Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Islam

Ekonomi islam telah muncul sejak islam di lahirkan. Ekonomi islam lahir
bukanlah sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri melainkan bagian integral dari
agama Islam. Sebagai ajaran hidup yang lengkap, Islam memberikan petunjuk
terhadap semua aktivitas manusia, termasuk ekonomi. Sejak abad ke-8 telah
muncul pemkiran-pemikiran ekonomi islam secara parsial, misalnya peran
negara dalam ekonomi, kaidah berdagang, mekanisme pasar, dan lain-lain,
tetapi pemikiran secara kompeherensif terhadap system ekonomi islam
sesungguhnya baru muncul pada pertengahan abad ke-20 dan semakin marak
sejak dua dasawarsa terakhir.

Berbagai ahli ekonomi Muslim memberikan definisi ekonomi Islam yang


bervariasi, tetapi pada dasarnya mengandung makna yang sama. Pada intinya
Ekonomi Islam yang bervariasi, tetapi pada dasarnya mengandung makna yang
sama. Pada intinya ekonomi islam adalah suatu cabang ekonomi ilmu
pengetahuan yang berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya
menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang
islami. Yang dimaksudkan dengan cara islami disini adalah cara yang
didasarkan atas ajaran agama islam, yaitu Alquran dan Sunnah Nabi. Dengan
pengertian seperti ini maka istilah yang juga sering digunakan adalah ekonomi
islam.

Dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan adalah suatu cara yang


sistematis untuk memecahkan masalah kehidupan manusia yang mendasarkan
segala aspektujuan (ontologis),metode penurunan kebenaran ilmiah

1
(epistemologis), dan nilai-nilai (aksiologis) yang terkandung pada ajaran Islam.
Secara sinkat,ekonomi Islam didasarkan pada kebenaran deduktif wahyu ilahi
(ayat qauliyah) yang didukung oleh kebenaran induktif empiris (ayat kauniyah).
Ekonomi Islam juga terikat oleh nilai-nilai yang diturunkan dari ajaran Islam
itu sendiri.

Beberapa ekonom memberikan penegasan bahwa ruang lingkup dari


ekonomi Islam adalah masyarakat Muslim atau negara Muslim sendiri. Namun
pendapat lain berbeda yaitu lebih menekankan pada perspektif islam tentang
masalah ekonomi Islam pada umumnya ,dengan kata lain titik tekan ilmu
ekonomi islam adalah pada bagaimana islam memberikan dan solusi atas
berbagai persoalan ekonomi yang dihadapi umat manusia secara umum.1

Ekonomi islam adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk


mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk mencapai falah berdasarkan
pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Alquran dan Sunnah. Ekonomi islam
mempelajari perilaku individu yang di tuntun oleh ajaran Islam,mulai dari
penentuan tujuan hidup, cara memandang dan menganalisis masalah ekonomi,
serta prinsip-prinsip dan nilai yang harus dipegang untuk mencapai tujuan
tersebut.2

B. Pengertian Uang

Menurut Ascarya, berdasarkan fungsi dan tujuan, uang secara umum


didefinisikan sebagai berikut :

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang adalah alat penukar atau alat
standar pengukuran nilai yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara
berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk atau
gambar tertentu.

1
Suruso, dkk., Ekonomi Islam, (Depok:Rajagrafindo Pers 2014 ) Cet ke-6 hal 17.
2 Ibid., Hal. 19

2
b. Menurut Samuelson, uang adalah media penukaran modern dan satuan
standar untuk menetapkan harga dan utang.
c. Menurut Lawrence Abbott, uang adalah apa saja yang secara umum
diterima oleh daerah ekonomi tertentu sebagai alat pembayaran untuk jual
beli atau uang.
d. Uang adalah (bagian pokok dari) suatu harta.
e. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, uang adalah alat tukar atau
pembayaran yang sah, bukan sebagai komoditi. Dalam Islam uang bukan
sebagai komoditi.

Uang adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat
pembayaran suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran uang atau
sebagai alat untuk melakukan pembelian barang atau jasa. Dengan kata lain
uang merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam wilayah tertentu.3

Pengertian uang beragam berdasarkan subjek yang mendefinisikannya


sebagai berikut :

 Kata uang, menurut orang kebanyakan, sering disamakan dengan kekayaan


atau yang memiliki banyak uang.
 Demikian pula orang pada umumnya sering kali menyamakan kata uang
dengan pendapatan yang dihasilkan seseorang dari pekerjaannya.

Dari beberapa pakar mendefinisikan uang dalam karya-karyanya sebagai


berikut:

 A.C. Pigou dalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud uang adalah
alat tukar.

3
Dr. Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta:), hlm. 139.

3
 D.H. Robertson dalam bukunya Money, ia menyatakan bahwa uang adalah
sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-
barang.
 R.G. Thomas dalam bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang adalah
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran
bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berbagai lainnya
serta untuk pembayaran utang.

Kata-kata yang menunjukkan pengertian ‘uang’ dalam Al-Qur’an ada beberapa


macam yaitu:

 Dinar, yaitu QS Ali Imran: 75.


 Dirham, yaitu QS Yusuf: 20.
 Zahab dab Fidhdhah, emas dan perak, penggunaan kata-kata emas dan perak
ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an pada QS At-Taubah: 34.
 Waraq atau uang tempahan perak, yaitu QS Al-Kahfi: 19.
 Bidha’ah barang-barang niaga yang biasa dijadikan alat tukar antara lain pada
QS Yusuf: 88.

Uang diciptakan untuk melancarkan pertukaran dan menetapkan nilai yang


wajar dari pertukaran tersebut. Menurut teori ekonomi konvensional, uang
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: pertama, secara hukum. Yang dikatakan uang
adalah sesuatu yang dirumuskan oleh UU sebagai uang. Kedua, secara fungsi.
Yang dikatakan uang adalah segala sesuatu yang menjalankan fungsinya
sebagai uang.4

C. Fungsi Uang
Dalam teorinya, fungsi uang ada tiga, yaitu :
a. Medium of exchange (alat tukar)

4
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Instrumen,Negara, dan Pasar. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2007), hlm. 59.

4
b. Store of value (penyimpan nilai)
c. Unit of account (satuan hitung).5

Sementara itu, motif memegang juga ada tiga yaitu :

a. Transaction motive (motif untuk bertransaksi)


b. Precautionary motive (motif untuk berjaga-jaga)
c. Speculative movie (motif untuk berspekulasi).

Menurut Fathurrahman Djamil, fungsi mata uang sebagai alat pembayaran.


Sebagaimana dimaklumi bahwa pra syarat untuk melakukan transaksi adalah
adanya mata uang daan alat pembayaran yang dapat dipercaya. Pada masa Nabi,
di Makkah satuan mata uangnya adalah dinar dan dirham, para pedagang di
Makkah melakukan transaksi di investasi pada waktu dengan satuan uang
tersebut.6

Uang sebagai alat penukar dan alat penyimpan kekayaan tidak diragukan
lagi telah menimbulkan hukum permintaan dan penawaran uang yang
dikendalikan oleh bunga yang berfungsi sebagai harga uang. Kebutuhan
masyarakat akan uang dalam perekonomian sekarang ini dengan bernagai motif
seperti yang dikemukakan oleh

Keynes yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulatif, semakin


meningkat sejalan dengan perubahan perilaku beli yang cenderung semakin
emosional, penawaran barang-barang yang semakin bervariasi, semakin
terbukanya kesempatan investasi dan sebagainya. Keadaan ini dapat
menimbulkan ketidakseimbangan permintaan dan penawaran karena orang
dapat berspekulasi dengan uang.

6 Ibid., hal. 140

5
Penimbunan uang yang spekulatif dalam konsepsi Islam dapat diatasi
dengan penghapusan bunga, melalui cara membebani uang tersebut dengan
biaya simpan (zakat), disamping dibebaskan dari premi likuiditas. Uang dalam
perekonomian uang tidaklah harus berhenti melaksanakan fungsinya sebagai
satu penyimpanan nilai. Penghapusan bunga dan pemungutan zakat akan
menghapuskan siklus-siklus perdagangan (Siddiqi, 1983). Namun demikian
tetap dibutuhkan suatu kebijaksaan moneter tertentu untuk menjaga stabilitas.7

Paparan di atas telah menjelaskan bahwa beberapa fungsi uang antara lain
adalah sebagai alat tukar, alat pengukur nilai barang, alat penyimpanan
kekayaan dan sebagai alat pembayaran tunda. Dalam hal ini al-Ghazali
menjelaskan beberapa fungsi yang dimiliki uang. Fungsi-fungsi tersebut yaitu:

 Qiwam ad-dunya
 Alat at-tabadul
 Sarana pencapain tujuan dan untuk mendapatkan barang-barang lain.
Fungsi uang sebagai qiwam ad-dunya, artinya bahwa uang merupakan alat
yang dapat digunakan untuk menilai barang sekaligus membandingkannya
dengan barang lain. Al-Ghazali mengibaratkan uang dengan sebuah cermin
yang tidak memiliki warana sendiri tetapi mampu mencerminkan warna-warna
yang lain. Demikian pula dengan uang, sebenarnya tidak memeliki nilai sendiri
tetapi dapat menunjukkan perbandingan nilai suatu barang dengan barang yang
lain.8
Fungsi ini juga menghapus kesulitan-kesulitan yang timbul dalam barter,
yaitu dalam hal penentuan perbandingan nilai barang yang akan ditukar. Al-
Ghazali menyebut bahwa uang laksana hakim yang adil atau hakim hakim
mutawasit. Maksudnya tidak lain adalah uang dapat dijadikan standar yang
jelas dalam menentukan nilai barang yang berbeda.

7
Syafaruddin Alwi dkk, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1992), hlm. 122.
8Ahmad Dimyati, Teori Keuangan Islam, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2008), hlm. 70.

6
Menurut Muhammad Abduh ini pula yang menjadi tujuan dari percetakan
uang. Misalnya satu kilogram beras nilainya sama dengan satu setengah kilo
gram gandum. Hal ini dapt diketahui dengan jelas apabila dinyatakan dalam
satuan nilai uang, misalnya 3 ribu rupiah. Dalam ekonomi konvensional fungsi
ini disebut dengan measure of value.9
Sedangkan fungsi uang sebagai alat at-tabadul atau al-mu’awidah, adalah
bahwa uang merupakan sarana pertukaran barang dalam suatu transaksi atau
sering disebut dengan medium of exchange. Fungsi ini terkait dengan fungsi
yang pertama. Dengan diketahuinya perbandingan nilai atau harga antara
barang-barang yang akan dipertukarkan maka barang-barang tersebut dapat
diwakili oleh uang dalam penyerahannya.
Uang juga berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan barang-barang lain
dan tujuan-tujuan tertentu. Sebenarnya fungsi ini adalah penjabaran dari fungsi
uang sebagai sarana tukar-menukar karena itu dinyatakan “uang membeli
barang dan barang tidak membeli uang”. Sebagai contoh, jika seseorang
memiliki sepotong pakaian, maka yang ia miliki hanyalah sepotong pakaian
tersebut. Tetapi jika ia memiliki uang seharga uang tersebut, maka ia memiliki
uang sekaligus dapt membeli pakaian itu dengan uang yang dimiliki dan dapat
juga membeli barang lain yang senilai.10
Fungsi-fungsi uang menurut Al-Ghazali sebagaiman disebutkan diatas
tidak lepas dari konsep dasarnya mengenai uang itu sendiri, yaitu uang semata-
mata hanya alat tukar dalam transaksi. Hal ini juga terkait dengan konsep nilai
uang.11

9Ibid., hal. 71.


10 Ibid., hal. 71
11 Ibid., hal. 72

7
Fungsi uang secara umum adalah:

1. Alat tukar menukar.


2. Satuan hitung.
3. Penimbunan kekayaan.
4. Standar pencicilan utang.12

Menurut Imam Al-Ghazali dan Ibn Kaldun, uang adalah apa yang
digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi
pertukaran, dan media simpan. Sementara menurut Ibnu Taimiyyah uang dalam
Islam hanya sebagai alat tukar dan alat ukur nilai.

D. Uang dalam Sistem Ekonomi Islam


Dalam sejarah, kegiatan ekonomi Islam, pentingnya keberadaan uang
ditegaskan oleh pendapat Rasulullah SAW. yang menganjurkan dengan
menyebutkan bahwa perdagangan yang lebih baik (adil) adalah perdaganga
yang menggunakan media uang (dinar dan dirham), bukan penukaran barang
(barter) yang dapat menumbukkan riba ketika terjadi pertukaran barang sejenis
yang berbeda mutu.
Dengan keberadaan uang, hakikat ekonomi (dalam perspektif Islam) dapat
berlangsung dengan baik, yaitu terpelihara dan meningkatkan perputaran harta
(velocity) diantara manusia (pelaku ekonomi). Dengan keberadaan uang,
aktivitas zakat, infak, sedekah, wakaf, kharaj, jizyah, dan lain-lain dapat lebih
lancar terselenggara. Dengan keberadaan uang juga, aktivitas sektor swasta,
publik dan sosial dapat berlangsung dengan akselerasi yang lebih cepat.
Dalam ekonomi konvensional, satuan bunga dan fungsi uang yang dapat
disamakan dengan komiditi menyebabkan timbulnya pasar tersendiri dengan
uang sebagai komoditinya dan bunga sebagai harganya. Pasar ini adalah pasar

12
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Instrumen,Negara, dan Pasar. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2007), hlm. 61.

8
moneter yang timbul sejajar pasar riil (barang dan jasa) berupa pasar uang,
pasar modal, pasar obligasi dan pasar derivatif. Akibatnya, dalam pasar
konvensional timbul dikotomi sektor riil dan moneter. Lebih jauh lagi
perkembangan pesat di sektor moneter telah menyedot uang dan produktivitas
atau nilai tambahan yang dihasilkan sektor riil sehingga sektor moneter telah
menghambat pertumbuhan sektor riil, bahkan telah menyempitkan sektor rill,
menimbulkan inflasi, dan menghambat pertumbahan ekonomi.13
Dikotomi sektor riil dan sektor moneter tidak terjadi dalan ekonomi Islam
karna absennya sistem bunga dan dilarangnya memperdagangkan uang sebagai
komoditi sehingga corak ekonomi Islam adalah ekonomi sektor riil, dengan
fungsi uang sebagai alat tukar untuk untuk memperlacar kegiatan investasi,
produksi, dan perniagaan sektor riil.14

E. Sejarah Uang
Pada awalnya, manusia tidak mengenal uang, tetapi melakukan pertukaran
antar barang dan jasa secara barter sampai masa mereka mendapat petunjuk dari
Allah untuk membuat uang. Barter adalah pertukaran barang dengan barang,
jasa dengan barang, atau barang dengan jasa secara langsung tanpa
menggunakan uang sebagai perantara dalam proses pertukaran ini. Walaupun
pada awalnya sistem barter ini sangat mudah dan sederhana kemudian
perkembangan masyarakat membuat sistem ini menjadi sulit, dan muncul
kekurangan-kekurangannya. Adapun kekurangan-kekurangannya yang ada
pada sistem barter adalah:
a. Kesusahan mencari keinginan yang sesuai antara orang-orang yang
melakukan transaksi, atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan
mutual.

13Ibid., hal. 140


14Ibid., hal. 141

9
b. Perbedaan ukuran barang dan jasa, dan sebagian barang yang tidak bisa
dibagi-bagi.
c. Kesulitan untuk mengukur standar harga seluruh barang dan jasa.

F. Urgensi Uang
Uang adalah Salah satu pilar ekonomi. Uang memudahkan proses
pertukaran komoditas dan jasa. Pada berbagai bentuk proses produksi berskala
besar modern, setiap orang dari komponen masyarakat mengkhususkan diri
dalam memproduksi barang komoditas atau bagian dari barang dan
memperoleh nilai dari hasil produksi yang ia pasarkan dalam bentuk uang.
Penemuan uang merupakan salah satu penemuan besar yang dicapai oleh
manusia, ketika seseorang mencermati lebih dalam kekurangan-kekurangan
dalam sistem barter, maka berbarengan dengan kemajuan yang begitu luas
membuka jalan kepada manusia untuk menggunakan uang.15

G. Uang di Berbagai Bangsa


a. Uang pada Bangsa Lydia
Bangsa Lydia adalah orang-orang yang pertama kali mengenal uang. Uang
pertama kali muncul di tangan para pedagang ketika mereka merasakan
kesulitan dalam jual beli sistem barter, lalu mereka membuat uang, pada tahun
570-546 SM, negara berkepentingan mencetak uang. Pertama kalinya masa ini
terkenal dengan mata uang emas dan perak yang halus dan akurat.
b. Uang pada Bangsa Yunani

Bangsa Yunani membuat uang “uang komoditas” sebagai utesil money dan
koin-koin dari perunggu. Kemudian mereka membuat emas dan perak pada
awalnya beredar di antara mereka dalabentuk batangan, sampai masa
dimulainya percetakan uang pada tahun 406 SM. Mereka mengukir uang dalam

15Ibid., hal. 62

10
bentuk berhala, gambar pemimpin-pemimpin, dan mengukir nama negara di
mana uang dicetak. Mata uang mereka adalah Drachma yang terbuat dari perak.

c. Uang pada Bangsa Romawi


Bangsa Romawi pada masa sebelum abad ke-3 SM menggunakan mata
uang yang terbuat dari perunggu yang disebut aes (Aes signatum Aes Rude).
Orang yang pertama kali mencetak uang adalah Servius Tullius, yang dicetak
pada tahun 269 SM. Kemudian pada tahun 268 SM, mereka mencetak
Denarious dari emas yang kemudian menjadi mata uang utama Imperium
Romawi.
d. Uang pada Bangsa Persia

Bangsa Persia mengadopsi percetakan uang dari Lydia setelah penyerangan


mereka pada tahun 546 SM. Uang dicetak dari emas dan perak dengan
perbandingan 1:13,5, suatu hal yang membuat naiknya emas dan perak. Mata
uangnya adalah dirham perak, yang betul-betul murni. Ketika sistem
kenegaraan mengalami kemunduran, mata uang merekapun ikut serta mundur.

e. Uang pada Pemerintahan Islam


 Uang pada masa Kenabian

Berdasarkan sejarah Islam, pada masa Rasulullah SAW. mata uang


menggunakan sistem bimetallism standard (emas dan perak) demikian juga
pada masa Bani Umayyah dan Bani Abassiyah. Dalam pandangan Islam mata
uang yang dibuat dengan emas (diner) dan perak (dirham) merupakan mata
uang yang paling stabil dan tidak mungkin terjadi krisis moneter karena nilai
intrinsik sama dengan nilai rill. Mata uang ini dipergunakan bangsa Arab
sebelum datangnya Islam.

Nabi SAW. memerintahkan penduduk Madinah untuk mengikuti ukuran


timbangan penduduk Makkah ketika berinteraksi ekonomi, dengan
menggunakan dirham dalam jumlah bilangan bukan ukuran timbangan.

11
 Uang pada masa Khulafaurrasyidin
Ketika Abu Bakar di bai’at menjadi khalifah, beliau tidak melakukan
perubahan terhadap mata uang yang beredar, bahkan menetapkan apa yang
sudah berjalan dari masa Nabi SAW. begitu juga ketika Umar bin Khatab di
bai’at sebagai khalifah, karena beliau sibuk melakukan penyebaran Islam ke
berbagai negara, beliau menetapkan persoalan uang sebagaimana yang sudah
berlaku.
 Uang pada masa Dinasti Umawiyyah
Pencetakan uang pada masa dinasti Umawiyyah, masih meneruskan model
Sasanid dengan menambahkan beberapa kalimat tauhid, seperti pada masa
Khulafaur-rasyiddin. Pada masa Abdul Malik bin Marwan, pada tahun 78 H,
beliau membuat mata uang Islam yang bernafaskan model Islam tersendiri.
Dengan adanya percetakan mata uang Islam, hal ini mampu untuk
merealisasikan stabilitas politik dan ekonomi, mengurangi pemalsuan dan
manipulasi terhadap mata uang.
 Uang pada masa Dinasti Abassiyah dan sesudahnya
Pada masa ini percetakan dinar masih melanjutkan cara dinasti Umawiyyah.
Pada masa ini ada dua fase, tentang masalah percetakan uang, yaitu:

Fase pertama: Terjadi pengurangan terhadap ukuran dirham kemudian dinar.

Fase kedua: Ketika pemerintah melemah dan para pembantu dari orang-orang
Turki ikut serta mencampur urusan negara.

Pada masa pemerintahan Mamalik, percetakan uang tembaga (fulus),


menjadi mata uang utama dan pencetakan dirham dihentikan karena beberapa
sebab :

12
a. Penjualan perak ke negara-negara Eropa.
b. Impor tembaga dari negara-negara Eropa semakin bertambah, akibat dari
peningkatan produksi pertambangan disebagian besar wilayah Eropa.
c. Meningkatnya konsumsi perak untuk pembantuan pelana dan bejana.16

16Ibid., hlm. 64.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam kehidupan ekonomi, uang mempunyai peranan yang cukup penting dan
sangat berharga. Karena uang tidak hanya membuat semua kebutuhan dan
keinginan kita terpenuhi. Tetapi, uang juga dapat membuat seseorang bisa sangat
berkuasa, uang memengaruhi pandangan hidup dan sikap sosial ke masyarakatan
mulai pada masyarakat pada level sosial, ekonomi dan politik yang paling rendah
sampai masyarakat kelas atas. Persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme dari jenis
yang paling sederhana sampai yang paling rumit tidak pernah jauh dari persoalan
uang. Begitu juga dengan berbagai tindak kriminalitas yang terjadi di masyarakat
setiap hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mardani. 2015. Hukum Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Alwi, Syafaruddin dkk. 1992. Berbagai Aspek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya.

Dimyati, Ahmad. 2008. Teori Keuangan Islam. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta.

Mujahidin, Akhmad. 2007. Ekonomi Islam Sejarah, Konsep, Instrumen,Negara, dan


Pasar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suruso, dkk. 2014. Ekonomi Islam. Depok: Rajagrafindo Pers.

15

Anda mungkin juga menyukai