Anda di halaman 1dari 13

Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015

Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

PERBANKAN ISLAM ARAB SAUDI: KEMAJUAN YANG TERTINGGAL

Shofiah Tidjani
Kandidat Doktor Program Agama & Lintas Budaya – Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Email: opidunk@yahoo.com

Syamsul Hadi
Kaprodi Minat Studi Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Abstract

The claim of product innovation in Islamic Banking needs a guidance and the strongest
regulation which makes realization of subservience syariah (shariah compliance) and it
has an ability to fill all over the market need. The Kingdom of Saudi Arabia, which is now
being the dominant factor in economic and market of Islamic banking toward the gulf
area of Arabian Penninsula, shows the fact of the absent of regulation while the
condition of Islamic banking is not well-structured. This research aimed to answer
the main problems between the fatwa‘s authority of banking and the absent of
goverment‘s regulation. The result of this research is concluded that the biggest challenge
that will be faced by Saudi Arabia such as the pressure of globally financial system, the
coordination of Islamic Banking monitoring, the centralization of national banking‘s fatwa
(guidance), and the firmness toward conventionally banking and foreign.

Keywords: Islamic Banking in Saudi Arabia, the banking‘s fatwa, and the regulation of
banking

A. Pendahuluan kondisi ekonomi paling dominan di antara


Kerajaan Arabia Saudiadalah negara kelima negara anggota lainnya, yakni Uni
anggota Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Bahrain dan
Cooperation Council) yang memiliki Oman(Ramady, 2005; SAMA, 2008;

18
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Ramady, 2009) .Fenomena pertumbuhan Fiqh Academy‖ di bawah OIC di Jeddah,


keuangan Islam, khususnya di sektor dan "Islamic Fiqh Academy of Muslim
Perbankan Islam yang melaju dengan World League” di Makkah, tidak memiliki
cepat, tak terlepas dari asal-usulnya, otoritas yang mengikat publik atau sistem,
dimana perbankan Islam mulai dibibitkan juga tidak ada hubungan struktural atau
(Aldohni, 2008). Negara-negara Dewan konsultatif. Pembentukan Dewan
Kerjasama Teluk adalah detak jantung Pengawas Syariah (Shariah Supervisory
pertumbuhan industri keuangan Islam di Board) di masing-masing bank berbasis
dunia, tidak hanya karena letak dua tempat non-Riba di Arab Saudi, justru bersifat
suci umat Islam (Makkah dan Madinah) di lebih inisiatif sendiri daripada birokratif
Arab Saudi dan mayoritas populasinya (Grassa, 2013). Banyaknya Dewan
adalah Muslim, yang mana bisa memicu Pengawas Syariah tanpa merujuk pada
semangat religiusitas umat dalam sebuah lembaga tunggal yang memiliki
kepatuhan syariah, namun juga karena otoritas resmi, akan berdampak pada
beberapa faktor utama, sebagaimana meningkatnya keragaman fatwa, dan tidak
dirinci oleh Asaad (2007), yaitu: adanya menutup kemungkinan terjadi kontradiksi
pengaruh positif dari negara-negara Islam yang signifikan antara satu fatwa dengan
lainnya; kemajuan teknologi keuangan fatwa lainnya.
dunia dan tingkat permintaan lokal yang B. Flashback Kelahiran Perbankan
sangat tinggi, seiring dengan Islam
menjamurnya para investor dengan Kontekstualisasi ekonomi dan
semangat dan jumlah yang luar biasa. keuangan Islam ke dalam teori dan
Meski demikian, Arab Saudi pelembagaannya pada ranah praktek,
sejatinya sedang menerapkan pendekatan merupakan buah pergerakan ekonomi-
pasif (passive approach) dalam politik tahun 1970-an. Di masa ini, dapat
mengembangkan sektor keuangan dan disaksikan berbagai fenomena
perbankan Islam, denganmenggunakan melambungnya harga minyak (Erler,
2010), juga otorisasi Arab Saudi dalam
model otoritas pengawasan tunggaldalam
politik dan daya kontrolnya yang kuat
yuridiksi dimana bank Islam dan bank
terhadap semangat pan-Islamisme yang
konvensional beroperasi secara baru lahir kala itu. Raja Faisal, yang saat
berdampingan. Bahkan, ketika hampir itu sedang berkuasa di Kerajaan Saudi
semua negara GCC berpikir tentang Arabia, berada dalam posisi sentral kedua
rancangan peraturan perbankan Islam, perkembangan ini, karenanya, pelopor
Kerajaan Arab Saudi justru hampir tidak jaringan perbankan Islam kemudian
melakukan pergerakan, dan belum pernah dinamakan dengan nama Raja, Bank
mengeluarkan satu dokumen pun yang Faisal, meski selanjutnya bank ini dilarang
berkaitan dengan keuangan dan beroperasi sebagai bank komersial di
perbanakan Islam.Arab Saudi tidak Saudi Arabia.
memiliki dewan penasehat syariah Warde (2000) menyebut masa itu
nasional atau suatu lembaga yang dengan ―Aggiornamento I‖, dimana
memiliki otortias tunggal di keuangan doktrin Islam dalam persoalan-peresoalan
Islam. Sistem yang diterapkan, lebih mirip perbankan, terjadi di bawah dukungan
dengan sistem tata kelola syariah di Organisasi Konferensi Islam
Inggris, dimana resolusi atau fatwa (Organization of the Islamic Conference).
keuangan lebih merupakan produk inisiatif Kerjasama tertutup (closed cooperation)
sendiri, daripada arahan regulator atau antara Mesir dan Arab Saudi, menjadi era
persyaratan peraturan (Hasan, 2010). istimewa yang menghasilkan sinergi baik
Beberapa lembaga fatwa bersifat antara faktor-faktor ekonomi dan politik,
Internasional dan berbasis di kota Makkah hingga menyebabkan embargo minyak di
dan Jeddah, seperti ―International
Islamic

19
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

bulan Oktober 1973 terhadap negara- sekitar 500 bank syariah yang beroperasi
negara pendukung Israel (termasuk di 75 negara di seluruh dunia, dengan
Amerika Serikat). Harga minyak populasi muslim dan non-muslim (The
meningkat tajam menjadi empat kali lipat Banker, 2013). Sektor perbankan masih
dalam rentang waktu antara Oktober dan mendominasi industri jasa keuangan
Desember di tahun itu. Chaudry (1997) Islam, diestimasi memegang 80% total
mengungkapkan, aliran modal pada 1970- asetnya (IFSB, 2014). Pada tahun 2013,
an telah membangun kembali institusi- jumlah aset perbankan Islam global
institusi domestik dan ekonomi di tiap-tiap mencapai USD 1,7 triliun, menunjukkan
konstituen negara, serta membangun bahwa perbankan Islam telah menjadi
karakter ekonomi regionalnya, terutama sektor dengan pertumbuhan tercepat
negara-negara kaya minyak di Timur dalam sistem keuangan Internasional,
Tengah. dengan perkiraan pertumbuhan rata-rata
―Rejeki nomplok‖ petrodolar tahunan sebesar 17,6 % (EY, 2013).
di Secara regional, total aset keuangan
kawasan Arab (Yergin, 1991), menandai Islam umumnya berpusat di Timur Tengah
sebuah ‗titik balik‘ yang membuat banyak dan Asia. Negara Iran, Bahrain, Qatar,
orang percaya bahwa hal itu akan Indonesia, Saudi Arabia, Malaysia, UAE
melahirkan sebuah tatanan ekonomi dan Turki, yang juga teridentifikasi
Internasional baru (New International sebagai faktor utama pemicu laju
Economic Order) dan semangat gelombang keuangan Islam global,
persaudaraan kawasan Selatan, yang mewakili 78% dari aset perbankan Islam
selanjutnya menyemangati pendirian Internasional pada tahun 2012.
Islamic Development Bank (IDB) dalam Pertumbuhan diprediksi mencapai CAGR
kesepakatan OIC (Organization of Islamic (compound annual growth rate) sebesar
Conference) pada 1974. Dalam konteks 19,7% dalam rentang waktu 2013-2018,
secara signifikan lebih cepat dibanding
itu, perbankan Islam lepas landas dari ide
negara-negara lain di sektor keuangan
yang kabur dan terasa utopis, menjadi
Islam (EY, 2013).
realitas (Warde, 2000). Negara-negara kaya minyak di
Kini perkembangan ekonomi Islam kawasan Teluk (Arab Saudi, UEA, Qatar,
telah menjadi fenomena modern yang Kuwait, Bahrain dan Oman), yang
menarik perhatian besar banyak kalangan. terhimpun dalam Dewan Kerjasama Teluk
Sistem keuangan bebas riba, tidak lagi
(Gulf Cooperation Council), memiliki
menjadi isu lokal di negara-negara muslim
total aset perbankan Islam mencapai USD
saja, tetapi juga menjadi trend global,
490 juta pada akhir 2013, dari jumlah
dimana negara-negara non-muslim sudah USD 390 juta di tahun 2011. xPangsa
mengambil posisi dan inisiatif untuk pasar ini didominasi oleh Arab Saudi 49%
mengadopsi dan mengembangkannya. atau USD 245 miliar pada 2012,
Negara-negara dengan industri keuangan pertumbuhan di sektor ini mencapai 20%
terkemuka seperti Inggris (Aldohni, 2008), per tahun, diikuti oleh UAE dengan aset
Cina, Prancis, Jepang, Hongkong dan 19%, Kuwait 16%, Qatar 11% dan
Singapura terlihat berlomba-lomba Bahrain 5% (IFSB, 2014; EY, 2013).
menjadi pusat keuangan Islam. Bahkan Bank al-Rajhi di Arab Saudi adalah bank
World Bank, telah menjadikan keuangan Islam terbesar di kawasan Teluk saat ini
Islam sebagai salah satu program (Paldi, 2013). Di kawasan regional Teluk,
utamanya (Reuters, 2012; World Bank, perbankan Islam memiliki pertumbuhan
2013). yang cenderung lebih cepat dibanding
bank-bank konvensional, yakni rata-rata
C. Perkembangan Modern mencapai 17,4% dibanding perbankan
Saat ini, jumlah institusi
perbankan
Islam semakin meningkat dan mencapai

20
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

konvensional yang hanya 8,1% (E&Y, daya ikatnya, fatwa dan fiqh tidak
2013). Kerajaan Arabia Saudi, adalah mengikat, sedangkan qadha' dan qanun
negara anggota Dewan Kerjasama Teluk bersifat mengikat publik.
(GCC) yang memiliki kondisi ekonomi Fatwa hanya mengikat orang yang
paling dominan di antara kelima negara mengeluarkan fatwa, peminta fatwa
anggota lainnya (Ramady, 2005; SAMA, (mustafti) pun tidak terikat. Amien (2008),
2008; Ramady, 2009) merinci perbedaan fatwa dengan qadha‘
sebagai berikut: Pertama, bila qadha'
D. Tantangan Otoritas Fatwa mengikat untuk dipatuhi, fatwa hanya
Perbankan bersifat informatif (tabyin). Kedua,
Dalam praktek perbankan Islam, keputusan qadha' harus dilaksanakan
kepatuhan terhadap syariah Islam adalah terhukum, sedangkan pemohon fatwa
karakter unik, dan merupakan tulang tidak wajib menerima atau melaksanakan
punggung eksistensinya (Amer, 2009). fatwa. Ketiga, qadha' hanya berkenaan
Karenanya, kebutuhan akan sistem dengan pihak yang berperkara, dan
kepatuhan syariah menjadi sangat krusial berlaku pada wilayah hukum tertentu,
bagi perkembangan dan sustainabilitas sedangkan fatwa bisa dialamatkan pada
industri keuangan Islam (Hasan, 2010), kalangan lebih luas.
dan untuk mengemban tugas ini, maka Perihal tidak mengikatnya
dewan syariah (shariah board) kemudian keputusan hukum elemen "swasta" ini
didirikan. Sebagai komponen penting juga tercermin dari kaidah fikih, ―al-
dalam sistem tata kelola syariah di ijtihâdu la yunqadu bi al-ijtihâd‖ (sebuah
Lembaga Keuangan Islam (LKI), dewan ijtihad tidak bisa dibatalkan oleh ijtihad
syariah harus menjalankan dua fungsi lain). Ini cermin dari penghargaan atas
penting, yaitu fungsi kontrol dan fungsi kerja keras intelektual dalam Islam.
konsultatif, yang juga mencakup produksi Namun, jika dihadapkan dengan
dan legitimasi fatwa. keragaman, demi kepastian hukum, maka
Dalam perkembangan sistem berlakulah kaidah fikih, ―Hukmu al-hâkimi
ekonomi Islam, posisi fatwa sebagai ilzâmun wa yarfa‟u al-khilâf‖ (ketetapan
pijakan hukum sangat dibutuhkan pemerintah bersifat mengikat dan
(Maksum, 2012). Fatwa adalah produk menghentikan silang pendapat) (Amin,
pemikiran hukum Islam yang 2008). Walaupun fatwa tidak bersifat
keberadaannya dapat mendorong mengikat, namun kontribusi fatwa dalam
dinamisasi hukum Islam dalam merespon dinamika pemikiran hukum Islam amat
persoalan-persoalan yang muncul, sesuai signifikan, terutama sebagai satu-satunya
dengan dimensi ruang dan waktu yang legal approval produk-produk di industri
melingkupinya (Djamil, 1995; al-Zaibari, perbankan dan keuangan Islam.
1995 dan Qardhawi, 1997). Produktivitas fatwa amat tinggi dalam
Dalam sejarah pembelajaran agama memperkaya pembentukan kaidah hukum
Islam, terdapat empat model produk Islam untuk merespon tantangan aktual
penggalian hukum Islam: fikih, fatwa, (Karni, 2010).
qadha' (putusan pengadilan), dan qanun imima namak m DaD, am m
(undang-undang). Fiqh dan fatwa sama- tmtmama
sama merupakan hasil ijtihad ulama yang rmenaIDrDnmaenakmamrmaenanma
bersifat privat, bukan bagian otoritas mavrima nD namimma mmnD
negara. Sedangkan qadha' dan qanun amnDm emak
adalah hasil ketetapan elemen kenegaraan. nnaimakrmakrmmtDaD,aemtmaemnDaDim
DtDnm rnaemaam anakm kaknDa
nnmtmpma amremam mt. enannnmma
mtam nma
Fiqh dan fatwa, meski sama status dan matm nnDim ma-nma nD rmtm emaDrnD
a rD,

21
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

kedudukan pembuatnya, namun berbeda rnpmamraem nDrm nDpDanmaD


dalam hal inisiatif. Dari segi implikasi nnakma
ananmakma rtam tma amrDkami tnaemnm

22
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

nmima anakmamrD nma bersama-sama memperoleh legitimasi


anarmenaIDrD enanma ma vrima, sebagai keberhasilan dari sebuah
tnaamrm enakkimpma mtamaem. kerjasama.

E. Tantangan Regulasi Perbankan Jalinan dukungan yang berlangsung


Diskusi tentang praktek hukum dan selama dua ratus tahun secara
penetapan regulasi di sebuah negara, tidak mutual,
dapat dipisahkan dari unsur-unsur politik telah menciptakan tingkat sensitivitas dan
yang mewarnai dan mendominasi otoritas mekanisme fleksibel di Saudi, meski tidak
pemerintahan di masa tertentu. Fenomena nersifat eksklusif di Saudi, untuk
yang terjadi di negara-negara Dewan mengekuarkan pendapat hukum konstitusi
Kerjasama Teluk (GCC), terutama dari sumber-sumber hukum Islam (fatwa),
Kerajaan Saudi Arabia dalam praktek yang memperkuat hubungan ini dengan
kelembagaan perbankan dan keuangan menafsirkan hukum dan meningkatkan
Islamnya, sangat memperjelas korelasi ini. kesejahteraan negara Islam. Sensitivitas
Pada abad ke-19, Kekaisaran ini tampaknya didasarkan pada teori-teori
Turki mulai memperkenalkan hukum ulama seperti al-Ghazali dan Ibnu
Barat ke dalam dunia Islam. Hal ini Taimiyah yang mengidentifikasi negara
memprakarasai lahirnya dikotomi antara Islam dengan agama dan kekuasaan,
hukum umum dan hukum syariah, sebagai sumber utama dari campur tangan
jangkauan fatwa-fatwa menjadi terbatas ilahi (Kechichian, 1986).
hanya pada hukum perorangan (pribadi), Saat ini, satu-satunya lembaga
sedangkan hukum umum (sekuler) memegang otoritas regulasi dan berfungsi
menjadi semakin luas. Setidaknya, melakukan pengawasan dan supervisi
terdapat tiga jenis kategori dalam terhadap sektor perbankan, sebagai bank
persoalan fatwa. Pertama, negara yang sentral yang termodifikasi, di Kerajaan
masih menganggap hukum syariah Islam Saudi Arabia adalah Saudi Arabian
sebagai dasar dan menerapkannya dalam Monetary Agency (SAMA).Terkait
sebagian atau keseluruhan sistemnya. hukum Islam sebagai dasar hukum
Kedua, negara yang menghapus total pemerintah, SAMA berkewajiban untuk
hukum Islam dan menggantikannya denga menjaga prinsip-prinsip kepatuhan
hukum sekuler. Ketiga, negara yang syariah, sebagaimana tertulis di dalam
mencoba mengkompromikan kedua Dikrit Kerajaan No. 23 tanggal
wilayah hukum ini, dengan memasukkan 23/05/1377, pasal 2:
hukum sekuler dan tetap memelihara Article 2:
hukum syariah Islam dalam waktu yang The Saudi Arabian Monetary
bersamaan (Mudzhar, 1993). Negara Arab Agency shall not pay nor receive
Saudi termasuk dalam kategori pertama, interest, but it shall only charge
yang masih menganggap hukum syariah certain fees on services.
Islam sebagai dasar dan menerapkannya
dalam sistemnya. Article 6:
Peralihan kekuasaan kepada Raja The Agency shall not undertake
Faisal pada tahun 1964 telah any of the following functions:
dimungkinkan melalui fatwa seorang
ulama Saudi, Muhammad bin Abd al- a.Acting in any manner which
Wahhab (Rasheed, 2007). Semenjak itu, conflicts with the teachings
of the Islamic Law. The
pola ―religio-political orientation‖
Agency shall not charge any
sudah interest on its receipts and
mulai teraplikasi, kekuasaan agama dan payments;
otoritas terus dipraktekkan oleh para
ulama dan tokoh-tokoh politik yang secara

23
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Oleh karena tujuan ini pula, maka agar dapat melaksanakan lebih banyak
dalam pemberian nama institusi, Kerajaan fungsi bank sentralnya. Menariknya, krisis
Arab Sadi lebih memilih menggunakan perbankan yang terjadi tahun 2008 telah
kata ―agency‖ daripada kata membuktikan, SAMA cukup teruji
―bank‖, sebagai refleksi niat untuk ketangguhannya, dibandingkan pusat-
mengantisipasi penggunaan istilah yang pusat keuangan lainnya di seluruh dunia,
mungkin dapat menggiring kepada dimana hampir tidak ada tanda-tanda
konotasi ―interest‖. Secara reguler, kegagalan bank atau systemic breakdown
dokumen-dokumen resmi Saudi Arabia, pada pinjaman antar-bank.Praktek SAMA
selalu menggunakan terma dinilai sangat cukup bersesuaian dengan
―komisi‖, meski pada prakteknya, esensi standar-standar regulasi dan supervisi
dari ―interest‖ tidak bisa dihindari, Internasional, hanya saja ia masih harus
terlebih ketika SAMA kemudian bisa menghadapi berbagai tantangan
menerbitkan regulasi di sektor perbankan Islam
Riyal Emas Saudi, yang menunjukkan domestik (Ramady, 2009). Secara
pengakuan yang jelas terhadap konsep mengejutkan, SAMA sudah terklasifikasi
bunga. sebagai sistem moneter terbaik dunia
Sementara, Dikrit Kerajaan No. 6 ―group 2‖ pada standar BICRA
pada Desember 1959, berisi tentang (Banking Industry Country Risk
pemberian izin kepada SAMA untuk Assessment), pada tahun 2011, dan
menginvestasikan cadangan foreign bertahan hingga 2014,
exchange pada sekuritas asing, mengikuti setelah menempati ―group 3‖ pada 2010
praktek yang berlaku pada bank sentral (S&P, 2011; S&P, 2013; S&P, 2014).
secara internasional. Hal ini dapat Pada krisis finansial dunia
diinterpretasikan juga dalam pengertian 2008, lembaga keuangan Islam
telah
bahwa SAMA tidak akan menolak
menunjukkan stabilitas yang relatif dalam
pemasukan-pemasukan bunga dari
mengatasi berbagai masalah, seperti
investasi asingnya. pembiayaan derivatif, produk sintetis dan
SAMA telah dibentuk dari awal pinjaman sub-prime. Hal ini sangat
pendiriannya sebagai bank sentral yang diperhatikan oleh otoritas SAMA,
telah termodifikasi. Keterbasan utama sehingga besar kemungkinan bahwa
yang dimiliki adalah kurangnya SAMA akan lebih mudah terbuka
wewenang untuk mengeluarkan nota memberi peluang bank-bank di Saudi
perpanjangan kredit kepada pemerintah untuk beroperasi secara Islami, atau
dan bank, juga untuk mengkonversi praktek-praktek yang ada
mengimplementasikan peraturan moneter ke dalam sistem keuangan Islam. Salah
terhadap manipulasi tingkat bunga. satu bank terbesar Saudi, National
Meskipun SAMA telah memiliki otoritas Commercial Bank (NCB), telah membuat
hukum untuk mengatur sistem perbankan, keputusan untuk mengkonversi secara
namun progress yang dicapai sangat total seluruh cabang retailnya menjadi
lambat dibandingkan lembaga-lembaga cabang keuangan Islam (Ramady, 2009).
moneter lainnya. Penyebabnya bukan Legitimasi Kerajaan Saudi Arabia
hanya keterbatasan SDM yang memang dilandasi oleh ajaran-ajaran
berpengalaman dan terlatih dengan tepat, Islam, namun manajemen perekonomian
namun mungkin juga karena penolakan dan sistem perbankannya dilandasi oleh
intervensi sistem oleh beberapa bank praktek-praktek negara Barat. Pembahasan
komersil asing, dimana sampai akhir 1964, ekonomi Islam dalam ranah regulasi
hanya ada tiga bank lokal diantara total 12 menjadi hal yang cukup sensitif. Fakta
bank yang beroperasi di Kerajaan Saudi. Islamic Development Bank (IDB) berbasis
Pada 1966, SAMA mengeluarkan di Arab Saudi, tidak menafikan realitas
undang-undang pengawasan perbankan dua group perbankan Islam terbesar, Dar
yang lebih komprehensif, dengan tujuan

24
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Al-Maal Al-Islami dan Dallah Al-Baraka, penelitiannya, mengidentifikasi apalikasi


yang dimiliki oleh para pembesar Arab instrumen-instrumen tawarruq di instansi
Saudi, tidak mendapatkan izin operasi perbankan, yang beroperasi dengan
bank-bank komersialnya di wilayah komitmen non-Riba di Arab Saudi,
Kerajaan Saudi Arabia. Ketika Al-Rajhi sebagai pelanggaran terhadap peraturan
Bank and Investment Company pengawasan perbankan SAMA, yang
memperoleh izin operasionalnya pada ditetapkan melalui Dekrit Kerajaan No.
tahun 1985, syarat yang harus dipenuhinya M/5 tanggal 22/02/1386 H. Padahal,
adalah tidak mencantumkan nama Islam instrumen tawarruq telah mendominasi di
dalam penamaanya. Logikanya, apabila berbagai aktifitas perekonomian dan
ada bank berlabel Islam, maka bank-bank mencapai 80% total pembiayaan
lain yang tidak berlabel Islam akan dinilai perbankan di negeri ini. Sangat
tidak islami, meski secara legal semua disayangkan, mengingat dari segi nilai
bank yang beroperasi di negera ini absolut, sektor perbankan Islam Arab
disebut-sebut sebagai institusi Islam. Saudi memiliki total aset terbesar, USD
Barangkali pertimbangan terberatnya 245 miliar, yakni 49% aset perbankan
adalah realitas deposito-deposito banknya Islam di kawasan Dewan Kerjsama Teluk
dan kepemilikan asingnya yang sangat (Kuwait Finance House, 2013).
tinggi, menghasilkan pemasukan bunga Lebih luas, al-Baltaji (2008)
yang cukup besar (Warde, 2000). mengidentifikasi 13 titik lemah yang
Pada suatu kondisi ekstrim, dalam dihadapi negara-negara Teluk di sektor
yurisdiksi non-syariah, dimana bank perbankan dan keuangan Islam, di tengah
syariah dan bank konvensional beroperasi era booming ini. Salah satunya adalah
secara berdampingan, semua bank terlihat keanekaragaman standar dan fatwa yang
tunduk pada persyaratan pelaporan, dibuat oleh para ulama. Sangat
kebijakan pengawasan, kerangka, disayangkan, terlebih fakta ini justru
pendekatan, manual, metodologi, sistem, menjadi salah satu alasan utama prinsip
proses dan prosedur yang sama. Namun, akuntansi syariah tidak dirancang di dalam
dalam yurisdiksi tersebut, otoritas standar Basel. Keragaman fatwa ini,
pengawasan harus mampu dianggap tidak memenuhi kelayakan
mempertimbangkan apakah ada perbedaan referensial untuk menajdi pedoman.
antara fakta lapangan dan representasi
masyarakat terkait kepatuhan syariahnya. F. Urgensi Regulasi Perbankan
Perbedaan atau gap yang teridentifikasi Perkembangan pesat yang dialami
akan berdampak pada pertimbangan oleh perbankan Islam di berbagai penjuru
implikasinya, terkait misselling, dunia, dalam berbagai aspeknya, harus
perlindungan konsumen, tata kelola dan diimbangi dengan perkembangan serupa
pengendalian internal, bahkan dapat dari segi regulasi dan supervisi yang
mempengaruhi kesimpulan otoritas efektif. Penelitian Mohieldin (2012)
pengawasan pada "sistem dan kontrol" membuktikan bahwa peraturan atau
bank dan manajemen risiko reputasi. Pada regulasi tentang perbankan Islam, tidak
kondisi ekstrem lainnya, di bawah hanya mendorong perkembangan
yurisdiksi hukum Islam, di mana kedua lembaga-lembaga perbankan Islam dan
jenis bank beroperasi secara eksistensinya, namun juga dapat
berdampingan, bank Islam dituntut untuk mendongkrak laju pembangunan negara.
melaporkan informasi tambahan terkait Selain itu, pengalaman praktek Islam di
produk dan transaksi perbankan Islam, Prancis (Joppke, 2013), kiranya cukup
serta kepatuhan syariahnya. untuk menegaskan bahwa wacana hukum
Dalam konteks absennya regulasi di merupakan sumber daya penting dalam
negara ini, Utsman (2009) di dalam proses integrasi.

25
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Meskipun studi seperti Vogel dan hazard, pencegahan krisis sistemik dan
Hayes (1998) dan Karimi (2009) permintaan perlindungan terhadap
mengemukakan bahwa fleksibilitas kepentingan deposan (Mutallib, 2015).
pengaturan hukum di beberapa yurisdiksi Wilson (2003) menegaskan bahwa
dengan sistem hukum konvensional, kerangka hukum dan peraturan sangat
memberikan ruang bagi praktek perbankan penting untuk efektivitas dan efisiensi
Islam, namun para ulama Islam tidak lembaga keuangan Islam, sebagai
nyaman dengan argumen ini, dan tetap kerangka hukum dan peraturan yang baik
bertahan pada idealisme syariah yang untuk memastikan pelaporan dan
tegas dalam aktifitas keuangan dan pengungkapan pelanggan yang memadai,
perbankan, yang tidak bisa terakomodasi kontrol manajemen risiko, pemantauan
di bawah sistem hukum konvensional. modal kecukupan, serta mitigasi masalah
Karena itu, melembagakan kerangka informasi asimetris. Kegagalan kerangka
hukum dan peraturan yang kuat untuk hukum dan peraturan, memastikan bahwa
bank Islam dan lembaga keuangan Islam semua ini sudah cukup untuk
lainnya, tidak bisa ditunda lagi urgensinya memungkinkan terjadinya kepanikan
(Mutallib, 2015). keuangan atau bank runs, yang
Secara kasat mata, memang terdapat menimbulkan ancaman serius bagi
persamaan pada produk dan konsep kelangsungan hidup lembaga perbankan.
perbankan Islam dengan produk dan Oleh karena itu, Karimi (2009)
konsep perbankan konvensional, namun menyarankan kepada bank sentral dan
perlu diperhatikan bahwa praktek-praktek otoritas pengawas lainnya, tentang urgensi
pada sistem ekonomi Islam, tidak sama penempatan undang-undang khusus,
dengan sistem hukum, regulasi dan dalam menjalankan fungsi identifikasi dan
akuntansi yang sudah ada. Seharusnya, melakukan penanganan terhadap
para regulator di negara sekuler, selain tantangan-tantangan serius yang dihadapi
menetapkan peraturan-peratuan standar industri perbankan Islam.
yang cermat terkait persyaratan modal, Ketersediaan kerangka hukum dan
cadangan, aset serta rasio, mereka juga peraturan yang tepat, sangat bermanfaat
harus bisa menciptakan peraturan- bagi tingkat kesehatan lembaga-lembaga,
peraturan untuk mengontrol isu-isu seperti di samping untuk membantu regulator,
metode-metode keuangan baru dan syarat- terutama Bank Sentral, dalam mengatur,
syarat kepemilikan pada institusi Islam mengawasi lembaga keuangan, dan lebih
dan sebagainya. Singkatnya, lembaga- efektif dalam pelaksanaan dan
lembaga Islam ini harus beroperasi di pengelolaan kredit serta kebijakan
bawah pengawasan cermat pasar dan moneter (Karimi, 2009 dan Mutallib,
otoritas keagamaan, dan pada waktu yang 2015). Kerangka hukum Islam yang
independen ini, menjadi semakin urgent di
sama, harus bisa juga mematuhi praktek-
tengah fakta munculnya produk-produk
praktek dan standar internasional (Warde,
keuangan dan investasi syariah yang
2000).
Konsep Profit and Loss sharing bersifat kompleks, inovatif dan
(PLS) yang mendasari pengoperasian menawarkan keragaman bentuk serta
perbankan Islam, tidak secara otomatis tingkat resiko, yang jauh berbeda dari
bisa membebaskan lembaga ini dari bentuk-bentuk konvensional.
pengawasan. Sebagai lembaga Pada era awal kemunculan
perbankan Islam modern, sejumlah skema
konvensional, lembaga perbankan Islam
regulatoris Islam yang cenderung
justru membutuhkan tingkat peraturan ambisius, sempat dikonsep oleh para pakar
kehati-hatian dan pengawasan yang sama, dan ulama, termasuk wacana tentang bank
dengan sistem perbankan konvensional, sentral Isam, pemungutan zakat secara
terutama pada beberapa fitur seperti moral

26
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

global dan sebagianya. Sayangnya, Keberhasilan sebuah sistem


realisasi ide-ide ini hanya sampai pada ekonomi Islam di negara manapun, sangat
tahap wacana saja. Dalam praktek selama tergantung pada keyakinan para pemangku
bertahun-tahun, Grassa (2013) kepentingan untuk menjamin semua
menyimpulkan bahwa pengembangan komponen sistem tetap in line dengan
kerangka kerja tata kelola lembaga prinsip dan aturan syariah Islam. Political
keuangan Islam, selalu dikonesp will yang membangun sistem ekonomi
berdasarkan kebutuhan dan perkembangan negara berdasarkan Islam, secara kasat
yang dialami di masing-masing negara. mata, tidak hanya mudah diidentifikasi
Warde (2000) menjelaskan, di era melalui kebijakan-kebijakan dan program-
1970-an, para regulator di bidang program pemerintah, namun juga melalui
keuangan, dituntut untuk bisa menjalankan regulasi yang ditetapkan. angat
sejumlah tugas yang bersifat teknis, disayangkan jika di negara-negara yang
seperti menjamin terciptanya sektor mengusung prinsip-prinsip Islam sebagai
keuangan yang aman dan sehat, ideologi utama konstitusi, semangat ini
memobilisasi simpanan-simpanan agar harus terkendala regulasi dan dukungan
tersalur ke sektor-sektor produktif, dan pemerintah.
menciptakan saluran bagi pembayaran- Dalam hal kepatuhan syariah,
pembayaran di sektor ekonomi, di luar perkembangan inovasi produk sebagai
panggung politik. Pada dekade terakhir tuntutan persaingan dalam bisnis
ini, hampir semua negara, termasuk keuangan, tentu membutuhkan fatwa dan
negara-negara dengan tradisi dan otoritas regulasi yang kuat dan mampu
reguasi yang mapan, telah diguncang oleh mengakomodir semua kebutuhan pasar.
krisis-krisis perbankan. Pasar nasional Dalam sebagian besar kasus, kelemahan
yang mengalami perkembangan pesat (the mekanisme kontrol dari otoritas yang lebih
emerging markets) – kategori yang tinggi, akan berdampak pada munculnya
ditujukan pada kebanyakan negara Islam – produk-produk kontroversial dan diklaim
lebih mudah rentan karena kurang sesuai syariah, padahal, sejatinya tidak
memiliki kerangka regulasi dan tradisi, dapat diterima secara umum, namun
juga mengalami serangkaian permasalahan beberapa dewan syariah dan akademisi
struktural. Umumnya, negara-negara itu mengakui kesesuaiannya dengan syariah
memiliki banyak bank dan sangat Islam. Jika ini berlanjut, pada gilirannya,
membutuhkan konsolidasi. akan mengancam stabilitas industri
Meski pernah dibatasi hanya pada keuangan Islam. Srbagaimana
negara-negara maju, peraturan-peraturan diungkapakan Obaidullah (2005),salah
baru mengenai keuangan global saat ini satu kelemahan industri keuangan Islam
sedang diperluas cakupannya ke seluruh terletak pada mekanisme justifikasi fatwa
negara lain. Empat faktor yang terhadap transaksi-transaksi keuangan.
menjelaskan perkembangan ini, antara Perkembangan ini, boleh dinilai sangat
lain: penyebaran ideologi liberal; integrasi wajar, sebagai konsekuensi dari upaya
negara-negara yang sedang mengalami modifikasi akad-akad klasik untuk
perkembangan pesat ke dalam beradaptasi dengan praktek keuangan
pereknomian global, semakin pesatnya modern, namun harusnya apologi ini tidak
keterlibatan institusi-institusi keuangan berlarut terlalu lama.
internasional di dalam pasar nasional; dan Selain itu, peraturan-peraturan baru
meluasnya krisis-krisis mata uang dan mengenai keuangan global, menjadi
perbankan. tantangan terbesar yang harus diselesaikan
oleh yurisdiksi-yurisdiksi atau sistem
G. Kesimpulan moneter yang ingin serius mengoperasikan
lembaga keuangan dan perbankan yang

27
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

bebas riba. Saudi Arabia, tetap harus Chaudhry, Kiren Aziz, 1997, The Price of
mengevaluasi diri, meski sempat digadang Wealth: Economies and
sebagai sistem moneter yang paling Institutions in the Middle East,
tangguh saat krisis yang menimpa dunia Ithaca, N.Y.: Cornell University
tahun 2008. Kelonggaran regulasi Press.
terhadap bank-bank asing dan
Djamil, Fathurrahman, 1995, Metode
konvensional, seharusnya dapat diatasi
Ijtihad Majelis Tarjih
dan diminimalisir, jika pemerintah
Muhammadiyah, Jakarta: Logos.
memang serius ingin menerapkan sistem
ekonomi Islam di negaranya. Erler, Daniela, 2010, Islamic Finance:
Complement or Substitute? An
Daftar Pustaka Empirical Analysis, Michigan
Journal of Business, 04/01/2010,
Al-Baltaji, Muhamad, Dr., al-Bunûk as- Volume 3, Issue 2, halaman 9-55,
Sa‟ûdiyah Tuqaddimu Maqlûb at- Middlebury College.
Tawarruq, wa Ta‟zifu „an al- EY, 2013, World Islamic Banking
Wadî‟ah al-Islâmiyah,(internet), Competitiveness Report 2013-14:
<http://www.aleqt.com/2008/08/1 The Transition Begin, anniversary
8/article_ 151383 .html edition, x Ernst & Young
>, (diakses 6 September 2013). (internet) <
Aldohni, Abdul Karim, 2008, The http://www.ey.com/Publication
Emergence of Islamic Banking in /vwLUAssets/EY_-
the UK: A Comparative Study _World_Islamic_Banking_Compe
with Muslim Countries, Arab Law titiveness_Report_2013%E2%80
Quarterly, Vol. 22, No. 2 (2008), % 9314/$FILE/EY-World-
pp. 180-198, Brill-Jstor, Islamic-Banking-
<http://www.jstor.org/stable Competitiveness-Report-2013-
/27650617> (diakses 09/06/2013 14.pdf> (diakses 24 Januari 2014).
23:48). Grassa, Rihab, 2013, ―Shariah
Al-Zaibari, Amir Sa'îd, 1995, Mabâhits fî Supervisory System in Islamic
Ahkâm al-Fatwâ, Beirut: Dar Ibn financial Institutions: New Issues
Hazm. and Challenges: A Comparative
Analysis between Southeast Asia
Amer, Zahera bani, 2009, Optimal Models and GCC Models‖,
Shariah Governance in Islamic Humanomics, Vol. 29 Iss: 4,
Finance by Dr. Aznan bin Hasan, pp.333 - 348
Islamic Economics & Finance
Pedia (internet), Hasan, Zulkifli, 2010, ―Regulatory
<http://www.iefpedia.com/ Framework of Shari‟ah
english/?p=1341> (diakses 21 Governance System in Malaysia,
Desember 2012). GCC Countries and the UK‖,
Kyoto Bulletin of Islamic Area
Amin, Ma‘ruf, 2008, Fatwa Dalam Sistem Studies, Vol. 3, 3-2 (March 2010),
Hukum Islam, Jakarta: elSAS. pp. 82–115.
Asaad, Reem M, 2007, The Regulatory IFSB, 2014, Islamic Financial Services
Framework of Islamic Banking in Industry Stability Report 2014,
Saudi Arabia, Sixth Conference of Kuala Lumpur-Malaysia: Islamic
Saudi Economic Association, Financial Services Board.
Kerajaan Saudi Arabia.

28
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Joppke, Christian and John Torpey, 2013, Sebuah Studi tentang Pemikiran
Legal Integration of Islam: A Hukum Islam di Indonesia (1975-
Transatlantic Comparison, 1988), INIS, Jakarta.
Cambridge & London: Harvard
Univ. Press. Muttalib, Sekoni Abiola, 2015, Legal and
Regulatory Issues and Challenges
Karimi, Abdul Jabbar, 2009, Challenges Inhibiting Globalization of
Facing Islamic Banks. Islamic Islamic Banking System, Munich
Economic & Finance, (internet) Personal RePEc Archive Pape No.
<<http://www.nzibo.com/IB2/Cha 62332, posted 24. February 2015
llenges.pdf>> (diakses 5 14:38 UTC, (internet)
November 2014). http://mpra.ub.uni-
Karni, Asrori S, 2010, Problem muenchen.de/62332/ (diakses 1
Konseptual Otoritas Kepatuhan Juni 2015)
Syariah (Syariah Compliance) Obaidullah, Mohammed, 2005, Islamic
Dalam regulasi Perbankan Financial Services, Associate
Syariah, Tesis: Pascasarjana Professor Islamic Economics
Magister Ilmu Hukum, Fakultas Research Center, Jeddah, Saudi
Hukum Universitas Indonesia, Arabia: King Abdulaziz
Juni 2010. University.
Kechichian, Joseph A., 1986, The Role of Paldi, Camille Silla, 2013, The Current
the Ulama in the Politics of an State of Islamic Finance in the
Islamic State: The Case of Saudi Gulf Co-operation Council, Diaz
Arabia, International Journal of Reus Publications, Miami,
Middle East Studies, Vol. 18, No. Florida.Republika, 2009, Institusi
1 (Feb., 1986), pp. 53-7, Pendidikan Barat pun Tawarkan
Cambridge University Press. Ekonomi Islam, Senin, 07
<http://www.jstor.org/stable/1628 September 2009.
60> (diakses: 09/06/2014 00:42)
Qardhawi, Yusuf, 1997, al-Fatwa Bayn
Maksum, Muhammad, 2012, Fatwa
al-Indhibâth wa al-Tasayyub,
Majelis Ulama Indonesia, dalam
terjemah: As‘ad Yasin, Jakarta:
Perespektif Hukum dan
Gema Insani Press.
Perundang-Undangan, cet II,
Jakarta: Puslitbang Kehidupan Ramady, Mohamed A, 2005, The Saudi
Keagamaan, Badan Mohieldin, Arabian Economy: Policies,
Mahmoud, Iqbal, Zamir, Rostom, Achievements and Challenges,
Ahmed, Fu, Xiauchen, 2011, The Springer, New York, NY.
Role of Islamic Finance in Ramady, Mohamed A, 2009, Evolving
Enhancing Financial Inclusion in Banking Regulation and
Organization of Islamic Supervision A Case Study of The
Cooperation (OIC) Countries, Saudi Arabian Monetary Agency
Islamic Economic Studies, Policy (SAMA), International Journal of
Research Working Paper Islamic and Middle Eastern
WPS5920, Islamic Economics and Finance and Management, Vol. 2
Finance Working Group - World No. 3, 2009, pp. 235-
Bank, Washington, DC, 250, Emerald Group
December 2011 (55-120). Publishing
Mudzhar, Mohammad Atho, 1993, Fatwa- Limited.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Rasheed, Madawi, 2007, Contesting the
Saudi State Islamic Voice from a

29
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

New Generation, Cambridge <http://www.worldbank.org/en/ne


University Press, New York. w s/press-
Reuters, 2012, World Bank, IDB release/2012/10/14/world-bank-
sign Islamic Finance islamic-development-bank-sign-
Agreement, News, (internet) memorandum-of-understanding-
<http://uk. islamic-finance> (diakses 27
Januari 2013).
reuters.com/article/2012/10/17/isl
amic-finance-worldbank- Vogel, F. & Hayes S., 1998, Islamic Law
idUKL5E8LH1FR20121017> and Finance: Religion, Risk and
(diakses 27 Januari 2013). Returns, Kluwer Law
SAMA, 2008, Monthly Statistical Bulletin, International. Netherlands.
SAMA, Riyadh, February. Warde, Ibrahim, 2000, Islamic Finance in
Standard & Poor‘s Ratings Services, 2013, the Global Economy, Edinburgh:
Edinburgh University Press.
Gulf Islamic Banks Continue to
Grow Faster than Their Wilson, Rodney, 2003, Regulatory
Conventional Peers, but Challenges posed by Islamic
Profitability Rates Are Capital Market Products and
Converging, 1 Oktober 2013. Services, International
Organization of Securities
TB, 2013, Top Islamic Financial
Commissions (IOSCO) Task force
Institutions: Special Report 2013,
on Islamic capital market, Istanbul
London-Inggris: The Banker &
- Turki.
Noor Islamic bank.
Yergin, Daniel, 1991, The Prize: The Epic
The World Bank, 2012, The World Bank
Quest for Oil, Money and Power,
and Islamic Development Bank
Simon and Schuster, New York.
Sign Memorandum of
Understanding on Islamic
Finance, News, (internet)

30

Anda mungkin juga menyukai