Anda di halaman 1dari 13

TUJUAN PEMBELAJARAN

 Membedakan antara sampel dan populasi.


 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah "sampel representatif."
 Menjelaskan bagaimana populasi target berbeda dari populasi yang dapat diakses.
 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan "pengambilan sampel acak," dan jelaskan
secara singkat tiga cara untuk mendapatkan sampel acak.
 Mengunakan tabel angka acak untuk memilih sampel acak dari suatu populasi.
 Menjelaskan bagaimana pengambilan sampel acak bertingkat berbeda dari
pengambilan sampel acak kelompok.
 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan "pengambilan sampel sistematis,"
"pengambilan sampel dengan mudah," dan "pengambilan sampel purposive."
 Menjelaskan bagaimana ukuran sampel dapat membuat perbedaan dalam hal
keterwakilan sampel.
 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah "validitas eksternal."
 Membedakan antara generalisasi populasi dan generalisasi ekologi dan diskusikan
kapan (dan bila tidak) tepat untuk menggeneralisasi hasil penelitian.

APA ITU SAMPEL ?


Sampel adalah bagian dari populasi individu yang memperoleh informasi. Kebanyakan
orang berpikir, mendasarkan kesimpulan mereka itu tentang sekelompok orang , pengalaman
yang mereka alami, sampel atau anggota individu. Kadang-kadang kesimpulan semacam itu
adalah representasi akurat tentang bagaimana kelompok orang yang lebih besar bertindak atau
apa yang mereka yakini. tetapi sering kali itu tidak benar juga. Itu semua tergantung pada
seberapa mirip sampel tersebut dari kelompok yang lebih besar. Salah satu langkah paling
penting dalam proses penelitian adalah pemilihan sampel individu yang akan berpartisipasi.
Pengambilan sampel mengacu pada proses pemilihan individu yang akan berpartisipasi.

SAMPEL DAN POPULASI


Sampel dalam penelitian adalah kelompok di mana informasi didapatkan. Contoh yang
menunjukkan sampel adalah 50 mahasiswa di Universitas Unika Soegijapranata yang
mengambil jurusan akuntansi dan 10 mahasiswa Universitas Soegijapranata yang memiliki
mobil sport. Kelompok yang diminati oleh peneliti atau kelompok yang menjadi tujuan peneliti
untuk mendapatkan hasil penelitian disebut Populasi. Tugas pertama dalam memilih sampel
adalah menentukan populasi yang diminati, kelompok apakah yang akan diteliti ? atau kepada
siapa hasil penelitian ini bisa berlaku ?. Contoh yang menunjukkan populasi adalah seluruh
mahasiswa di Universitas Unika soegijapranata yang mengambil juruan akuntansi atau seluruh
mahasiswa Unika Soegijapranata yang memiliki mobil. Suatu populasi memiliki setidaknya
satu karakteristik yang menjadikannya berbeda dari populasi lainnya
Para peneliti lebih suka mempelajari seluruh populasi yang diminati. Namun biasanya
ini sulit dilakukan karena sebagian besar populasi yang diminati beragam dan tersebar di
bebagai wilayah dan akan memakan waktu yang lama dan biaya yang mahal.Oleh karena itu,
peneliti lebih sering menggunakan sampel dari pada populasi untuk dipelajari . Berikut adalah
beberapa sampel yang dipilih oleh peneliti dari bebrapa populasi :
 Seorang peneliti tertarik untuk mempelajari efek diet pada siswa kelas tiga di sebuah
kota besar. Ada 1.500 siswa kelas tiga yang menghadiri sekolah dasar di kota tersebut.
Peneliti memilih 150 siswa kelas tiga ini dan masing-masing dipilih 30 siswa dari lima
sekolah yang berbeda, sebagai sampel untuk belajar.
 Kepala sekolah di sekolah dasar ingin menyelidiki keefektifan buku teks sejarah yang
baru yang digunakan oleh beberapa guru di sekolah tersebut. Dari total 22 guru yang
menggunakan teks, ia memilih 6 guru sebagai sampel. Ia berencana untuk
membandingkan prestasi siswa di kelas guru yang memakasi buku tek dengan 6 guru
lainnya yang tidak menggunakan buku teks.

TARGET VS POPULASI YANG DIAKSES


Populasi target adalah populasi aktual yang ingin digeneralisasikan oleh peneliti,
sedangkan populasi yang dapat diakses adalah populasi yang berhak disamaratakan oleh
peneliti. Berikut adalah 2 contoh yang menghubunngkan antara sampel, target dan populasi.
A. Masalah penelitian yang akan diselidiki : Efek belajar menggunakan komputer pada
prestasi membaca siswa kelas 1 dan 2 di California.
 Populasi target : Semua anak kelas 1 dan 2 di California.
 Populasi yang dapat diakses : Semua anak kelas 1 dan 2 di sekolah dasar Laguna
Salada, Pacifica, California.
 Sampel : 10% anak-anak kelas 1 dan 2di sekolah dasar Laguna Salada di Pacifica,
California
B. Masalah penelitian yang akan diselidiki : Sikap guru tahun kelima dalam pelatihan
terhadap pengalaman mengajar siswa mereka
 Populasi target : Semua siswa tahun kelima yang terdaftar dalam program pelatihan
guru di Amerika Serikat.
 Populasi yang dapat diakses : Semua siswa tahun kelima bergabung dalam program
pelatihan guru di Universitas Negeri New York.
 Sampel : 200 siswa tahun ke-5 dipilih dari mereka yang terdaftar dalam program
pelatihan guru di Universitas Negeri New York.

Semakin sempit peneliti menentukan populasi, semakin mereka menghemat waktu,


tenaga, dan biaya yang dikeluarkan, tetapi ini juga membuat mereka semakin membatasi
generalisasi. Kegagalan untuk mendefinisikan sebuah populasi yang diminati dan sampel yang
diteliti, adalah salah satu kelemahan paling umum dari laporan penelitian yang dipublikasikan.
Maka dari itu penting bagi peneliti untuk menggambarkan populasi dan sampel secara,
sehingga individu yang tertarik dapat menentukan penerapan penelitian sesuai dengan situasi
mereka sendiri .

RANDOM VS NON-RANDOM
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu random atau nonrandom.
Metode pengambilan sampel acak meliputi pengambilan sampel acak sederhana, pengambilan
sampel acak berstratifikasi dan pengambilan sampel acak kelompok. sedangkan metode
pengambilan sampel non-acak meliputi pengambilan sampel secara sistematis, pengambilan
sampel kenyamanan, dan pengambilan sampel purposive. Berikut adalah contoh dari 2 jenis
pengambilan sampel :
 Pengambilan sampel acak ( random ) : Dekan di Universitas Midwestern ingin
mengetahui bagaimana perasaan fakultasnya tentang persyaratan cuti saat ini di
universitas. Dia menempatkan 150 nama fakultas dalam kotak dan mencampurnya
secara menyeluruh, dan kemudian menggambil 25 nama orang yang ada didalam kotak
tersebut untuk diwawancarai.
 Pengambilan sampel non-acak ( non-random ) : Presiden di sebuah universitas ingin
mengetahui bagaimana perasaan staf pengajar juniornya tentang kebijakan promosi
yang baru-baru ini di perkenalkan. Dia memilih 30 sampel dari total 1.000 fasilitas yang
ada. Ia memilih 5 anggota dari tiap fakultas yang ada untuk diwawancarai.
METODE SAMPEL RANDOM
Setelah membuat keputusan untuk sampel para peneliti harus berusaha keras, untuk
mendapatkan sampel yang mewakili populasi yang diminati, itu berarti mereka lebih dulu
mengambil sampel secara acak. Tiga cara paling umum untuk mendapatkan jenis sampel ini
adalah pengambilan sampel acak sederhana, pengambilan sampel acak berstrata, dan
pengambilan sampel kelompok. Metode yang kurang umum adalah pengambilan sampel acak
dua tahap.

SAMPEL ACAK SEDERHANA


Sampel acak sederhana adalah sampel yang dipilih dari banyak bentuk populasi sehingga
semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Contoh dari sampel ini,
ada 800 mahasiswa angkatan 2017 di fakultas FEB Unika, peluang terpilih dari setiap
mahasiswa adalah 1 : 800 , jika prosedur pengambilan sampel memang acak. Setiap orang
akan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Keuntungan dari pengambilan sampel ini
sangat mungkin menghasilkan data yang representatif ( sesuai dengan yang diinginkan ). Tetapi
kerugian terbesarnya adalah tidak mudah untuk dilakukan karena setiap populasi harus
diidentifikasi dulu.

SAMPEL ACAK STRATIFIKASI


Sampel acak stratifikasi/strata adalah sampel yang dipilih sehingga karakteristik
tertentu terwakili dalam sampel dengan proporsi yang sama seperti yang terjadi pada populasi.
Contoh dari sampel ini , seorang kepala sekolah ingin melakukan penelitian tentang
penggunaan buku baru dari pemerintah terhadap prestasi siswa kelas 2 disekolah tersebut. Ia
bermaksud membandingkan prestasi siswa yang menggunakan buku baru dengan siswa yang
menggunakan buku teks lama. Karena dia memiliki kepercayaan bahwa gender adalah variabel
penting yang dapat memengaruhi hasil penelitiannya, dia memutuskan untuk memastikan
bahwa proporsi pria dan wanita dalam penelitian ini sama dengan populasi. Lalu berikut adalah
langkah-langkah dalam proses pengambilan sampel akan dilakukan :
1. Mengidentifikasi target populasi : semua 365 siswa kelas 12 yang terdaftar dalam
kursus pemerintah Amerika di sekolah tersebut.
2. Menemukan bahwa ada 219 perempuan (60 %) dan 146 laki-laki (40%) dalam populasi.
Dia memutuskan untuk memiliki sampel yang terdiri dari 30 persen dari populasi target.
3. Dengan menggunakan tabel angka acak, ia kemudian secara acak memilih 30 persen
dari setiap strata populasi, yang menghasilkan 66 perempuan (30% dari 219) dan 44
laki-laki (30% dari 146) siswa yang dipilih dari subkelompok ini. Proporsi pria dan
wanita sama dalam populasi dan sampel 40 dan 60 persen.

Keuntungan dari stratified random sampling adalah meningkatkan kemungkinan


keterwakilan, terutama jika sampel tidak terlalu besar. Hal ini dapat dipastikan bahwa
karakteristik utama individu dalam populasi termasuk dalam proporsi yang sama dalam
sampel. Sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan lebih banyak upaya dari pihak peneliti.

SAMPEL ACAK CLUSTER (CLUSTER RANDOM SAMPLING)


Dalam pengambilan simple dan stratified random sampling, para peneliti ingin
memastikan bahwa individu tertentu termasuk dalam sampel. Tetapi ada kalanya tidak
mungkin untuk memilih sampel individu dari suatu populasi karena bisa saja tidak semua daftar
populasi tersedia. Tentunya, pengambilan simple dan stratified random sampling tidak dapat
digunakan. Misalnya, jika populasi target adalah semua siswa kelas sebelas dalam satu distrik
yang terdaftar dalam kursus sejarah di A.S., tidak mungkin peneliti dapat menarik siswa yang
dipilih secara acak untuk berpartisipasi dalam penelitian. Bahkan jika hal tersebut dilakukan,
waktu dan upaya yang diperlukan akan membuat pengambilan sampel menjadi sulit. Dalam
hal ini, pengambilan sampel dapat menggunakan teknik Cluster Random Sampling.
Pengambilan sampel secara cluster dilakukan dengan membagi populasi menjadi
beberapa grup bagian. Grup bagian ini disebut dengan cluster. Beberapa cluster kemudian
dipilih secara random. Item – item data yang berada dalam cluster yang terpilih merupakan
sampelnya. Cluster random sampling digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas.

Contoh lain : Pengawas distrik sekolah di sebuah kota ingin mengetahui tentang
bagaimana perasaan para guru tentang imbalan yang di dapat. Terdapat 10.000 guru dan 50
sekolah yang tersebar di wilayah tersebut. Untuk menghemat dana dan meminimalisir waktu
yang diperlukan, pengawas sekolah memberikan nomor untuk setiap sekolah dan
menggunakan tabel angka acak untuk memilih 10 sekolah ( 20% dari populasi ). Semua guru
dari sekolah yang dipilih merupakan sampel. Teknik cluster random sampling ini bisa
memakan waktu lebih sedikit tetapi pasti ada peluang bahawa sampel tersebut tidak mewaikili
populasi.

Banyak peneliti awal yang membuat kesalahan umum terkait dengan cluster random
sampling yaitu memilih hanya satu cluster secara acak sebagai sampel dan kemudian
mengamati atau mewawancarai semua individu dalam cluster itu. Bahkan jika ada sejumlah
individu dalam cluster, itu adalah cluster yang telah dipilih secara acak, oleh sebab itu peneliti
tidak berhak untuk menarik kesimpulan tentang populasi dengan target individu tersebut.
SAMPEL ACAK DUA TAHAP (TWO-STAGE RANDOM SAMPLING)
Two-stage random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang terdiri dari dua tahap.
Pada tahap awal, sampel dipilih dari beberapa informasi dikumpulkan dari sampel tersebut.
Pada tahap berikutnya, suatu subsampel ditarik dari sampel awal dan kemudian informasi
tambahan dikumpulkan dari subsampel tersebut. Contohnya adalah daripada memilih secara
acak 100 siswa dari populasi 3.000 siswa yang belum lulus yang berlokasi di 100 kelas, peneliti
dapat memutuskan untuk memilih 25 kelas secara acak dari populasi 100 kelas dan kemudian
secara acak memilih 4 siswa dari setiap kelas. Ini jauh lebih sedikit memakan waktu daripada
mengunjungi sebagian besar dari 100 kelas.

METODE SAMPEL NON RANDOM


SYSTEMATIC SAMPLING
Dalam pengambilan sampel sistematis, setiap individu ke-n dalam daftar populasi
dipilih untuk dimasukkan dalam sampel. Misalnya, dalam daftar populasi 5.000 nama, untuk
memilih sampel 500, peneliti akan memilih setiap nama kesepuluh dalam daftar hingga
mencapai total 500 nama. Metode ini secara teknis dikenal sebagai sampling sistematis dengan
awal yang acak. Selain itu, ada dua istilah yang sering digunakan ketika mengacu pada
pengambilan sampel sistematis. Interval pengambilan sampel adalah jarak dalam daftar antara
masing-masing individu yang dipilih untuk sampel. Dalam contoh yang diberikan di atas, itu
adalah 10. Formula sederhana untuk menentukannya adalah:

Rasio sampling adalah proporsi individu dalam populasi yang dipilih untuk sampel.
Dalam contoh di atas, itu adalah 0,10, atau 10%. Cara sederhana untuk menentukan rasio
pengambilan sampel adalah:

Ada bahaya dalam pengambilan sampel sistematis yang terkadang diabaikan. Jika
populasi telah disusun secara sistematis yaitu jika pengaturan individu dalam daftar berada
dalam semacam pola yang secara tidak sengaja bertepatan dengan interval pengambilan sampel
maka sampel yang dihasilkan dapat bias. Hal ini disebut periodisitas. Ketika merencanakan
untuk memilih sampel dari daftar yang sejenis, peneliti harus hati-hati memeriksa daftar untuk
memastikan tidak ada pola siklus. Jika daftar telah diatur dalam urutan tertentu, peneliti harus
memastikan pengaturan tidak akan membiasakan sampel dengan cara yang dapat mendistorsi
hasil. Jika tampaknya demikian, langkah-langkah harus diambil untuk memastikan
keterwakilan, misalnya dengan secara acak memilih individu dari masing-masing bagian
siklus.

CONVENIENCE SAMPLING
Convenience sampling adalah pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan
elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Sampel diambil / terpilih karena sampel
tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat. Contohnya adalah seorang reporter berita untuk
stasiun televisi lokal meminta orang yang lewat di sudut jalan pusat kota memberikan pendapat
mereka tentang rencana untuk membangun stadion baseball baru di pinggiran kota terdekat.
Meskipun subjek sudah tersedia, teknik pengambilan sampel ini masih memiliki kelemahan
yaitu sampel mungkin menjadi bias.
Dalam contoh tersebut, ada banyak kemungkinan bias. Pertama, orang – orang yang
tidak berada di pusat kota pada hari itu tidak memiliki kesempatan untuk diwawancarai. Kedua,
orang-orang yang tidak mau memberikan pandangan mereka tidak akan diwawancarai. Ketiga,
mereka yang setuju untuk diwawancarai mungkin adalah individu yang memiliki pendapat kuat
tentang stadion. Keempat, tergantung pada waktu pada hari itu, mereka yang diwawancarai
mungkin menganggur atau memiliki pekerjaan yang tidak mengharuskan mereka untuk berada
di dalam ruangan.

PURPOSIVE SAMPLING
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Contohnya, seorang guru IPS kelas delapan memilih 2 siswa dengan nilai rata-
rata nilai tertinggi di kelasnya, 2 siswa yang nilai rata-rata poinnya berada di tengah-tengah,
dan 2 siswa dengan nilai terendah. Nilai rata-rata digunakan untuk menentukan bagaimana
perasaan kelasnya tentang diskusi peristiwa terkini sebagai bagian rutin dari kegiatan kelas.
Sampel serupa di masa lalu telah mewakili sudut pandang kelas total dengan cukup akurat.
Dalam contoh ini, peneliti memiliki informasi sebelumnya sehingga membuat peneliti percaya
bahwa sampel yang dipilih akan mewakili populasi.
Pengambilan sampel Purposive berbeda dari convenience sampling karena peneliti
tidak hanya mempelajari siapa saja yang tersedia tetapi menggunakan penilaian mereka untuk
memilih sampel yang mereka yakini (berdasarkan informasi sebelumnya) untuk dapat
memberikan data yang mereka butuhkan. Kerugian utama dari pengambilan sampel purposive
adalah peneliti mungkin tidak benar dalam memperkirakan keterwakilan sampel atau keahlian
mereka mengenai informasi yang dibutuhkan.

TINJAUAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL


Mari kita ilustrasikan masing-masing metode pengambilan sampel sebelumnya
menggunakan hipotesis yang sama: "Siswa dengan harga diri rendah menunjukkan prestasi
yang lebih rendah dalam mata pelajaran sekolah."

Populasi target : Semua siswa kelas delapan di California.

Populasi yang dapat diakses : Semua siswa kelas delapan di Wilayah Teluk San Francisco
(tujuh kabupaten).

Ukuran sampel yang layak : n 5 200 2 250.

Pengambilan sampel acak sederhana: Identifikasi semua siswa kelas delapan di semua
sekolah negeri dan swasta di tujuh kabupaten (perkiraan jumlah siswa kelas VIII 5 9.000).
Tetapkan nomor setiap siswa, dan kemudian gunakan tabel angka acak untuk memilih sampel
200. Kesulitan di sini adalah bahwa memakan waktu untuk mengidentifikasi setiap siswa kelas
delapan di Bay Area dan untuk menghubungi (mungkin) sekitar 200 berbeda sekolah untuk
memberikan instrumen kepada satu atau dua siswa di sekolah tersebut.

Cluster random sampling: Identifikasi semua sekolah negeri dan swasta yang memiliki kelas
delapan di tujuh kabupaten. Tetapkan nomor masing-masing sekolah, dan kemudian pilih
secara acak empat sekolah dan termasuk semua kelas delapan di setiap sekolah. (Kami akan
memperkirakan 2 kelas per sekolah × 30 siswa per kelas × 4 sekolah 5 total 240 siswa.) Cluster
random sampling jauh lebih layak daripada sampel acak sederhana untuk diterapkan, tetapi
terbatas karena penggunaan hanya empat sekolah , meskipun mereka harus dipilih secara acak.
Misalnya, pemilihan hanya empat sekolah dapat mengecualikan pemilihan siswa sekolah
swasta.
Pengambilan sampel acak berstrata: Dapatkan data tentang jumlah siswa kelas delapan di
sekolah negeri dan swasta dan tentukan proporsi masing-masing jenis (mis., 80 persen publik,
20 persen pribadi). Tentukan jumlah dari masing-masing jenis yang akan dijadikan sampel:
publik = 80 persen dari 200 = 160; pribadi = 20 persen dari 200 = 40. Pilih secara acak sampel
160 dan 40 siswa dari masing-masing sub-populasi dari siswa negeri dan swasta. Stratifikasi
dapat digunakan untuk memastikan bahwa sampel juga mewakili variabel lain. Kesulitan
dengan metode ini adalah bahwa stratifikasi mengharuskan peneliti mengetahui proporsi dalam
setiap strata populasi, dan juga menjadi semakin sulit karena semakin banyak variabel yang
ditambahkan. Bayangkan mencoba stratifikasi tidak hanya pada variabel publik-swasta tetapi
juga (misalnya) pada etnisitas siswa, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi, dan pada gender
dan pengalaman guru.

Pengambilan sampel dua tahap secara acak: Pilih secara acak 25 sekolah dari populasi
sekolah yang dapat diakses, dan kemudian secara acak pilih 8 siswa kelas delapan dari setiap
sekolah (n = 8 x 25 = 200). Metode ini jauh lebih layak daripada sampling acak sederhana dan
lebih representatif daripada cluster sampling. Ini mungkin merupakan pilihan terbaik dalam
contoh ini, tetapi masih memerlukan izin dari 25 sekolah dan sumber daya untuk
mengumpulkan data dari masing-masing.

Convenience sampling: Pilih semua siswa kelas delapan di empat sekolah yang dapat diakses
oleh peneliti (sekali lagi, kami memperkirakan dua kelas yang terdiri dari 30 siswa per sekolah,
jadi n = 30 × 4 × 2 = 240). Metode ini menghalangi generalisasi di luar keempat sekolah ini,
kecuali jika argumen kuat dengan data pendukung dapat dibuat untuk kemiripannya dengan
seluruh kelompok sekolah yang dapat diakses.

Pengambilan sampel Purposive: Pilih 8 kelas dari seluruh tujuh negara berdasarkan data
demografis yang menunjukkan bahwa mereka mewakili semua kedelapan siswa. Perhatian
khusus harus diberikan pada harga diri dan prestasi. Masalahnya adalah bahwa data seperti itu
tidak mungkin tersedia dan, dalam hal apa pun, tidak dapat menghilangkan kemungkinan
perbedaan antara sampel dan populasi pada variabel lain — seperti sikap guru dan sumber daya
yang tersedia.
Pengambilan sampel sistematis: Pilih setiap siswa ke-45 dari daftar alfabet untuk setiap
sekolah.

200 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡𝑠 𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 1


=
9000 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡𝑠 𝑖𝑛 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 45

Metode ini hampir sama merepotkannya dengan pengambilan sampel acak sederhana dan
cenderung menghasilkan sampel yang bias, karena nama ke-45 di setiap sekolah cenderung
berada di sepertiga terakhir dari alfabet (ingat ada sekitar 60 siswa kelas delapan di setiap
sekolah). sekolah), memperkenalkan kemungkinan bias etnis atau budaya.

UKURAN SAMPEL
Sebenarnya sampel harus sebesar yang peneliti bisa dapatkan dengan pengeluaran
waktu dan energi yang masuk akal. Ini, tentu saja, tidak sebanyak yang diinginkan, tetapi ini
menunjukkan bahwa para peneliti harus mencoba untuk mendapatkan sampel sebanyak yang
mereka bisa.
Ada beberapa pedoman yang kami sarankan sehubungan dengan jumlah minimum
subjek yang dibutuhkan. Untuk studi deskriptif, kami pikir sampel dengan jumlah minimum
100 adalah penting. Untuk studi korelasional, sampel setidaknya 50 dianggap perlu untuk
membangun keberadaan suatu hubungan. Untuk studi eksperimental dan kausal komparatif,
kami merekomendasikan minimal 30 individu per kelompok.

VALIDITAS EKSTERNAL: GENERALISASI DARI SAMPEL


Sebagian besar peneliti ingin menggeneralisasi temuan mereka ke populasi yang sesuai. Baik
sifat sampel maupun kondisi lingkungan — pengaturan — tempat studi dilakukan harus
dipertimbangkan dalam memikirkan kemampuan generalisasi. Sejauh mana hasil penelitian
dapat digeneralisasi menentukan validitas eksternal penelitian.

GENERALISABILITAS PENDUDUK
Generalisasi populasi mengacu pada sejauh mana sampel mewakili populasi yang diminati.
Namun, ketika kita berbicara tentang keterwakilan, kita hanya merujuk pada karakteristik yang
relevan dari suatu populasi. Apa yang kami maksud dengan relevan? Hanya saja karakteristik
yang dimaksud mungkin merupakan faktor yang berkontribusi terhadap hasil apa pun yang
diperoleh.
KETIKA SAMPEL ACAK TIDAK LAYAK
Seperti yang telah kami tunjukkan, terkadang tidak layak atau bahkan tidak mungkin
untuk mendapatkan sampel acak. Ketika hal ini terjadi, peneliti harus menggambarkan sampel
selengkap mungkin (merinci, misalnya, usia, jenis kelamin, etnis, dan status sosial ekonomi)
sehingga orang lain yang tertarik dapat menilai sendiri sejauh mana penerapan temuan berlaku,
dan kepada siapa dan dimana.
Ada kemungkinan lain ketika sampel acak tidak mungkin diperoleh: Ini disebut
replikasi. Peneliti (atau peneliti lain) mengulangi penelitian menggunakan berbagai kelompok
subjek dalam situasi yang berbeda. Jika sebuah penelitian diulang beberapa kali, menggunakan
kelompok subyek yang berbeda dan dalam kondisi geografi yang berbeda, tingkat sosial
ekonomi, kemampuan, dan sebagainya, dan jika hasil yang diperoleh pada dasarnya sama
dalam setiap kasus, seorang peneliti mungkin memiliki keyakinan tambahan tentang
generalisasi temuan.

GENERALISABILITAS EKOLOGIS

Generalisasi ekologis mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat diperluas ke
pengaturan atau kondisi lain. Para peneliti harus memperjelas sifat dari kondisi lingkungan —
latar — tempat studi dilakukan. Kondisi ini harus sama dalam semua hal penting dalam setiap
situasi baru di mana peneliti ingin menegaskan bahwa temuan mereka berlaku.
Contoh generalisasi ekologis yang tidak tepat terjadi dalam sebuah studi yang
menemukan bahwa metode pengajaran tertentu yang diterapkan untuk membaca peta
menghasilkan transfer yang lebih besar ke interpretasi peta umum pada siswa kelas lima di
beberapa sekolah. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan agar metode pengajaran
digunakan dalam bidang konten lain, seperti matematika dan sains, mengabaikan perbedaan
dalam konten, bahan, dan keterampilan yang terlibat, di samping kemungkinan perbedaan
dalam sumber daya, pengalaman guru, dan sejenisnya.
METODOLOGI PENELITIAN

CHAPTER 6 “SAMPLING”

KELAS : 5.3

DOSEN PENGAMPU : Dr. SANSALONI BUTAR-BUTAR, SE., MSi

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

GRACE ELISA STEPHANIA 17.G1.0069

EUNIKE NATHANIA HANDOKO 17.G1.0165

VENITA EMMANUEL 17.G1.0166

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2019

Anda mungkin juga menyukai