Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan ada dua proses yang beroperasi secara bersamaan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan”
dan “perkembangan” secara bergantian, kedua proses ini tidaj bisa dipisahkan dalam
bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk
maksud lebih memperjelas penggunaannya.

Dalam hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan, diantaranya tahap
secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan dilihat dari tahapan
tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita
menguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya
dengan pengaruh yang ditimbulkan.

B. Tujuan

 Dapat melihat peran yang paling penting bagi perkembangan siswa


 Dapat melihat faktor latar belakang peran perkembangan siswa
 Memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah perkembangan peserta didik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Devenisi Perkembangan

Para ahli psikologi memiliki perbedaan pendapat tentang pengertian perkembangan


sebagian ada juga yang memberikan pengertian perkembangan dengan pertumbuhan,
sebagian lagi membedankannya. Yang membedakan ada 2 macam, pada segi cakupan
perubahan yg terkandung didalamnya ada dari segi sifat perubahan yg ditimbulkan.

Bagi para ahli keduanya menyatakan bahwa pertumbuhan atau perkembangan


sama-sama merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani. Bagi ahli yang
membedakan dari segi cakupannya bahwa pertumbuhan adalah perubahan secara
psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik secara normal,
sedangkan perkembangan adalah perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi psikis

B. Peran Guru Dalam Perkembangan Emosi Anak Usia Menengah

Guru yang baik adalah seseorang yang dapat dijadikan panutan siswa. Guru, “di
gugu lan di tiru” semboyan untuk orang yang terjun di dunia pendidikan. Seorang guru
yang baik harus mempunyai 4 kompetensi yang meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi pedagogik, kompetensi profesionalisme,dan kompetensi sosial.

Kompetensi kepribadian, sebagai seorang guru yang baik hendaknya harus


mempunyai kepribadian yang baik pula. Kepribadian yang baik adalah kepribadian yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepribadian tersebut dapat tercermin melalui
tutur kata yang sopan. Sebagai seorang guru sudah sepantasnya bertutur kata yang baik dan
terarah. Cara berpakaian yang sopan, sebagai seorang guru juga harus dapat mencerminkan
kepribadiannya melalu pakaian yang digunakan sehari-hari. Walaupun di rumah
kepribadian yang dimiliki seorang guru harus tetap terjaga karena guru tidak hanya
menjadi cendekiawan yang terkenal melainkan juga sebagai panutan masyarakat. Perilaku
yang baik, sopan, solidaritas yang tinggi juga harus dimiliki oleh seorang guru untuk dapat
dicontoh oleh siswa dan masyarakat sekitar.

Sebagai seorang guru harus berperan serta dalam membimbing peserta didiknya.
Inilah yang dinamakan kompetensi pedagogik. Guru yang baik harus dapat mengarahkan
perilaku peserta didik apabila kurang benar. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan
materi saja di dalam pendidikan terutama di sekolah. Namun guru juga harus
mementingkan moral para peserta didiknya. Kalau guru hanya mengedepankan prestasi
dan pemahaman materi saja kepada siswa tidak akan menjamin setiap siswa mempunyai
kepribadian yang baik. Di sisi lain belajar tidak hanya untuk pandai menuntut ilmu yang
harus dikuasai oleh siswa, tetapi belajar juga mendalami cara bermoral yang baik.

Hal yang dapat dilakukan guru dalam membimbing siswanya, dapat dilakukan dari
kegiatan yang mudah dan sepele. Ketika siswa dihadapakan dalam sebuah ujian atau
mengerjakan suatu soal evaluasi, disini peran guru adalah mengamati tingkah laku siswa
dalam mengerjakan soal. Tidak diharapkan sebagai seorang guru hanya menerima jadi nilai
yang dihasilkan oleh siswa tanpa memperhatikan darimana siswa memperoleh jawaban
tersebut. Apakah dari mencontek, tanya temannya atau dari pikiran siswa sendiri. Dalam
hal ini guru sangat berperan penting, jika nanti siswa terbiasa dengan kebiasaan buruknya
maka akan sulit membentuk kepribadian siswa yang baik.

C. Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Emosi

Masa Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Tentunya pada
masa ini banyak perubahan baik dari bentuk fisik maupun psikisnya. Perubahan psikisnya
itulah yang beperan penting terhadap perkembangan moral remaja. Kebanyakan pada masa
remaja ini seseorang dianggap labil. Labil itu sendiri adalah kondisi saat seseorang mudah
berubah keadaan perasaan dan kejiwaannya, dari sedih berubah menjadi marah karena
alasan yang tidak jelas. Selain labil remaja pun mudah terpengaruh teman sebayanya
bahkan dalam hal negatife seperti merokok, seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang
dan sebagainya. Disinilah peran orang tua dibutuhkan, sebagai pengontrol perilaku anak.
Orang tua pada hakikatnya sebagai faktor utama yang mempengaruhi perkembangan moral
anak. Tanpa adanya pengawasan dari orang tua, si anak dapat terjerumus dalam hal-hal
negatif tadi. Perilaku orang tua juga mempengaruhi perkembangan moral anak seperti yang
dikatakan pepatah “Buah Tidak Jatuh Jauh dari Pohonnya” jika perilaku orang tua baik
kemungkinan perilaku anaknya juga baik, sebaliknya jika perilaku orang tua buruk
kemungkinan anaknya pun begitu.

Maka dari itu seharusnya orang tua dapat mengawasi anak dengan baik,
memberitahu anak untuk lebih selektif dalam memelih teman sebaya, mengajarkan untuk
lebih taat beribadah, berikan waktu luang lebih banyak untuk berkomunikasi dengan anak
usahakan orang tua tidak sibuk dengan pekerjaaannya jangan sampai anak merasa sepi
karena kesibukan orang tua lalu anak lebih memilih hal-hal negative untuk menghibur diri.

D. Peran Teman Dalam Perkembangan Membantu Perkembangan Emosi Remaja


Usia Sekolah Menengah

1. Pengertian Teman Sebaya


Teman sebaya adalah anak-anak yang tingkat usia dan kematangannya kurang lebih
sama. Kelompok teman sebaya akan terbentuk dengan sendirinya pada anak-anak yang
tinggal berdekatan rumah atau pergi ke sekolah bersama-sama.

Kelompok sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh


bagi kehidupan individu. Terpengaruh tidaknya individu dengan teman sebaya tergantung
pada persepsi individu terhadap kelompoknya, sebab persepsi individu terhadap kelompok
sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil nantinya.

Kelompok sebaya menyediakan suatu lingkungan, yaitu tempat teman sebayanya


dapat melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang ditetapkan
oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya, dan tempat dalam rangka
menentukan jati dirinya, namun apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya
adalah nilai negatif maka akan menimbulkan bahaya bagi perkembangan jiwa individu.

Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya juga mengakibatkan melemahnya


ikatan individu dengan orang tua, sekolah, norma-norma konvensional. Selain itu, banyak
waktu yang diluangkan individu di luar rumah bersama teman-teman sebayanya dari pada
dengan orang tuanya adalah salah satu alasan pokok pentingnya peran teman sebaya bagi
individu.

Peranan penting kelompok sebaya terhadap individu berkaitan dengan sikap,


pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku remaja seringkali meniru bahwa memakai
model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular maka kesempatan bagi
dirinya untuk diterima oleh kelompok sebaya menjadi besar.

Menurut Robbins, ada empat jenis kelompok sebaya yang mempunyai peranan
penting dalam proses sosialisasi yaitu kelompok permaianan, gang, klub, dan klik (clique).

Kelompok permainan (play group) terbentuk secara spontan dan merupakan


kegiatan khas anak-anak, namun di dalamnya tercermin pula struktur dan proses
masyarakat luas, sedang gang, bertujuan untuk melakukan kegiatan kejahatan, kekerasan,
dan perbuatan anti sosial. Klub adalah kelompok sebaya yang bersifat formal dalam artian
mempunyai organisasi sosial yang teratur serta dalam bimbingan orang dewasa. Sementara
itu klik (clique), para anggotanya selalu merencanakan untuk mengerjakan sesuatu secara
bersama yang bersifat positif dan tidak menimbulkan konflik sosial.

E. Peran Kepala Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain faktor kesiapan guru untuk mengajar
dan kesiapan siswa untuk belajar, faktor pengelolaan dan kepemimpinan kepala sekolah
merupakan elemen kunci yang menentukan kualitas pendidikan di sekolah. Oleh karena
itu, strategi kepemimpinan menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dari kajian sekolah
efektif bahwa kepemimpinan kepala sekolah memegang peran strategis bagi keberhasilan
sekolah, antara lain: (1) prestasi akademik dapat diprediksi berdasarkan perilaku
kepemimpinan kepala sekolah, dan (2) proses kepemimpinan mempunyai pengaruh
terhadap semua aspek kinerja dan iklim sekolah. (3) Memotivasi bawahan untuk lebih
pandai membantu mengembangkan perkembangan emosi remaja usia sekolah menengah.
(4) Mencipatakan inovasi baru untuk dikembangkan guru bidang studi/ wali kelas

Menyikapi kecenderungan dan tantangan masa depan, kepala sekolah merupakan


salah satu the key players dengan peranan utama sebagai: pemimpin, pendidik, pengelola,
dan inovator yang memiliki jiwa entrepreneur. Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus
mampu mempengaruhi dan memberdayakan segenap sumber daya sekolah. Sebagai
pendidik, harus mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dan
staf sekolah lainnya. Sebagai pengelola, kepala sekolah harus mampu menjalankan fungsi-
fungsi manajerial guna mewujudkan iklim sekolah. Sebagai inovator, kepala sekolah harus
mampu menumbuhkan inisiatif dalam menemukan, menerapkan, dan mengembangkan
model-model pengelolaan dan pembelajaran di sekolah.
Agar kepala sekolah dapat mewujudkan iklim sekolah yang kondusif, maka dituntut
memiliki seperangkat kompetensi kepemimpinan yang berorientasi pada kecerdasan emosi.
Kompetensi tersebut oleh Goleman dan Boyatzis (2004) membagi ke dalam empat
komponen utama, yaitu: (a) kesadaran diri, (b) pengelolaan diri, (c) kesadaran sosial, dan
(d) pengelolaan relasi.

F. Peran Kakak Membantu Mengembangkan Perkembangan Emosi

Hubungan kakak-adik memainkan peran penting dalam proses pembentukan


kepribadian si adik. Sebab, si kakak akan menjadi teman pertama yang dimiliki oleh adik
sehingga apapun yang ia lakukan, pasti akan ditiru oleh adiknya.

Ketika melihat anak bertengkar memperebutkan mainan, Anda bisa menasihati


keduanya. Jangan selalu meminta kakak untuk mengalah kepada adik, berikan pula nasihat
kepada adik untuk menghormati benda-benda kepunyaan kakaknya dan tidak merebut
apapun yang terlebih dahulu telah diambil oleh kakak. Ajarilah mereka kenyataan bahwa
meskipun umurnya lebih muda, bukan berarti adik bisa mendapatkan semua yang dia
inginkan. Dengan cara ini, si adik dapat lebih menghormati si kakak, begitu pula
sebaliknya. Di tambah lagi seorang adik akan kerap meniru apapun yang dilakukan oleh
kakaknya

Agar si kakak dan adik tidak bertengkar dalam memperebutkan mainan, Anda bisa
mengatur agar mereka memainkannya secara bergilir. Agar adil, berikan pula batasan
waktu yang sama untuk kakak dan adik dalam memainkannya. Peraturan tersebut akan
mengajarkan keduanya untuk bersabar dalam menunggu giliran.
1. Pengaruh positif pergaulan

 Lebih mengenal nilai-nilai dan norma social yang berlaku sehingga mampu
membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak dalam melakukan sesuatu.

 Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus menyadari bahwa


manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai.

 Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang sehingga


mampu meningkatka rasa percaya diri.

 Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan
masyarakat sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang
pantas diteladani.

2. Pengaruh negative pergaulan

 Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang
melanggar norma social.

 Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam, misalnya: kecanduan
narkoba, terlibat dalam tindak criminal dan sebagainya.

 Dijauhi masyarakat sekitar karena perilaku tidak sesuai dengan nilai/norma social
yang berlaku.

 Tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang menyimpang.

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh negatif yang
terlanjur mencemari diri individu:

1. Membakitkan kesadaran kepada yang bersangkutan bahwa apa yang telah ia


lakukan adalah menyimpang. Kadangkala perilaku menyimpang tidak menyadari
bahwa apa yang telah ia lakukan salah. Jika dari yang bersangkutan belum ada
kesadaran bahwa apa yang dilakukan selama ini keliru adalah sia-sia. Misalnya,
anak yang tidak menyadari bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatannya akan
sulit untuk diarahkan agar ia menjauhi rokok.

2. Memutuskan rantai yang menghubungkan antara individu dengan lingkungan yang


menyebabkan ia berperilaku menyimpang. Hal ini dapat dilakukan dengan
memindahkan individu tersebut dari lingkungan pergaulannya dan membawa ke
kancah pergaulan baru. Hal ini tidaklah mudah, sebab kadangkala yang
bersangkutan tidak mampu menyesuaikan diri di tempat lingkungannya yang baru
atau justru lingkungan baru yang tidak mampu menerimanya.
3. Melakukan pengawasan melakat sebagai control secara terus-menerus agar anak
terhindar dari perilaku yang menyimpang. Pengawasan harus dilakukan oleh orang
yang disegani, sehingga anak tidak berani mengulangi perbuatannya yang salah.

4. Melakukan kegiatan konseling atau pemberian nasihat secara persuasive, sehingga


anak tidak merasa bahwa ia dibawah proses pembimbingan. Melibatkan anak
dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan keyakinan yang ia anut merupakan salah
satu cara yag dapat dilakukan untuk membuka pikitan anak mengenai apa yang
baik dan apa yang buruk.

Dalam penelitian tentang perkembangan moral siswa remaja menengah atas


bahwasannya memiliki berbagai peran yang penting dalam merubah perilaku si anak
menjadi lebih baik mengarah yang lebih positif, jika menurut saya tentang pembahasan di
atas dapat di simpulkan bahwa ketiga peran seperti orang tua, guru, dan sahabat yang baik
sangat berperan penting dalam memperbaiki moral, karna sebagian besar anak berkembang
dengan baik karna ada peran dari beberapa factor tersebut yang berperan baik bagi moral
dan pergaulan tingkat penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya penalaran ,
dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi
tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula
tingkat moral seseorang.

Faktor Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari
dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam
pergaulan dengan orang lain.
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Didalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu
ternyata faktor lingkungan memegang pean penting. Diantara segala unsur lingkungan
sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan
berbentuk manusia yng langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan
dari nila-nilai tertentu. Dalam hal ini lingkungan sosial berfundsi sebagai pendidik dan
pembina. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral
makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk atau meniadakan tingkah laku yang
sesuai.

b. Saran

Dari pembahasan ini, kita mengetahui bahwa pentingnya moral Kita sebagai peserta didik
juga harus mengetahui wawasan mengenai peran beberapa factor perubahan moral
sehingga dapar memotivasi kita sebagai peserta didik untuk lebih berkembang ke arah
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/annisawidad/peran-orang-tua-dalam-perkembangan-moral-
remaja_5554642e7397732014905555

http://www.peranguru.blogspot.co.id/usia sekolah

https://kumparan.com/go-dok-indonesia/peran-penting-kakak-dalam-membentuk-
kepribadian-adik

https://retnaningws.wordpress.com/2015/06/23/peran-teman-sebaya-dalam-pergaulan-
pendidikan-anak/

Anda mungkin juga menyukai