Perkembangan Biologi Sel
Perkembangan Biologi Sel
BIOLOGI SEL
Adnan, Biologi Universitas Negeri Makassar, 2007
A. PENDAHULUAN
Jauh sebelum Robert Hooke mempopulerkan istilah sel,
beberapa ahli filsafat Yunani telah mengemukakan
pandangannya berkenaan dengan penyusun tubuh makhluk
hidup. Aristotles dan Paracelcius telah mengemukakan bahwa
tubuh semua hewan dan tumbuhan tersusun atas elemen-
elemen sederhana. Elemen-elemen sederhana tersebut secara
bersama-sama membentuk struktur makroskopis makhluk
hidup (De Robertis et al., 1979). Belakangan, elemen-elemen
sederhana tersebut dikenal dengan istilah sel (dari bahasa
Yunani, yaitu Cella atau Cellula yang berarti ruang atau kamar
kecil).
Sebuah sel dapat berperan sebagai suatu organisme yang
dikenal sebagai organisme uniseluler atau organisme bersel
satu, misalnya berbagai jenis protozoa. Sel dapat tersusun
berkelompok dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis
jaringan dan membentuk organ. Selanjutnya, beberapa organ
membentuk sistem organ dan pada akhirnya beberapa sistem
organ, secara bersama-sama membentuk suatu organisme.
Organisme yang dibentuk dinamakan organisme multiseluler.
Pemahaman mengenai sel baik dari aspek ultrastruktur
maupun dari aspek fungsionalnya tidak terlepas dari hasil kerja
keras sejumlah pakar ilmu pengetahuan. Penelitian-penelitian
terus dikembangkan, bahkan dari berbagai sudut pandang dan
melibatkan disiplin ilmu-ilmu lain. Penemuan mikroskop
sederhana hingga mikroskop elektron telah memberikan
sumbangan yang sangat penting dalam perkembangan biologi
sel. Kemajuan yang dicapai di bidang kimia organik dan
Sumber : http://www.crimezzz.net/forensichistory/images/MALPIGHI_marcello
Sumber : http://art-random.main.jp/samescale/
Tahun Na ma Kontribusi
1948 A. Tisellius Mempelajari sifat-sifat kimia
protein, perkembangan elektro-
poresis
1952 A. Morten Perkembangan prosedur kroma-
R. Synge tografi untuk pemisahan
substansi-substansi biologis
1953 H.A. Krebs Mempelajari siklus asam trikar-
boksilat atau siklus Krebs
F.A. Lipman Mempelajari mengenai Koenzim
A
1954 L. Pauling Mempelajari ikatan kimia, khusus-
nya mengenai ikatan peptida
pada protein.
1958 G.W. Beadle Mempelajari mengenai organisasi
E.L. Tatum dan aksi gen pada bakteri,
J. Lederberg konsep satu gen satu enzim
F. Sanger Analisis struktur protein
1959 S. Ochoa Mempelajari sintesis ARN dan
A. Kornberg AND
1961 M. Calvin Mempelajari mengenai asimilasi
CO2 pada tumbuhan; siklus
Calvin
1962 J.D. Watson Mempelajari mengenai struktur
F.H.C. Crick gen, model ADN heliks ganda
M. Wilkins
1962 M.F. Perutz Mempelajari mengenai struktur
J.C. Kendrew protein globular, khususnya miog-
lobin dan hemoglobin
Tahun Na ma Kontribusi
1963 J. Eccles Peranan ion sodium dan
A. Hodgkins potasium dalam penghantaran
A. Huxley impuls saraf sepanjang membran
sel saraf
1964 K. Bloch Mempelajari mengenai metabolis-
E. Lynen me kolesterol dan asam-asam
lemak
1965 F. Jacob Menemukan gen-gen yang meng-
A. Lwoff atur aksi gen-gen lain; konsep
J. Monad operon
1969 M. Delbruch Mempelajari mengenai virus
H.D. Herskey seba-gai vector penyakit
S.E. Luria
1970 L.F. Leloir Mempelajari peranan gula nukleo-
tida dalam sintesis karbohidrat
J. Axelrot Mempelajari mekanisme penyim-
U. von Euler panan dan pelepasan neurohu-
B. Katz morf dalam transmisi impuls saraf
1971 E.A. Sutherland Mekanisme aksi hormon; peranan
Camp
1972 M. Edelman Mempelajari mengenai
R.R. Porter immunoglobulin
C.B. Anfinsen Mempelajari ribonuklease;
S. Moore kompo-sisi asam amino pada
W.H. Stein protein
1974 A. Claude Isolasi dan karakterisasi dari
C. de Duve organel-organel sub seluler dan
G. Palade partikel-partikel lain.
H.O. Smith Engineering; menemukan enzim-
D. Nathens enzim restriksi; dan membuat
pemetaan urutan DNA
Tahun Na ma Kontribusi
P. Mitchel Mempelajari mengenai bioener-
getika
1975 H. Temin Mempelajari mengenai interaksi
R. Dulbecco virus tumor dan sel, menemukan
D. Baltimore reverse transcriptase
1980 P. Berg Mempelajari mengenai gen
F. Sanger splicing; menentukan urutan-
urutan nukleo-tida dari gen.
D. BENTUK SEL
Sel mempunyai bentuk yang sangat bervariasi, baik di
antara sel-sel yang menyusun tubuh makhluk hidup yang sama
maupun yang menyusun makhluk hidup yang berbeda.
Beberapa sel tidak memiliki bentuk yang tetap, tetapi berubah-
ubah sesuai dengan aktivitasnya. Sel amoeba dan sel darah
putih termasuk contoh tipe sel yang bentuknya dapat berubah-
ubah. Sel-sel yang lain memiliki bentuk yang khas atau tetap,
atau bentuk-bentuk peralihan yang spesifik untuk setiap jenis
makhluk hidup. Spermatozoa pada manusia memiliki bentuk
yang tetap, namun demikian, sperma pada manusia memiliki
bentuk yang berbeda dengan sperma pada hewan lain seperti
mencit.
Bentuk-bentuk sel terutama bergantung pada (i) adaptasi
fungsionalnya, (ii) tekanan permukaan, (iii) viskositas
protoplasma, (iv) tekanan mekanik oleh sel-sel yang ada di
sekitarnya, dan (v) rigiditas membran plasma. Selain itu,
mikrotubuli memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan bentuk dari suatu tipe sel (De Robertis et al.,
1975).
Umumnya sel-sel jaringan hewan dan tumbuhan berbentuk
polihedral. Bila sel diisolasi dalam lingkungan cair, maka ia
dapat berubah bentuk menjadi bulat. Bentuk bulat merupakan
bentuk dasar sel. Macam-macam bentuk sel antara lain
berbentuk gepeng, bentuk kubus, dan bentuk selindris.
Sumber : http://homepages.ius.edu/dpartin/Lecture3cells.ppt#257,1,Lecture
Sumber : http://homepages.ius.edu/dpartin/Lecture3cells.ppt#257,1,Lecture
E. UKURAN SEL
Sel memiliki ukuran yang sangat bervariasi, ter-gantung
pada tipe sel. Pada umumnya, sel hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop dengan sedikit pengecualian seperti
sel telur pada burung unta yang memiliki diameter hingga
beberapa cm. Pada umumnya, mata manusia tidak mampu
memisahkan dua titik yang dipisahkan kurang dari 0,1 mm atau
100 m. Sementara itu, umumnya sel memiliki ukuran yang
lebih kecil dari 0,1 mm. Kisaran ukuran sel ditunjukkan pada
Gambar-1.11.
Bentuk dan ukuran sel berhubungan dengan fung-sinya.
Ukuran minimal sebuah sel harus cukup mengan-dung DNA,
protein dan struktur-struktur internal agar ia mampu survive
dan bereproduksi. Ukuran maksimal se-buah sel dibatasi oleh
kebutuhan area permukaan yang cukup untuk memperoleh
nutrien dari lingkungan dan membuang sisa metabolisme.
Walaupun sel -sel yang besar mempunyai suatu area
permukaan lebih besar dibandingkan sel kecil, mereka relatif
mempunyai area permukaan yang sama bila dibandingkan
dengan sel-sel yang sederhana pada volume yang sama.
Sebab sel yang besar mempunyai suatu area permukaan jauh
lebih kecil bila dibandingkan dengan volumenya, sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan terhadap
LATIHAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cermat
1. Dalam hal apakah sel yang ditemukan R. Hooke
berbeda dengan sel yang di kenal sekarang ini ?
2. Jelaskan sebuah penemuan yang menggunakan teori
sel sebagai pijakan sehingga tampak bahwa penemuan
tentang sel memberikan sumbangan yang besar bagi
kemaslahatan umat manusia. !
3. Jelaskan minimal lima faktor yang berpengaruh
terhadap bentuk sel !
4. Manakah yang lebih kompleks aktivitas biokimia yang
berlangsung di dalam sebuah sel amuba dibandingkan
dengan sel-sel di dalam tubuh kalian ?
5. Buatlah sebuah peta konsep menganai sejarah
perkembangan teori sel
6. Mengapa ukuran sebuah sel harus kecil ?