Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN UNIVERSAL PRECAUTION DALAM

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


UPTD PUSKESMAS SUMOBITO
KABUPATEN JOMBANG

UPTD PUSKESMAS SUMOBITO DINAS KESEHATAN


PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
1
Page

2016
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ................................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2
I. DEFINISI ............................................................................................................................ 3
II. RUANG LINGKUP .......................................................................................................... 4
III. TATA KELOLA KEBERSIHAN TANGAN ................................................................... 4
1. Indikasi Kebersihan Tangan ........................................................................................ 4
2. Cara Melaksanakan Kebersihan Tangan ...................................................................... 5
3. Area Distribusi Cairan Antiseptik ....................................................................................... 14
IV. DOKUMENTASI ............................................................................................................ 15
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................................. 19
2
Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewaspadaan universal merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus
diterapkan dalam pelatanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu, untuk
mengurangi risiko infeksi yang ditularkan melalui darah..Menurunkan risiko penularan
ditempat kerja dapat dilakukan dengan memahami dan selalu menerapkan kewaspadaan
universal setiap saat kepada semua pasien, disemua tempat pelayanan atau ruang
perawatan, tanpa memandang ststus infeksi pasiennya.menghindari transfusi, suntikan,
jahitan, dan tindakan invasif lain yang tidak perlu, seperti misalnya episiotomi dan
tindakan operatif lain yang tidak jelas indikasinya.mengupayakan ketersediaan sarana
agar dapat selalu menerapkan pengendalian infeksi secara standar, meskipun dalam
keterbatasan sumber daya.Untuk pencegahan dan pengendalian puskesmas dan mencegah
pajanan pada petugaas maka perlu adanyan panduan Kewaspadaan Universal Precaution.
B. Tujuan
Mencegah dan mengendalikan infeksi puskesmas.
C. Ruang Lingkup:
Seluruh Petugas puskesmas:Dokter,Perawat. Non Perawat.
D. TataLaksana Kewaspadaan Universal Meliputi Hal-hal SebagaiBerikut:
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan
tindakan atau perawatan.
2. Penggunaan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan seperti misalnya :
sarung tangan, gaun pelindung, celemek, masker, kacamata pelindung untuk setiap
kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lain.
3. Pengelolaan dan pembuangan alat tajam dengan hati-hati.
4. Pengelolaan limbah yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh dengan aman.
5. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan dekontaminasi,
desinfeksi dan sterilisasi dengan benar.
6. Pengelolaan linen yang tercemar dengan benar.
HIV dan infeksi lain yang ditularkan malalui darah seperti hepatitis B dan C,
memiliki peluang untuk menular di sarana pelayanan kesehatan dari pasien ke petugas
kesehatan, dari pasien ke pasien, atau dari petugas kesehatan kepada pasien. HIV pernah
ditemukan pada darah, air mani, sekret vagina dan serviks, urin dan feses, sekret luka, air
ludah, air mata, air susu dan cairan perikardial. HIV juga kemungkinan dapat ditemukan
dalam cairan tubuh yang lain terutama yang jelas tercampur dengan darah. Namun
demikian, sampai saat ini hanya darah yang diketahui sebagai mediator penularan HIV
3
Page

disaran kesehatan. Risiko penularan HIV tersebut dan penyakit lain yang ditularkan
melalui darah tergantung dari perilaku para petugas kesehatan, prevalensi penyakitnya,
serta berat ringannya pajanan.
Risiko penularan HIV akibat kecelakaan kerja pada petugas kesehatan adalah
sangat rendah (0.3%). Kebanyakan dari kasus itu berkaitan dengan tertusuk jarum yang
telah dipakai pasien dengan HIV. Penularan dari pasien ke pasien terutama diakibatkan
oleh alat kesehatan yang tercemar yang tidak didesinfektan secara baik atau kurang
memadai.
Peranan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan risiko penularan HIV adalah
sangat rendah bahkan boleh dikatakan tidak ada, oleh karenanya pemeriksaan
laboratorium secara rutin untuk mengetahui status serologi para petugas kesehatan
tidaklah dianjurkan. Sebagian besar petugas kesehatan dengan HIV positif tertular
melalui hubungan dan sebagian kecil melalui penggunaan narkotika suntikan, transfusi
darah, tindakan invasif, termasuk cangkokn organ tubuh. Pajanan akibat kecelakaan kerja
sangat jarang. Meskipun demikian untuk menurunkan risiko penularan ditempat kerja,
semua petugas kesehatan harus selalu waspada dan menghindari terjadinya kecelakaan
kerja.
1. CUCI TANGAN/ KEBERSIHAN TANGAN( HAND HYGIENE )
a. Definisi
 Mencuci tangan :proses secara mekanik melepaskan kotoran dan debris
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
 Flora transien dan flora residen pada kulit:flora transien pada tangan
diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan
permukaan lingkungannya (misalnya meja periksa, lantai atau toilet).
Organisme ini tinggal di lapisan luar kulit dan terangkat dengan mencuci
tangan menggunakan sabun biasa dan air mengalir.
 Flora residen tinggal di lapisan kulit yang lebih dalam serta di dalam
folikel rambut dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya, bahkan dengan
pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air bersih. Untungnya,
pada sebagian besar kasus, flora residen kemungkinan kecil terkait dengan
penyakit infeksi yang menular melalui udara, seperti flu burung. Tangan
atau kuku petugas dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme
yang menyebabkan infeksi seperti S. aureus, batang Gram negatif atau ragi.
 Air bersih : air yang alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga
aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya (misalnya mencuci
tangan dan membersihkan instrument medis) karena memenuhi standar
kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan minimal, air bersih harus
bebas dari mikroorganisme dan memiliki turbiditas rendah (jernih, tidak
berkabut).
4
Page
 Sabun : produk-produk pembersih (batang, cair, lembar atau bubuk) yang
menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,
debris dan mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan. Sabun
biasa memerlukan gosokan unruk melepas mikroorganisme secara mekanik,
sementara sabun antiseptik (antimikroba) selain melepas juga membunuh
atau menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikrooganisme.
 Agen antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan bergantian) :
Bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit atau jaringan hidup lain untuk
menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang sementara atau
yang merupakan penghuni tetap) sehingga mengurangi jumlah hitung
bakteri total.
Contohnya :
- Alkohol 60-90% (etil dan isopropil atau metil alkohol)
- Klorheksidin glukonat 2-4 % (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane)
- Klorheksidin glukonat dan cetrimide dalam berbagai konsentrasi
(Salvon)
- Yodium 3 %, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture
(yodium tinktur) iodofor 7,5-10%, berbagai konsentrasi (Betadine atau
Wescodyne)
- Kloroksilenol 0,5-4% (Para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai
konsentrasi (Dettol)
- Triklosan 0,2-2%
 Emollient : cairan organik, seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol
yang ditambahkan pada handrub dan losion. Kegunaan emollient untuk
melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit (keretakan,
kekeringan, iritasi dan dermatitis) akibat pencucian tangan dengan sabun
yang sering (dengan atau tanpa antiseptik) dan air.
b. Indikasi Kebersihan Tangan
 Segera setelah tiba di tempat kerja
 Sebelum:
a. Kontak langsung dengan pasien.
b. Memakai sarung tangan sebelum pemeriksan klinis dan tindakan invasif
(pemberian suntikan intra vaskuler)
c. Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
d. Mempersiapkan makanan
e. Memberi makan pasien
f. Meningglkan puskesmas
 Diantara: prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana
5
Page

tanganterkontaminasi, untuk menghindari kontaminasi silang


 Setelah :
a. kontak dengan pasien
b. Melepas sarung tangan
c. Melepas alat pelindung diri
d. Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi, eksudatluka dan
peralatan yang diketahui atau kemungkin terkontaminasi dengan
darah,cairan tubuh, ekskresi (bedpen urinal) apakah menggunakan atau
tidak menggunakan sarung tangan
e. Menggunakan toilet, menyentuh / melap hidung dengan tangan

c. Cara Melaksanakan Kebersihan Tangan


1. Persiapan Membersihkan Tangan
a) Air Mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air
tersebut maka mikroorganisme yang terlepas karena gesekan mekanis
atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi di
permukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan
cara mengguyur dengan gayung, namun cara mengguyur dengan
gayung memiliki risiko cukup besar untuk terjadinya pencemaran, baik
melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali ke
bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus dari PAM,
namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki berkran di
ruang pelayanan / perawatan kesehatan agar mudah dijangkau oleh para
petugas kesehatan yang memerlukannya. Selain air mengalir ada, dua
jenis bahan pencuci tangan yang dibutuhkan yaitu : sabun atau detergen
dan larutan antiseptik.
b) Sabun
Bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat
dan mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi
tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan
kulit dan mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin
berkurang dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun dilain
pihak dengan seringnya menggunakan sabun atau detergen maka
lapisan lemak kulit akan hilang dan membuat kulit menjadi kering dan
pecah-pecah.
6
Page
c) Larutan antiseptic
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topical, dipakai pada
kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau
membunuh mikroorganisme pada kulit.Antiseptik memiliki bahan
kimia yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput
mukosa.Antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas, aktivitas,
akibat dan rasa pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman
jenis antiseptic tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu.
Kulit manusia tidak dapat disterilkan.Tujuan yang ingin dicapai adalah
penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara maksimal terutama
kuman transien. Kriteria memilih antiseptik adalah sebagai berikut :
 Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak
mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram negative,
virus lipofilik, bacillus dan tuberculosis, fungi, endospora)
 Efektivitas
 Kecepatan aktivitas awal
 Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk merendam
pertumbuhan
 Tidak mengakibatkan iritasi kulit
 Tidak menyebabkan alergi
 Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang
 Dapat diterima secara visual maupun estetik
d) Lap tangan yang bersih dan kering
2. Prosedur Standar Membersihkan Tangan
Teknik membersihkan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan seperti
di bawah ini :
a. Sebelumnya, basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.
b. Tuangkan 3-5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh permukaan
tangan dan lakukan:
1. Ratakan dengan kedua telapak tangan.
2. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya.
3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.
4. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
6. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
7
Page
c. Bilas kedua tangan dengan air mengalir,Keringkan dengan handuk
sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar kering.
Karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak pada keadaan
lembab dan air yang tidak mengalir, maka :
 Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
pengisian ulang
 Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih
ada isinya, penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi
bakteri pada sabun yang dimasukkan
 Jangan menggunakan baskom yang berisi air. Meskipun memakai
tambahan antiseptik ( seperti : Dettol atau Savlon), mikroorganisme
dapat bertahan dan berkembang biak dalam larutan ini(Rutula
1996).
 Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran
atau gunakan ember dan gayung, tampung air yang telah digunakan
dalam sebuah ember dan buanglah di toilet.
3. Hal-hal yang perlu diingat saat membersihkan tangan
 Kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
 Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting untuk mencegah
penyebaran infeksi.
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor
atau terkontaminasi dengan bahan-bahan protein. Gunakan handrub
berbasis alkohol secara rutin untuk dekontaminasi tangan jika tangan
tidak terlihat ternoda. Jangan gunakan handrub berbasis alkohol jika
tangan terlihat kotor.
 Jangan gunakan produk berbasis alkohol setelah menyentuh kulit yang
tidak utuh, darah atau cairan tubuh. Pada kondisi ini cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir dan keringkan dengan lap / handuk tisu setelah
pakai.
 Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.
8
Page
4. Cara Mencuci Tangan Dengan Sabun Dan Air

Basahi tangan tuangkan sabun 3-5 cc untuk


dengan air menyabuni seluruh permukaan tangan

Gosok kedua telapak Gosok punggung dan sela-sela jari tangan Gosok kedua telapak dan
tangan hingga merata kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya sela-sela jari

Jari-jari sisi dalam dari kedua


tangan saling mengunci Gosok dengan memutar ujung jari-jari
Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan ditelapak tangan kiri
tangan kanan dan sebaliknya dan sebaliknya

Diadaptasi dari WHO guidelines on hand hygiene in health care : First Global Patient
Safety Challenge, World Health Organization, 2009

Walaupun tidak tersedia air, mencuci tangan harus tetap dilakukan !


Jika tidak ada air mengalir, pertimbangkan untuk menggunakan :
 Wadah air dengan kran dan wadah atau tempat untuk menampung air
 Gunakan larutan berbasis alkohol tanpa air (handrub antiseptik)
9
Page
Handrub Antiseptik (handrub berbasis alkohol)
Penggunaan handrub antiseptik untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh flora
residen dan flora transien daripada mencuci tangan dengan sabun antiseptic atau dengan
sabun biasa dan air.Antiseptik ini cepat dan mudah digunakan serta menghasilkan
penurunan jumlah flora tangan awal yang lebih besar (Girou et al. 2002).Handrub
antiseptic juga berisi emolien seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol yang
melindungi dan melembutkan kulit.
Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika tangan
sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh, harus mencuci tangan
dengan sabun dan air terlebih dahulu.Selain itu, untuk mengurangi “penumpukan”
emolien pada tangan setelah pemakaian handrub antiseptik berulang, tetap diperlukan
mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali setelah 5-10 aplikasi handrub.Terakhir,
handrub yang hanya berisi alkohol sebagai bahan aktifnya, memiliki efek residual yang
terbatas dibandingkan dengan handrub yang berisi campuran alkohol dan antiseptik
seperti khlorheksidin.
5. Cara Mencuci Tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol

Gosok kedua telapak


tangan hingga merata

Jari-jari sisi dalam dar


kedua tangan saling
mengunci
10
Page
Diadaptasi dari WHO guidelines on hand hygiene in health care : First Global Patient
Safety Challenge, World Health Organization, 2009
Ada 5 saat penting ( five moment ) yang harus diingat oleh setiap petugas untuk
melaksanakan cuci tangan, yaitu :
1. Sebelum kontak dengan pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasoen.
4. Setelah kontak dengan pasien.
5. Setelah kontak dengan lingkungan disekitar pasien.

The Five Moments


for Hand Hygiene

2. PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI.


Alat Perlindungan Diri
Adalah suatu alat untuk melindungi kulit dan anggota tubuh lainnya petugas dari
risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh
dan selaput lendir pasien.
Jenis Alat Pelindung
 Sarung tangan
 Masker
 Kaca mata/ Pelindung wajah
 Baju kerja /Apron
 Sepatu karet/ bot
 Topi
a. Sarung Tangan
Tujuan Penggunaan :
Melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret,
11

ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang
Page

terkontaminasi.
Jenis sarung tangan :
1. Sarung tangan bersih
2. Sarung tangan steril
3. Sarung tangan rumah tangga
b. Masker
Tujuan penggunaan
Melindungi mulut dari percikan darah dan cairan tubuh yang lain.
c. Kacamata/ pelindung wajah
Melindungi Wajah dari percikan darah dan cairan tubuh yang lain
d. Baju Kerja / Apron
Tujuan Penggunaan
Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan
tubuh lainnya yang dapat mencemari baju
Jenis Baju Kerja.
- Gaun pelindung tidak kedap air
- Gaun pelindung kedap air
- Gaun steril
- Gaun non steril .
e. Sepatu Karet /bot
Tujuan Penggunaan.
Melindung kaki petugas dari tumpahan/ percikan darah atau cairan tubuh lainnya
dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan
Jenis :
Sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
f. Topi/ Penutup Kepala
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala
petugas terhadap alat-alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala/rambut petugas dari percikan bahan-bahan dari pasien
3. PENGELOLAAN DAN PEMBUANGAN ALAT TAJAM DENGAN HATI-
HATI DAN AMAN
Penyebab utama penularan HIV pada petugas adalah melalui kecelakaan kerja
misalnya tertusuk jarum atau alat tajam yang tercemar. Perlukaan alat tajam yang
mengakibatkan terjadinya penularan HIV, biasanya oleh karena tusukan dalam dari
jarum yang berlubang. Tusukan seperti tersebut sering kali terjadi pada saat
menutupkan kembali jarum tersebut, dicuci, dibuang secara tidak benar.
Meskipun selalu dianjurkan sedapat mungkin untuk tidak menutup jarum bekas
12

pakai, namun kadang-kadang diperlukan. Dalam keadaan tersebut maka dianjurkan


Page

untuk menutup jarum dengan cara ungkitan satu tangan.


a. Cara menutup jarum dengan tehnik satu tangan
1. Letakkan tutup jarum diatas permukaan yang keras dan rata,
2. Pegang semprit dengan satu tangan lainnya, gunakan ujung jarum untuk
mengungkit tutupnya .
3. Setelah seluruh jarum tertutup baru pakai satu tangan yang lain untuk
mengencangkan tutupnya.
4. Wadah tahan tusukan harus tersedia untuk menempatkan jarum atau alat
tajam bekas yang akan dibuang. Banyak benda yang dapat digunakan
sebagai wadah tersebut, seperti misalnya kaleng bertutup, botol plastik
yangn tebal, kotak karton yang tebal. Semua benda tersebut dapat dibakar
dalam incenerator, atau sebagai alat untuk membawa ke insinerator. Bila
wadah sudah terisi tiga perempat bagian harus segera dibuang dan jangan
lupa untuk menggunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal saat
mengosongkan atau membawa benda-benda tajam tersebut. Bial tidak dapat
membakar wadah alat tajam tersebut maka dapat dikubur dalam lunang
yangcukup dalam. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, tingkatkan
kehati-hatian pada saat menggunakannya seperti misalnya menggunakan
sarung tangan, letakkan wadah pembuangan alat tajam didekat tempat
penggunaannya, jangan pernah membuang alat tajam ke tempat sampah
biasa dan jauhkan alat tajam dari jangkauan anak-anak
4. PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN BEKAS PAKAI
Pencucian dengan sabun dan air setelah sebelumnya direndam dengan larutan
klorin 0,5% selama 10 menit dapat mengurangi sejumlah besar mikroorganisme yang
ada dalam jumlah besar. Semua alat tersebut harus dilepas dan dipisahkan sebelum
melakukan pembersihan. Sarung tangan, gaun, celemek, dan pelindung wajah harus
digunakan bilas diperkirakan akan terjadi percikan pada saat permbersihan alat.
Tabel dibawah ini dapat membantu memilih macam cara dekontaminasi yang
akan dilakukan
Pengelolaan Alat Kesehatan Menurut Kriteria Spaulding
Jenis
Tingkat Resiko Cara Pengelolaan Tujuan
Penggunaan Alat
Risiko rendah Alat yang diguna Cuci dengan air Membunuh seba
kan pada kulit utu bersih dandeterjen gian besar
tanpa menembus mikroorganisme
Risiko sedang Alat yang diguna Desinfeksi tingkat Membunuhsemua
kan pada mukosa tinggi dengan mikroorganisme
kulit tidak utuh merebus atau kecuali beberap
13

kimiawi atau spora


Page

sterilisasi
Risiko tinggi Alat yang diguna Sterilisasi atau Membunuh
kan dengan me menggunakan alat semua
nembus kulit atau sekali pakai mikroorganisme
rongga tubuh termasuk spora

5. STERILISASI DAN DESINFEKSI


Semua bentuk dan cara styerilisasi dapat membunuh HIV. Cara sterilisasi yang
direkomendasika adalah sterilisasi uap bertekanan (otoklaf atau pressure cooker),
atau panas kering seperti oven. Desinfeksi biasanya mampu menginaktifasi HIV. Dua
cara desinfeksi yang sering dipakai adalah perebusab dan desinfeksi kimiawi. Pada
perebusan alat harus dibersihkan dahulu dan direbus dengan air mendidih selama 20
menit dan semakin tinggi dengan ketinggian air laut, semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk merebus. Desinfeksi kimiawi tidaksebaik perebusan. Namu
desinfeksi kimiawi dapat dipakai pada alat-alat yang tidak tahab panas, atau bila cara
lain tidak dimungkinkan. Peralatan harus dilepas atau diurai satu sama lain,
dibersihkan dan ditiriskan dengan sebaik-baiknya. Bahan kimia yang mampu
membunuh HIV diantaranya adalah bahan yang mengandung Klorin (seperti yang
terdapat pada bahan pemutih), glutaradehid 2%, dan etil atau isoprpil alkohol 70%.

6. PENCUCIAN DAN PEMBERSIHAN


Air panas dan deterjen dipakai sebagai bahan pembersih sehari-hari untuk lantai,
tempat tidur, toilet, dinding, dan alas laci atau meja dari karet. Tumpahan atau
percikan darah atau cairan tubuh dibersihkan dengan bahan yang menyerap yang
kemudian dibuang ke dalam kantong sampah medis yang kedap air dan akhirnya
dibakar di insinerator atau dikubur dalam lubang yang cukup dalam dan mutlak harus
menggunakan sarung tangan.di daerah tumpahan tersebut didesinfeksi dengan larutan
klorin, kemudian dibilas dengan air dan sabun hingga bersih.
Linen tersebut harus dikelola sedemikian rupa denga sedikit mungkin kontak
dengan tangan. Segera masukkan ke dalam kantong kedap air ditempat dia digunakan
tanpa harus dipilah ditempat pelayanan pasien. Sedapat mungkin linen yang tercemar
berat dengan darah atau cairan tubuh harus dimasukkan ke dalam kantong kedap air,
bila tidak tersedia kantong kedap air maka linen dilipat dengan bagian tercemar
berada dibagian sebelah dalam dan kenakan sarung tangan.

7. PEMBUANGAN LIMBAH TERCEMAR DARAH DAN CAIRAN TUBUH


Semua limbah padat yang tercemar darah, cairan tubuh, spesimen laboratorium,
jaringan tubuh harus ditempatkan dalam kantong yang kedap air dan tidak bocor,
14

kemudian dibakar atau dikubur dengan kedalaman ± 2 M dan sedikitnya berjarak ±


Page
10 M dari sumber air. Limbah cair harus dibuang melalui sistem pengolahan limbah
cair atau dibuang kedalam kakus.
Penerapan kewaspadaan universal selngkapnya mengikuti penerapan
kewaspadaan universal yang berlaku.
8. RISIKO PENULARAN HIV DISARANA PELAYANAN KESEHATAN
HIV dapat ditularkan melalui berbagai cara seperti berikut :
a. Kepada Pasien :
Melalui alat kesehatan yang tercemar yang dipakai ulang tanpa didesinfeksi
atau disterilisasi secara memadai; transfusi darah dengan donor HIV positif,
cangkok kulit, cangkok organ, dan melalui kontak dengan darah atau cairan
tubuh lain dari petugas kesehatan yang HIV positif.
b. Kepada Petugas Kesehatan :
Perlukaan kulit oleh karena tusukan jarum atau alat tajam lainnya yang telah
tercemar dengan darah atau cairan tubuh HIV positif; pajanan pada kulit yang
luka dan percika darah atau cairan tubuh yang mengenai selaput mukosa mulut,
hidung atau mata.
9. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG AMAN
Lingkungan kerja dimana pelayanan kesehatan diberikan tidak saja
mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan, namun juga keselamatan dan
kesejahteraan petugas kesehatan itu sendiri.
Upaya untuk mendukung dan meningkatkan lingkungan kerja yang aman
meliputi :
a. Pendidikan petugas tentang risiko kerja, cara pencegahan infeksi HIV, tata cara
pelaporan pajanan.
b. Penyediaan alat pelindung seperti sarung tangan, pelindung wajah, gaun
pelindung, celemek kedap cairan dan alat pelindung yang lain.
c. Penyediaan wadah tahan tusukan.
d. Mempertahankan jumlah staf yang memadai.
e. Menjamin bahwa kewaspadaan universal diterapkan, terpantau dan dievaluasi.
f. Memberikan konseling paska pajanan, pengobatan, tindak lanjut dan perawatan.
g. Menerapkan upaya untuk mengurangi stres, diskriminasi dan kejenuhan.
h. Mengatur waktu kerja dan membimbing petugas yang belu berpengalaman.
i. Memberikan petunjuk tentang pelayanan kesehatan, yang dilakukan dan
didukung yang dapat diberikan pada petugas kesehatan dengan HIV positif.
j. Alokasi tugas yang fleksibel kepada petugas kesehatan dengan HIV positif dan
mempekerjakannya secara optimal.
k. Antisipasi terhadap mereka tergantung pada kondisi, kebutuhan pekerjaan,dan
15

kebutuhan mereka untuk melindungi diri dari infeksi lain seperti tuberkolosis.
Page
l. Membantu menyelesaikan masalah penempatan yang seringkali pelik bagi
petugas kesehatan yang terinfeksi.
Sering kali pada keadaan sumber daya sangat terbatas, sulit untuk
memenuhi segala persyaratan diatas. Namun usaha kearah tersebut merupakan
tanggungjawab para perawat dan bidan, petugas kesehatan yang lain dan
pemimpin. Upaya pencegahan akan sulit dilaksanakan apabila bahan dan alat
pelindung tidak selalu tersedia. Oleh karena itu harus ditentukan prioritas, dan
harus dicari alternatif yang lebih murah.
Pada saat ini, meskipun bahan dan alat selalu tersedia, penerapan
kewaspadaan universal sangat dipengaruhi oleh kebijakan pimpinan, perlikau
petugas kesehatan, sikap dan kelengkapan tenaga. Pelatihan ulang kewaspadaan
universal bagi seluruh petugas kesehatan dirumah sakit sangat dianjurkan.
Pencegahan pajanan HIV akibat kerja juga meliputi kegiatan untuk mengurangi
risiko seperti :
1. Menerapkan kewaspadaan universal.
2. Mengenakan sarung tangan pakai ulang atau sarung tangan rumah tangga
ketika membuang alat tajam.
3. Menjalankan tata laksana atau teknik yang aman, seperti membuang jarum
suntik tanpa menutupnya kembali, atau menutup jarum bekas pakai dengan
cara satu tangan, menggunakan kateter hidung dan alat resusitasi lain yang
steril, menggunakan paker persalinan yang berbeda untuk setiap persalinan,
dan tidak menggunakan gunting episotomi untuk memotong tali pusat.
4. Mengusahakan ketersediaan desinfektan dan bahan pembersih lain yang
sesuai.
5. Melakukan sterilisasi alat secara benar.
6. Menghindari suntikan, episiotomi dan tes laboratorium yang tidak perlu.
7. Menutup luka atau lecet dikulit.
16
Page

Anda mungkin juga menyukai