“BAHAYA HOAX”
1. REMAJA
Seperti kita tahu, berita palsu (hoax) yang menebarkan prasangka dan
kebencian kebanyakan memanfaatkan aspek emosi pembaca. Prasangka
dan sentimen negatif diperkuat dengan narasi-narasi menyesatkan yang
dirancang sedemikian rupa. Akibatnya, emosi negatif seperti kecemasan,
kebencian, dan kemarahan dalam diri seseorang akan muncul dan meluap,
sehingga orang akan mudah terpengaruh; memercayai, menyebarkan, dan
memprovokasikan berita palsu (hoax) tersebut secara luas di dunia maya.
2. Edukasi
Membentengi remaja dari bahaya berita palsu (hoax) bisa dikatakan
merupakan bagian dari langkah strategis untuk mengedukasi masyarakat
secara luas agar lebih cerdas dalam mengonsumsi informasi di media,
terutama media online. Karena itu, menjadi penting untuk mengedukasi para
remaja agar bisa menjadi generasi cerdas yang bisa mencerna informasi
dengan baik sehingga tak mudah terprovokasi kabar-kabar menyesatkan.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: apa yang bisa dilakukan untuk
melindungi para remaja dari bahaya berita palsu (hoax)?
Hal paling mendasar yang harus dilakukan adalah mendidik mereka
agar lebih melek dalam bermedia;
Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), Miko Ginting,
menjelaskan bahwa penyebar berita hoaks/ kabar bohong/ kabar yang tidak lengkap
itu dapat dikenakan sanksi pidana sesuai pasal 14 dan 15 UU No. 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana. Jerat hukum jika menggunakan pasal 14 dan 15
UU 1/1946 ini tidak tanggung-tanggung, kata Miko, ada yang bisa dikenakan sanksi
2 tahun, 3 tahun bahkan 10 tahun yang dikualifikasi dalam 3 bentuk pelanggaran,
yakni:
Dasar
No. Kualifikasi Konten Hoaks Sanksi
Hukum
Pasal
Menyiarkan berita bohong dengan sengaja 10
1. 14 ayat
menerbitkan keonaran di kalangan rakyat Tahun
(1)
Beliau juga menyebut bahwa pasal 14 dan 15 UU 1/1946 itu lebih mudah dikenakan
terhadap penyebar berita hoaks ketimbang menggunakan pasal-pasal dalam UU
ITE. Menurut Miko, pasal penyebaran berita hoaks yang diatur dalam UU ITE
sangatlah terbatas pada konteks yang menimbulkan kerugian konsumen dan ada
juga yang sifatnya ujaran kebencan yang menimbulkan permusuhan sara’.
Ratna Sarumpaet