Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelolaan Individu

Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN FUNGSI KARDIOVASKULER : HIPERTENSI
DI WISMA 5 PSTW GAU MABAJI GOWA

Oleh :
ENJELICA WOELANDARI, S.Kep
18.04.015

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2018
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah istilah tahap akhir dari proses penuaan. Batasan
penduduk lanjut usia meurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
dibagi menjadi tiga aspek yaitu biologis, ekonomi, dan sosial.
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degenerative yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, social
dan sexual.
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang penting bagi tubuh
manusia karena fungsinya yang sangat berperan menyalurkan nutrisi-nutrisi
yang dibutuhkan bagi semua sel, jaringan dan organ.
Seiring bertambahnya usia seluruh sistem organ yang ada didalam
tubuh manusia mengalami degenerasi atau penurunan fungsi, tidak terkecuali
sistem kardiovaskuler ini. Perubahan yang dialami meliputi perubahan bentuk
dan penurunan fungsi dari jantung, pembuluh darah dan darah.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Lanjut Usia Perubahan Sistem
Kardiovaskuler pada Lanjut Usia Ns. Catur puji lestari, S.Kep yang berjudul
Proses Penuaan Teori Jam Genetis, Secara genetis sudah terprogram bahwa
material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait
dengan frekuensi mitosis. (Hayflick, 1965). Proses Menua (Aging Proses)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki / mengganti diri dan mempertahankan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita ( Constantinides, 1994, dalam Nugroho, W, 2000).
Aging sudah terprogram dalam genetik masing-masing individual, tapi faktor
eksternal sangat berperan dalam memodifikasi proses ini, sehingga proses
menua-pun berlangsung dengan tingkat kecepatan yang berbeda pada tiap
orang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa beberapa orang dapat tampak
lebih tua/muda dari usia kronologisnya. Status kondisi fisik dan aktivitas
seseorang dapat secara radikal mempengaruhi fungsi kardiovaskular saat dia
tua. Menua secara fisiologis ditandai dengan semakin menghilangnya fungsi
dari banyak organ tubuh. Bersamaan dengan itu meningkat pula insiden
penyakit seperti coronary arterial disease (CAD), penyakit-penyakit
serebrovaskular Lanjutan†¦ Seiring dengan meningkatnya AHH diiringi
oleh peningkatan prevalensi-prevalensi penyakit yang terjadi pada orang tua.
Penyakit jantung pada orang tua merupakan masalah global yang sampai saat
ini masih menjadi salah satu prioritas utama. Hal ini dikarenakan penyakit
jantung adalah merupakan penyebab utama & terbesar mortalitas, morbiditas
dan disabilitas pada orang tua
System kardiovaskuler mengalami perubahan seperti arteri yang
kehilangan elastisitasnya, hal ini dapat menyebabakan peningkatan sistolik
darah. Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin benar-benar
merupakan tanda penuaan yang normal (Lilik, 2011).
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau
lebih tingga dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg
yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila
tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan
pembuluh darah (arterosklerosis) serangan jantung, gagal jantung dan gagal
ginjal. (Padila, 2013).

B. Perubahan Terkait Usia Pada Fungsi Kardiovaskuler


1. Perubahan anatomic pada jantung
Telah lama diketahui bahwa elastisitas dinding aorta pada manusia
akan menurun dengan bertambahnya usia. Ini disertai dengan
bertambahnya kaliber aorta yang pula dapat diperlihatkan in vivo pada
angiokardiografi (Caird et al, 1995 dalam Darmodjo, 2013). Perubahan ini
terjadi sebagai akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan
bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis yang
memang juga sering terjadi. Secara histologic ini disebabkan karena
perubahan yang progresif pada fungsi jaringan elastic aorta tadi.
Perubahan aorta ini tentu saja dapat menjadi sebab apa yang
disebut “isolated aortic incompetence” dan terdengarnya bising pada apex
cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi)
seperti organ tubuh yang lain, tetapi malahan terjadi hipertrofi. Pada batas
umur 30 – 90 tahun massa jantung bertambah (1 gram/ tahun pada laki-
laki dan 1,5 gram / tahun pada wanita) (Lakatta, dkk. 1987 dalam
Darmodjo, 2013).
Pada katup-katup jantung pun akan terjadi perubahan-perubahan
dengan bertambahnya usia. Pada daun dan cincin katup aorta perubahan
utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa
stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen, dan klasifikasi
jaringan fibrosa katup tersebut. Daun-daun yang menjadi kaku karena
perubahan-perubahan ini dapat menjadi sebab terdengarnya bising sistolik
ejeksi pada orang-orang usia lanjut tadi (Manyari, at al. 1982 dalam
Darmodjo. 2013).
Ukuran katup jantung tampaknya bertambah dengan peninggian
usia. Pada orang muda katup atrioventrikular lebih luas dari katup
semilunar.
Dengan peninggian usia terdapat penambahan sirkumferensi katup
aorta paling cepat sehingga pada usia sangat lanjut menyamai katup
mitral. Peninggian usia juga menyebabkan penebalan katup mitral dan
aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan kolagen, pengecilan
ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada
annulus katup mitral yang sering ditemukan pada wanita. Paerubahan
pada katup aorta dapat terjadi pada daun atau cincin katup. Katup menjadi
kaku dan terdengar bisisng sistolik ejeksi pada orang-orang usia lanjut
(Lakatta, dkk. 1987 dalam Darmodjo, 2013).
Perubahan-perubahan pada katup mitral juga menyerupai
perubahan-perubahan diatas, tetapi biasanya dalam derajat yang lebih
ringan. Pada katup mitral dapat ditemukan penebalan moduler daun katup
dan juga perkapuran cincin katup sehingga dapat menyebabkan
terdengarnya bising sistolik indufisiensi katup mitral, apalagi bila katub
posterior mengalami prolapse ke dalam atrium kiri.
Secara garis besar perubahan-perubahan serupa juga terjadi pada
katup trikuspidal dan pulmonal, tetapi pada umumnya dalam derajat yang
lebih ringan sekali.
Perubahan miokardium karena proses menua yang klasik berupa
brown atrophy, penurunan berat jantung, disertai dengan akumulasi
lipofusin pada serat-serat miokardium (Caird, 1995 dalam Darmodjo.
2013).
Lebih penting disini ialah timbulnya lesi fibrotic diantara serat
miokardium. Lesi demikian yang lebih panjang dari 2 cm mempunyai
sifat-sifat sebagai infark dan mempunyai korelasi positif dengan beratnya
kelainan arteri coroner pada orang tersebut, sedangkan lesi yang lebih
kecil dari 2 cm lebih merupakan bekas-bekas miokarditis local.
2. Perubahan Fisiologik Pada Jantung
Pengatur irama inheren jantung oleh simpul SA ternyata
bertambahnya usia denyut jantung maksimum pada latihan (exercise)
ternyata juga menurun dengan bertambahnya usia ini. Isi semenit jantung
(cardiac output) juga menurun dengan bertambahnya usia. Ini disebabkan
sebagian karena menurunnya isi sekuncup meskipun orang usia lanjut
biasanya secara fungsional berusaha memperbaiki cardiac outputnya
dengan jalan menambah frekuensi denyut jantung. Daya cadangan
jantung pada usia lanjut menurun. Pietro (1985) dalam Darmodjo, 2013
menyatakan bahwa cardiac output menurun rata-rata 1% setahunnya
sesudah usia pertengahan. Aritmia berupa ekstra systole dikatakan
ditemukan pada lebih dari 10% penderita-penderita usia lanjut yang
diperiksa EKGnya secara rutin. Aritmia ringan semacam ini biasanya
tidak memerlukan pengobatan khusus. Fungsi sistolik tidak berkurang
dengan penambahan usia. Subjek lanjut usia menunjukkan pengurangan
peninggian fraksi ejeksi dibanding subjek mudah pada latihan. Pada
latihan, cardiac output pada latihan, CO dipertahankan dengan
penambahan LVEDP (left ventricular end diastolic pressure) sedangkan
peninggian frekuensi jantung berkurang.
Kelainan fungsi diastolic berupa gangguan relaksasi disebabkan
pengurangan compliance jantung pada permulaan diastole. Pada umur
diantara 20-80 tahun terjadi pengurangan 5% pengisian pada permulaan
diastole (Gerstenblith, dkk. 1977 dalam Darmodjo. 2013). Meskipun
kecepatan pengisian pada permulaan diastole berkurang volume akhir
diastolic tidak menurun dengan penambahan usia. Penambahan pengisian
pada akhir diastole disebabkan penambahan kontraksi atrium. Dengan
adanya penambahan massa LV (ventrikel kiri) dan pengurangan
compliance maka perubahan jantung pada usia lanjut menyerupai
kelainan jantung pada hipertensi.

3. Konsekuensi Fungsional
Etiologi pada gangguan fungsi kardiovaskuler pada lansia yaitu
peningkatan ketebalan vaskuler intima dan dinding ventrikel kiri,
peningkatan kekakuan pembuluh darah, perubahan pengaturan tonus
vaskuler. Factor resiko pada gangguan fungsi kardiovaskuler pada lansia
yaitu usia, penurunan aktivitas, kondisi emosional dan genetic. Dari
etiologic dan factor resiko tersebut muncul konsekuensi fungsional
negatif yaitu penurunan curah jantung, nyeri akut, dan resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral. Intervensi yang dapat
dilakukan yaitu
1. Penurunan curah jantung : perawatan jantung, pemberian obat
2. Nyeri akut : manajemen nyeri
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral : identifikasi resiko,
pengajaran proses penyakit.
Setelah dilakukan intervensi, diharapkan muncul konsekuensi fungsional
positif yaitu :
a. Lansia mengatakan tidak nyeri
b. Keefektifan pompa jantung
c. Lansia mampu mengegetahui dan mencegah resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan cerebral.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian secara umum :
1. Identitas pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain : nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status mental,
suku, keluarga/orang terdekat, alamat, nomoer registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertesi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik
b. Factor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan)
5. Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol, kandungan tinggi kalori.
6. Nyeri atau ketidaknyamanan :
a. Angina (penyakit arteri coroner)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai
c. Sakit kepala oksipital
Pengkajian persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung coroner atau
katup dan penyakit cerebrovaskuler
b. Episode palpitasi,
2. Eliminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau
obstruksi atau riwayat penyait ginjal masa lalu
3. Neurosensory
a. Keluhan pusing
b. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal
c. Riwayat merokok

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Penurunan curah jantung
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
C. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN / INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
Nyeri akut Setelah dilakukan 1400 manajemen nyeri
tindakan 1. Lakukan pengkajian
keperawatan selama nyeri secara
1 x 6 jam, tingkat komprehensif yang
nyeri, dengan meliputi lokasi,
kriteria hasil : karakteristik,
2102 Tingkat nyeri onset/durasi,
 210201 nyeri frekuensi, kualitas,
yang intensitas atau
dilaporkan beratnya nyeri dan
ringan factor pencetus.
 210204 2. Observasi adanya
panjangnya petunjuk nonverbal
episode nyeri mengenai
ringan ketidaknyamanan
 210206 3. Kendalikan factor
ekspresi nyeri lingkungan yang
wajah ringan dapat mempengaruhi
 210222 agitasi respon pasien
tidak ada terhadap
 210226 ketidaknyamanan
berkeringat 4. Kurangi atau
berlebihan eliminasi factor-
tidak ada faktor yang dapat
 210220 denyut mencetuskan atau
nadi radial meningkatkan nyeri
dalam kisaran 5. Gali penggunaan
normal (60- metode farmakologi
100x/menit) yang di pakai pasien
 210212 saat ini untuk
tekanan darah menurunkan nyeri.
dalam kisaran 6. Monitor tanda-tanda
normal (120/80 vital
mmHg) 7. Gunakan strategi
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
8. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologi
(teknik napas dalam)
9. Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
Penurunan curah Setelah dilakukan 4040 perawatan jantung,
jantung tindakan 1. Secara rutin
keperawatan selama mengecek pasien
3 x 6 jam, baik secara fisik dan
keefektifan pompa psikologis sesuai
jantung, dengan dengan kebijakan
kriteria hasil : penyedia layanan
0400 keefektifan 2. Instruksikan pasien
pompa jantung tentang pentingnya
 040001 untuk segera
tekanan darah melaporkan bila
sistol ringan merasakan nyeri
dari kisaran dada.
normal (120- 3. Evaluasi episode
130 mmHg) nyeri dada
 040019 4. Lakukan penilaian
tekanan darah komprehensif pada
diastole ringan sirkulasi perifer
dari kisaran 5. Monitor tanda-tanda
normal (70-80 vital secara rutin.
mmHg) 6. Pantau intoleransi
 040006 denyut aktivitas pasien
nadi perifer 7. Ajarkan teknik yang
ringan dari efektif untuk
kisaran normal memgurangi stress
(60- 8. Dokumentasikan
100x/menit) tanda dan gejala
 040030 penurunan curah
intoleansi jantung
aktivitas ringan 9. Evaluasi perubahan
tekanan darah
10. Berikan dukungan
teknik yang efektif
untuk mengurangi
stress
2390 pemberian obat
1. Ikuti prosedur lima
benar dalam
pemberian obat
2. Beritahukan klien
mengenai jenis obat,
alasan pemberian
obat, hasil yang
diharapkan dan efek
lanjutan yang akan
terjadi sebelum
pemberian obat.
3. Bantu klien dalam
pemberian obat
4. Kaji riwayat
kesehatan dahulu
dan penggunaan
obat-obatan
5. Kaji kemampuan
pasien terhadap
penggunaan obat
6. Konsultasikan
dengan ahli obat.
Resiko Setelah dilakukan 6610 identifikasi resiko,
ketidakefektifan tindakan 1. Kaji ulang riwayat
perfusi jaringan keperawatan selama kesehatan masa lalu
cerebral 2 x 6 jam, perfusi dan dokumentasikan
jaringan : cerebral, bukti yang
dengan kriteria hasil menunjukkan
: adanya penyakit
0406 perfusi medis, diagnose
jaringan : serebral keperawatannya
 040613 serta perawatannya.
tekanan darah 2. Identifikasi resiko
sistol ringan penurunan aktivitas
dari kisaran 3. Identifikasi resiko
normal (120- biologis, lingkungan
130 mmHg) dan kebiasaan
 040614 4. Implementasikan
tekanan darah aktivitas-aktivitas
diastole ringan pengurangan resiko
dari kisaran 5602 pengajaran : proses
normal (70-80 penyakit.
mmHg) 1. Kaji tingkat
 040603 sakit pegetahuan pasien
kepala tidak terkait dengan
ada proses penyakit
yang spesifik
1837 pengetahuan : 2. Jelaskan
manajemen patofisiologi
hipertensi penyakit dan
 Kisaran normal bagaimana
untuk tekanan hubungannya
darah sistolik dengan anatomi dan
pengetahuan fisiologi
banyak 3. Jelaskan tanda dan
 Kisaran normal gejala yag umum
untuk tekanan dari penyakit
darah diastolic 4. Identifikasi
pengetahuan kemungkinan
banyak penyebab
 Target tekanan 5. Identifikasi
darah perubahan kondisi
pengetahuan fisik pasien
banyak 6. Jelaskan proses
 Pilihan penyakit
pengobatan 7. Jelaskan
yang tersedia kemungkinan
pengetahuan komplikasi kronik
banyak 8. Instruksikan pada
 Manfaat pasien untuk
pengobatan melaporkan tanda
jangka panjang dan gejala yang
pengetahuan dialami pada
banyak pemberi pelayanan.
9. Jelaskan komplikasi
kronik yang
mungkin ada
10. Instruksikan pasien
mengenai tindakan
untuk mencegah
atau meminimalkan
efek samping
penanganan dari
penyakit.
11. Edukasi pasien
mengenai tanda dan
gejala yang harus
dilaporkan kepada
petugas.
LAMPIRAN :
KONSEKUENSI FUNGSIONAL PADA HIPERTENSI

Etiologic :
Factor resiko :
1. Peningkatan vaskuler intima dan
1. Penurunan aktivitas
dinding ventrikel kiri
2. Usia
2. Peningkatan pembuluh darah
3. Genetic
3. Perubahan pengaturan tonus
4. Kondisi emosional
vaskuler.

Konsekuensi fungsional negative :

1. nyeri akut
2. penurunan curah jantung
3. reiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral

Intervensi yang dapat dilakukan yaitu


1. Penurunan curah jantung : perawatan jantung,
pemberian obat
2. Nyeri akut : manajemen nyeri
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
cerebral : identifikasi resiko, pengajaran
proses penyakit.

1. Lansia mengatakan tidak nyeri


2. Keefektifan pompa jantung
3. Lansia mampu mengegetahui dan mencegah
resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral.

Anda mungkin juga menyukai