Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN II


“TEMPERATUR”

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. Khoviva Trianingsih (1826010053)


2. Rina Torina (1826010062)
3. Yeni Juniati (1826010069)
4. Rolla Andria (1826010083)
5. Dexi Elan Sari (1826010071)

Dosen Pengampu : Ns. Vellyza Colin, S.Kep.MAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Kenikmatan fisik, jiwa, dan pikiran dari Tuhan Yang Mahadaya Ilmu menjadi kekuatan
penulis dalam menemukan inspirasi dan ide gagasan dalam merangkai kata untuk menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu,penulis senantiasa mengucapkan syukur atas anugerah dan
kemudahan dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Temperatur” yang ditujukan kepada
Program Studi Ilmu Keperawatan khususnya untuk mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II.

Penulisan Makalah ini bertujuan untuk mengkaji dan memberikan informasi mengenai
Temperatur pada suhu tubuh manusia.untuk itu dalam makalah ini diuraikan bagaimana
mekanisme perubahan suhu tubuh, asal panas dalam tubuh,reseptor suhu,serta pengaruh dan
gangguan pada suhu tubuh manusia.

Dalam penulisan Makalah ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada tim
kelompok yang telah memberikan ide dan menghargai pendapat masing-masing individu
sehingga penulisan makalah ini berjalan dengan lancar.

Penulis berharap dengan terselesainya makalah ini bisa memberikan informasi dan
bermafaat bagi pembaca tentang “Temperatur” agar lebih memahami serta bisa dijadikan contoh
untuk penulisan karya ilmiah yang baik dan benar.

Bengkulu, Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II ISI
2.1 Pengertian Suhu Tubuh
2.2 Asal Panas pada Tubuh Manusia
2.3 Macam-Macam Suhu Tubuh
2.4 Sistem Pengatur Suhu Tubuh
2.5 Mekanisme Ketika Suhu Tubuh Berubah
2.6 Reseptor Suhu
2.7 Penyaluran Sinyal Suhu Tubuh pada Sistem Saraf
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
2.9 Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh
2.10 Fisiologi Terkait dengan Mekanisme Pengaturan Suhu
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat
yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi
dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk
mengukur suhu dengan valid. Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para
ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 - 1744)
sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman
pengukuran suhu. Skala ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius.
Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya
akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa
menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 - 1907) menawarkan skala baru yang
diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan 373 K
ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala
tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada
suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka
pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perubahan suhu tubuh yang terjadi pada manusia?
2. Bagaimana sistem dan mekanisme perubahan pada suhu tubuh ?
3. Darimana asal panas dalam tubuh manusia ?
4. Bagaimana sistem pengaturan suhu tubuh?
5. Apa fungsi dari reseptor suhu?
6. Bagaimana penyaluran sinyal suhu tubuh pada sistem saraf?
7. Apa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh?
8. Apa saja yang mengganggu pengaturan suhu tubuh?

1
1.3 Tujuan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme
perubahan suhu tubuh.
2. Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia, system pengaturan suhu
tubuh,reseptor suhu, penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta gangguan suhu suhu
tubuh.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Suhu Tubuh


Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Adapun tempat pengukuran
suhu tubuh yang inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan seperti rektum, membran
timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit,
aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas.
Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu
tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam system syaraf pusat.
Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa
dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feedback) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini
terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu
tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan
pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun
subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
1. Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static )
Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat akan
dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan dan
kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan merasakan hangat
kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu
kulit yang baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral (suhu nyaman). Rasa
hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa dingin
dirasakan pada suhu 17C.
2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik )
Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu
awal kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap
rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi
sedangkan untuk rasa dingin rendah. Bila suhu meninkat ambang rasa hangat
menurun dan ambang rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu
berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang
terpapar juga berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin.
3. Titik rasa dingin dan panas
Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin
dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih
rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak
dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka
terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
2.2 Asal Panas pada Tubuh Manusia
Pembentukan panas (heatproduction) dalam tubuh manusia bergantung pada
tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi
oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shiveringthermogenesis);
4. Termogenesistak-menggigil (non-shiveringthermogenesis) Hal ini terjadi pada
bayi baru lahir.
Sumber energi pembentukan panas ini ialah brownfat. Pada bayi baru lahir,
brownfat ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan
lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak
dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi saraf simpatis oleh
suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brownfat, yang kemudian akan
mengativasifosforilasioksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil dari
fosforilasioksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat
oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brownfat. Brown fat ini merupakan sumber
utama diet-inducedthermogenesis.
Pengeluaran panas (heatloss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya
berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran
panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Radiasi ialah emisi energi
panas dari permukaan tubuh dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu
ruang. Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang berbeda suhunya melalui
kontak langsung obyek tersebut. Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran
udara/ air. Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari permukaan kulit
dan saluran pernapasan saat bernapas.
2.3 Macam – macam suhu tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (TamsuriAnas 2007) :
a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
c. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen,
dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain
itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,
jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai
40°C.
2.4 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris.
Suhu dapat di bagi, antara lain:
a. Suhu inti (coretemperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam
(kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37C.°
b. Suhu kulit (shelltemperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit
tubuh, jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh
suhu lingkungan.
c. Suhu tubuh rata-rata (meanbodytemperature) merupakan suhu rata-rata gabungan
suhu inti dan suhu kulit.
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:
1. The mercury-in-glassthermometer
2. The electrical digital readingthermometer
3. A radiometerattachedtoanauriscope-likehead (untuk pengukuran suhu timfani)
2.5 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area
tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan
panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu
yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh
sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak
sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal
10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh
ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang
oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf
simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf
kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar
keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan
norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan
menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
b. Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus
posterior.
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektorpili yang melekat pada
folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada
binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas
terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan
sekresi tiroksin.
2.6 Reseptor Suhu
Setimulus dapat datang dari lingkungan luar salinitas, suhu udara,
kelembapan,cahaya. Alat penerima rangsang reseptor,sedangkan alat penghasil
tanggapan disebut efektor. Reseptor saraf yang paling sederhana hanya berupa ujung
dendrit dari suatu sel syaraf (neuron) , tidak meliputi selubung / selaput myelin dan
dapat di temukan pada reseptor rasa nyeri (freenerveending) atau nociresetor.
Berdasarkan Lokasi Sumber Rangsang:
1. INTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang
dari dalam tubuh.
2. KHEMORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi memantau pH,kadar gula
dalam darah dan kadar kalsium dalam cairan tubuh atau darah.
3. EKSTERORESEPTOR adalah reseptor yang berfungsi menerima rangsang dari
lingkungan di luar tubuh Reseptor penerima gelombang suara (pada alat
pendengaran) dan cahaya (dalam alat pengelihatan).
4. HUBUNGAN ANTARA RESEPTOR DENGAN EFEKTOR Dalam system
syaraf,reseptor biasanya berhubungan dengan syaraf sensorik (AFFERENT)
sedang efektor erat dengan syaraf motorik(EFERENT). Reseptor berfungsi
sebagaipengubahenergy, mengubah bentuk suatuenergy menjadi bentuk tertentu.
dan di dalam reseptor semua energy di ubah menjadi energy listrik dan
selanjutnya akan membawa ke perubahan elektrolit sehingga timbul potensial
aksi. Apabila suaturesektor menerima rangsangan yang sesuaimakamembrane
reseptor akan mengalami peritiwa potensial aksi. Jika rangsangan yang diterima
reseptor cukup kuat potensial reseptor yang timbul akan lebih kuat. Makin besar
rangsangan yang di terima, makin besar pula potensial local yang di hasilkan
sehingga dapat melampoi batas ambang perangsangan pada membrane potensial
generator.
2.7 Penjaluran Sinyal Suhu Tubuh Pada Sistem Saraf
Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh adalah suatu
kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu: Preoptic area. Area ini
menerima impuls-impuls syaraf dari termoreseptor dari kulit dan membran mukosa serta
dalam hipotalamus. Neuron-neuron pada area peroptic membangkitkan impuls syaraf
pada frekwensi tinggi ketika suhu darah meningkat dan frekwensi berkurang jika suhu
tubuh menurun. Impuls-impuls syaraf dari area preoptic menyebar menjadi 2 bagian
dari hipotalamus diketahui sebagai pusat hilang panas dan pusat peningkatan panas,
dimana ketika distimulasi oleh area preoptic, mengatur kedalam serangkaian respon
operasional yang meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh secara berturut-turut.
Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan
koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan
perubahan suhu dingin atau hangat.
Pusat suhu pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu jika
hipotalamus terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan terganggu
dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Mekanisme pengaturan suhu tubuh
manusia erat kaitannya antara kerja sama system syaraf baik otonom, somatic dan
endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh
systempersyarafan maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja system endokrin
terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH.
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
a. Exercise
Semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada
atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basalratenya.
b. Hormon
(Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal
metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan
dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
c. Sistem syaraf
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom
terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan
juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh
medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
d. Suhu tubuh
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan
1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
e. Asupan makanan
Makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake tinggi
protein.
f. Usia
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas
meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. regulasi
suhu akannormal setelah anak mencapai pubertas.Lansia sensitif terhadap suhu yang
ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama kontrol vasomotor),
penurunan jumlah jaringan subkutan,penurunan aktivitas kelenjar keringat,
penurunan metabolism.
g. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak
dankarbohidrat.
h. Kadar Hormon
Suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
i. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persyarafan
j. Lingkungan
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. Walaupun
terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis
yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah
mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami
fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi
pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang hilang.
k. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
2.9 Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh
1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan
suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk
pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang
bersifat melawan virus).Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan
dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang
berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi
jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadapnutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum
selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke
lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Hipertermiamalignan adalah kondisi bawaan tidak
dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4. Heatstroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebutheatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien
beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang termasuk
beresikoadalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh
untuk mengeluarkan panas (mis. fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan
antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau
kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan petani).
Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus,
mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda lain yang paling
penting adalah kulit yang hangat dan kering.Penderita heatstroke tidak berkeringat
karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke
dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada
sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang
setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang
terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika
kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai
kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera
dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan
mengakibatakanhipotermia.
Tingkatan hipotermia:
a. Ringan 34,6 - 36,5°C per rectal
b. Sedang 28,0 - 33,5°C per rectal
c. Berat 17,0 - 27,5°C per rectal
d. Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rectal
Hipotermiaaksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami
hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia
jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap
stimulus nyeri.
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:
1. ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
2. anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
3. mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
USIA SUHU(DERAJAT CELCIUS)
3 Bulan 37,5°C
6 Bulan 37,5°C
1 Tahun 37,7°C
3 Tahun 37,2°C
5 Tahun 37,0°C
7 Tahun 36,8°C
9 Tahun 36,7°C
11 Tahun 36,7°C
13 Tahun 36,6°C
Dewasa 36,4°C
>70 Tahun 36,0°C

2.10 Fisiologi Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu


Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah
hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA)
berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat.
Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas,
menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas,
meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresiepinephrine dan norepinephrine
serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti,
maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui
mekanisme feedback negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal
(Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke
area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory
hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropinreleasing hormon) sebagai
tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang
sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH
(Thyroidstimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian
mengaktifkan beberapa organ efektor.
Berbagai organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk
mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
1. Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang
menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi
menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke
kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh
internal meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
2. Impuls syaraf di nervussimpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang
pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya,
menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi
panas.
3. Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan
memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang
yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat
meningkat 4x dari basalrate hanya dalam waktu beberapa menit.
4. Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon
tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan
meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feedback negatif berlawanan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat dibagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal,
hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh kelingkungan
atau sebaliknya berlangsung secara fisika.permukaan tubuh dapat kehilangan panas
melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Alat
penerima rangsang disebut reseptor, sedangkan alat penghasil tanggapan disebut
efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercise, hormon, sistem syaraf, suhu tubuh,
asupan makanan, usia,olahraga, kadar hormon, stres, lingkungan, demam.

3.2 Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat, agar tubuh kita selalu sehat
dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari, agar suhu tubuh selalu dalam keadaan
normal dan dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Physiology temperature. Bogor: IPB Press


Firmansyah, Aak. 2002. Pengaruh Suhu Terhadap Tubuh. Yogyakarta: Kanisius
Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai