.
d. Uang adalah (bagian pokok dari) suatu harta.
e. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, uang adalah alat tukar atau
pembayaran yang sah, bukan sebagai komoditi. Dalam Islam uang bukan
sebagai komoditi.
Uang adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat
pembayaran suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran uang atau
sebagai alat untuk melakukan pembelian barang atau jasa. Dengan kata lain
uang merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam wilayah tertentu.3
A.C. Pigou dalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud uang adalah
alat tukar.
3
Dr. Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta:), hlm. 139.
3
D.H. Robertson dalam bukunya Money, ia menyatakan bahwa uang adalah
sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-
barang.
R.G. Thomas dalam bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang adalah
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran
bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berbagai lainnya
serta untuk pembayaran utang.
C. Fungsi Uang
Dalam teorinya, fungsi uang ada tiga, yaitu :
a. Medium of exchange (alat tukar)
4
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Instrumen,Negara, dan Pasar. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2007), hlm. 59.
4
b. Store of value (penyimpan nilai)
c. Unit of account (satuan hitung).5
Uang sebagai alat penukar dan alat penyimpan kekayaan tidak diragukan
lagi telah menimbulkan hukum permintaan dan penawaran uang yang
dikendalikan oleh bunga yang berfungsi sebagai harga uang. Kebutuhan
masyarakat akan uang dalam perekonomian sekarang ini dengan bernagai motif
seperti yang dikemukakan oleh
5
Penimbunan uang yang spekulatif dalam konsepsi Islam dapat diatasi
dengan penghapusan bunga, melalui cara membebani uang tersebut dengan
biaya simpan (zakat), disamping dibebaskan dari premi likuiditas. Uang dalam
perekonomian uang tidaklah harus berhenti melaksanakan fungsinya sebagai
satu penyimpanan nilai. Penghapusan bunga dan pemungutan zakat akan
menghapuskan siklus-siklus perdagangan (Siddiqi, 1983). Namun demikian
tetap dibutuhkan suatu kebijaksaan moneter tertentu untuk menjaga stabilitas.7
Paparan di atas telah menjelaskan bahwa beberapa fungsi uang antara lain
adalah sebagai alat tukar, alat pengukur nilai barang, alat penyimpanan
kekayaan dan sebagai alat pembayaran tunda. Dalam hal ini al-Ghazali
menjelaskan beberapa fungsi yang dimiliki uang. Fungsi-fungsi tersebut yaitu:
Qiwam ad-dunya
Alat at-tabadul
Sarana pencapain tujuan dan untuk mendapatkan barang-barang lain.
Fungsi uang sebagai qiwam ad-dunya, artinya bahwa uang merupakan alat
yang dapat digunakan untuk menilai barang sekaligus membandingkannya
dengan barang lain. Al-Ghazali mengibaratkan uang dengan sebuah cermin
yang tidak memiliki warana sendiri tetapi mampu mencerminkan warna-warna
yang lain. Demikian pula dengan uang, sebenarnya tidak memeliki nilai sendiri
tetapi dapat menunjukkan perbandingan nilai suatu barang dengan barang yang
lain.8
Fungsi ini juga menghapus kesulitan-kesulitan yang timbul dalam barter,
yaitu dalam hal penentuan perbandingan nilai barang yang akan ditukar. Al-
Ghazali menyebut bahwa uang laksana hakim yang adil atau hakim hakim
mutawasit. Maksudnya tidak lain adalah uang dapat dijadikan standar yang
jelas dalam menentukan nilai barang yang berbeda.
7
Syafaruddin Alwi dkk, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1992), hlm. 122.
8Ahmad Dimyati, Teori Keuangan Islam, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2008), hlm. 70.
6
Menurut Muhammad Abduh ini pula yang menjadi tujuan dari percetakan
uang. Misalnya satu kilogram beras nilainya sama dengan satu setengah kilo
gram gandum. Hal ini dapt diketahui dengan jelas apabila dinyatakan dalam
satuan nilai uang, misalnya 3 ribu rupiah. Dalam ekonomi konvensional fungsi
ini disebut dengan measure of value.9
Sedangkan fungsi uang sebagai alat at-tabadul atau al-mu’awidah, adalah
bahwa uang merupakan sarana pertukaran barang dalam suatu transaksi atau
sering disebut dengan medium of exchange. Fungsi ini terkait dengan fungsi
yang pertama. Dengan diketahuinya perbandingan nilai atau harga antara
barang-barang yang akan dipertukarkan maka barang-barang tersebut dapat
diwakili oleh uang dalam penyerahannya.
Uang juga berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan barang-barang lain
dan tujuan-tujuan tertentu. Sebenarnya fungsi ini adalah penjabaran dari fungsi
uang sebagai sarana tukar-menukar karena itu dinyatakan “uang membeli
barang dan barang tidak membeli uang”. Sebagai contoh, jika seseorang
memiliki sepotong pakaian, maka yang ia miliki hanyalah sepotong pakaian
tersebut. Tetapi jika ia memiliki uang seharga uang tersebut, maka ia memiliki
uang sekaligus dapt membeli pakaian itu dengan uang yang dimiliki dan dapat
juga membeli barang lain yang senilai.10
Fungsi-fungsi uang menurut Al-Ghazali sebagaiman disebutkan diatas
tidak lepas dari konsep dasarnya mengenai uang itu sendiri, yaitu uang semata-
mata hanya alat tukar dalam transaksi. Hal ini juga terkait dengan konsep nilai
uang.11
7
Fungsi uang secara umum adalah:
Menurut Imam Al-Ghazali dan Ibn Kaldun, uang adalah apa yang
digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi
pertukaran, dan media simpan. Sementara menurut Ibnu Taimiyyah uang dalam
Islam hanya sebagai alat tukar dan alat ukur nilai.
12
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Instrumen,Negara, dan Pasar. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2007), hlm. 61.
8
moneter yang timbul sejajar pasar riil (barang dan jasa) berupa pasar uang,
pasar modal, pasar obligasi dan pasar derivatif. Akibatnya, dalam pasar
konvensional timbul dikotomi sektor riil dan moneter. Lebih jauh lagi
perkembangan pesat di sektor moneter telah menyedot uang dan produktivitas
atau nilai tambahan yang dihasilkan sektor riil sehingga sektor moneter telah
menghambat pertumbuhan sektor riil, bahkan telah menyempitkan sektor rill,
menimbulkan inflasi, dan menghambat pertumbahan ekonomi.13
Dikotomi sektor riil dan sektor moneter tidak terjadi dalan ekonomi Islam
karna absennya sistem bunga dan dilarangnya memperdagangkan uang sebagai
komoditi sehingga corak ekonomi Islam adalah ekonomi sektor riil, dengan
fungsi uang sebagai alat tukar untuk untuk memperlacar kegiatan investasi,
produksi, dan perniagaan sektor riil.14
E. Sejarah Uang
Pada awalnya, manusia tidak mengenal uang, tetapi melakukan pertukaran
antar barang dan jasa secara barter sampai masa mereka mendapat petunjuk dari
Allah untuk membuat uang. Barter adalah pertukaran barang dengan barang,
jasa dengan barang, atau barang dengan jasa secara langsung tanpa
menggunakan uang sebagai perantara dalam proses pertukaran ini. Walaupun
pada awalnya sistem barter ini sangat mudah dan sederhana kemudian
perkembangan masyarakat membuat sistem ini menjadi sulit, dan muncul
kekurangan-kekurangannya. Adapun kekurangan-kekurangannya yang ada
pada sistem barter adalah:
a. Kesusahan mencari keinginan yang sesuai antara orang-orang yang
melakukan transaksi, atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan
mutual.
9
b. Perbedaan ukuran barang dan jasa, dan sebagian barang yang tidak bisa
dibagi-bagi.
c. Kesulitan untuk mengukur standar harga seluruh barang dan jasa.
F. Urgensi Uang
Uang adalah Salah satu pilar ekonomi. Uang memudahkan proses
pertukaran komoditas dan jasa. Pada berbagai bentuk proses produksi berskala
besar modern, setiap orang dari komponen masyarakat mengkhususkan diri
dalam memproduksi barang komoditas atau bagian dari barang dan
memperoleh nilai dari hasil produksi yang ia pasarkan dalam bentuk uang.
Penemuan uang merupakan salah satu penemuan besar yang dicapai oleh
manusia, ketika seseorang mencermati lebih dalam kekurangan-kekurangan
dalam sistem barter, maka berbarengan dengan kemajuan yang begitu luas
membuka jalan kepada manusia untuk menggunakan uang.15
Bangsa Yunani membuat uang “uang komoditas” sebagai utesil money dan
koin-koin dari perunggu. Kemudian mereka membuat emas dan perak pada
awalnya beredar di antara mereka dalabentuk batangan, sampai masa
dimulainya percetakan uang pada tahun 406 SM. Mereka mengukir uang dalam
15Ibid., hal. 62
10
bentuk berhala, gambar pemimpin-pemimpin, dan mengukir nama negara di
mana uang dicetak. Mata uang mereka adalah Drachma yang terbuat dari perak.
11
Uang pada masa Khulafaurrasyidin
Ketika Abu Bakar di bai’at menjadi khalifah, beliau tidak melakukan
perubahan terhadap mata uang yang beredar, bahkan menetapkan apa yang
sudah berjalan dari masa Nabi SAW. begitu juga ketika Umar bin Khatab di
bai’at sebagai khalifah, karena beliau sibuk melakukan penyebaran Islam ke
berbagai negara, beliau menetapkan persoalan uang sebagaimana yang sudah
berlaku.
Uang pada masa Dinasti Umawiyyah
Pencetakan uang pada masa dinasti Umawiyyah, masih meneruskan model
Sasanid dengan menambahkan beberapa kalimat tauhid, seperti pada masa
Khulafaur-rasyiddin. Pada masa Abdul Malik bin Marwan, pada tahun 78 H,
beliau membuat mata uang Islam yang bernafaskan model Islam tersendiri.
Dengan adanya percetakan mata uang Islam, hal ini mampu untuk
merealisasikan stabilitas politik dan ekonomi, mengurangi pemalsuan dan
manipulasi terhadap mata uang.
Uang pada masa Dinasti Abassiyah dan sesudahnya
Pada masa ini percetakan dinar masih melanjutkan cara dinasti Umawiyyah.
Pada masa ini ada dua fase, tentang masalah percetakan uang, yaitu:
Fase kedua: Ketika pemerintah melemah dan para pembantu dari orang-orang
Turki ikut serta mencampur urusan negara.
12
a. Penjualan perak ke negara-negara Eropa.
b. Impor tembaga dari negara-negara Eropa semakin bertambah, akibat dari
peningkatan produksi pertambangan disebagian besar wilayah Eropa.
c. Meningkatnya konsumsi perak untuk pembantuan pelana dan bejana.16
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan ekonomi, uang mempunyai peranan yang cukup penting dan
sangat berharga. Karena uang tidak hanya membuat semua kebutuhan dan
keinginan kita terpenuhi. Tetapi, uang juga dapat membuat seseorang bisa sangat
berkuasa, uang memengaruhi pandangan hidup dan sikap sosial ke masyarakatan
mulai pada masyarakat pada level sosial, ekonomi dan politik yang paling rendah
sampai masyarakat kelas atas. Persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme dari jenis
yang paling sederhana sampai yang paling rumit tidak pernah jauh dari persoalan
uang. Begitu juga dengan berbagai tindak kriminalitas yang terjadi di masyarakat
setiap hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin dkk. 1992. Berbagai Aspek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya.
Dimyati, Ahmad. 2008. Teori Keuangan Islam. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta.
15