Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan point terpenting dari suatu negara. Setiap hal yang menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi
yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan Negara.1
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 TAHUN 2009 , Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit
(kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Lawrence Green (1980)
menjelaskan bahwa perilaku dilator belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yaitu:
faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling
factors), faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu,
pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga
faktor pokok tersebut. Skema dari Bloom dan Green tersebut dapat dimodifikasi.
Dari diagram tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan
adalah melakukan intervensi perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan perkataan lain, pendidikan kesehatan adalah suatu
usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan
tuntutan nilai-nilai kesehatan.1
Konsep pembangunan kesehatan di Indonesia dimulai dengan pemikiran tentang
paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan
kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak
faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan
dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. 2,3
Secara umum konsep paradigma sehat dapat menghasilkan dua poin penting, yaitu mencegah
lebih baik daripada mengobati, dan pentingnya pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat dan hidup dalam lingkungan yang sehat.
Berdasarkan konsep paradigma sehat dirumuskan visi Indonesia sehat. Visi Indonesia
sehat dapat terwujud jika semua komponen masyarakat dapat berada dalam kondisi sehat. Hal
tersebut harus dimulai dari komponen pemerintahan yaitu kota sehat. Kota sehat adalah
gambaran warga kota masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yaitu
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.3
Upaya kesehatan ialah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan ini
dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun swadaya
masyarakat (LSM). Upaya mewujudkan kesehatan itu dapat dilihat dari dua aspek, yakni
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek, yaitu aspek kuratif (pengobatan penyakit)
dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit/cacat). Sedang
peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, aspek preventif (pencegahan penyakit) dan aspek
promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Upaya kesehatan promotif mengandung makna
bahwa kesehatan seseorang atau kelompok harus selalu diupayakan sampai tingkat yang
optimal.3
Pemberdayaan masyarakat ialah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi
dan meningkatkan kesehatan. Dari batasan ini dapat diuraikan bahwa secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah agar tumbuhkesadaran, pengetahuan dan
pemahaman akan kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat, serta timbul kemauan atau
kehendak sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap kesehatan.
Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik secara
individu maupun 1 kelompok telah mampu mewujudkan niat kesehatan mereka dalam bentuk
perilaku sehat.3
Tahap-tahap penggerakan atau pemberdayaan masyarakat:adalah dengan pengembangan
tim petugas, pengembangan tim di masyarakat, Survei Mawas Diri, Musyawarah Masyarakat
Desa, dan Pelaksanaan kegiatan.3
Upaya pemberdayaan masyarakat jika dilaksanakan secara optimal dapat mendukung
tercapainya visi “Indonesia Sehat”. Indonesia sehat dapat tercapai dari tahapan yang paling
bawah yaitu terciptanya RT, RW atau Kota Sehat.
Cara agar tercapainya Kota Sehat adalah:Mewujudkan masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat, Menciptakan kewaspadaan dan partisipasi masyarakat di bidang
kesehatan, Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal dan mengatasi permasalahan
kesehatan, Menciptakan dukungan tokoh masyarakat dan perangkat desa/dusun dalam
pembangunan kesehatan masyarakat di desa, Mewujudkan pelayanan kesehatan dasar yang
dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga profesional kesehatan.
Untuk mencapai desa sehat, diharapkan suatu desa menjadi desa siaga terlebih dahulu.
Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki kesiapan sumber daya
potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri. Tujuan umum desa siaga mengembangkan kepedulian serta
kesiapsiagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung terdiri dari dua Kelurahan , yakni Kelurahan
Syamnoor dan Kelurahan Guntung Payung. Untuk itu masing – masing keluarahan dilakukan
Survey Mawas Diri (SMD) untuk melihat sumber daya potensial yang dimiliki di kedua
Kelurahan tersebut untuk dijadikan desa siaga aktif. Desa siaga aktif adalah bentuk
pengembangan dari desa siaga, yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar, yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada diwilayah tersebut seperti puskesmas, pustu atau
sarana kesehatan lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa masalah, yaitu masalah
kesehatan apa yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung meliputi :
Kelurahan Syamnoor dan Kelurahan Guntung Payung, bagaimana pola perilaku masyarakat,
lingkungan, pelayanan kesehatan, kependudukan, kesadaran, dan lain-lain yang
mempengaruhi status kesehatan di wilayah tersebut, apa saja alternatif pemecahan masalah
kesehatan yang terdapat di wilayah Kelurahan Syamnoor dan Kelurahan Guntung payung?
C. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah:
 Tujuan Umum:
Menganalisa masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Guntung
Payung, serta melakukan kegiatan intervensi terhadap berbagai masalah yang
ditemukan.
 Tujuan Khusus:
1. Mengetahui data umum (keadaan geografis, demografi, dan sosial ekonomi) di
wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung
2. Mengetahui masalah kondisi lingkungan (perumahan, sumber air, jamban, saluran
pembuangan air limbah / SPAL, dan pembuangan sampah) di wilayah kerja
Puskesmas Guntung Payung.
3. Mengetahui pola perilaku yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung.
4. Mencari masalah kesehatan, bersama warga di wilayah kerja Puskesmas Guntung
Payung.
5. Bersama dengan masyarakat mencari upaya pemecahan masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung.

C. Manfaat Kegiatan

1. Bagi warga wilayah Guntung Payung, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru:
a. Mengetahui masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung
Payung
b. Mampu mengadakan Survei Mawas Diri dalam membahas masalah kesehatan
yang ada di di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung , Kecamatan
Landasan Ulin.
c. Mampu memanfaatkan potensi di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung,
Kecamatan Landasan Ulin, untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan.
a. Menumbuhkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Bagi Puskesmas:
Mengetahui masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung
Payung, Kecamatan Landasan Ulin sehingga dapat mencari solusi mengatasi masalah
kesehatan.
D. Metodologi

Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan di Daerah kerja Puskesmas Guntung Payung,


Kecamatan Landasan Ulin meliputi empat langkah pokok sebagai berikut:
a) Pendekatan tingkat desa (Pertemuan Pra SMD)
Pra-SMD merupakan sebuah pertemuan dengan perangkat dusun, Ketua RT/RW,
Kader/tokoh masyarakat. Pertemuan ini menjelaskan tentang perlunya peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan, SMD dan cara pengisian kuesioner, serta MMD.
b) Survei Mawas Diri (SMD)
SMD adalah suatu survei yang dilakukan oleh warga sendiri yang mempunyai
tujuan untuk mengetahui masalah kesehatan di wilayah dusun tersebut dengan cara
pengamatan, wawancara, dan pengisian kuesioner terstruktur.
c) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Pada tahap ini dilakukan pertemuan dengan perangkat desa, dusun, kader, tokoh
masyarakat, dan masyarakat untuk membahas hasil SMD. Dipaparkan beberapa masalah
yang ditemukan dari SMD kemudian dilakukan pemungutan suara untuk ditentukan
prioritasnya dengan menggunakan metode tabel (USGP).
d) Kegiatan intervensi.
Selanjutnya dicari alternatif-alternatif pemecahan dari seluruh masalah yang ada.
Tahapan intervensi masalah yang dirumuskan bersama dengan menggunakan tabel 2 x 2,
yang berisi 2 kolom kategori mudah dan sulit serta 2 baris kategori penting dan kurang
penting. Tabel ini bertujuan untuk menentukan rencana kegiatan yang dapat dilakukan
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun tahapan berikutnya adalah
intervensi terhadap masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada.

Persentase Target Standart Pelayanan Minimal


1. Balita BGM SPM <1,5%
2. Pasangan yg menggunakan KB : 80%
3. Balita dibawa ke posyandu : 100%
4. Komponen rumah sehat (Langit-langit yang bersih, kuat, dan tinggi minimal 2,75
meter, dinding permanen dan kedap air, lantai yang kedap air , memiliki pintu disetiap
ruangan tidur , ventilasi yang terpasang dengan kasa , lubang asap dapur dan
berfungsi dengan baik, keluarga yang setiap hari membuka jendela rumah, dan
pencahayaan alamiah yang terang) : 70%
5. Persalinan ditolong tenaga kesehatan : 95%
6. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan : 80%
7. Makan dengan gizi seimbang : 80%
8. Kandang ternak dan terpisah 10 meter : 70%
9. Keluarga yang anggota keluarganya merokok : 70%
10. Keluarga yang di lingkungannya terbiasa melakukan pemberantasan sarang nyamuk
seminggu sekali : 70%
11. Jamban yang memenuhi syarat : 75%
12. Rumah yang memiliki sarana pembuangan air limbah yang jaraknya dengan sumber
air lebih dari 10 meter : 75%

Hasil Survey Mawas Diri (SMD) Masyarakat di wilayah Keja


Puskesmas Guntung Payung Tahun 2019
Kel, Gt Payung Kel. Syamnoor
No. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Keterangan
(%) (%)
1 Balita Bawah Garis Merah (BGM) < 1,5% 1.89 4,10 -
2 PUS yang menggunakan KB 80% 38.3 37.75 -
3 Balita dibawa ke Posyandu 100% 55.82 54.83 ~
4 Komponen Rumah sehat (Langit-langit 40-68 30-60 -
bersih, kuat, tinggi minimal 2,75 meter,
dinding permanen dan kedap air, lantai
yang kedap air , memiliki pintu disetiap
ruangan tidur , ventilasi yang terpasang
dengan kasa , lubang asap dapur dan
berfungsi dengan baik, keluarga yang setiap
hari membuka jendela rumah, dan
pencahayaan alamiah yang terang) 70%
5 Persalinan ditolong Nakes 95% 94.4 100 ~
6 Asi Eksklusif 80% 50.6 42.74 -
7 Makanan Gizi Seimbang 80% 96.38 90.72 √
8 Kandang ternak Terpisah 10 m 70% 40.2 36.4 -
9 Anggota keluarga yang tidak merokok 70% 51.40 48.38 -
Keluarga yg di lingkungannya terbiasa
10 melakukan pemberantasan sarang nyamuk 50.60 63.70 -
70%
11 Jamban memenuhi syarat 75% 99.59 96.77 √
Sarana limbah berjarak 10m dengan sumber
12 47.7 41.4 -
air 75%

Pada Rapat Lintas Sektor didapatkan prmasalahan di masyarakat berupa :


1. Balita Bawah Garis Merah masih >1,5%
2. PUS yang Menggunakan KB di kelurahan Guntung Payung masih < 80%
3. Kondisi Rumah warga yang tidak memenuhi standar komponen rumah
sehat masih <70%
4. Masih Banyak Keluarga yang merokok
5. Kesadaran masyarakat untuk Pemberantasan sarang nyamuk masih kurang
6. Sarana limbah industri rumah tangga masih belum memenuhi syarat

Dari hasil tersebut dilakukan Musyawarah Masyarakat Desa bahwa terdapat


beberapa ketidaksinkronan antara hasil SMD yang dilakukan oleh kader dengan data
laporan di puskesmas. Hal ini dikarenakan SMD adalah survey yang dilakukan oleh
tenaga non kesehatan sehingga terdapat beberapa perbedaan pemahaman landasan teori
tentang permasalahan SMD pada saat survey ke lapangan. Namun Puskesmas Guntung
Payung tetap menjadikannya sebagai dasar untuk meningkatkan kinerja puskesmas di
tahun berikutnya.
Dari hasil permasalahan diambil beberapa langkah yang dikelompokkan menjadi
2 yaitu :
1. Pemecahan Masalah Oleh Masyarakat
2. Pemecahan Masalah Oleh pihak Puskesmas
Adapun Pemecahan masalah oleh masyarakat berupa :
1. Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan terutama sampah dan limbah di
masyarakat.
2. Bekerja sama dengan lintas sektor seperti tokoh agama, LH, dinas sosial dalam hal
pemenuhan komponen rumah sehat dan asi ekslusif pada bayi.
3. Melakukan Gerakan Masyarakat hidup sehat (GERMAS) berupa penghjauan dan
larangan merokok di dalam rumah
Pemecahan masalah oleh pihak puskesmas ialah berupa :
1. Meningkatkan kegiatan penyuluhan baik itu di posyandu, sekolah-sekolah, tempat-
tempat umum, arisan rt, arisan kader/pkk yang isinya tentang pentingnya membawa
balita periksa ke posyandu atau puskesmas untuk deteksi status gizi, asi eksklusif dan
konseling KB pada ibu.
2. Meningkatkan kinerja puskesmas dengan pencatatan pelaporan yang baik.
3. Melakukan kunjungan rumah untuk mendapatkan total couverage permasalahan yang
ada di masyarakat melalui program Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga
(PIS-PK) yang mulai dilaksanakan desember 2017
4. Meningkatkan kerja sama lintas sektor terkait seperti RT/RW, lurah, kader/PKK,
tokoh masyarakat, tokoh agama, pihak kepolisian, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Sosial dan beberapa pihak lain dalam rangka mewujudkan masyarakat Guntung
Payung menjadi masyarakat sehat.
5. Melakukan Monitor Evaluasi terhadap permasalahan yang baru ataupun yang sudah
ada.

Anda mungkin juga menyukai