Anda di halaman 1dari 44

Konsep Dasar Keperawatan Gerontik

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat
(2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)

2.1.2 Batasan Lanjut Usia


Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa (Depkes RI, 2003).

e. Lansia tidak potensial


Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain (Depkes RI, 2003).
2.1.3 Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi
fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul
dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa
saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (ketergantungan),
tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan
dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan
menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung
keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan
mental.

2.1.4 Proses Penuaan


Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah
itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh.
Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah
yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan


R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan adalah
sebagai berikut:
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress

2.2 Teori – Teori Penuaan


2.2.1 Menurut Betty Newman
Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang dengan usia berbeda,
masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu faktor pun
ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
1. Teori-Teori Biologi
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk
sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat
pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu sendiri.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan
semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

h. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan proton.
Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
k. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.
2. Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliknya.

c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)


Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh
Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepasuikan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
1) Kehilangan peran (Loss of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values).

2.2.2 Menurut Barbara Cole Donlon


Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat di
observasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. ( Mickey and
Patricia, 2006)
Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang
cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh Barbara Cole
Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial (Tabel
2-1). Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator
yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli
teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan
dengan kepribadian dan perilaku.

Tabel 2-1 Teori-Teori Penuaan


Teori Biologis Tingkat Perubahan
Genetika Gen yang diwariskan & dampak lingkungan
Dipakai dan rusak Kerusakan oleh radikal bebas
(Wear and Tear)
Lingkungan Meningkatnya pajanan terhadap hal-hal yang
berbahaya
Imunitas Integritas sistem tubuh untuk melawan kembali
Neuroendokrin Kelebihan atau kurangnya produksi hormon
Teori Psikologis Tingkat Proses
Kepribadian Introvert lawan ekstrovert
Tugas Perkembangan Maturasi sepanjang rentang kehidupan
Disengagment Antisipasi menarik diri
Aktivitas Membantu mengembangkan usaha
Kontinuitas Pengembangan individualitas

1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi
dan struktur, pengembangan, pajang usia, dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen
yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi
penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah
mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima
kerakteristik penuaan telah dapat di identifikasi oleh para ahli (Tabel 2-2). Teori biologis juga
mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari
waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur pajang, perlawanan terhadap
organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi
dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan
penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari risiko dan
memaksimalkan kesehatan.
a. Teori Genetika
Teori sebab – akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan
gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika, penuaan
adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk
merubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia
telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA),
teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glokogen. Teori – teori ini menyatakan
bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi
tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling bersilangan (crosslink)
dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini
mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya menyebabkan sistem dan organ
tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori – teori ini termasuk perkembangna
radikal bebas, kolagen, dan lipofusin.
Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan
bertambhnya umur menyatakn bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekuler dan
seluler.
Tabel 2-2 Karakteristik Biologis Penuaan
 Peningkatan usia harapan hidup, tetapi mortalitas tidak dapat dihindari.
 Penuaan dapat ditemukan di dalam sel, molekul, jaringan, dan massa
tulang.
 Perusakan bersifat progresif dan tidak tertandingi serta memengaruhi
semua sistem hidup.
 Diperlukan waktu yang panjang untuk kembali dari periode serangan,
kelelahan, dan stress.
 Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, kanker, dan penyakit lain yang
berhubungan dengan pertambahan usia.

b. Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak)


Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah
metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan
mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari produk
sampah metabolime yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas
adalah molekul atau atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Ini merupakan jenis
yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepat
dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil
lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi di dalam struktur biologis yang penting, saat itu
kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas,
sehingga ilmuan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas
berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada
perpanjangan hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Namun, orang lain percaya bahwa
pembatasan kalori mungkin menggunakan efeknya melalui sistem neuroendokrin.
c. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan
dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti
kanker dan infeksi.
Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons
autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit
autoimun seperti artritis reumatoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran
kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh
untuk diferensiasi sel T. Karena hilangnya proses diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel
yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh
kehilangan kemampuannya unutk meningkatkan respons terhadap sel asing, terutama bila
menghadapi infeksi.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan terhadap pelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat
diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi
dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada usia lanjut, kegagalan melindungi sistem imun
yang telah mengalami penuaan memalui pemeriksaan kesehatan dapat mendorong kearah
kematian awal yang tidak terduga.
Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan penyebaran
epidemi penyakit, seperti pneumonia dan influenza diantara orang usia lanjut juga mendukung
dasar teoretis praktek keperawatan.

d. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang telah terjadi pada
struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel, nampak sangaat mengagumkan dalam
beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun
serta interaksi antara saraf dan endokrin.
Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena
adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada
reaksi sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan
reproduksi.
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan
adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterpretasikan
sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya
yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk
merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses
pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respons mereka.
2. Teori Psikologis
Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai
peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan
psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua, adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan dan melalui banyak peristiwa.
Selama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana
perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang
tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “ penuaan yang sukses”. Contoh dari teori-
teori ini termasuk teori kepribadia.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun
akhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan
atau tugas spesifik lansia.
Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang
dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Ia berteori bahwa
keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan. Dengan menurunnya
tanggung jawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi di kalangan
lansia, jung percaya bahwa orang akan menjadi lebih introvert. Di dalam konsep interioritas dari
Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki tujuannya
sendiri,yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat
merefleksikan dirinya sendiri.
Jung melihat tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika orang mengambil suatu
inventaris dari hidup mereka, suatu waktu untuk lebih melihat ke belakang daripada melihat ke
depan. Selama proses refleksi ini, lansia harus menghadapi kenyataan hidupnya secara
retrospektif. Lansia sering menemukan bahwa hidup telah memberikan satu rangkaian pilihan
yang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut pada suatu arah yang tidak bisa diubah.
Walupun peneysalan terhadap beberapa aspek kehidupan sering terjadi, tetapi banyak lansia
menyatakan suatu perasaan kepuasan dengan apa yang telah mereka penuhi.
b. Teori Tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan
tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian
Erickson (Vital Involvment in Old Age, 1986) mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang
ini. Tugas perkembanagn adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan
yang dijalani dengan integritas.
Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang
baik, maka lansia tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat
gerontologi memeriksa kembali tugas perkembangan lansia.
c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada awal
tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan
tanggung jawabnya.(Comming dan Henry, 1961)
Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia
dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka
memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagai karena penelitian ini dipandang cacat
dan karena banyak lansia yang menentang postulat yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan apa yang terjadi di dalam pemutusan ikatan/hubungan. Sebagai contoh, di bawah
kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi suatu kebijakan sosial yang harus diterima.
Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa
seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 tahun lagi. Bagi banyak individu
yang sehat dan produktif, prospek dari suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab
yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus
menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80-90 tahun.
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang berpendapat
bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst yang
pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri
yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi
hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut.
Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan
dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi
kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang
penting bagi lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian
pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. (Verdery, 1997)
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan.
Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walupun usianya telah lanjut.
Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah
tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial
yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin
akan menemukan kepuasaan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah
menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut.
Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi
interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu
pendekatan yang berbeda di dalam masa akhir kehidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau
faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul.
Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-
kadang dapat menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan
adanya suatu perubahan di dalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan
keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering
memerlukan banyak dukungan.
Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan
pengertian yang lebih diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini.

2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai
ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000)
perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Biologis
a. Sel
Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofi (beratnya berkurang 5-
10%), lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
b. Perubahan Sistem Persyarafan
Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan bertambahnya usia. Berkurangnya massa
otak progresif akibat berkurangnya sel syaraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan sintesis
dan neuro transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan lebih lambat, sehingga lansia memerlukan
waktu yang lebih lama untukmerespons dan bereaksi.
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-
20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan
dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu,
ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan.
Waktu reaksi yang lama menyebabkan lansia beresiko mengalami kecelakaan dan cedera.
Kehilangan kesadaran atau pingsan dapat terjadi bila orang tersebut berdiri terlalu cepat dari
posisi berbaring atau duduk. Perawat harus menasehati orang tersebut untuk menunggu waktu
merespons terhadap rangsang dan bergerak lebih pelan. Kebingungan yang terjadi tiba-tiba
mungkin merupakan gejala awal infeksi atau perubahan kondisi fisik (pneumonia, infeksi saluran
kencing, interaksi obat, dehidrasi dan lainnya).

c. Perubahan Penglihatan
Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata, maka sel tengah yang tus akan
menumpuk dan menjadi kuning, kaku, padat dan berkabut. Jadi, bagian luar lensa yang masih
elastic untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat.
Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap
dan terang dan memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang sangat dekat.
Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan bagian penuaan normal, namun terjadi
peninekatan penyakit mata pada lansia.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
d. Perubahan Pendengaran
Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi tinggi terjadi pada usia
pertengahan. Ini disebabkan karena perubahan telinga dalam yang irreversible. Lansia sering
tidak mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi tinggi (huruf f, s, th, ch, sh,
b, t, p) semuanya terdengar sama. Ketidakmampuan berkomunikasi, membuat mereka terasa
terisolasi dari menarik diri dari pergaulan social. Bila dicurigai ada gangguan pendengaran, maka
harus dilakukan kajian telinga dan pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi,
suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
Kehilangan pendengaran menyebabkan lansia berespons tidak sesuai dengan yang
diharapkan, tidak memahamin percakapan, dan menghindari interaksi social. Perilaku ini sering
disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau “senile”.

e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok umur termasuk
lansia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler juga meningkat dengan meningkatnya
usia. Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi pada jantung dan system
vascular mengakibatkan kemampuannya untuk berfungsi secara efisien menurun.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk
ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah
meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170
mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
Hipertensi sistolik pernah dipercaya sebagai bagian dari proses penuaan normal. Hipertensi,
merupakan masalah yang banyak ditemui pada populasi lansia. Hipertensi merupakan faktor
resiko yang menonjol bagi semua kelompok usia terhadap penyakit kardiovaskuler dan stroke.
Pada individu lansia, diagnosis hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi 160 mmhg, dengan tekanan
distolik normal atau mendekati normal (di bawah 90 mmhg).
2. Hipertensi esensial dimana tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 90 mmhg
berapapun tekanan sistoliknya.
3. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyebab yang mendasarinya.
f. Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya
yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun (hipotermi) yang secara fisiologis
keadaan ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. Pada kondisi ini,
lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah.
g. Perubahan Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas dan
fungsi paru meliputi yang berikut : peningkatan diameter anterioposterior dada, kolaps
osteoporotic vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks tulang
belakang), kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas alveoli. Peningkatan rigiditas atau
hilangnya recoil elastisitas paru mengakibatkan peningkatan volume residual paru dan penurunan
kapasitas vital.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk
menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak
berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat sepanjang hidup. Namun demikian
beberapa orang lansia mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat. Peristaltic
di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal berelaksasi dan
keluhan utama biasanya berpusat bpada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan
pencernaan.
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan
sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada lansia dapat dipandu untuk
meningkatkan fungsi gastrointestinalnya untuk mengikuti praktik peningkatan kesehatan seperti;
menggosok gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur, menghindari aktivitas berat setelah
makan, makan makanan tinggi serat, diet rendah lemak, minum banyak air, menjaga kebiasaan
defekasi secara teratur, dan menghindari laksatif dan antasida.
i. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi
BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas
jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks
sekunder.
Peningkatan kesehatan sistem genitourinaria dilakukan dengan mengonsumsi cairan yang
mencukupi sangat penting untuk mencegah infeksi kandung kemih dan memelihara
keseimbangan caira.
Masalah kontinensia urin dan sering berkemih dapat dikurangi bila individu lansia mengikuti
petunjuk berikut:
a. Selalu dekat dengan fasilitas kamar mandi
b. Berkemih secara teratur
c. Melatih otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi gejala stress dan dorongan
inkontinensia. Karena untuk mencapai control muskulus yang baik diperlukan latihan beberapa
minggu, maka individu lansia harus didorong untuk melakukan latihan secara teratur.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi
hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan
jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada
bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia 40 tahun. Kehilangan
densitas tulang yang massif akan mengai]kibatkan osteoporosis. Kondisi ini kebanyakan terjadi
pada wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas, masukan kalsium yang tidak
adekuat, dan kehilangan estrogen. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan mobilitas,
keseimbangan dan fungsi organ internal berkurangnya ukuran otot dan kehilangan kekuatan,
fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai akibat penurunan aktivitas pada lnsia yang ditandai
dengan nyeri punggung.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian
membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
Peningkatan kesehatan tulang pada lansia dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakan
masalah yang sering terjadi pada wanita lansia. Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosis
dipercepat dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah kalsium tinggi fosfat. Perawat
dapat menganjurkan:
a. Masukan tinggi kalsium
b. Diet rendah fosfor
c. Olahraga
Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan melaksanakan Program olahraga
rutin harus dijalankan seumur hidup atau dimulai pada lansia. Aksioma ”gunakan atau kamu
kehilangan” sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia.
Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku masyarakat secara keseluruhan dan
perilaku negative lansia itu sendiri. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dengan
mmberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam program olahraga dengan
teratur.
m. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita antara lain vagina mengalami
kontraktur dan mengecil, ovari menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva,
selaput lendir vagina menurun.
Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria antara lain ada penurunan
secara berangsur-angsur meskipun testis masih dapat memproduksi spermatzoa, dan sebanyak
±75% pria usia di atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
Tabel 2-3 Perubahan Pada Usia Lanjut
Perubahan Temuan Subyektif dan Peningkatan
Obyektif Kesehatan/Rekomendasi
Keperawatan
Sistem Keluhan keletihan dengan Olahraga secara teratur, aktivitas
Kardiovaskular
peningkatan aktivitas waktu yang berirama, hindari merokok,
Penurunan curah
jantung: penurunan pemulihan frekuensi makan-makanan rendah lemak, diet
kemampuan merespons
jantung meningkat. rendah garam ; berpartisipasi dalam
stress: frekuensi jantung
dan volume sekuncup Telakanan darah normal < aktivitas penurunan stress, ukur tekanan
tidak meningkat dengan
140/90 mmHg. darah secara teratur, kepatuhan
kebutuhan maksimal:
kecepatan pemulihan pengobatan, control berat badan.
jantung lebih
lambat; peningkatan
tekanan darah.
Sistem Pernapasan Keletihan dan sesak nafass Olahraga secara teratur, hindaari
Peningkatan volume setelah beraktivitas; meroko, minum banyak cairan untuk
residual paru; gangguan penyembuhan mengencerkan untuk mencairkan
penurunan kapasitas jaringan akibat penurunan secret, imunisasi influenza setiap tahun;
vital; penurunan oksigensi; kesulitan hindari pajanan terhadap infeksi traktus
pertukaran gas dan membatukan secret. respiraatorius bagian atas.
kapasitas difusi,
penurunan efisiensi
batuk
Sistem Integumen Kulit Nampak tipis dan Hindari pajanan matahari (pakaian,
Penurunan keriput; keluhan cedera, tabir surya, tetap dalam ruangan);
perlindungan terhadap memar dan terbakar berpakaian yang sesuai dengan iklim;
trauma dan pajanan matahari; keluhan tidak menjaga suhu dalam ruangan yang
matahari; penurunan tahan panas; struktur tulang aman; berendam 1-2 kali seminggu;
perlindungan terhadap menonjol; kulit kering lumasi kulit
suhu yang ekstrim;
berkurangnya sekresi
minyak alami dan
berkeringat.
Sistem Reproduksi Wanita : nyeri saat Mungkin memerlukan peresapan
Wanita : penyempitan berhubungan kelamin, pemberian krim esterogen/antibiotik,
dan penurunan perdarahan vagina setelah gunakan pelumas saat berhubungan
elastisitas vagina; berhubungan seksual, gatal kelamin; carilah bimbingan
penurunan sekresi dan iritasi vagina; orgasme kesehatan/seksual bila perlu.
vagina melambat.
Pria : penurunan ukuran Pria : ereksi dan pencapaian
penis dan testis orgasme melambat.
Pria dan wanita:
respons seksual yang
melambat
Sistem Penurunan tinggi badan, Berolahraga secara teratur, makan-
Muskuloskeletal rentan terhadap fraktur, makanan tinggi kalsium, batasi
Kehilangan kepadatan kifosis, keluhan nyeri masukan fosfor. Mungkin perlu
tulang; kehilangan punggung. Kehilangan mendapat resep tambahan hormon dan
ukuran dan kekuatan kekuatan, fleksibiltas dan kalsium.
otot; degenerasi tulang ketahanan. Keluhan nyeri
rawan sendi sendi

Sistem Retensi urin Kunjungi dokter untuk pemeriksaan


Genitourinarius Kesulitan berkemih berkala, jangan jauh dari toilet, pakai
Pria dan wanita; Urgensi, frekuensi dan pakaian yang mudah di buka, minum
kapasitas kandung ketahanan. Keluhan nyeri banyak air, pertahankan keasaman urin,
kemih menurun, sendi. pelihara hygiene perineal.
keterlambatan rasa
ingin berkemih.
Sistem Keluhan mulut kering Gunakan es batu, obat kumur, sikat
Gastrointestinal Keluhan sesak, nyeri ulu gigi, dan pijatan gusi setiap hari. Makan
Penurunan salivasi, hati, dan gangguan sedikit tapi sering, mintalah perawatan
kesulitan menelan pencernaan. gigi berkala.
makanan, perlambatan
pengosongan esophagus
dan lambung,
penurunan motilitas GI.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Psikososial

a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman,
takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau
relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik
4. Perubahan kultural
a. Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart perilaku
yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-
norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka. (Harwood, 1981)
b. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang kulturnya berbeda.
Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi
disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau
secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.
( Leininger, 1976)
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok
budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain
yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan
memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan perawat.
c. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang berbeda.
Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut
Kluckhohn 1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk meneropong dan
interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak
disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas dari
bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan kita
bisa diterima dan dimengerti maksudnya .

d. Jarak Pribadi dan Kontak


Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian tentang jarak pribadi bagi
perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi
perawat klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh daerah
badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik, perawat
hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan
jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi.
e. Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra memberi etika kepada
penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan
masalah – masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam pelayanan. Karena
kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan
kesehatan, status kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara budaya
yang berbeda – beda.
Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan sosial dan biologis individu
yang disertai penghormatan kepada mempertahankan akseptabilitas status kesehatan atau
perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan kesehatan dan status kesehatan
saling keterkaitkan dan sistem kesehatan. (Elling, 1977)

2.4 Program-program Nasional untuk Lansia


1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya.

Tujuan Posyandu Lansia


Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Sasaran posyandu lansia
Sasaran langsung:
a. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b. Usia lanjut 60-69 thn
c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn atau lebih dgn
masalah kesehatan
Sasaran tidak langsung:
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c. Organisasi sosial yg peduli
d. Petugas kesehatan
e. Masyarakat luas
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan
dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu
wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan
kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan
pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam
kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan
penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus
mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik
tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor
keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,
maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk
menghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke
posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan
lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan
bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia
cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini
dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut
nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
mellitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan
prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan
kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan,
stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat
(KMS) lansia.
2. Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan sesuai kebutuhan melalui
berbagai media mengenai kesehatan usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok
sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat dilingkungan usia lanjut.
b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan berkala usia lanjut dan
memberi petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan
yang dapat terjadi pada usia lanjut.
c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan pelayanan rehabilitative kepada usia
lanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan kuratif atau rehabilitative
yang harus dijalani, baik kepada usia lanjut maupun keluarganya.
d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan, perawatan atau
rehabilitative bagi usia lanjut yang membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan-
kemudahannya.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
a. Pemeriksaan tekanan darah,
b. pengobatan secara umum,
c. penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face),
d. mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun,
e. senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan medic ke Rumah sakit.
3. Terapi pada lansia
a. Terapi Modalitas :Untuk mengisi waktu luang bagi lansia
b. Terapi Aktifitas Kelompok :Untuk meningkatkan kebersaman dan bertukar pengalaman
c. Terapi Musik :Untuk meningkatkan gairah hidup
d. Terapi Berkebun :Untuk melatih kesabaran
e. Terapi dengan Binatang :Untuk meningkatkan kasih sayang dan mengisi waktu luang
f. Terapi Kognitif :Agar daya ingat tidak menurun
g. Life Review Terapi :Meningkatkan gairah hidup dan harga diri
h. Terapi Keagamaan :Meningkatkan rasa nyaman menjelang kematian
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi 5 yaitu usia pertengahan (Middle Age) ialah
kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74
tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, usia sangat tua (Very
Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh Betty Newman
di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial.
Sedangkan teori penuaan menurut Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok
besar, yaitu teori biologis dan psikososial.
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator
yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli
teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan
dengan kepribadian dan perilaku.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh utama, status social dan mental, dan kemampuan
individu untuk berfungsi secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis.
3.2 Saran
1. Mahasiswa Keperawatan mampu memahami tentang konsep keperawatan gerontik.
2. Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat kesehatan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan lansia.
3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah wawasan mengenai konsep
keperawatan komunitas.
Gerontik : gerontologi + geriatrik
•Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.

PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + Gerontik
•Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
•Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
•Gerontik : gerontologi + geriatrik
•Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
•Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
•Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik
keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien
lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

LINGKUP PERAN DAN TANGGUNGJAWAB

Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor

Tanggung jawab Perawat Gerontik


1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan
meninggal.
Sifat Pelayanan Gerontik
1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik (secara manusiawi)
4. Holistik (secara keseluruhan)
Model Pemberian Keperawatan Profesional
1. Model Asuhan
2. Model Manajerial?berkaitan pada pengaturan/manajemen
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian…………………………………
Diterima sementara ini “Ad an Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)

Gerontologi
adalah bidang studi yang mempelajari aspek sosial, psikologi dan biologi dari proses penuaan. Hal ini
berbeda dengan geriatri, yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit pada
lanjut usia (lansia). Istilah geriatri ini berasal dari bahasa Yunani geron yang berarti “orang tua” dan
iatros yang berarti “penyembuh” alias dokter atau dukun
Meski ilmu ini sudah diperkenalkan sejak 1909, namun perkembangannya tidak sepesat ilmu kedokeran
yang lain. Katakanlah ilmu biologi molekuler, saat ini sebagian universitas terkenal di negeri ini “demam”
dengan ilmu tersebut. Bisa jadi, penghargaan kita terhadap generasi pendahulu kita perlu diperbaharui.
Konotasi “jompo” atau orang yang tidak berdaya, amat lekat pada lansia. Barangkali, bila semakin
banyak kelompok lansia yang cukup kaya untuk membiayai kesehatannya, ilmu geriatri ini akan lebih
berkembang
Di Amerika, ahli geriatri adalah dokter keluarga atau dokter penyakit dalam yang memperoleh pelatihan
sesuai kualifikasi ilmu geriatri. Pada pokoknya, dokter untuk lansia ini bekerja di level komunitas.
Sedangkan di Inggris, sebagian besar ahli geriatri adalah ahli geriatri yang bekerja di rumah sakit,
meskipun memiliki perhatian pula terhadap geriatri komunitas. Pelayanannya meliputi pelayanan
orthogeriatrics (fokus pada osteoporosis dan penanganan komplikasinya), psychogeriatrics (fokus pada
demensia dan depresi pada geriatri) dan rehabilitasi.

Di Indonesia memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Adalah Prof Supartondo, ahli penyakit dalam yang
merintis bidang ini. Guru besar FKUI ini, merekrut ahli penyakit dalam dari berbagai divisi seperti
reumatologi (Prof Harry Isbagio), pulmonologi (dr Asril Bahar), kardiologi (Prof) dan ginjal hipertensi (Dr
Suhardjono) untuk membangun divisi Geriatri. Saat ini sudah ada 2 orang ahli geriatri di FKUI yang
secara khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna Heriawan dan Dr. Siti Setiati

Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka
harapan hidup (AHH) yaitu:
AHH di Indonesia
tahun 1971 : 46,6 tahun
tahun 1999 : 67,5 tahun
Populasi lansia akan meningkat juga yaitu:
•Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk.
•Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk
(Lembaga Demografi FE-UI-1993).
Selanjutnya :
Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
•62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
•59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
•53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
•hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2. Usia Tua : 75 - 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun

PROSES PENUAAN
Proses Terjadinya Penuaan
1. Biologi
a. Teori “Genetic Clock”;
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei.
Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980)
dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan
membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting
lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua
adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum
diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi
yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional
sel tersebut.

b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error
Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut
akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara
perlahan.

c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi
somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem
imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin
bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan
Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan
pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis
meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)

d. Teori “Free Radical”


Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal
bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal
bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam
lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan
bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi
, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

e. Wear &Tear Teori


Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.

f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologi
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku
yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat,
hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses
penuaan.
3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%
dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan
kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan
usianya.
•Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses
penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga
membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi
penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
•Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang,
misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro
•Berkurangnya cairan dalam sel
•Berkurangnya besarnya sel
•Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro
•Mengecilnya mandibula
•Menipisnya discus intervertebralis
•Erosi permukaan sendi-sendi
•Osteoporosis
•Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya
menurun)
•Emphysema Pulmonum
•Presbyopi
•Arterosklerosis
•Manopause pada wanita
•Demintia senilis
•Kulit tidak elastis
•Rambut memutih
Proses menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik
maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan :
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial
2) Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
(Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya untuk
menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang
berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto
( 1994) menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu :
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisik,
Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalhan perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah.
Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat,
terkhir minta terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu
diperlukan motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap
sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlikan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur
untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami
oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak
memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya.
Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baik
dari lansia ( Hurlock, 1979) di kutip oleh Munandar (1994) adalah :
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
2) penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu kwuatir karena pengangguran
5) Kurang ada motivasi
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan
Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah : Minat yang kuat,
ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati
kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekuatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan
1)Hereditas atau ketuaan genetik
2)Nutrisi atau makanan
3)Status kesehatan
4)Pengalaman hidup
5)Lingkungan
6)Stres
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
•Saling berhubungan satu sama lain
•Penyakit sering multiple
•Penyakit bersifat degeneratif
•Berkembang secara perlahan
•Gejala sering tidak jelas
•Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
•Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
•Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai
dengan dosis)
Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar),
sebagai berikut:
•Fungsi tubuh dirasakan menurun:
Penglihatan (76,24 %),
Daya ingat (69,39 %),
Sexual (58,04 %),
Kelenturan (53,23 %),
Gilut (51,12 %).
•Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit tulang (69,39 %),
Sakit kepala (51,15 %),
Daya ingat menurun (38,51 %),
Selera makan menurun (30,08 %),
Mual/perut perih (26,66 %),
Sulit tidur (24,88 %) dan
sesak nafas (21,28 %).
Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang lanjut usia kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia

Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia


1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga
pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang
masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan
terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin,
sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan
menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas
berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih
sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d)Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
F Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengaran
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara
lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk
( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan
pusing mendadak ).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95
mmHg ).
c. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN
meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi
menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan
menikmati berjalan terus.
d. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang
mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

e. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.


1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80
%), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
f. Sistem muskuloskeletal.
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) resiko terjadi fraktur.
3) kyphosis.
4) persendian besar & menjadi kaku.
5) pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
a. Gerakan volunter / gerakan berlawanan.
b. Gerakan reflektonik / Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus.
c. Gerakan involunter / Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan
terhadap lobus
d. Gerakan sekutu / Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan
otot volunter.
g. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1). Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2). Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa
3). Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas
dengan temperatur yang tinggi.
4). Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel
yang meproduksi pigmen.
5). Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
6). Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7). Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8). Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9).Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10).Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas
otot.
11). Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan
alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi
: 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang
berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku
seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain
yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya,
membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua
tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan
anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih
fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Ttingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan

perubahan konsep diri


Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus
dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu,
mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan
buruk.
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2)
berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.
1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi,
penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.
2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
3. Gangguan halusinasi.
4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur
dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
(Murray dan Zentner,1970)
Konsep Model Florence Nightingle
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri
dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yan berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut
mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien
dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.Tempat tidur pasien
harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas,
tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas.
Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi
pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan
berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat
merangsang semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi
jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan
dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar
lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu
muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi
lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik
dapat memberikan rasa nyaman.
c. Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik
dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian
setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara
spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam
hubungnya individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan
rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap
lingkungan secara khusus.
d. Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep
Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
1) Individu / manusia
Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.
2) Keperawatan
Bertujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui
upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
3) Sehat / sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
4) Masyarakaat / lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada
ventilasi, suhu, bau, suara dan cahaya.
e. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
1) Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan
sosial).
2Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien
yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
3) Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan??
Ventilasi??
Pembuangan sampah??
Pencemaran lingkungan??
Komunikasi sosial, dll??
4) Diagnosa keperawatan
Berrbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.??
Penyesuaian terhadap lingkungan.??
Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.??
5) Implementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan
yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
6) Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
f. Hubungan teori Florence Nightingale dengan teori-teori lain :
1) Teori adaptasi
Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang
dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi
seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya
berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
2) Teori kebutuhan
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, sebagai contoh kebutuhan
oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang aman
berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan
manusia dalam mempertahankan hidupnya.
3) Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus ditangani. Stress
dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk
mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat
mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum sehingga
akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba,
,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga
mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.
5. Teori Kejiwaan sosial
a) Aktifitas atau kegiatan ( activity theory )
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah secara langsung. Teri ini menyatakan bahwa
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan sosial
Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke
lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut ( continuity theory )
Dasar kepribadian aatau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari
teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori Pembebasan ( Disengagement theory )
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara bengangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda ( tripel loss ),
yakni 1) kehilangan peran 2) hambatan kontak sosial 3) berkurangnya kontak komitmen

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta:
EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical
concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa:
Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3.
Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai