Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

TATA LETAK DAUN, KELENGKAPAN DAUN, DAN DAUN TERMODIFIKASI


Disusun untuk memenuhi tugas dan mata kuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan II yang
diampu oleh:

Bapak Drs. Sulisetijono, M.Si. dan Ibu Umi Fitriyati, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD IFFATUL LATHOIF (180342618058)
OFFERING G / 2018

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
OKTOBER 2019
A. Topik: Tata Letak, Kelengkapan Daun, dan Daun Termodifikasi

Hari/Tanggal : 19 September 2019


B. Tujuan :
1. Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya mengenai tata letak
daun
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui bagian-bagian daun lengkap dan tidak
lengkap
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui ciri-ciri helaian daun
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui daun majemuk
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui perubahan struktur dan fungsi pada daun
C. Bahan

1. Daun Kembang sepatu 19. Daun Mawar


2. Daun Jambu biji 20. Daun Gamal
3. Daun Pacing 21. Daun Flamboyan
4. Daun Asoka 22. Daun Putri malu.
5. Daun Pandan 23. Daun Turi
6. Daun Iris 24. Daun Kelor
7. Daun Teki 25. Daun Meniran
8. Daun Alamanda 26. Daun Katuk
9. Daun Waru 27. Daun Tomat
10. Daun Jagung 28. Daun Belimbing wuluh
11. Daun Tales 29. Daun Bunga pukul 4
12. Daun Rumput atau padi 30. Daun Kaki kuda atau centela
13. Daun Tempuyung. 31. Daun Randu
14. Daun Jeruk 32. Daun Ketela pohon
15. Daun Kemuning 33. Daun Beluntas.
16. Daun Kupu kupu 34. Daun Ipomea – pertugridi
17. Daun Kembang merak 35. Daun Nam-nam
18. Daun Lamtoro

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Hasil pengamatan
Pembahasan
Praktikum tentang daun membahas tata letak daun, kelengkapan daun, helaian daun,
daun majemuk, dan daun yang termodifikasi. Pada pengamatan daun bunga sepatu
didapatkan hasil sebagai berikut. Daun bunga sepatu bertipe daun tunggal karena pada
tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Memiliki filotaksis yang
tersebar silang, untuk bagan tata letak daunnya spiral dilihat dari atas. Rumus daun nya
2/5 dan diagram daunnya terlampir di data pengamatan. Daun kembang sepatu
merupakan daun tidak lengkap dan bertangkai, dan ketika diiris secara melintang
tangkai daunnya berbentuk bulat. Memiliki daun penumpu yang berjumlah 2 buah daun
penumpu yang bertipe intrapetiolet. Tidak memiliki ligula maupun alat tambahan lain
dalam struktur daunnya. Bangun daun dari daun bunga sepatu adalah bulat telur lonjong
dengan bentuk khusus belah ketupat. Ujung daun bunga sepatu atenuatus-akuminatus,
dengan pangkal daun rotundatus atau membulat. Tepi daun bunga sepatu bergerigi dan
pertulangan daunnya menyirip dengan bentuk peruratan memata jala. Permukaan atas
daun licin mengkilap dan bagian permukaan bawahnya kasar ketika diraba, warna
daunnya hijau tua dengan tekstur/daging daun papiraseus daunnya seperti kertas, tipis
tapi cukup kaku. Pada pengamatan daun pacing didapatkan hasil sebagai berikut. Daun
pacing tipe daunnya adalah tipe tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat
satu helaian daun saja. Tata letak atau filotaksi dari daun pacing adalah spiral monostik,
dengan bagan tata letak daun spiral. Rumus daun pacing adalah 1/1 dengan diagram
daunnya terlampir di data pengamatan. Daun pacing adalah daun tidak lengkap dan
merupakan daun bertangkai, dan ketika diiris melintang tangkai daunnya memiliki
bentuk bulat. Daun pacing tidak memiliki daun penumpu dan juga alat tambahan lain,
tetapi memiliki ligula yang berbentuk sisik. Bangun daun dari daun pacing adalah
berbentuk bulat telur-lonjong dengan bentuk khusus lanset oval. Ujung daun dari daun
pacing berbentuk atenuatus-akuminatus, dan pangkal daunnya berbentuk obtusus. Tepi
daun dari daun pacing rata, memiliki pertulangan yang sejajar pada daunnya juga
bentuk peruratannya tidak memata jala. Permukaan atas daun pacing licin mengkilap
sedangkan permukaan bawah daun pacng halus berambut. Warna daun pacing adalah
hijau tua dengan tekstur/daging daun karnosus atau tebal, berdaging dan kering. Pada
pengamatan daun soka didapatkan hasil sebagai berikut. Daun soka bertipe daun
tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Tata letak
daun soka atau filotaksisnya adalah berhadapan bersilang dan bagan tata letak daunnya
spiral. Rumus daun tidak ada karena tidak dapat ditentukan diagram daunnya. Daun
soka adalah daun tidak lengkap dan termasuk daun bertangkai, ketika tangkai daun soka
diiris bentuk nya bulat. Daun soka memiliki 2 daun penumpu yang bertipe inter petiola,
namun daun soka tidak memiliki ligula dan alat tambahan lain. Bangun daun dari daun
soka adalah lonjong dengan bentuk khusus lanset. Ujung daun soka berbentuk akutus
dengan pangkal daun tumpul, tepi daunnya integer, pertulangannya menyirip, dan
memiliki peruratan memata jala. Permukaan atas daun soka kasar sedangkan
permukaan bawahnya licin, warna daun soka adalah hijau tua dan tekstur/daging
daunnya adalah papiraseus atau seperti kertas, tipis tapi cukup kaku. Pada pengamatan
daun jambu biji didapatkan hasil sebagai berikut. Daun jambu biji bertipe daun tunggal
karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun. Tata letak/filotaksi dari
daun jambu biji adalah pada satu buku meleket dua hela daun dan berhadapan, daun
jambu biji memiliki bagan tata letak daun distik. Daun jambu biji tidak dapat ditentukan
diagram daunnya sehingga tidak dapat dihitung rumus daunnya. Daun jambu biji adalah
daun tidak lengkap dan merupakan daun bertangkai, daun jambu biji tidak memiliki
daun penumpu, ligula, maupun alat tambahan lain pada struktur daunnya. Bangun daun
dari daun jambu biji adalah jorong dengan bentuk khusus lanset. Ujung daun jambu biji
tumpul dengan pangkal daun runcing dan tepi daunnya integer. Pertulangan daun jambu
biji adalah menyirip dari tulangnya terdapat eruratan memata jala. Permukaan daun
jambu biji bagian atas dan bawahnya kasar, dengan warna daun hijau tua dan tekstur
daunnya papiraseus atau seperti kertas, tipis tapi tidak cukup kaku. Pada pengamatan
daun pandan didapatkan hasil sebagai berikut. Daun pandan memiliki tipe daun
tunggal, daun ini berpelepah tidak bertangkai tapi dari satu pelepahnya hanya muncul
satu helaian daun. Tata letak daun atau filotaksis dari daun pandan adalah pada satu
buku melekat lebih dari 3 helai daun. Rumus daun pandan adalah 1/3 dengan diagram
daun terlampir pada data pengamatan. Daun pandan merupakan daun berpelepah dan
tidak memiliki tangkai daun. Daun pandan tidak memiliki daun penumpu, ligula, dan
alat tambahan lain. Bangun daun dari daun pandan adalah pita lanset dengan bentuk
khusus linear/garis. Ujung daun pandann runcing dengan pangkal daun rata, dan tepi
daunnya integer/rata. Daun pandan memiliki pertulangan sejajar dengan peruratan
memata jala. Permukaan atas dan bawah dari daun pandan adalah licin mengkilap,
dengan warna daun hijau tua dan tekstur/daging daunnya koriaseus atau seperti kulit,
agak tebal dan kaku.
Pada pengamatan daun kupu-kupu didapatkan hasil sebagai berikut. Daun kupu-
kupu memiliki tipe daun majemuk karena tangkainya bercabang-cabang dan pada
cabang tangkai terdapat helaian daun. Pada satu tangkai/pulvinus terdapat lebih dari
satu helaian daun. Tata letak/filotaksis daun kupu-kupu tersebar. Daun kupu-kupu tidak
dapat ditentukan diagram daunnya maupun rumus daunnya karena daun kupu kupu
termasuk tipe daun majemuk. Daun kupu-kupu adalah daun bertangkai, dan ketika
tangkai diiris secara melintang bentuknya bulat, memiliki daun penumpu berjumlah 1
dengan tipe aksilaris dan mempunyai alat tambahan lain berupa stipulla aksilaris tetapi
tidak memiliki ligula. Bangun daun dari daun kupu-kupu adalah broadly obate dengan
bentuk khusus remiformis ginjal. Ujung daunnya sagitarus dengan pangkal daun
emarginatus dan tepi daunnya integer/rata. Pertulangan daun kupu-kupu majemuk
menyirip beranak daun dua tetapi tidak memiliki peruratan. Permukaan atas dan bawah
dari daun kupu-kupu kasar, dengan warna daun hijau dan tekstur/daging daun
papiraseus seperti kertas, tipis tapi tidak terlalu kaku. Pada pengamatan daun kembang
merak didapatkan hasil sebagai berikut. Daun kembang merak memiliki tipe daun
majemuk. Tata letak/filotaksis dari daun kembang merak adalah bipinatus, daun ini juga
tidak dapat ditentukan diagram daun serta rumus daunnya. Daun kembang merak
adalah daun bertangkai dan bila diiris secara melintang akan terlihat bentuk bulat, daun
ini juga tidak memiliki daun penumpu, ligula, serta alat tambahan lain. Bangun daun
kembang merak adalah obovatus dan bentuk khususnya bundar telur sungsang. Ujung
daunnya rotundatus dengan pangkal daun juga rotundatus dan tepi daunnya rata.
Pertulangan daun inni majemuk menyirip genap ganda dua sempurna, dan tidak
memiliki peruratan. Permukaan atas daun halus, licin (laevis) sedangkan permukaan
bawahnya kasar, dengan warna daun hijau dan tekstur/daging daunnya herbaseus atau
tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal. Pada pengamatan daun lamtoro didapatkan
hasil sebagai berikut. Daun lamtoro memiliki tipe daun majemuk. Tata letak
daun/filotaksis nya tersebar. Rumus daun dan diagram daun tidak dapat ditentukan
karena daun lamtoro merupakan tipe daun majemuk. Daun lamtoro adalah daun
bertangkai, dan irisan melintang dari tangkai daunnya berbentuk lonjong pipih. Daun
ini tidak memiliki daun penumpu, ligula, dan alat tambahan lain. Bangun daun lamtoro
lonjong dengan bentuk khusus linear. Ujung daun lamtoro berbentuk ekuminatus
dengan pangkal daun rotundatus dan tepi daunnya integer. Pertulangan daunnya
menyirip tanpa adanya peruratan. Permukaan atas daun lamtoro halus sedangkan
permukaan bawah daunnya kasar, memiliki warna hijau dan tekstur/daging daunnya
herbaseus tidak terlalu tipis, dan tidak terlalu tebal. Pada pengamatan daun mawar
didapatkan hasil sebagai berikut. Daun mawar memiliki tipe daun majemuk. Tata
letak/filotaksis daun ini adalah pinatus yang imparipnatus. Rumus daun dan diagram
daunnya tidak dapat ditentukan karena merupakan tipe daun majemuk. Daun mawar
adalah daunn bertangkai dan irisan melintang dari tangkai daunnya berbentuk bulat.
Daun mawar memiliki 2 daun penumpu bertipe stipula adnatae, tetapi tidak memiliki
ligula dan alat tambahan lain. Bangun daun mawar adalah ovatus atau bulat telur. Ujung
daunnnya mukronatus dengan bentuk angkal daun obsutus atau tumpul dan memiliki
tepi daun yang bergerigi atau seratus. Pertulangan daun mawar adalah menyirip dengan
peruratan memata jala. Permukaan atas daun mawar adalah laevis opatus dan
permukaan bawahnya sacber, warna daunnya hijau dengan tekstur/daging daun
papiraseus atau seperti kertas, tipis tapi tidak kaku. Pada pengamatan daun gamal
didapatkan hasil sebagai berikut. Daun gamal memiliki tipe daun majemuk dengan
filotakisnya tersebar. Rumus daun dan diagram daun nya tidak dapat ditentukan karena
merupakan daun majemuk. Daun gamal adalah daun bertangkai dan memiliki bentuk
irisan melintang bulat. Daun ini tidak memiliki daun penumpu, ligula,dan alat tambahan
lain. Bangun daun dari daun mawar adalah eluptikus dengan bentuk khusus lanset.
Ujung daun mawar berbentuk ekuminatus dengan pangkal daun obsutus dan tepi
daunnya rata. Pertulangan daun ini majemuk menyirip gasal, dengan peruratan memata
jala. Permukaan atas daun ini laevis buram sedangkan permukaan bawah daunnya
kasar, warna daun hijau dan tekstur/daging daunnya herbaseus tidak terlalu tipis dan
tidak terlalu tebal.
Pada pengamatan daun katuk, daunnya memiliki tipe majemuk menyirip gasal
, karena jika dilihat dari ciri morfologinya memenuhi tipe majemuk sebab dalam satu
cabang terdapat lebih dari satu helai daun juga pada tangkai helai daun terdapat sendi
yang menyatakan bahwa tumbuhan tersebut termasuk dalam tipe majemuk. Ketika
sebuah tumbuhan bertipe majemuk maka , tata letak , rumus daun serta diagramnya
tidak bisa dituliskan. Daun katuk bukan daun lengkap melainkan daun bertangkai ,
sebab terdapat helai dan tangkai, dan tidak terdapat pelepah pada daun katuk sehingga
dapat disebut daun bertangkai. Bentuk irisan melintang pada daun katuk adalah bulat.
Daun katuk tidak memiliki daun penumpu, ligula dan juga alat tambahan lain seperti
stipula. Bangun daun dalam daun katuk memiliki bentuk umum bulat telur lonjong,
dengan ujung daun tumpul serta pangkal daun membulat, tepi daunnya rata dengan
pertulangan menyirip, sedangkan pada peruratannya tidak bermata jala. Permukaan atas
pada daun katuk licin buram, sama dengan bagian bawahnya yang juga licin buram,
warna daunnya sama dengan kebanyakan daun berwarna hijau dan juga tekstur daging
daun dari katuk adalah heraseus. Setelah membahas tentang daun katuk , berikutnya
adalah daun tomat. Daun tomat memiliki tipe daun majemuk menyirip gasal berselang
seling , hal ini sama halnya dengan daun katuk yang juga majemuk, jadi tata letak,
rumus daun serta diagram tata letaknya tidak bisa dituliskan. Pada daun tomat daunnya
termasuk dalam daun tidak lengkap namun bertangkai, bentuk irisan melintang tangkai
daun tomat adalah bulat. Daun tomat tidak memiliki daun penumpu, ligula maupun
stipula. Bangun daunnya oval , ujung daun runcinate () sedangkan pangkal daunnya
runcing , tepi daunnya membulat serta pertulangan yang pinatifidus () peruratannya
berbeda dengan daun katuk , pada daun tomatb memiliki peruratan memata jala ,
permukaan atas berbulu namun bagian bawahnya halus dan lebih memiliki sedikit bulu
dibanding bagian atasnya, warna daunnya sama yaitu hijau, struktur daunnya
herbaseus.
Pada pengamatan daun belimbing wuluh dan daun bunga pukul empat memiliki
tipe yang sama mejmuk menyirip gasal tidak memiliki tata letak, rumus daun, dan
diagram tata letak daun . Daun pada belimbing wuluh dan bunga pukul empat
bertangkai dengan irisan tangkai bulat , tidak memiliki daun penumpu, ligula, ataupun
alat tambahan, bagunn daun pada belimbing wuluh dan bunga pukul empat berbeda
yakni pada belimbing wuluh oval sedangkan pada bunga pukul empat bulat telur, ujung
daunnya juga memiliki perbedaan pada belimbing wuluh runcing sedangkan pada
bunga pukul empat meruncing , pangkal daun sama membulat, tepi daunnya juga sama
rata, pertulangannya menyirip pada kedua daun ini, peruratannya tidak bermata jala
permukaan atas dan bawah belimbing wuluh halus , bunga pukul empat permukaan atas
dan bawahnya licin buram, warna daunnya hijau dan tekstur daging pada dua daun
herbaseus.
Pengamatan berikutnya pada daun pegagan memiliki tipe daun tunggal tata
letak pada 1 nodus terdapat 1 daun, daunnya hanya memiliki helai dan tangkai sehingga
disebut daun bertangkai, bentuk irisan melintangnya bulat, tidak memiliki daun
penumpu, ligula ataub alat tambahan lain bentuk umum daunnya bulat telur, ujung daun
peltatus pangkal daun emerginatus pertulangan menjari peruratan memata jala,
permukaan atas licin buram dan permukaan bawahnya kasar, warna daun hijau dengan
tekstur daun herbaseus.
Pada praktikum pengamatan struktur morfolgi daun mendapatkan beberapa
data. Pengamatan meliputi tipe daun, tata letak daun, daun lengkap dan tidak lengkap,
ciri helaian daun, dan mengenai perubahan (modifikasi) struktur maupun fungsi daun.
Berdasarkan pengamatan, ada beberapa tipe daun antara lain:
1. Tunggal: pada ketela pohon, talas, padi, jagung, tempuyung, waru, pegagan, daun
pukul empat, iris, Aloevera, kembang sepatu, soka, pandan, beluntas, jambu biji,
alamanda, pacing, dan rumput teki.
2. Majemuk: mawar, tomat, lamptoro.
3. Majemuk menyirip genap ganda dua berpasangan sempurna: putri malu, dan
flamboyant
4. Majemuk menyirip genap ganda dua berseling sempurna: meniran
5. Majemuk menyirip ganda: turi
6. Majemuk menyirip gasal:gamal dan kemuning
7. Majemuk menyirip genap ganda dua sempurna: daun kembang merak
8. Majemuk menyirip gasal ganda tiga tidak sempurna: kelor
9. Majemuk menyirip beranak daun satu: jeruk purut
10. Majemuk menyirip beranak daun dua: daun kupu-kupu
11. Majemuk menyirip berseling: jeruk kingkit
12. Majemuk menjari beranak daun dua: nam-nam
13. Majemuk menjari beranak daun 7: pada randu
Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan, selain dapat dilihat dari
morfologi juga dapat dilihat dari jenis tanaman itu sendiri. bahwa pada tangkai daun
yang hanya terdapat satu helaian disebut dengan daun tunggal (folium simplex),
sedangkan pada tangkai yang bercabang-cabang dan pada cabang tangkainya atau pada
ibu tangkai terdapat helaian daun sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu
helaian daun disebut dengan daun majemuk.
Tata letak daun merupakan aturan tata letak daun pada batang yang memiliki
pola yang khas pada setiap tanaman. Pada batang dewasa, daun terlihat tersusun dalam
pola tertentu dan berulang-ulang terus pada daun yang muda. Susunan daun pada batang
disebut dengan filotaksis. Pada bentuk susunan daun yang ada pada batang biasanya
turut ditentukan oleh banyaknya helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus. Untuk
itu, daun dapat dibentuk secara tunggal bila ada satu helai daun pada setiap buku
(nodus) , berpasangan bila terdapat dua helai daun pada setiap buku (nodus), atau dalam
karangan bila terdapat tiga helai daun atau lebih pada setiap buku (nodus) (Rosanti,
2013). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terdapat daun yang tata letak
daunnya tersebar. Misalnya pada daun ketela pohon, beluntas, daun kembang sepatu,
pandan, daun pukul empat, gamal, daun kupu-kupu, dan lamtoro. Untuk mengetahui
tata letak daun-daun tersebut tersebar yaitu dengan mengetahui terlebih dahulu berapa
jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang. Bahwa untuk mengetahui tata
letak daun tersebar yaitu apabila pada tiap buku-buku batang terdapat satu daun
(Tjitrosoepomo,2011). Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar,
dapat kelihatan daun-daun yang duduknya rapat yaitu jika ruas batang pendek, sehingga
duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan sangat sulit untuk menentukan
urutan-urutan tua dan mudanya. Daun-daun yang mempunya susunan demikian disebut
roset (Tjitrosoepomo, 2011). Pada pengamatan, tumbuhan yang memiliki susunan daun
roset ialah pada tempuyung. Pada pengamatan yang tata letaknya berjenis ini ada pada
daun tomat (Solanum licopersicum L.), soka (Ixora grandiflora Zoll. Et Mor.), dan
jambu biji (Psidium guajava L.). Hal ini sesuai bahwa, daun-daun tumbuhan tersebut
tata letaknya berhadapan-bersilang karena pada setiap buku-buku itu letaknya
berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180o) dan pada buku-buku batang selanjutnya
daun membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Apabila pada
tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun, maka tata letaknya dinamakan
berkarang (Tjitrosoepomo, 2011). Pada pengamatan, daun yang mempunyai tata letak
berkarang yaitu daun alamanda (Allamanda cathartica L.). Pada tumbuhan dengan tata
letak daun berhadapan dan berkarang tidak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga
pada duduk daun yang demikian dapat pula diperhatikan adanya ortostik (garis yang
tegak lurus) yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus (Tjitrosoepomo, 2011).
Daun majemuk merupakan modifikasi dari daun tunggal yang akibat lekukan
atau torehan tepi daun yang sangat dalam pada daun. Pada daun majemuk terdapat tiga
struktur pokok, yaitu ibu tangkai daun (petiolus communis), tangkai anak daun
(petiololus), dan anak daun (foliolum). Berdasarkan pada posisi anak-anak daunnya
yang duduk pada ibu tangkai daun, daun majemuk dapat dibedakan menjadi daun
majemuk menyirip (pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus), daun majemuk
bangun kaki (pedatus) dan daun majemuk campuran (digitatopinnatus) (Rosanti, 2013).
Sifat-sifat pada daun yang perlu diperhatikan selain tata letak daun antara lain:
warna daun, permukaan daun, daun lengkap dan tidak lengka, dan helaian daun.
Pada saat pengamatan pada satu helai daun, akan terlihat struktur (bagian-
bagian) daun yaitu tangkai daun ( petiolus), helaian daun (lamina) dan kadang-kadang
ditemukan pelepah atau upih daun (vagina). Apabila daun memiliki tiga struktur
tersebut, yaitu pelepah, tangkai daun dan helaian daun maka daun tersebut digolongkan
sebagai daun lengkap. Tidak semua daun memiliki struktur yang lengkap, dalam arti
hanya memiliki helaian dan tangkai daun saja atau hanya terdiri dari helaian daun saja
tanpa dilengkapi dengan tangkai daun. (Rosanti, 2013).
Mengenai susunan daun yang tidak lengkap memiliki beberapa ciri:
1. Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
daun yang termasuk daun bertangkai antara lain: randu, ketela pohon, putri malu, waru,
pukul empat, turi, kembang merak, kelor, jeruk purut, jeruk kingkit, gamal, mawar,
tomat, kupu-kupu, kembang sepatu, lamtoro, soka, beluntas, jambu biji, alamanda,
pacing, nam-nam, flamboyant, kemuning, dan meniran.
2. Daun terdiri atas upih dan helaian, daun yang demikian ini disebut daun berupih atau
daun berpelepah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, daun yang termasuk daun
berupih/berpelepah antara lain: Padi, jagung, iris, pandan, dan teki.
3. Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung
melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daun
duduk (sessilis). Contoh pada hasil pengamatan yaitu pada daun tempuyung.
4. Daun lengkap yang ditemukan pada talas dan pegagan.

Ujung daun merupakan puncak daun, dimana letaknya paling jauh dari tangkai
daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam. Dalam morfologi tumbuhan
dikenal sedikitnya 7 bentuk ujung daun Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan
menyempit di kiri dan kanan secara bertahap dan membentuk sudut kurang dari 90°.
Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung runcing, namun titik
pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi memiliki jarak yang cukup tinggi
pada akhir bagian ujung tersebut. Tumpul (obtusus). Untuk menentukan ujung daun
tersebut berbentuk tumpul, dapat dilihat dari jarak tepi daun yang jauh dari ibu tulang
daun. Bila tulang daun yang berjarak jauh tiba-tiba menyempit lalu membentuk sudut
lebih besar dari 90°, maka ujung daun tersebut dikatakan tumpul. Contohnya adalah
sawo kecik (Manilkara kauki). Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk
sudut sama sekali. Contohnya adalah teratai (Nelumbo sp.). Rompang (truncatus).
Ujung daun seprti garis. Contohnya adalah jambu monyet (Anacardium accidentale).
Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan suatu lekukan. Contohnya adalah
sidaguri (Sida retusa). Berduri (mucronatus), ujung daun ditutup oleh duri. Contohnya
adalah nenas (Ananas sativus) (Rosanti, 2013).
Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan langsung
dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan tangkai daun, baik
berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi sedikitnya enam macam: Runcing
(acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan belah ketupat.
Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur. Tumpul
(abtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur. Membulat (rotundatus), terdapat
pada bangun bulat telur dan jorong. Rompang/rata (truncatus), terdapat pada bangun
segitiga, delta dan tombak. Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung,
ginjal, dan anak panah (Rosanti, 2013).
Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam yaitu rata
(integer), misalnya daun nangka (Artocarpus integra Merr.) dan bertoreh (divisius).
(Tjitroepomo, 2005). Terkadang pada permukaan daun terdapat alat-alat tambahan
yang berupa sisik-sisik, rambut-rambut, duri, dll. Melihat keadaan permukaan daun
itu orang lalu membedakan permukaan daun yang Licin (laevis), dalam hal ini
permukaan daun dapat kelihatan mengkilat (nitidus), suram (opacus), dan berselaput
lilin (pruinosus), Gundul (glaber), Kasap (scaber), Berkerut (rugosus), Berbingkul-
bingkul (bullatus), Berbulu (pilosus), Berbulu halus dan rapat (villosus), Berbulu
kasar (hispidus), dan Bersisik (lepudus) (Tjitroepomo, 2005).
Tulang daun merupakan struktur penguat helaian daun, sama fungsinya
dengan tulang manusia yang memberi kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Struktur
tulang daun terdiri atas ibu tulang daun (costa), tulang cabang (nervus lateralis), dan
urat daun (vena).
Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sistem
pertulangan daun dibedakan menjadi bertulang menyirip (penninervis), bertulang
menjari (palminervis), bertulang melengkung (cervinervis), dan bertulang
lurus/sejajar (rectinervis) (Rosanti, 2013).
E. Jawaban diskusi
1. Dari bahan yang saudara amati manakah yang tata letak daunnya tersebar, berhadapn,
dan berkarang?
Tata letak daun
-Tersebar yaitu Daun bunga sepatu, daun singkong, daun beluntas, daun ipomoea, daun
tempuyung, dan daun jagung
- Berhadapan yaitu daun asoka, daun jambu biji, daun flamboyant, dan daun daun talas
- Berkarang yaitu daun alamanda.
2. Apakah pengertian ortostik, spirostik, parasitic, dan rumus daun?
- Ortostik merupakan deretan yang berbentuk satu baris lurus secara vertical yang
sejajar dengan sumbu batang.
- Spirostik merupakan deretan yang berbentuk satu baris lurus yang diiringi putaran
heliks atau spiral.
- Parasitic merupakan filotaksis daun yang merupakan garis spiral dengan arah
putaran ke kiri dan ke kanan menghubungkan daun-daun yang menurut ke arah
samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat.
- Rumus daun merupakan perbandingan banyaknya daun yang tegak lurus yang
dikelilingi garis spiral pada batang (a) dan jumlah daun yang dilewati (b) = a/b.
Rumus ini diperoleh dengan menentukan daun pertama sebagai patokan, kemudian
menentukan daun di atasnya yang persis tegak lurus dengan daun pertama.
3. Apakah pada semua bahan amatan dapat dibuat rumus daunnya? Mengapa, jelaskan
alasan anda!
Tidak semua bahan amatan dapat ditentukan rumus daunnya, karena untuk filotaksis
daun tertentu memiliki susunan buku buku yang terdapat lebih dari 1 helai daun
(Hidajat,1994).
4. Manakah diantara bahan amatan yang termasuk daun lengkap dan daun tak lengkap?
Semua bahan amatan termasuk daun lengkap
5. Pada bahan amatan manakah saudara dapat menemukan ligula dan stipula?
Pada bahan amatan daun pacing / daun pipi gadis, daun rumput teki, dan daun jagung.
6. Apakah fungsi ligula?
Fungsi ligula adalah Suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas upih dan
helaian daun pada rumput-rumputan (Graminae) berbulu dan berlemak yang berfungsi
mencegah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang (Fahn,1991).
7. Berdasarkan hasil pengamatan ada berapa macam tipe tulang daun? Apakah yang
membedakan satu tipe dengan yang lain, apakah semua tipe punya ibu tulang daun?
Berdasarkan bahan pengamatan terdapat … macam tipe tulang daun. Perbedaan tipe
tulang daun berdasarkan ibu tulang daun, tulang daun lateral, dan urat daun (Hidajat,
1994). Semua tipe daun memiliki ibu tulang daun, karena ibu tulang daun merupakan
terusan atau lanjutan dari tangkai daun. Biasanya ibu tulang daun berada ditengah dan
membagi helaian daun menjadi 2 bagian yang sama (Hidajat,1994).
8. Apakah ada hubungan antara ujung daun, pangkal daun, dan tepi daun dengan bentuk
umum daun?
9. Samakah tipe peruaratan daun dari bahan yang saudara amati?
Tidak semua tipe peruratan sama, karena setiap tipe daun memiliki tipe ibu tulang daun
yang berbeda. Tipe peruratan daun tergantung oleh cabang tulang daun yang keluar dari
ibu tulang daun, sehingga setiap tipe memiliki perbedaan peruratan daun
(Hidajat,1994).
10. Pada daun majemuk menyirip, disebut apakah anak-anak daun yang berpasangan?
Dibagian yang disebut apakah menempelnya? Bagaimana pada daun majemuk
menjari? Dimanakah menempelnya anak-anak daunnya?
11. Dari hasil pengamatan ada berapa tipe daun majemuk? Apa dasar pembagian tipe daun
tersebut?
Dari hasil pengamatan ada 12 tipe daun majemuk. Untuk dasar pembagian tipe daun
majemuk yaitu berdasarkan bentuk tulang daun. Karena ….
12. Tersusun dari jaringan apa sajakah daun lidah buaya? Bagaimana dengan bagian yang
berdaging?
13. Apakah kesamaan dan perbedaan struktur anatomi daun lidah buaya dengan daun pada
umumnya?
Kesamaan struktur anatomi daun lidah buaya dengan daun pada umumnya yaitu:
- Lapisan terluarnya dilindungi oleh epidermis
- Terdapat kutikula untuk melindungi dari penguapan yang berlebihan
- Terdapat mesofil atau palisade yang berisi kloroplas sebagai tempat terjadinya
fotosintesis
- Terdapat xylem dan floem sebagai alat transportasi air serta hasil fotosintesis
- Terdapat stomata sebagai lubang pertukaran udara.
Perbedaan struktur anatomi daun lidah buaya dengan daun pada umumnya yaitu
- Memiliki parenkim yang sangat tebal dan meyimpan cadangan air.
- Memiliki modifikasi duri sebagai cara melindungi diri dari predator.
F. Kesimpulan
Daun terletak pada buku batang (nodus) dan ruas (internodus) yaitu jarak antara
dua buku yang berurutan. Urutan pembentukan daun pada apeks batang dengan tata
letak pola yang khas disebut dengan tata letak atau filotaksis. Disebut daun lengkap
karena memiliki bagian-bagian yaitu pelepah, tangkai, tulang, dan helai daun.
sedangkan, yang tidak memiliki bagian itu secara lengkap disebut daun tidak lengkap
(daun bertangkai, daun berupih, dan daun duduk). Daun juga memiliki helaian daun
yang beragam bentuk umum seperti: bulat telur melebar, bulat bulat telur sungsang
melebar, lonjong. Bentuk khusus antara lain: pedang/belati, jarum, linear/ garis, lanset,
lanset oval, jorong, lonjong, bundar telur sungsang, sudip, bundar telur,
orbikular/lingkaran, ginjal, jantung terbalik, jantung, belah ketupat, berbagi menyirip,
tombak, mata panah, segitiga). Daun juga dapat dibedakan daun tunggal dan majemuk.
Daun tunggal adalah daun yang duduk langsung pada nodus batang, sedangkan daun
majemuk adalah daun yang duduk tidak pada nodus batang secara lagsung yaitu pada
ibu tangkai daun. Daun juga mengalami perubahan atau modifikasi bentuk dan fungsi
yang sesuai dengan kondisi tempat hidup misalnya daun pada lidah buaya yang tebal
dan berdaging dan daun pada kaktus berupa duri.
G. Daftar Pustaka

Hidayat, Estiti B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung : Bandung


Tjitrosoepom, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press.
Bandung.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai