Anda di halaman 1dari 18

I.

Learning Issue

A. Gangguan Keseimbangan Mineral


Mineral adalah substansi inorganik sederhana yang tersebar luas dialam.
Mineral mewakili 4% dari berat tubuh dan ditemukan pada setiap cairan dan jaringan
tubuh. Mineral dikelompokkan menjadi mineral utama (makromineral) dan mineral
kelumit (mikromineral). Mineral adalah eletrolit yang terdapat pada senyawa di dalam
larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif.
Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan.
Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh
manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+), kalium
(K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-). Pemeriksaan keempat elektrolit mayor
tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit.

Macam – macam mineral (makromineral dan mikromineral)


Makromineral :
 Klorida
Berfungsi menjaga kesimbangan cairan, elektrolit, asam – basa dan tekanan
osmotik tubuh.
 Kalium
Berfungsi untuk kontraksi tubuh, transmisi impuls saraf, distribusi cairan,
sintesis glikogen dan protein.
 Natrium
Berfungsi memelihara kadar cairan sel, kontraksi otot, memelihara pereabilitas
sel.
 Sulfur, magnesium dan fosfor.
Mikromineral :
 Krominum
Berfungsi dalam metabolism karbohidrat dan protein, mempertahankan kadar
glukosa
 Kobalt
Berfungsi dalam pembentukan vitamin B12
 Tembaga
Berfungsi dalam pembentukan tulang warna kulit dan rambut, proses
penyembuhan, pembentukan hemoglobin dan sel darah merah, metabolism zat
besi
 Flourida
Berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi
 Yodium
Berfungsi untuk produksi energy, metabolism, sintesis hormone tiroksin,
sintesis protein, sintesis kolesterol, absorbs karbohidrat dan proses perubahan
karoten menjadi vitamin A
 Besi
Berfungsi dalam produksi hemoglobin, resistensi terhadap stress dan penyakit,
respirasi sel, pengangkutan oksigen, berperan dalam system kekebalan.
 Mangan, selenium dan seng.
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, kalium kation
terbanyak dalam cairan intrasel dan klorida merupakan anion terbanyak dalam
cairan ekstrasel. Jumlah natrium, kalium dan klorida dalam tubuh merupakan cermin
keseimbangan antara yang masuk terutama dari saluran cerna dan yang keluar
terutama melalui ginjal. Gangguan keseimbangan natrium, kalium dan klorida
berupa hipo- dan hiper-. Hipo terjadi bila konsentrasi elektrolit tersebut dalam tubuh
turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal dan hiper- bila
konsentrasinya meningkat diatas normal.

Macam – macam Cairan Tubuh


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan intraseluler = 40% dari berat badan total adalah cairan yang terdapat
didalam sel. Pada orang dewasa kira – kira 2/3 dari cairan tubuh.
2. Cairan ekstraseluler = 20% dari berat badan total adalah cairan luar sel. Cairan
ekstraseluler terbagi 3 yaitu : cairan interstisial, cairan intravascular dan cairan
transeluler. Cairan interstisial adalah cairan disekitar sel, sama dengan kira – kira 8L
pada orang dewasa. Cairan limfe ermasuk dalam volume interstisial. Cairan
intravascular adalah cairan yang terkandung pada pembuluh darah. Volume relatif
antara anak – anak dan orang dewasa sama. Sementara cairan transeluler adalah
cairan yang terkandung didalam rongga khusus tubuh. Contohnya meliputi cairan
serebrospiral, pericardial, pleura, synovial dan intraocular.

Cara Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar natrium, kalium dan
klorida adalah dengan metode elektroda ion selektif, spektrofotometer emisi nyala,
spektrofotometer atom serapan, spektrofotometri berdasarkan aktivasi enzim,
pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi merkurimeter, dan pemeriksaan
kadar klorida dengan metode titrasi kolorimetrik-amperometrik.
1. Pemeriksaan dengan Metode Elektroda Ion Selektif (Ion Selective
Electrode/ISE) Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida dengan
metode elektroda ion selektif (Ion Selective Electrode/ISE) adalah yang
paling sering digunakan. Data dari College of American Pathologists (CAP)
pada 5400 laboratorium yang memeriksa natrium dan kalium, lebih dari 99%
menggunakan metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik,
koefisien variasi kurang dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai
program pemantapan mutu yang baik. ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan
ISE indirek. ISE direk memeriksa secara langsung pada sampel plasma, serum
dan darah utuh. Metode inilah yang umumnya digunakan pada laboratorium
gawat darurat. Metode ISE indirek yang diberkembang lebih dulu dalam
sejarah teknologi ISE, yaitu memeriksa sampel yang sudah diencerkan.
Prinsip Pengukuran Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE untuk
menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak
diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran ion
selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel. Membran
merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga
menyebabkan perubahan potensial membran. Perubahan potensial membran
ini diukur, dihitung menggunakan persamaan Nerst, hasilnya kemudian
dihubungkan dengan amplifier dan ditampilkan oleh alat.
2. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Emisi Nyala (Flame Emission
Spectrofotometry/FES) Spektrofotometer emisi nyala digunakan untuk
pengukuran kadar natrium dan kalium. Penggunaan spektrofotometer emisi
nyala di laboratorium berlangsung tidak lama, selanjutnya penggunaannya
dikombinasi dengan elektrokimia untuk mempertahankan penggunaan dan
keamanan prosedurnya. 14 Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala
adalah sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium atau
cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion natrium,
kalium, litium, atau sesium bila mengalami pemanasan akan memancarkan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu (natrium berwarna kuning dengan
panjang gelombang 589nm, kalium berwarna ungu dengan panjang
gelombang 768 nm, litium 671 nm, sesium 825 nm). Pancaran cahaya akibat
pemanasan ion dipisahkan dengan filter dan dibawa ke detektor sinar.
3. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan Aktivasi Enzim Prinsip
pemeriksaan kadar natrium dengan metode spektrofotometer yang
berdasarkan aktivasi enzim yaitu aktivasi enzim beta-galaktosidase oleh ion
natrium untuk menghidrolisis substrat o-nitrophenyl-β- D-galaktipyranoside
(ONPG). Jumlah galaktosa dan onitrofenol yang terbentuk diukur pada
panjang gelombang 420 nm. 14 Prinsip pemeriksaan kalium dengan metode
spektrofotometer adalah ion K+ mengaktivasi enzim tryptophanase. Prinsip
pemeriksaan klorida dengan metode spektrofotometer adalah reaksi klorida
dengan merkuri thiosianat menjadi merkuri klorida dan ion thiosianat. Ion
thiosianat bereaksi dengan ion ferri dan dibaca pada panjang gelombang 480
nm.
4. Pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan (Atomic Absorption
Spectrophotometry/ AAS) Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom
serapan adalah teknik emisi dengan elemen pada sampel mendapat sinar dari
hollow cathode dan cahaya yang ditimbulkan diukur sebagai level energi yang
paling rendah. Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk ikatan kimia (atom)
dan ditempatkan pada ground state (atom netral). Metode spektrofotometer
atom serapan mempunyai sensitivitas spesifisitas yang lebih tinggi
dibandingkan metode spektrofotometer nyala emisi.
5. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Merkurimeter Prinsip:
Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi dengan larutan merkuri nitrat,
dengan penambahan diphenylcarbazone sebagai indikator. Hg2+ yang bebas,
bersama klorida membentuk larutan merkuri klorida yang tidak terionisasi14 .
Kelebihan ion Hg2+ bereaksi dengan diphenylcarbazone membentuk senyawa
kompleks berwarna biru-ungu. Titik akhir dari titrasi adalah saat mulai timbul
perubahan warna.
6. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Kolorimetrik-
Amperometrik Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi
kolorimetrik-amperometrik bergantung pada generasi Ag+ dari elektroda
perak yang konstan dan pada reaksi dengan klorida membentuk klorida perak
tang tidak larut. Interval waktu yang digunakan sebanding dengan kadar
klorida pada sampel.

Gangguan keseimbangan mineral


 Hiponatremia : Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau
penambahan air yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan
penurunan konsentrasi natrium plasma. Kehilangan natrium klorida primer
biasanya terjadi pada dehidrasi hipoosmotik seperti pada keadaan berkeringat
selama aktivitas berat yang berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan
volume cairan ekstrasel seperti diare, muntah-muntah, dan penggunaan
diuretik secara berlebihan
 Hipernatremia : Peningkatan konsentrasi natrium plasma karena kehilangan
air dan larutan ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus) atau
karena kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel seperti pada overhidrasi
osmotik atau retensi air oleh ginjal dapat menyebabkan peningkatan
osmolaritas & konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstrasel.
 Hipokalemia : Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L. ini terjadi karena
kurangnya asupan kalium atau pengeluaran secara berlebihan.
 Hiperkalemia : bila kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L
 Hipoklorinemia : terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan.
Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada
alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit
natrium.
 Hiperklorinemia : terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada
gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab
hiperklorinemia sama dengan hipernatremia.

Kadar Mineral Normal pada Tubuh


 Nilai normal natrium
Dewasa : 135 – 145 mEq/L
Anak : 135 – 145 mEq/ L
Bayi : 134 – 150 mEq/L
 Nilai normal kalium
Dewasa : 3,5 – 5,0 mEq/L
Anak : 3,6 – 5,8 mEq/L
Bayi : 3,6 – 5,8 mEq/L
 Nilai normal klorida
Dewasa : 95 – 105 mEq/L
Anak : 98 – 110 mEq/L
Bayi : 95 – 110 mEq/L
 Nilai normal hemoglobin
Anak 6 bulan – 6 tahun : 11,0 gr/dl
Anak 6 tahun – 14 tahun : 12,0 gr/dl
Pria dewasa : 13,0 gr/dl
Ibu hamil : 11,0 gr/dl
Wanita dewasa : 12,0 gr/dl
 Nilai normal HCO3- : Dewasa : 21 – 28 mEq/L
 Nilai normal PCO2 : Dewasa : 35 – 45 mmHg

B. Pengukuran Tekanan Darah


Hasil pengukuran tekanan darah tersusun atas tekanan sistol dan diastole.
Tekanan sistolik merupakan tekanan darah yang terjadi pada saat kontraksi otot
jantung (saat keluar dari jantung). Istilah ini digunakan untuk membaca tekanan
arterial maksimum saat terjadinya kontraksi lobus ventricular kiri dari jantung.
Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole. Tekanan diastole merupakan
tekanan darah dimana jantung sedang relaksasi. Contoh pada kasus 130/80 mmHg
menunjukkan bahwa tekanan sistolenya 130mmHg dan tekanan distolenya 80 mmHg.
Tekanan darah merupakan parameter yang dapat menunjukkan beberapa
kelainan yang terjadi pada tubuh manusia. Alat pengukur tekanan darah atau yang
juga biasa disebut dengan tensimeter dan sfigmomanometer biasa digunakan oleh
para praktisi kesehatan untuk mengetahui kondisi tekanan darah pasiennya. Cara
kerja alat pengukur tekanan darah ini sebenarnya cukup sederhana. Prinsip
kerja alat pengukur tekanan darah sama dengan U-Tube Manometer. Manometer
adalah alat pengukur tekanan yang menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi
cairan yang disebut cairan manometrik untuk menentukan tekanan cairan lainnya
yang akan diukur.
Tensimeter Manometer Aneroid Tensimeter Manometer Digital

Prinsip kerja Pengukuran Tekanan Darah


U-Tube manometer dapat digunakan untuk mengukur tekanan dari cairan dan gas.
Nama U-Tube diambil dari bentuk tabungnya yang menyerupai huruf U seperti pada
gambar di bawah ini. Tabung tersebut akan diisi dengan cairan yang disebut
cairan manometrik. Cairan yang tekanannya akan diukur harus memiliki
berat jenis yang lebih rendah dibanding cairan manometrik, oleh karena itu
pada alat pengukur tekanan darah dipilih air raksa sebagai cairan manometrik karena
air raksa memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis darah.
Berikut skema pengukuran tekanan menggunakan manometer.

Tekanan B = Tekanan C
Untuk lengan kiri manometer :
Tekanan B = Tekanan A + Tekanan h1 dari cairan yang diukur
Untuk lengan kanan manometer :
Tekanan C = Tekanan D + Tekanan h2 dari cairan manometrik
Cara menggunakan Sphygmomanometer manual yang benar:

1. Yakinkan semua sisa udara yang masih terdapat di dalam bladder pada
manset sisa pemeriksaan sebelumnya, sudah habis dikeluarkan dengan
cara menekan-nekannya. Bila masih ada sisa udara, maka hasil yang
didapatkan nanti akan menjadi kurang tepat.
2. Lilitkan manset pada lengan atas dengan menggunakan manset yang
sesuai dengan ukuran lingkar lengan atas pasien. Tensi meter yang
bermutu tinggi, akan memiliki acuan atau petunjuk arm circumferenceini
pada mansetnya yang dapat dimanfaatkan oleh pemeriksa untuk melihat
apa kah manset yang digunakan sudah tepat atau harus diganti dengan
yang lebih besar atau lebih kecil. Manset memiliki 6 ukuran yaitu: paha,
dewasa besar, dewasa, anak-anak, bayi, dan neonatus. Bila salah
menggunakan manset, maka hasil yang didapatkan nanti bisa menjadi
sangat salah.
3. Saat memasangkan manset, juga harus diperhatikan artery markingatau
garis tanda arteri, yang dicetak pada manset. Garis tanda arteri ini harus
diletakkan pada vossa cubiti atau lipat dalam siku saat pemasangan
manset.
4. Kunci air valve atau katup udara dengan kencang.
5. Letakkan chest piece dari stethoscope proximal dari vossa cubiti(biasanya
sedikit dibawah manset).
6. Pompa bulb sampai dengan nadi yang ada pada distal dari pemasangan
manset (bila di lengan biasanya vena radialis yang diperiksa) sudah tidak
teraba lagi, pertanda tekanan sudah melewati tekanan systolic dari pasien.
7. Lepaskan tekanan dengan memutar air valve berlawanan arah dengan
jarum jam dengan kecepatan ± 5 mmHg per detik. Jangan terlalu cepat
melepaskannya, karena degupan awal pertanda tekanan systolicpasien
akan terlewat atau tidak terdengar sehingga pembacaan tekanan pasien
terbaca lebih rendah dari sebenarnya.
8. Baca lah hasil tekanan darah pasien dengan satuan sampai 5
mmHg. Jangan membulatkan ke puluhan terdekat, tapi bulatkanlah ke
kelipatan 5 terdekat.

Cara menggunakan Sphygmomanometer automatis / digital yang benar:

1. Seperti pada tipe manual, juga harus dipastikan tidak ada udara yang
tersisa di dalam bladder pada manset. Kecuali untuk tipe advanceyang
memiliki sistem menguras udara residu pemeriksaan sebelumnya.
2. Juga seperti tipe manual, ukuran manset juga harus sesuai dengan
pemasangan yang benar. Walau pun tipe automatis/digital bila manset
yang digunakan tidak tepat, maka hasil pengukurannya pun akan tidak
tepat.
3. Bila memakai model sphygmomanometer digital yang wrist (model di
pergelangan tangan), gunakanlah pergelangan tangan kiri, kecuali karena
ada kondisi yang tidak memungkinkannya. Mengapa harus tangan kiri?
Model wrist ini sangat sensitif sehingga lebih baik menggunakan tangan
yang paling dekat dengan jantung. Jangan lupa juga untuk melepaskan
jam tangan dan gelang.
4. Posisi pemasangan manset (tipe apa pun juga) harus
memperhatikanartery marking (penanda posisi arteri) yang ada pada
manset.
5. Sebelum menekan tombolnya, pastikan tingginya manset sama dengan
jantung, sehingga disarankan diperiksa dalam keadaan duduk. Bila
memakai model wrist, tempelkan pergelangan tangan yang diperiksa ke
dada.
6. Tekan tombol pemompa, dan tunggulah dengan sabar sampai alat benar-
benar berhenti bekerja. Jangan bergerak, jangan bicara, dan jangan
banyak bergoyang saat pemeriksaan; karena tensi meter digital terutama
model wrist sangat sensitif, sehingga getaran kecil dapat membuat salah
pembacaan.
7. Baca hasilnya pada layar dan jangan dibulatkan. Angka yang ditunjukkan
merupakan angka yang biasanya sampai ke 1-an mmHg.
8. Bila akan dilakukan pemeriksaan kedua, berilah jarak interval setidaknya
5 menit untuk memberikan sistem peredaran darah kembali normal
setelah tertekan saat pengukuran sebelumnya. Kemudian ulangi proses
dengan cara yang sama.

II. Analisis Masalah


Kalimat 7
1. Bagaimana gangguan keseimbangan mineral itu?
Gangguan keseimbangan mineral terjadi apabila adanya
ketimpangan antara jumlah mineral yang masuk serta mineral
yang keluar.
2. Bagaimana perbandingan keseimbangan mineral pada orang
normal dengan nelayan A dalam scenario?
Na : Dewasa : 135 – 145 mEq/L
K : Dewasa : 3,5 – 5,0 mEq/L
Cl : Dewasa : 95 – 105 mEq/L
Hb : Pria dewasa : 13,0 gr/dl
HCO3- : Dewasa : 21 – 28 mEq/L
PCO2 : Dewasa : 35 – 45 mmHg
Sementara pada kasus didapatkan hasil pemeriksaan lab sbb :
Na : Dewasa : 160 mEq/L
K : Dewasa : 4 mEq/L
Cl : Dewasa : 122 mEq/L
Hb : Pria Dewasa : 14 gr/dl
HCO3- : Dewasa : 20 mEq/L
PCO2 : Dewasa : 50 mmHg

Kalimat 8
1. Bagaimana tekanan darah normal seseorang yang berusia 30-40
tahun?

Usia berhubungan signifikan dengan tekanan darah. Ditemukan


kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia
dan biasanya pada usia ≥ 40 tahun (Bustan, 1997). Hal ini disebabkan
karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratife,
yang lebih sering pada usia tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Muniroh, Wirjatmadi & Kuntoro (2007)

2. Apa penyebab hipertensi?


Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang munculnya tidak
disadari. Faktor penyebab hipertensi dapat terjadi karena
keturunan, umur, pola makan yang salah,aktifi tas yang kurang,
gaya hidup dan pikiran atau stres.
3. Apa gejala hipertensi?
Sakit kepala, pusing yang sering dirasakan akibat tekanan
darahnya naik melebihi batas normal, wajah akan menjadi
kemerahan. Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung
yang berdebar-debar. Orang yang mengalami darah tinggi akan
mengalami gejala hipertensi seperti pandangan mata menjadi
kabur atau menjadi tidak jelas. Sering buang air kecil dan sulit
berkonsentrasi. Sering mudah kelelahan saat melakukan berbagai
aktivitas. Sering terjadi pendarah di hidung atau mimisan.
Gejala hipertensi yang parah bisa menyebabkan seseorang
mengalami vertigo. Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya
akan sensitif dan mudah marah terhadap hal-hal yang tidak dia
sukai.
4. Bagaimana cara pengobatan hipertensi?
Olahraga, mengkonsumsi buah dan sayur yang tinggi serat,
kurangi asupan garam, minum air putih, istirahat yang cukup,
hindari merokok dan mengurangi pengonsumsian makanan cepat
saji.
5. Penyakit apa saja yang terkait dengan tekanan darah?
Hipotensi : Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian
dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung
terosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat
cairan.
Hipertensi : didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten
dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di
atas 90 mmHg (Smeltzer, 2001). Hipertensi merupakan suatu
keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas
normal.
6. Bagaimana cara mengukur tekanan darah?
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan menggunakan
tensimeter manual atau tensimeter digital.
Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan

 membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada


lengan atas dan dikembangkan dengan pompa.
 Tekanan dalam manset dinaikan sampai denyut radial atau
brakhial menghilang,
 Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik
darah telah dilampaui dan arterii brakhialis telah tertutup.
Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg
diatas titik hilangnya denyutan radial.
 Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan
pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan
palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik.
Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan
sistolik dan diastolik dengan lebih akurat Untuk
mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang
berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri
brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital),
yang merupakan titik dimana arteri brakhialis muncul
diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan
dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara
kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang
menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut
dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan
dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri
brakhialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah
tekanan diastolik dan pada titik tersebut bunyi akan
menghilang (Nursecerdas, 2009).

7. Bagaimana cara membaca hasil pengukuran menggunakan


tensimeter?
Hasil pengukuran tensimeter tersusun atas 2 angka. Angka
pertama biasanya menunjukkan tekanan systole sedangkan angka
kedua biasanya menunjukkan tekanan diastole. Contoh : 130/80
mmHg.
8. Bagaimana mekanisme kerja dari tensimeter?
U-Tube manometer dapat digunakan untuk mengukur tekanan
dari cairan dan gas. Nama U-Tube diambil dari bentuk tabungnya
yang menyerupai huruf U seperti pada gambar di bawah ini.
Tabung tersebut akan diisi dengan cairan yang disebut
cairan manometrik. Cairan yang tekanannya akan diukur
harus memiliki berat jenis yang lebih rendah dibanding
cairan manometrik, oleh karena itu pada alat pengukur tekanan
darah dipilih air raksa sebagai cairan manometrik karena air raksa
memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan berat
jenis darah
III. Daftar Pustaka
Ferawati, Ira. Jurnal FK Unand.
http://download.poltargaruda.org/article.php?article=300005&va
l=7288&title=Fisiologi%20dan%20gangguan%20keseimbangan%
20natrium%20kalium%20dan%20klorida%20serta%20pemeriks
aan%20laboratorium diunduh 11 oktober 2015
http://dokumen.tips/documents/cara-kerja-alat-pengukur-
tekanan-darah.html diunduh 12 oktober 2015
http://tekanandarahnormal.com/ diunduh 12 oktober 2015
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/30/jtstikesmu
hgo-gdl-erikpraset-1458-2-babii.pdf diunduh 11 oktober 2015

Perpindahan Substansi Antar Kompartmen


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi
mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atan
membran tersebut. Bila substansi zat 3 tersebut dapat melalui membran, maka
membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat
menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk substansi
tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila beberapa
partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif.
Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak
membutuhkan energi.

Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi
yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata.
Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan
hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi

Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume
yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul
substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi
air akan menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda
konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan
osmosis.

Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi
oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar
perbedaan tekanan, luas permukaan membran, dan permeabilitas membran.
Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.

Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi
secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang
konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP)
untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.

Anda mungkin juga menyukai