Anda di halaman 1dari 27

8.

Hidrolika Sungai dan Pemanfaat Air


8.1. Latar Belakang

Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya


manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau
menghilangkan faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap
kehidupan manusia. Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk
membantu manusia dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan
makanan nabati dan memperbesar rasa aman dan kenyamanan hidup manusia
terutama yang hidup di lembah dan di tepi sungai.
Indonesia merupakan daerah yang memiliki dua musim yakni musim
kemarau dan musim penghujan. Sehingga perlu dikembangkan potensi - potensi
sungai tersebut guna meningkatkan hasil produksi pertanian, salah satunya dengan
membangun bendung.
Bendung sebagai salah satu contoh bangunan air mencakup hampir
keseluruhan aspek bidang ketekniksipilan, yaitu struktur, air, tanah, geoteknik,
dan manajemen konstruksi didalam perencanaan teknis strukturnya. Untuk
mendapatkan struktur bendung yang tepat perlu dilakukan analisis dan
perhitungan yang detail dan menyeluruh, hal ini dikarenakan adanya hubungan
saling ketergantungan dari banyak aspek dalam pelaksanaannya.

8.2. Pengertian Bendung

Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk


meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu
bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri
dari bagian-bagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion
structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (flushing
structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi
muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke
saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).
8.2.1. Jenis-Jenis Bendung

a. Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)


Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak
dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang
dikehendaki.
Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai
dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik
ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada
daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari
pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air di bendung
tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana
(tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang
curam.
b. Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)
Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat
diubah sesuai dengan yang dikehendaki.
Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan
naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air
(gate). Bendung gerak biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara.
Pada daerah hilir sungai atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai
relative lebih landai atau datar dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir,
maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa
diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber
kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat
pintu yang telah terbuka kea rah hilir (downstream).

8.2.2. Pemilihan Lokasi Bendung

Dalam pemilihan lokasi bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling


menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamanan bendung, pelksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan
sebagainya. Dari beberapa pengalaman dalam memilih lokasi bendung, tidak
semua persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendung
ditetapkan pada persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung didasarkan
pada beberapa faktor, yaitu :
a) Keadaan Topografi
 Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari;
 Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan;
 Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.
b) Keadaan Hidrologi
 Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor
– faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung
serta tinggi bendung tergantung pada debit rencana.
 Faktor – faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana,
perhitungan debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan,
unit hidrograf, dan banjir di site atau bendung.
c) KondisiTopografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
 Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di palung
sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai tidak lebih
dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan pelaksanaannya.
 Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya penggaliannya
tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi – untuk tidak
menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk dibatasi sampai
dengan kedalaman delapan meter.
 Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan
dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga dapat dihindari.
d) Kondisi Hidraulik dan Morfologi
 Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir, sedang dan kecil;
 Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil;
 Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
 Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
e) Kondisi Tanah Pondasi
 Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup
baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan
karena arus dan sebagainya.
f) Biaya Pelaksanaan
 Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor
penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa
alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
8.3. Bagian-Bagian Bendung
1) Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari
elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu
kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang
pada aliran sungai. Tubuh bendung merupakan bagian yang selalu atau
boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun air banjir. Tubuh
bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan akibat perubahan debit
yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat sendiri.
2) Pintu Air (Gates)
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk
mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka
maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air, yaitu:
- Daun Pintu (Gate Leaf)
`
- Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton
yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai
dengan yang direncanakan.
- Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk
menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan
dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
- Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.
3) Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam
saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu
kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah
yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut adanya
bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah satu pintu
pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat gorong-gorong
yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu
membuat dua bangunan penguras dan cukup satu saja.
4) Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan
bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini
disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan
terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah
kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung,
maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-
kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras
cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh
bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau
kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar
antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu
penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada
sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar
pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama
kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu
eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat
pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-
benda hanyut dapat lewat diatasnya.
5) Kolam Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada
palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi
loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan
menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan
yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya
adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring,
penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar konstruksi
peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu :
- Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak
membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh
tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan
muka air banjir hilir.
- Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis
kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi
energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air
banjir di hilir.
- Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted
rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini
mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun
perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini
digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder).
Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang
melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting
ke arah hilirnya.
- Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10
meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting
ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan
konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I
merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat benturan
langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe
USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam
(gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe
ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m,
ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi
pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang
aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe
USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di
ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan
air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 -
4,5.
- Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan
bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar.
Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar
antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat
diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi
sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan
lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor
keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)
6) Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen
yang lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya
ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan
yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara
berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras
untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.
7) Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan
ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :
- Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
- Pengoperasian pintu.
- Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
- Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
8.4. Tipe-Tipe Mercu Bendung
a) Tipe Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit
yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang
lebar. Pada sungai – sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena
akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit
menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada
mercu. Untuk bendung dengan 2 jari – jari hilir akan digunakan untuk
menemukan harga koefisien debit.
b) b. Tipe Mercu Ogee
Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung
ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan
sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada
debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan
kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan
digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah
berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu
ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan,
digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih
hemat.
c) Tipe Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak
membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.
d) Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang
mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

8.5. Pemilihan Tipe Bendung

Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak)


didasarkan pada pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika
pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang
luas maka bendung gerak (bendung berpintu) merupakan pilihan yang tepat. Jika
pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang
tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan pilihan
yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka
peredam energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka
pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-
batu bongkah dapat terangkut lewat di atas pelimpah. Jika sungai tidak
mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang
sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling basin).
8.6. Perencanaan Tubuh Bendung

Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah (spilway), peredam


energi (energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu bendung.
a) Pelimpah (spilway).
Pelimpah berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi puncak
pelimpah direncanakan berdasarkan banyak hal antara lain : elevasi muka
air rencana di bangunan bagi paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat
ukur, kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran primer, kehilangan
tinggi energi pada pengambilan, faktor keamanan dan kemiringan saluran
antara bangunan intake dengan bangunan bagi paling hulu.
Ada beberapa macam profil pelimpah antara lain : pelimpah profil bulat,
pelimpah profil Bazin, pelimpah profil Modified Creager, pelimpah menurut
standard WES (Waterways Experiment Station) serta banyak lagi bentuk
profil lainnya.
Rumus debit melalui pelimpah :
Dengan :
Q = Debit banjir rencana periode ulang 100 tahunan (Q100),
diperoleh dari
analisis hidrologi.--> (Q100 = 800 m3/dt)
Cd = Koefisien debit, hasil perkalian antara C1xC2xC3
Be = Lebar efektif bendung (m)
H1 = Tinggi energi di hulu pelimpah (m)
B = Lebar pelimpah, tidak termasuk pilar dan bangunan pembilas (m)
N = Jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar (untuk pilar dengan penampang bulat, kp
= 0.01)
Ka = koefisien konstraksi abutment/dinding (ka = 0.1)
b) Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi
oleh:
 Kemiringan dasar sungai ( I );
 Lebar dasar sungai (b);
 Debit maksimum (Qd).
c) Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
 Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;
 Elevasi kedalaman air di sawah;
 Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;
 Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;
 Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;
 Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
 Kehilangan tekanan di alat – alat ukur;
 Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
 Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
 Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau
dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi
mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :
 Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;
 Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
 Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
 Kesempurnaan aliran pada bendung;
 Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
 Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan
minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).
Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan
minimum 0.5 H.
d) Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung

Tinggi muka air di atas mercu bendung dapat dihitung dengan persamaan
tinggi energy – debit, yaitu :
Qd = Cd ⅔ ⅔ g b H3/2
Dimana :
Qd = debit desain, m3/det
Cd = koefisien debit = Cd = C0 . C1. C2
g = percepatan gravitasi
b = lebar mercu efektif
H = tinggi energy di atas mercu
e) Panjang atau Lebar Mercu Bendung
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan
terhadap :
 Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;
 Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit
desain.
 Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu
 Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur
(bank full discharge);
 Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai
yang telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu
lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan
tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik
akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah
luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai
bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik
bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.
f) Lebar Efektif Mercu Bendung
Lebar mercu bendung efektif , Be, yaitu panjang mercu bendung bruto, Bb,
dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjang mercu
bendung yang efektif melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaitu :
- Be = Bb – 20% Σb – Σt
- Be = Bb – 2 (n . kp + ka)H
Dimana :
Be = lebar mercu efektif (meter)
Bb = lebar mercu bruto (meter)
Σb = jumlah lebar pembilas
Σt = jumlah pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan
Irigasi, KP-02.
g) Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi
yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari
suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh
tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran.
h) Menentukan Panjang Lantai Muka
Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan,
selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air
mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep
Line”, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang
dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertical. Untuk menentukan
Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori :
- Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah
sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
- Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang
diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar daripada arah
horizontal dengan perbandingan 3:1.
i) Menentukan Stabilitas Bendung
Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai
dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung,
seperti:
- Gaya berat
- Gaya gempa
- Tekanan Lumpur
- Gaya hidrostatis
- Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).
j) Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran
dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran
(pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan
bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung
letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material
yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk
mencegah masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini
ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada waktu banjir, pintu
pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke
saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai
biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah
setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar
pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran
yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-
pilar diantaranya.
k) Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B),
sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas
pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh
karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air
banjir
8.7. Stabilitas Bendung

Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari


bendung, antara lain:
 Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir
 Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran
sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah
 Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya
 Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi
muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi

Bendung merupakan salah satu apa yang disebut dengan


Diversion Hard Work, yaitu bangunan utama dalam suatu
jaringan irigasi yang berfungsi untuk menyadap air dari suatu
sungai sebagai sumbernya.

Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang terletak


melintang memotong suatu aliran sungai. Hal ini harus
dibedakan dengan waduk yang bersifat menampung dan
menyimpan air. Pada hakekatnya bendung dapat disamakan
sebagai bangunan pelimpah atau Over Flow Weir Type.

Syarat-syarat konstruksi bendung yang harus dipenuhi antara


lain :
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada
waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya
dukung tanah di bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang
disebabkan oleh aliran air sungai dan aliran air yang meresap
ke dalam tanah.
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka
air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat
membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan
tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.

Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk


bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam
pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan
dari berbagai segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamanan bendung, pelaksanaa, pengoperasian, dampak
pembangunan, dan lain sebagainya. Lokasi bendung dipilih
atas pertimbangan beberapa aspek yaitu :

 Keadaan Topografi
1) dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi,
sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari
2) bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui
maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan
3) dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi
topografi dapat diseleksi
4) disamping itu ketinggian mercu bendung dari dasar sungai
dapat pula direncanakan

 Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi bendung, harus memperhatikan beberapa
aspek yaitu :
1) ketinggian bendung tidak terlalu tinggi
2) trase saluran induk terletak di tempat yang baik
3) penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi
hidraulik dan angkutan sedimen

 Kondisi Hidraulik dan Morfologi


Dilihat dari lokasi bendung ; termasuk angkutan sedimennya
adalah faktor yang harus dipertimbangkan pula dalam
pemilihan lokasi bendung yang meliputi :
1) pola aliran sungai : kecepatan, dan arahnya pada waktu
debit banjir, sedang dan kecil
2) kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir,
sedang dan kecil
3) tinggi muka air pada debit banjir rencana
4) potensi dan distribusi angkutan sedimen
Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan
pembangunan bendung di lokasi lain misalnya di sudetan
sungai atau dengan jalan membangun pengendalian sungai.

 Kondisi Tanah Fundasi


Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah fundasinya
cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang
harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan, potensi
gerusan karena arus dan sebagainya ; secara teknik bendung
dapat ditempatkan di lokasi sungai dengan tanah fundasi yang
kurang baik, tetapi bangunan akan membutuhkan biaya yang
tinggi, peralatan yang lengkap dan pelaksanaan yang tidak
mudah.

 Biaya Pelaksanaan
Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan ; yang
selanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara
pelaksanaannya, peralatan dan tenaga. Biasanya biaya
pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan teraqkhir.
Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang
paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

 Faktor-faktor lain
Yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi bendung
yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung, perubahan
morfologi sungai, daerah genangan yang tidak terlalu luas dan
ketinggian tanggul banjir.

1.5.3 Pembagian Bendung


 Berdasarkan cara pembendungannya
Pembendungan air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah
yang permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu
pengatur yang bekerja di atas puncak ambang bendung.
Berdasarkan hal tersebut, maka bendung dapat dibagi menjadi
:
1) Bendung
Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya
dilakukan oleh sebuah puncak pelimpah yang permanen.
Meskipun bendung juga dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian
dari pintu ini lebih kecil dalam pelaksanaan pembendungan air .

2) Baragge
Jika seluruh pembendungan atau sebagian besar dari
pembendungan dilakukan oleh pintu. Pada Barrage yang
pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka
pada waktu banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya
akan menjadi minimum/ berkurang.

 Berdasarkan Fungsinya
1) Bendung Pengarah ( Diversion Weir )
Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau
tanpa pintu penutup dan terletak melintang atau memotong
kedalaman dasar sungai. Fungsinya adalah untuk
membelokkan air sungai ke saluran primer

2) Bendung Penahan
Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air
banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau
pengontrol banjir.

 Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi


1) Masonary Weir With Vertical Drops.
Bendung tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah
puncak ambang dari pasangan batu tembok dengan
permukaan air hampir tegak. (kadang-kadang juga dilengkapi
dengan pintu ). Bendung tipe ini cocok untuk tanah dasar
lempung keras.

2) Rock Dry Stone Weir.


Bendung tipe ini adalah tipe yang sederhana, tipe ini cocok
untuk tanah dasar berpasir halus seperti tanah alluvial.
Bendung tipe ini juga membutuhkan jumlah batu yang sangat
banyak, jadi bendung tipe ini tidak banyak dipakai.

1.5.4 Bangunan yang Terdapat Pada Bendung

 Tubuh Bendung ( Weir )


Adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam
keadaan normal maupun air banjir.
Tubuh bendung harus aman terhadap:
 Tekanan air
 Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak.
 Tekanan gempa
 Akibat berat sendiri

 Bangunan Pembilas
Pada hulu bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan
pembilas guna mencegah masuknya bahan sidemen kasar ke
dalam saluran irigasi.
Ada empat tipe, yaitu:
 Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan.
 Pembilas bawah
 Shunt undersluice
 Pengambilan bawah tipe boks
Untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang
terjadi didekat intake maka perlu dibangun bangunan penguras
( Under Sluice ).
 Bangunan Penguras
Fungsinya adalah untuk mengurangi aliran yang bergolak (
Turbulent ) yang terjadi di dekat intake. Puncak ambang dari
under sluice dijaga agar lebih rendah dari puncak ambang
bendung, sehingga akan membantu membawa debit pada
musim kering ke arah under sluice. Normalnya, permukaan
puncak ambang under sluice ini sama dengan permukaan
dasar saluran terdalam pada musim kering. Dengan
membukanya pintu penguras, maka akan menggelontor
endapan lumpur yang terdapat di depan intake maupun di
under sluice.

 Dinding Pemisah (Divide Wall )


Terbuat dari susunan batu kali atau beton yang dibangun
disebelah kanan sumbu bendung dan membatasi antara tubuh
bendung dengan under sluice (Bangunan Penguras).
Fungsi utama dari dinding pemisah yaitu :
 Membagi antara bendung utama dan under sluice, karena
kedudukan under sluice lebih rendah daripada tubuh bendung.
 Membantu mengurangi arus yang bergolak didekat intake
sehingga lumpur akan mengendap di under sluice dan air yang
bebas lumpur akan masuk ke intake.

 Canal Head Regulator (Intake)


Berfungsi sebagai :
 Mengatur pemasukan air kedalam saluran.
 Mengontrol masuknya lumpur kedalam sungai.
 Menahan banjir sungai masuk kedalam saluran.
Regulator umumnya terletak di sisi sebelah kanan bendung dan
agak menyudut ( antara 90° – 110° dengan sumbu horizontal ).

 Kantong Lumpur
Berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang
lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan
biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan
pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam
kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui
saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras
untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah
hilir.

 Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan
ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :
 Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran
sungai.
 Pengoperasian pintu
 Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan
untuk tenaga eksploitasi dan pemeliharaan.
 Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan
utama mudah dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka
untuk umum.

1.5.5 Keadaan Tubuh Bendung


 Menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai
dipengaruhi oleh:
 Kemiringan dasar sungai ( I ),
 Lebar dasar sungai (b),
 Debit maksimum (Qd).

 Menentukan tinggi mercu bending


Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
 Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh,
 Elevasi kedalaman air di sawah,
 Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah,
 Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier,
 Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder,
 Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran,
 Kehilangan tekanan di alat – alat ukur,
 Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer,
 Persediaan tekanan untuk eksploitasi,
 Persediaan untuk bangunan lain.

Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai


udik/ dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam
menentukan tinggi mercu bendung maka harus
dipertimbangkan terhadap :
 kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi
tekan
 kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan
 tinggi muka air genangan yang akan terjadi
 kesempurnaan aliran pada bendung
 kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di
bendung.
 tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter
dan minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).

 Menentukan tinggi air di atas mercu bendung


Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:
 Lebar Bendung (B)
6/5 lebar normal (Bn).Lebar bendung adalah jarak antara dua
tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar bangunan
pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut lebar mercu bruto.
Biasanya lebar bendung (B)
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus
diperhitungkan terhadap :
1. kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan
yang cukup
2. batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan
pada debit desain
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan :
1. sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada
debit penuh alur (bank full discharge).
2. umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada
ruas sungai yang telah stabil.

Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak


pula terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu
pendek, akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih
tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi
pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas.
Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai
bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan
sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan
penyadapan aliran ke intake.

 Lebar Efektif Bendung


Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat
untuk melewatkan debit. Untuk menetapkan besarnya lebar
efektif bendung, perlu diketahui mengenai eksploitasi bendung,
karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar daripada
pengairan air di atas mercu bendung, maka kemampuan pintu
pembilas untuk pengaliran air dianggap hanya 80%, maka lebar
efektif bendung dapat dihitung dengan rumus:

Di mana: Lef = Lebar efektif bendung


B = Lebar seluruh bendung
= Jumlah tebal pilar
= Jumlah lebar pintu pembilas

 Menentukan panjang dan dalam kolam Olak


Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai
peredam energi yang terkandung dalam aliran dengan
memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang
berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi
loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran. Rumus yang
dipakai untuk menentukan dalam kolam olak adalah RUMUS
SCHOKLISH yaitu:
Dimana: T = Scouring depth
d = Diameter terbesar yang hanyut waktu banjir
h = Beda tinggi
q = Debit persatuan lebar

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan panjang


kolam olak adalah Rumus Angerholzer yaitu:

Dimana: L = Scouring length


Hd = Tinggi air diatas bendung
Vi = Kecepatan pada kolam olak
g = gravitasi (9.8 m2/detik)

 Menentukan Panjang Lantai Muka


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan
pebedaan tekanan, selanjutnya akan terjadi pengaliran di
bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan
hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka
untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang
dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertical.
Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan
rumus atau teori:

 Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur
pengaliran adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.

Dimana: ΔH = Beda tekanan


L = Panjang creep line
C = creep ratio

 Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa
energi yang diperlukan oleh air untuk mengalir kea rah vertical
lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1,
sehingga dapat dianggap :

Dimana: H = Tekanan
L = Panjang creep line

 Menentukan Stabilitas Bendung


Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi
bendung sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan
oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
 Gaya berat,
 Gaya gempa,
 Tekanan Lumpur,
 Gaya hidrostatis,
 Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).

 Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang
masuk ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda
padat dan kasar ke dalam saluran (pintu pengambilan atau
intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri
dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu
tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang
tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang
makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda
padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau
dibatasi oleh ukuran pntu. Pada waktu banjir, pintu
pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda
kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa
karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka yang
dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu.
Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar
pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika
terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih
dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

 Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung
(B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Dan
bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus
setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus
diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir.

1.6 Stabilitas Bendung


Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat
konstruksi dari bendung, antara lain:
 Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada
waktu banjir.
 Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan
oleh aliran sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah.
 Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah
di bawahnya.
 Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat
memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk
seluruh daerah irigasi.
 Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat
membawa pasir, kerikil, dan batu – batuan dan tidak
menimbulkan kerusakan pada puncak ambang.

1.7 Tipe Mercu Bendung


Tipe bendung yang terdapat di Indonesia, bentuk profilnya
adalah sebagai berikut:
a. Type Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien
debit yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien
bendung ambang lebar. Pada sungai – sungai, type ini banyak
memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka
air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi
karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu.
Untuk bendung dengan 2 jari – jari hilir akan digunakan untuk
menemukan harga koefisien debit.

Gambar 1.1. Gambar Mercu Tipe Bulat


b. Type Mercu Ogee
Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari
bendung ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan
memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu
sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya.
Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan
permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan
digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam
olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang
cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka
untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu
sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.

Gambar 1.2. Gambar Mercu Tipe Ogee

c. Tipe Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi
sungai tidak membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak
dipakai di Indonesia.

d. Tipe Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar
yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai