BAB I
LAPORAN KASUS
Umur : 43 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
No.Rm : W-1812291236
Riwayat Menstruasi
- menarche usia 12 tahun, siklus 27 hari teratur, lama 7 hari, terkadang
nyeri saat menstruasi.
- 2 bulan ini menstruasi tidak teratur, 1 bulan 1 kali menstruasi namun
lamanya 20-23 hari.
Riwayat Kehamilan
Belum pernah hamil dan belum pernah mengikuti program hamil
Riwayat KB
Tidak pernah memakai KB
Riwayat Perkawinan
Menikah 2 kali, pada tahun 1992 – 2016 suami meninggal karena demam
berdarah. Pernikahan kedua pada tahun 2017 – sekarang .
Riwayat Alergi
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, obat-obatan dan lainnya.
Riwayat Operasi
Tidak memiliki riwayat operasi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit medis seperti penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, dan asma.
Riwayat Penyakit Keluarga
3
Status Ginekologi
Inspeksi : Datar tegang
Palpasi :
Pemeriksaan Dalam
Vulva : t.a.k
Vagina : t.a.k
1.5 Diagnosis
KISTA OVARIUM DEXTRA
1.6 Penatalaksanaan
Menjelaskan hasil pemeriksaan ke pasien dan keluarga
Memberikan terapi sesuai advis dokter penanggung jawab:
Inf. RL 20 tpm
Puasa mulai jam 00.00
Pro Laparotomi
Monitoring:
Kesadaran dan vital sign
Keluhan subyektif
1.7 Follow Up
Follow up 19– 09 – 2019
Subjektif Objektif Assesment Planning
Nyeri perut TD =120/80 mmHg kista ovarium dextra Inf. RL 20 tpm
bagian bawah N = 84 x / menit Pro laparotomy
Perdarahan (-), RR =20 x/menit Pasien dipuasakan untuk
badan lemas (-), Suhu =36,80 C persiapan operasi
demam (-), A/I/C/D = -/-/-/-
pusing (-), mual Cor : S1 S2 tunggal Monitoring :
dan muntah (-), reg, m(-) g(-) TTV dan klinis
BAB (-), BAK Pul : vesikuler +/+,
dbn. ronkhi -/-, whe -/-
Abd : datar, soepel,
nyeri tekan (-), BU
(+) normal
Ext : ahk +/+ edema
-/- CRT < 2 dtk
7
Genetalia:
perdarahan aktif (-)
Follow up 20 – 09 – 2019
Subjektif Objektif Assesment Planning
Post laparotomy, TD =120/70 mmHg POST SOD Inf. PZ : D5 2 : 1
Perdarahan post N = 86 x / menit Ranitidin 2x50 mg iv
badan lemas (+), RR =20 x/menit Ketorolac 3x30 mg iv
demam (-), Suhu =36,50 C Torradol 3x100 mg iv
pusing (-), mual A/I/C/D = -/-/-/- Asam traksamat 3x 500
dan muntah (-), Cor : S1 S2 tunggal mg
nyeri pada luka reg, m(-) g(-) Cek DL post op
post OP (+) Pul : vesikuler +/+,
ronkhi -/-, whe -/- Monitoring :
Abd : datar, soepel,
TTV dan klinis
nyeri tekan (-), BU
(+) normal
Ext : ahk +/+ edema
-/- CRT < 2 dtk
Genetalia:
perdarahan aktif (-)
8
Follow up 21 – 02 – 2019
Subjektif Objektif Assesment Planning
Nyeri pada luka TD =120/80 mmHg POST SOD Pasien KRS
post OP sudah N = 86 x / menit Obat pulang
mulai berkurang RR =20 x/menit Nadifen (sodium
0
(-), badan lemas Suhu =36,4 C diclofenac 50 mg )
(-), demam (-), A/I/C/D = -/-/-/- 2x 1 tab
pusing (-), mual Cor : S1 S2 tunggal Xepabion 2 x 1 tab
dan muntah (-), reg, m(-) g(-)
Pul : vesikuler +/+,
ronkhi -/-, whe -/-
Abd : datar, soepel,
nyeri tekan (-), BU
(+) normal
Ext : ahk +/+ edema
-/- CRT < 2 dtk
Genetalia:
perdarahan aktif (-)
Lab :
Hasil lab :
Hb : 11,1
Wbc : 12,1
Hct : 35,2
PLT : 243
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan
kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
1. ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula;
2. stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor
follikuli;
3. teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel-sel yang lebih kecildaripada sel granulosa;
4. teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang
melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut
dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap
sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Kista dermoid merupakan suatu massa kistik yang dilapisi oleh epitel
gepeng disertai adanya struktur adneksa seperti kelenjar sebasea, rambut,
folikel rambut, serta struktur lain seperti tulang, otot, dan kartilago. Kista
dermoid dapat bersifat kongenital atau didapat, walaupun secara klinis
dan histopatologis tidak terdapat perbedaan diantara keduanya.(Johan H
,1988)
dilapisi oleh epitel gepeng, juga disertai adneksa seperti rambut, folikel
rambut dan kelenjar sebasea. Pada teratoid, selain epitel berlapis
gepeng dan adneksa, juga ditemukan adanya elemen mesoderm seperti
otot, tulang, dan kartilago.( Katz VL,2007)
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid : ( Katz VL,2007)
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum.
2. Epidemiologi
Kista dermoid adalah sejenis tumor sel germ. Kista ini bersifat jinak
dan jumlahnya sekitar 10%. Pada umumnya kista dermoid terjadi pada
wanita yang berusia dibawah 20 tahun. Hampir 85% teratoma matur
terdapat pada wanita usia 16-55 tahun, dengan rata-rata umur 32-35 tahun.
Angka kejadian kista dermoid adalah sekitar 25-40% dari neoplasma
ovarium dan 95% dari semua teratoma ovarium. Sering timbul pada dekade
kedua dan ketiga. Usia paska menopause berkisar 10-20%. Di Indonesia
frekuensi berkisar antara 11,1% sampai 16,9%. Resiko transformasi maligna
dijumpai pada 1-2% kasus dan pada umumnya terjadi pada wanita paska
menopause.( Kapita selekta Kedokteran, Edisi 3).
3. Etiologi
Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah
satu pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko yaitu:
( Wiknosastro,2007).
Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis.
Kista ini terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi.
Perkembangan tidak sempurna dari hasil konsepsi pada akhir stadium
blastomer. Tumor berasal dari perkembangan ovum tanpa fertilisasi yang
oleh pengaruh faktor rangsang yang tidak diketahui kemudian membentuk
bermacam macam komponen jaringan janin yang tidak sempurna, seperti
rambut, tulang dan lemak. Kista dapat terjadi pada dua indung telur dan
biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista terpuntir atau
pecah.( Pernoll’s & ML Pernoll’s & ML, 1994)
4. Gambaran Klinis
( Sastrawinata, 2004)
Anamnesa
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian
bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau
terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat
di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan
defekasi. Dapat terjadi penekanan terhadap kandung kemih sehingga
menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.
Pemeriksaan Fisik
20
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini
adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan
menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile,
permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada
satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada
ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis.
Padaperkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif. .( Pernoll’s & ML
Pernoll’s & ML, 1994)
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat
tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan
sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat
mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista
tertusuk.(Wiknjosastro,2007)
21
7. Penatalaksanaan
8. Prognosis
9. Komplikasi
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA