Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

DENGAN GANGGUAN PEMENUHANKEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

DI RUANG AMARILIS 1

A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur


1. Definisi
Istirahat adalah suatu periode tidak aktif dapat berupa istirahat untuk seluruh tubuh
atau untuk sebagian saja. Istirahat memberikan kesempatan pada tubuh untuk
memperbaiki sel tubuh yang rusak, membuat dan mengembalikan fungsi jaringan.
Idealnya istirahat dapat digantikan dengan aktivitas yang memungkinkan tubuh pulih
kembali secara sempurna dari suatu aktivitas sebelum aktivitas yang lain dimulai,
penggantian ini lebih baik dilakukan secara terjadwal, aktivitas yang berat hendaknya
diikuti oleh istirahat yang panjang. Narrow (1967 p 1645) mengemukakan karakteristik
yang berhubungan dengan istirahat dan memberikan arti tentang istirahat serta
memberikan pedoman kepada perawat dalam mengkaji dan meningkatkn istirahat.
Sedangkan Tidur adalah kebutuhan dasar fisiologis manusia dan dapat di definisikan
sebagai kondisi tidak sadar, yang mana individu dapat menggunakan dengan atimuli
atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur juga dapat diartikan sebagai kegiatan
fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang berbeda-beda, perubahan dalam proses
fisiologi tubuh dan menurunnya resfonsif terhadap stimulus eksternal (Hayter, 1980).
Kebutuhan tidur menurut usia : (A.Aziz Azimul, 2009)

Umur Kebutuhan Tidur


0-1 bulan 14-18 jam/ hari
1-18 bulan 12-14 jam/ hari
18 bulan-3 tahun 11-12 jam/ hari
3-6 tahun 11 jam/ hari
6-12 tahun 10 jam/ hari
12-18 tahun 8,5 jam/ hari
18-40 tahun 7-8 jam/ hari
40-60 tahun 7 jam/ hari
60 tahun ke atas 6 jam/hari
Selain faktor usia faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan tidur adalah latihan dan
tingkat kelelahan, konsumsi obat, motivasi, Kebiasaan dan lingkungan, status kesehatan,
dan Psikis seseorang.
2. Penyebab
Penyebab tidur secara pasti belum diketahui, diduga eksitasi neuron dalam system
aktivida retikuler (SAR). SAR merupakan system penghubung (relay) system dalam
batang otak yang menerima inpuls-inpuls dari spinal chord dan menghubungkan melalui
thalamus ke kotek otak. Teori kimia mengemukakan bahwa tidur disebabkan karena
peningkatan CO2 menurunnya aktivitas akan mempermudah meningkatnya CO2,
dengan meningkatnya CO2 maka O2 relatif berkurng (tidak adekuat) sehingga
menyebabkan orang mengantuk. Teori kimia ini tidak memberikan penjelasan yang
lebih kompleks, sehingga teori ini kurang adekuat.
Teori vaskuler, istirahat menimbulkan tekanan ke otak sehingga menimbulkan
ketidak sadaran, hasil penelitian menunjukkan hal yang bertentangan, yaitu pada saat
tidur aliran darah cerebrtovaskuler meningkat. Pituitari yaitu kelenjar kecil yang berada
pada dasar otak merupakan regutor tidur, paling tidak merupakan aktivator primer,
namun seseorang yang diangkat pituitarinya tidak mengalami perubahan besar dalam
pola tidurnya.
Teori neurohormonal memungkinkan bahwa neurohormonal serotin diduga sebagai
agent penyebab tidur, bila suatu substansi di injeksikan langsung ke dalam sistem
vaskuler serebral binatang, maka tidur segera terjadi. Teori feed back mengemukakan
bahwa tidur timbul sesudah periode aktivitas neuronal dimana inpuls-inpuls listrik
merangsang sistem sehingga timbul kelelahan sinps. Akhirnya akan membawa ke dalam
tidur. Dari semua teori tersebut ditolak secara kontroversial oleh pendapat bahwa tidur
merupakan instink.
3. Fungs dan Tujuan
Tidur mempunyai fungsi “Restorative” selama tahap Non REM tidur, stress pada
polmonary, cardiovasculer, nervous, endokrin dan sistem eksretori berkurang, energi
disimpan selama tidur, otot skefletal rileks, sehingga energi diarahkan kembali pada
fungsi celluler yang penting, kegiatan simpatis menurus dan kegiatan para simpatis
meningkat (Guyton, 1986).
Tidur juga mengurangi stress, cemas dan membantu seseorang memperoleh energi
untuk konsentrasi, pertahanan dan memelihara aktivitas sehari-hari, tidur tidak
memerlukan pergantian energi yang hilang dalam sehari, kecuali itu suatu penyakit,
maka bangunnya relatif lama dan tidurnya tetap konstan
Sedangkan Fungsi atau tujuan istirahat adalah:
a. Mempercepat relaksasi otot dan mengurangi ketegangan otot dan sendi
b. Memberi kesempatan pada tubuh untuk membentuk kekuatan baru
c. Menambah kesegaran dan kekuatan untuk melakukan pekerjaan
d. Melepaskan rasa lelah
4. Jenis Tidur
Ada dua jenis tidur, yaitu : Tidur REM (Rapid Eye Movement Sleep) Walaupun
kadang tidur REM berhubungan dengan tahap I, tidur REM memiliki ciri-ciri tersendiri.
Pada tidur REM ini bukan keadaan pasif tetapi keadaan yang relatif aktif, sehingga
REM ini disebut juga tidur paradoks atau keadaan yang kontradiksi antara relaksasi otot
dan aktifitas otot yang kuat. Karakteristik tidur REM :
a. Kedua bola mata bergerak cepat ke belakang horizontal
b. Kadang-kadang timbul twitching(kedutan) pada telinga atau pada tubuh
c. Tonus otot menurun
d. Denyut nadi dan frekuensi napas tidak teratur
e. Pergerakan otot tidak teratur
f. Sleeper lebih sulit bangun dari pada selam tidur REM
g. Sistem saraf simpatis mendominasi selama tidur REM
Tidur REM bermanfaat sebagai pereda stress dan segala ketegangan yang terjadi
selama waktu bangun. Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement Sleep) yaitu Tidur
dalam dan istirahatnya penuh atau disebut juga slow wave sleep atau gelombang
otaknya lebih lambat. Karakteristik tidur NREM :
a. Dreamlessuess
b. Betul-betul istirahat penuh
c. Tekanan darah menurun
d. Freukensi pernafasan menurun
e. Metabolisme rate menurun
f. Pergerakan bola mata melambat
5. Tahap-Tahap Tidur
Tahap I : Kesadaran masih penuh, EEG menunjukkan aktivitas yang dalam keadaan
sadar ( bangun ) hanya masih sedikit gelombangnya lambat, gerakan bola mata lambat,
frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, jika dibangunkan individu akan sering menolak
karena lelah (ngantuk)
Tahap II :Relaksasi otot, EEG gelombang lebih teratur dan lambat, pasien masih
dapat dibangunkan, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh
menurun.
Tahap III :Tidur yang lebih dalam, gambaran EEG lambat, bahkan disertai
mendengkur, denyut nadi dan frekuensi nafas lambat.
Tahap IV: Relaksasi total dan dimulainya mimpi, Gambaran EEG sangat memanjang
dan gelombangnya lambat,mimpi-mimpi terjadi pada tahap ini, denyut jantung dan
frekuensi nafas menurun 20-30%.
6. Masalah-Masalah Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan
gangguan tidur malam yang mengakibatkan masalah-masalah gangguan tidur. Masalah-
masalah kebutuhan tidur :
a. Insomnia :
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur
yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya
sebentar atau susah tidur.insomnia terbagi menjadi 3 jenis, yaitu : initial
insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur ;
interminten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu
terbangun pada malam hari; dan terminal insomnia, ketidakmampuan untuk tidur
kembali setelah bangun tidur pada malam hari.

b. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan,
pada umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh
kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, dll.
c. Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu
pola tidur, seperti somnabulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi
pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV tidur NREM.somnabulisme ini
dapat menyebabkan cedera.
d. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur, atau
biasa disebut dengan istilah mengompol. Enuresa ada dua jenis, yaitu: enuresa
noktural, merupakan mengompol diwaktu tidur ; dan enuresa diurnal,
mengompol pada saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan
gangguan pada tidur NREM
e. Apnea Tidur dan Mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk gangguan tidur, tetapi
mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah.
Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat
mengakibatkan henti napas. Bila kondisi ini berlangsung lama, maka akan dapat
menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi
tidak teratur.
f. Narcolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur,
misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat
sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis.
Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat
yang menyebabkanketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan
(Carpenito, LJ, 1995).

B. Pathways

Stress

Kerentanan

Strategi mengatasi

Internalisasi

Emosi peringatan

Takut tidak tidur hyperarousal fisiologis

Insomnia

C. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Insomnia berhubungan dengan:
a. Agens farmaseutikal
b. Aktifitas fisik harian rata-rata kurang dari ang dianjurkan menurut usia dan jenis
kelamin
c. Ansietas
d. Berduka
e. Depresi
f. Fator lingkungan
g. Hygiene tidur tidak adekuat
h. Ketakutan
i. Konsumsi alcohol
j. Perubahan hormonal
k. Sering megantuk
l. stresor
2. Deprivasi tidur berhubungan dengan:
a. Apnea tidur
b. Demensia
c. Enuresis terkait tidur
d. Ereksi nyeri terkait tidur
e. Hambatan lingkungan
f. Hygienetidur tidakadekuat ang terus menerus
g. Hipersomnolen sistem saraf pusat idiopatik
h. Ketidaknamanan lama
i. Ketidaksinkronan irama sirkadian ang terus menerus
j. Mimpi buruk
3. Kesiapan meningkatkan tidur ditandai denga:
a. Menyatakan minat meningkatan tidur
4. Gangguan pola tidur
a. Gangguan karena pasagan tidur
b. Halangan lingkungan
c. Imobilisasi
d. Kurang privasi
e. Pola tidur tidakmenyehatkan
D. Perencanaan
1. Prioritas Masalah
Gangguan pola tidur (sulit tidur) berhubungan dengan luka post operasi
Batasan karakteristik :
a. Klien melaporkan adanya kesulitan tidur
b. Klien mengaku tidak beristirahat dengan baik
c. Klien mengatakan merasa kantuk yang berlebihan disiang hari
d. Pasien memperlihatkan perasaan lelah
e. Lesu, gellisah dan apatis
f. Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata terasa perih
2. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
Tujuan intervensi: membentuk kembali pola tidur dan istirahat pasien (kebiasaan
pasien) yang sesuai dengan kebutuhan.

Kriteria hasil:
a. Klien tertidur dalam waktu 30 menit setelah naik tempat tidur
b. Klien melaporkan perasaan segar disaat terbangun di pagi hari
c. Badan tampak segar dan tidak lesu
3. Intervensi
a. Anjurkan agar klien tidak mengkonsumsi kafein dan alcohol
Rasional: kafein dan alkohol mengganggu siklus tidur
b. Atur posisi klien pada posisi fowler
Rasional : posisi fowler mempermudah pernapasan saat tidur
c. Ajarkan klien unyuk relaksasi sebelum tidur
Rasional: relaksasi mengurangi peningkatan tonus simpatik
d. Kendalikan sumber-sumber kebisingan lingkungan
Rasional :suara bising (keras) dapat mengganggu tidur/istirahat
e. Pastikan kamar tidur memiliki ventilasi yang baik
Rasional : ventilasi yang baik mempermudah pertukaran udara
f. Berikan fasilitas tidur senyaman mungkin (kasur, bantal, slimut)
Rasional : memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kwalitas tidur

Anda mungkin juga menyukai