Anda di halaman 1dari 19

Pencemaran Sampah Plastik di Laut, Apa yang Kita Perbuat?

https://www.kompasiana.com/sanggedepurnama/5d332f9d0d82304dc5429644/pencemaran-sampah-plastik-di-laut-apa-yang-kita-perbuat

Sungguh mengejutkan ternyata Indonesia menjadi negara nomor dua terbesar yang
penyumbang sampah plastik ke lautan (Jenna Jambeck, 2015). Berdasarkan data Asosiasi
industri plastik Indonesia (INAPLAS) dan BPS menyebutkan sampah plastik Indonesia
mencapai angka 64 juta ton/tahun dimana 3,2 juta ton sampah plastik yang dibuang ke laut.
Kita ketahui bahwa sampah plastik yang terbuang ke laut tersebut tidak akan bisa
terdegradasi dan masih tetap utuh selama ratusan tahun. Ikan-ikan kita juga tercemar oleh
sampah plastik ini karena mereka memakannya. Ini akan masuk ke rantai makanan dan manusia
juga terkontaminasi mikro plastik. Plastik telah banyak membunuh ikan di lautan serta burung
laut.
Kompas sempat memberitakan di Wakatobi ditemukan Paus yang mati dan dalam
perutnya ditemukan banyak sampah plastik. Dalam perut paus ditemukan botol, penutup galon,
sandal, botol parfum, bungkus mi instan, gelas minuman, tali rafia, karung terpal, kantong
kresek, dan lain-lain. Kondisi ini jelas sangat memprihatinkan.
Di Bali ada wisatawan penyelam yang menayangkan video bagaimana banyaknya
sampah plastik diperairan kita. Untuk ukuran suatu objek wisata diving kondisi tersebut tentunya
tidak menyenangkan. Seharusnya mereka dapat menikmati pemandangan bawah laut yang indah
namun justru dipenuhi kantong plastik.
Kebiasaan kita yang menggunakan pembungkus plastik selama ini ternyata menjadi biang
keroknya. Setiap berbelanja kita selalu mendapatkan plastik.
Plastik-plastik ini kemudian dibuang begitu saja ditempat sampah, dibuang ke sungai,
dibakar dan sebagainya. Sampah plastik ini yang menyebabkan TPA penuh dengan sampah yang
menggunung karena tidak terdegradasi. Berbeda dengan sampah organik yang mampu
terdegradasi. Sampah yang terbuang ke sungai kemudian mengalir ke laut sehingga mencemari
perairan kita.
Dibutuhkan peraturan yang tegas untuk membatasi penggunaan kantong plastik sekali
pakai. Di Bali sudah dikeluarkan peraturan tentang pembatasan penggunaan kantong plastik
sekali pakai melalui Peraturan Gubenur dan Perwali Kota denpasar.
Kegiatan ini membatasi peredaran pembungkus plastik khususnya di swalayan dan toko-toko.
Apakah ini sudah cukup ?, kita butuh edukasi terus menerus kepada masyarakat mengenai
dampak membuang sampah plastik tersebut.
Pengelolaan sampah kita juga perlu dibenahi. Masyarakat yang membuang sampahnya
sudah dipilah ternyata digabung kembali oleh petugas sampah. Jadi benahi tata kelola
pengelolaan sampah kita. Sediakan fasilitas pendukung untuk memilah sampah dan mobil
pengangkut khusus sampah organik dan anorganik.
Kita bisa dan mampu mewujudkan zero waste asalkan ada komitmen yang kuat untuk itu.
Sampah organik dapat diolah menjadi kompos dengan sistem sanitary landfill. Sampah
anorganik sebagian besar dapat di daur ulang dan terjual, hanya sebagian kecil yang layak
dibuang ke TPA.
Program Bank Sampah juga perlu didukung semua pihak, bahkan sudah dikembangkan tempat
pengolahan sampah terpadu 3R. Sampah menjadi tanggung jawab kita bersama jangan sampai
pencemaran sampah plastik justru menyebabkan kualitas kesehatan kita menurun.
Mari berbuat dari sekarang atau menyesal kemudian.

Identifikasi Masalah
Paragraf :
1. Indonesia negara terbesar kedua penyumbang sampah plastik ke lautan, yang mencapai 3,2 juta ton.
2. Plastik yang dibuang kelaut tidak terdegradasi selama ratusan tahun.
3. Di Wakatobi ditemukan paus mati yang didalam perutnya banyak sampah plastik.
4. Di Bali ada wisatawan yang menayangkan video banyaknya sampah plastik.
5. Penyebabnya adalah kebiasaan menggunakan pembungkus plastik.
6. Sampah yang ada di laut merupakan bawaan dari aliran sungai.
7. Dibutuhkan peraturan yang tegas untuk membatasi penggunaan kantong plastik.
8. Pengelolaan sampah perlu dibenahi.
9. Zero waste dapat dilakukan, yaitu mengolah sampah organik menjadi kompos dan sampah anorganik didaur ulang.
10. Program bank sampah perlu didukung semua pihak.
Sampah Menjadi Masalah Lingkungan di Indonesia
https://www.kompasiana.com/niningkurnia/5cbef26595760e2b081e54a4/sampah-menjadi-masalah-lingkungan-di-indonesia?page=all

Sampah merupakan suatu benda yang tidak ternilai atau tidak berharga yang ada di
sekitar lingkungan masyarakat. Di Indonesia kita dapat melihat sampah dimana-mana khususnya
di daerah perkotaan dan sekarang menjadi masalh besar lingkungan Indonesia.
Sampah di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius dan juga menjadi masalah
social, ekonomi dan budaya. Dan hampir di semua kota di Indonesia mengalami kendala dalam
mengolah sampah. Hal ini terjadi karena pengolahan TPA (tempat pembuangan akhir) di sebuah
kota lahannya masih kurang sehingga masyarakat banyak membuang sampah di sungai.
Bukan saja di sungai akibat kurangnya TPA mengakibatkat masyarakat sampah ke
selokan, kali, dan di lautan. Sehingga kebersihan dan ekosistem laut akan rusak, misalnya seperti
ikan dan terumbu karang akibat sampah plastik yang di buang oleh warga yang tinggal di sekitar
pantai. Dan ada di beritakan bahwa seekor paus di temukan di pinggir pantai dengan se isi
perutnya terdapat berbagai macam sampah plastik yang telah masuk dalam perutnya dan sulit
untuk melakukan pencernaan makanan.
Indonesia termasuk ke dalam 10 besar Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di
dunia. Hal ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan sejumlah persoalan lanjutan,
diantaranya adalah produksi sampah dan pembuangannya.
Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bahwa Indonesia
memproduksi sampah hingga 65 juta ton pada 2016 tahun lalu. Dan jumlah sekarang naik 1 juta
ton dari sebelumnya. Berdasarkan laporan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti
Nurbaya mengatakan sampah yang dihasilkan berdominan sampah organic yang mencapai
sekitar 60 persen dan sampah plastik yang mencapai 15 persen dari total timbulan sampah,
terutama di daerah perkotaan.
Sesuai data tersebut menunjukan dalam 10 tahun terakhir banyaknya sampah plastik terus
meningkat. Tak dapat di pungkiri sampah yang tidak di kelola dengan baik akan menyebabkan
pencemaran di lingkungan kita.
Permasalahan yang muncul atau sering terjadi di TPA akan merambat ke hulu yang
mengakibatkan terhentinya atau terhambatnya pengangkutan sampah dari sumber sampah ke
TPA. Sampah merupakan musuh bagi lingkungan karena mampu menimbulkan dan mencermari
lingkukan. Lingkungan yang tercemar oleh pembuangan sampah akhirnya akan kotor, kumuh,
jorok dan bau kemuadian akan menimbulkan penyakit seharusnya pembuangan sama merupaka
masalah yang harus di tangani pada awal yang harus di perhatikan secara pokok atau utama agar
tidak mengakibatkan masalah yang begitu cukup serius dalam masalah lingkungan di Indonesia.
Walaupun telah di atur undang-undang tentang pelanggaran membuang sampah
sembarangan akan mendapat denda atau di kenakan sanksi, akan tetapi lain hal nya dengan
warga Indonesia, walaupun sudah di oeringati di larang membuang smapah sembarangan tetap
saja di lakukan dan akhirnya akan menimbulkan keadaan lingkungan tidak bersih atau dengan
bahsa kasarnya kotor.
Dalam sampah rumah tangga dapat di bedakan yaitu ada sampah kering dan sampahh
basah jika ini berjalan dengan baik maka akan mengurangi pembuangan sampah yang tidak
teratur dan polusi lingkungan. Kesadaran pikiran dan pandai dalam membuang sampah juga
sangat penting agar mudah di daur ulang kembali.
Pembuangan sampah yang tidak teratur (tidak pada tempatnya) menjadi kebiasaan
masyarakat Indonesia walaupun itu akhirnya menjadi penyebab kerusakan lingkungan dan
ketidaknyamanan untuk mereka sendiri. Walaupun telah di sediakan tempat sampah di sekeliling
atau pada suatu tempat umum seperti di jalanan, taman, sekolah, rumah sakit, dan di tempat
lainnya.
Akan tetapi, tetap saja tangan-tangan kotor yang tidak peduli akan kebersihan membuang
sampah di sembarang tempat. Ada juga di tempat umum yang tidak peduli dengan kebersihan
lingkungan, habis makan buang sembarangan walaupun sampahnya kecil dan tidak jauh
tempatnya dengan pembuangan sampah(tong sampah). Akibatnya sifat malas membuang sampah
pada tempatnya menimbulkan pencemaran lingkungan.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan lingkungan tetap saja
melakukan hal tersebut. Bahayanya membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan
berbagai masalah dan berbagai penyakit. Penyakit yang di maksud yaitu Hepatitis A, Disentri,
Salmonellosis, Penyakit Pes, Demam Bedarah. Sampah juga bisa meracuni air sungai yang di
pakai sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Akan tetapi, perlakuan manusia yang tidak membuang sampah pada tempatnya
menyebabkan kerusakan lingkungan. Kebiasaan membuang sampah sembarangan
mengakibatkan sampah menumpuk di kali atau aliran sungai. Akibatnya, ekosistem di dalam
sungai akan rusak. Terutama hewan yang hidup di sungai seperti ikan. Bukan hanya itu, ulah
manusia yang membuang sampah di sungai dapat menyebabkan tersumbatnya saluran sungai dan
dapat menyebabkan banjir besar dan akan masuk di pemukiman warga sekitar sungai.
Seharusnya kebiasaan masyarakat akan membuang sampah sembarangan harus di hindari
mulai dari sekarangagar tidak menjadi suatu masalah besar dan kemudian mengakibatkan
kerusakan lingkungan. Bukan hanya itu saja tumpukan sampah di mana-mana membuat
ketidaknyamanan lingkungan dan akan berbau tak sedap akibat tidak adanya melakukan daur
ulang pada sampah.
Agar menghindari kejadian tersebut seharusnya warga sekitar melakukan kegiatan
sosialisasi kebersihan lingkungan agar kita semua terhindari dari segala penyakit dan bencana
lainnya yang tidak di inginkan.
Ada beberapa cara agar kita dapat menhindari pembuangan sampah sembarangan yaitu
dengan cara penimbunan yaitu cara yang hampir tiap hari di lakukan oleh setiap Negara yaitu
menguburkan semua sampah, cara ini cukup banyak di lakukan oleb berbagai Negara lain dan
sangat mudah untuk di lakukan. Dengan cara pembakaran sampah juga cara yang mudah untuk
di lakukan agar di di bakar zat sampah. Hal ini di lakukan oleh industry atau oleh perorangan,
pembakaran ini di lakukan pada sampah padat, cair maupun gas.
Pembakaran adalah cara yang praktis untuk menghindari sampah yang jenisnya
berbahaya. Kemudian dengan cara mendaur ulang smapah yaitu cara yang prosesnya dengan
mengambil kembali sampah yang telah di buang untuk di daur ulang kembali. Beberapa cara
mendaur ulang yaitu pengolahan lahan secara fisik,pemulihan energy, dan pengurangan sampah.
Masalah sampah dapat dia atasi dengan cara pengolahan yang baik agar bertujuan
terciptanya kebersihan dan kenyamanan lingkungan agar tidak ada penyakit dan
ketidaknyamanan karena banyaknya sampah di sekitar kita. Sangat di butuhkan jasa angkutan
sampah yang besar, jumlah personil yang cukup atau memadai,ketetapatan waktu/keteraturan
jadwal dan ketepata objek sampah yaitu akan mudah untuk menyelesaikan masalah sampah dan
kebersihan lingkungan dengan baik.
Dan masalah besar ini, pentingnya kesadaran masyarakat kepada lingkungan agar
mengolah sampah dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Tingkat kesadaran manusia
yang kurang akan menimbulkan rasa ketidakpedulian akan kesehatan anak-anak dan kebersihan
lingkungannya.
Walaupun bukan sampah besar, sampah kecil pun bisa mengotori lingkungan kita, jika
bukan dari kesadaran diri untuk tidak melakukan kebiasaan itu agar kita tidak membuang
sampah sembarangan dan kemudian di cemari oleh masalah lingkungan siapa lagi yang akan
menyadari nya.
Mulailah dengan hidup yang taat pada peraturan walaupun itu hanya hal kecil saja, jika
hal kecil itu menimbulkan permaslahan besar kenapa kita tidak menghindarinya. Mulailah
berpikir bahwa lingkungan dan kebersihan penting bagi kehidupan kita semua.
Identifikasi Masalah
Paragraf :
1. Sampah adalah masalah besar lingkungan Indonesia.
2. Sampah adalah masalah yang sangat serius dan menjadi masalah sosial, ekonomi, dan budaya.
3. Pembuanga sampah di sungai dapat disebabkan kurangnya TPA.
4. Indonesia termasuk 10 besar negara dengan penduduk terbanyak.
5. Sampah di Indonesia mencapai 65 juta ton (2016).
6. Banyaknya sampah plastik terus meningkat.
7. Permasalahan yang muncul atau sering terjadi adalah terhambatnya pengangkutan sampah.
8. Warga Indonesia tidak peduli dengan peraturan.
9. Sampah dibagi menjadi sampah kering dan sampah basah.
10. Pembuanganan sampah yang tidak teratur menjadi kebiasaan.
11. Ada yang tidak peduli dengan kebersihan
12. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan.
13. Pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya dapat membuat kerusakan lingkungan.
14. Kebiasaan buruk masyarakat harus dihindari.
15. Dapat dilakukan sosialisasi kepada masyarakat.
16. Ada beberapa cara untuk menghindari pembuangan sampah sembarangan.
17. Menghindari pembuangan sampah sembaranagn dapat dengan dibakar atau di daur ulang.
18. Masalah sampah dapat diatasi denga pengolahan yang benar.
19. Pentingnya kesadaran masyarakat akan lingkungan.
20. Kalau bukan kita siapa lagi.
21. Mulai berfikir bahwa lingkungan yang bersih penting bagi kehidupan.
Bahaya Pencemaran Sampah Plastik dan Cara
Penanggulangannya
https://www.kompasiana.com/syifanatyas9/583d750e6723bde0083dfbc3/bahaya-pencemaran-sampah-plastik-dan-cara-penanggulangannya

Pada era sekarang ini manusia tidak dapat terlepas dari namanya plastik. Plastik selalu
digunakan dalam berbagai keperluan sehari-hari, misalnya untuk tempat minuman membungkus
makanan, tempat belanjaan dan masih banyak lagi. Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah
pecah, harganya murah, dan mendapatkannya juga sangat mudah.
Tetapi banyak masyarakat yang tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan akibat
penggunaan plastik terhadap lingkungan, dikarenakan banyak sekali plastic yang
direkomendasikan hanya untuk sekali pakai saja. Ini menimbulkan dampak negative bagi
lingkungan. Terlalu sering menggunakan plastik akan mengakibatkan pencemaran sampah
plastik.
Satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini adalah
faktor pembuangan limbah sampah plastik.Kantong plastik telah menjadi sampah yang
berbahaya dan sulit dikelola. Diperlukan waktu puluhan tahun bahkan ratusan tahun untuk
membuat sampah plastik tersebut benar-benar terurai. Tetapi yang menjadi persoalannya dampak
negative yang ditimbulkan dari sampah plastik yang sangat besar akibatnya bagi lingkungan.
Dampak negative dari pencemaran sampah plastik antara lain :
1. Pembuangan sampah plastik yang sembarangan akan mengakibatkan pendangkalan
sungai dan aliran sungai tersumbat yang menyebabkan banjir.
2. Tercemarnya air tanah dan tanah.
3. Kantong plastik akan mengganggu penyerapan air ke dalam tanah.
4. Menurunkan kesuburan tanah.
5. Racun-racun dari partikel plastic yang masuk kedalam tanah akan membunuh hewan
pengurai didalam tanah seperti cacing.
6. Hewan-hewan dapat terjerat dalam sampah plastic.
7. Bifenil Poliklorin (PCB) tidak terurai meskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan makanan.
Penggunaan plastik yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan dampak negative
terhadap lingkungan, beberapa dampak negativenya seperti diatas. Penumpukan limbah plastik
tentu tidak dapat dibiarkan. Penanggulangan limbah plastik dengan cara menguburnya ditanah
tentu bukan merupakan solusi yang baik mengingat sifatnya yang sulit terurai dengan alam,
apalagi dengan cara membakarnya dimana saat proses pembakaran dihasilkan senyawa kimia
yang berbahaya bagi manusia. Terdapat beberapa cara dalam menanggulangi limbah plastic
selain mengubur ataupun membakarnya, antara lain :
1. Furokushi merupakan teknik membungkus dan membawa barang dengan sehelai kain
persegi. Ukuran Boenthelan bervariasi tergantung pada ukuran barang yang akan
dibungkus atau dibawa. Teknik membungkus bervariasi, boenthelan ini juga bisa
membawa barang seperti buku, botol, dll. Dengan teknik penggunaan boenthelan
(istilah jawa) dapat menghindari lingkungan dari penggunaan plastik yang banyak
membawa dampak negatif terhadap lingkungan.
2. Pengelolaan limbah plastic dengan menggunakan metode Fabrikasi
Penanggulangan limbah plastic dengan cara melakukan daur ulang merupakan
salah satu solusi yang baik, dimana limbah plastik yang diolah selain
meminimalisirkan penumpukannya dilingkungan juga dapat menghasilkan produk
yang memiliki nilai ekonomis. Salah satu cara proses daur ulang limbah plastik yaitu
dengan metode fabrikasi.Langkah- langkah pengelolaan limbah plastik dilakukan
dengan metode fabrikasi yaitu :
a. Pemotongan yang merupakan tahapan pembuatan sampah kemasan plastic
menjadi kemasan-kemasan kecil.
b. Pemanasan dan pelunakan, dilakukan pada potongan-potongan sampah kemasan
plastik hasil dari proses pemotongan menggunakan mesin kempa dan heart gun.
c. Pembentukan dan percetakan, dimana proses pembentukan dilakukan dengan cara
melunakkan material sampah plastic dengan menggunakan heat transfer kemudian
dicetak.
d. Penggerjaan menggunakan mesin atau machining adalah proses pembentukan
material daur ulang menggunakan alat pertukangan yang canggih untuk mencapai
material yang diinginkan. Tahap terakhir adalah proses finishing dengan
dilakukannya pelapisan clear spray agar hasil daur ulang tampak mengkilap.
Pencemaran sampah plastik sangat berbahaya bagi lingkungan. Berbagai upaya untuk
penanggulangan limbah plastic telah banyak dilakukan, hal ini menjadi sangat penting mengingat
limbah plastic sebagai salah satu penyumbang terbesar bagi kerusakan lingkungan. Kita sebagai
makhluk hidup yang berpendidikan seharusnya dapat menjaga dan melestarikan lingkungan
untuk generasi selanjutnya, semoga Tiga cara diatas dapat bermanfaat bagi penanggulangan
pencemaran plastic terhadap lingkungan.
Identifikasi Masalah
Paragraf :
1. Pada era sekarang ini manusia tidak dapat terlepas dari namanya plastik.
2. Terlalu sering menggunakan plastik akan mengakibatkan pencemaran sampah plastik.
3. Satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini adalah faktor pembuangan limbah sampah
4. Ada beberapa dampak negative dari pencemaran sampah plastik.
5. Penggunaan plastik yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan
6. Cara mengurangi limbah plastik : Furokushi merupakan teknik membungkus dan membawa barang dengan
sehelai kain persegi, Pengelolaan limbah plastic dengan menggunakan metode Fabrikasi.
7. Pencemaran sampah plastik sangat berbahaya.
Masalah Sampah Plastik bagi Dunia
https://www.kompasiana.com/mahardika17/5c98287c7a6d88571e4934f4/masalah-sampah-plastik-bagi-dunia

Apa itu sampah plastik ? Menurut saya, Sampah Plastik adalah Jenis sampah anorganik
yang tidak dapat diuraikan begitu saja butuh waktu bertahun - tahun untuk dapat diuraikan.
Selama ini sampah plastik sudah menjadi masalah besar bagi sebagian negara yang ada
didunia termasuk di indonesia. Di Indonesia jumlah sampah plastik mencapai 175.000 ton/hari
atau 0,7 kilogram/orang atau sekitar 67 juta ton/tahun. Sedangkan, Sampah plastik di pantai
indonesia ini jumlahnya berbefa jauh dengan jumlah sampah berbahan plastik yang ditemukan
didaratan.
Dari seluruh samaph plastik di pantai, diperkirakan sebesar 57 persen merupakan sampah
plastik. Sehingga kondisi pencemaran laut di indonesia sangat memperihatinkan. Untuk itu,
Indonesia menjadi negara nomor urut kedua penghasil sampah plastik terbanyak setelah negara
china.
Penyebab pencemaran plastik ini dimulai dari diri kita ataupun masyarakat karena banyak
dijumpai semua barang - barang rumah tangga menggunakan bahan plastik. Harus diakui bahwa
plastik memang memiliki harga yang relatif murah, tetapi ketika dibuang ke lokasi TPA, plastik
justru tidak dapat terurai dengan cepat dan mudah. Hal ini secara langsung justru akan menjadi
tingkat pencemaran lingkungan semakin drastis, baik itu darat maupun laut.
Adapun dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik antara lain sebagai berikut, Menganggu
Rantai Makanan, Pencemaran Air Tanah, Menyebabkan Polusi Udara, dan Penurunan Wisata.
Pemerintah Indonesia pernah mengadakan program larangan memakai sampah plastik pada
tahun 2016 dan itu berhasil mengurangi sampah platik setengah dari sebelumnya.
Dari artikel diatas, dapat ditarik kesimpulannya yaitu Sebagai Masyarakat pengguna
plastik di kehidupan sehari - harinya dapat dikurangi mulai sekarang dengan 5K ( Kebersihan,
Kesehatan, Kenyaman, Kedisiplinan, dan Ketertiban) supaya tidak menimbulkan dampak yang
berbahaya lagi bagi Lingkungan.

Identifikasi Masalah
Paragraf :
1. Sampah Plastik adalah Jenis sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan begitu saja butuh
waktu bertahun - tahun untuk dapat diuraikan.
2. Sampah plastik di pantai indonesia ini jumlahnya berbefa jauh dengan jumlah sampah
berbahan plastik yang ditemukan didaratan.
3. Dari seluruh samaph plastik di pantai, diperkirakan sebesar 57 persen merupakan sampah plastik.
4. Penyebab pencemaran plastik ini dimulai dari diri kita ataupun masyarakat karena banyak dijumpai
semua barang - barang rumah tangga menggunakan bahan plastik.
5. Pengguna plastik di kehidupan sehari - harinya dapat dikurangi mulai sekarang dengan 5K
( Kebersihan, Kesehatan, Kenyaman, Kedisiplinan, dan Ketertiban) supaya tidak menimbulkan dampak
yang berbahaya lagi bagi Lingkungan.
Darurat Penanganan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta
https://www.kompasiana.com/yusticiaarif/5bc4334312ae9431f269cee3/darurat-penanganan-sampah-di-daerah-istimewa-
yogyakarta?page=all

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap
penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan,
pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip
faktor kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation),
keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya termasuk sikap masyarakat.
Keberhasilan sistem manajemen yang baik dalam pengelolaan sampah dari pemerintah
dan masyarakat dapat terwujud karena adanya organisasi yang bertanggung jawab dengan
struktur organisasi yang jelas (Mulasari, 2007). Pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan
publik seringkali mengalami kendala, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk
menyelesaikannya.
Kendala bagi penyediaan layanan publik di antaranya adalah infrastruktur, sumber daya,
dan kerangka kelembagaan pelayanan publik. Meningkatkan pelayanan publik seringkali
merupakan permasalahan manajemen dibandingkan dengan masalah teknis atau masalah
keuangan (Galileo, 2012).
Pemda DIY, meski sudah memiliki Perda No. 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, namun masih dihadapkan pada situasi yang
kompleks terkait masalah pengelolaan sampah di wilayahnya.
Apalagi saat ini, Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) di Piyungan mengalami
overload. TPST Piyungan yang dibangun sejak tahun 1996 masih menggunakan konsep Sanitary
Landfill untuk pemrosesan sampahnya.
Sanitary Landfill adalah sistem pengolahan sampah dengan menumpuk di lokasi cekung,
memadatkannya kemudian ditimbun dengan tanah. Sistem ini, meski hemat secara biaya
operasional, tetapi memiliki beberapa konsekuensi terutama isu pencemaran tanah atau
munculnya gas metana.
Saat ini, tiap hari ada sejumlah 150 hingga 170 truk yang membuang sampah di TPST
Piyungan. Jika diakumulasi, total sampah yang dibuang mencapai 500 ton atau setara dengan
750 meter kubik.
Fakta ini masih ditambah dengan rusaknya beberapa unit alat berat yang beroperasi di
TPST Piyungan beberapa waktu yang lalu, sehingga proses pengolahan sampah terhambat. Perlu
diketahui bahwa alat-alat berat ini bekerja sejak jam 08.00 pagi hingga jam 22.00 malam.
Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Tahun 2013 menyebutkan bahwa
sampah yang terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah paling banyak adalah dari
Kota Yogyakarta (34,89%), kemudian Sleman (13,17%), Kulon Progo (7,20%), Gunung Kidul
(5,37%), dan terakhir Bantul (1,91%).
Kota Yogyakarta menghasilkan 900 gram per hari per orang. Per hari dalam satu keluarga
dengan lima orang anggota keluarga menghasilkan 4.500 gram sampah dan dalam satu tahun
menghasilkan 1.620 kg per hari.
DLH Kota Yogyakarta telah melakukan evaluasi bahwa setelah perumahan, transportasi,
dan komersial, ternyata sampah menduduki urutan keempat sebagai produsen emisi masyarakat
dengan kapasitas 158.692 ton ekuivalen CO2 atau CO2e.
Bahkan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ikut serta menangani
manajemen pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta bersama dengan Sekretariat Bersama
Yogyakarta, Sleman, dan Bantul (Sekber Kartamantul) yaitu satuan kerja yang bertugas
mengawasi pengelolaan sampah di tingkat provinsi untuk bekerja sama dengan BLH di
kabupaten/kota.
Pengawasan yang dilakukan mulai dari penarikan retribusi, pengumpulan dari sumber
untuk dibawa ke TPS sampah, pengangkutan sampah dari TPS ke TPST Piyungan oleh puluhan
truk atau kendaraan pengangkut sampah lain yang beroperasi di tiga daerah (Kota Yogyakarta,
Sleman, dan Bantul) sampai dengan pengoperasian TPST Piyungan.
Hal tersebut menunjukkan manajemen sampah terpadu yang memungkinkan rawan
konflik, karena adanya perbedaan kepentingan pada otonomi daerah. Permasalahan yang lain
adalah campur tangan pemerintah provinsi ternyata tidak begitu saja menyelesaikan berbagai
permasalahan persampahan di DIY, seperti penegakan regulasi, pendanaan, dan pemberdayaan
masyarakat.

"TPST Piyungan yang dibangun sejak tahun 1996 masih menggunakan konsep Sanitary Landfill
untuk pemrosesan sampahnya."

DIY sendiri juga menghadapi persoalan sampah sebagai dampak dari banyaknya
destinasi wisata di DIY. Kedatangan para pelancong turut berkontribusi pada meningkatnya
jumlah volume sampah yang harus ditangani Pemda DIY.
Sekber Kartamantul pada saat koordinasi dengan Lembaga Ombudsman DIY beberapa
hari lalu membenarkan informasi ini. Bahwa grafik volume sampah terbaca naik selama musim
liburan.
Dengan demikian diperlukan suatu terobosan dalam pengelolaan dan penanganan
persoalan sampah di DIY. Salah satu tagline yang kemarin diwacanakan Lembaga Ombudsman
DIY adalah "Sampahmu Urusanmu, Sampahku Urusanku".
Dalam hal ini, bahwa pengelolaan sampah "dikembalikan" kepada masing-masing
wilayah dengan memanfaatkan Bumdes (apabila wilayah tersebut merupakan pedesaan) dan
sebagainya.
Tiap individu warga mestinya juga dibekali dengan edukasi terkait tanggungjawab bahwa
sampah yang dihasilkannya merupakan tanggungjawab individu tersebut, sehingga proses
penanganan persoalan sampah bisa selesai di hilirnya.

Identifikasi Masalah
Paragraf :
1. Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap
penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan
dan pembuangan sampah.
2. Manajemen yang baik karena adanya organisasi.
3. Kendala bagi penyediaan layanan publik di antaranya adalah infrastruktur, sumber daya, dan kerangka
kelembagaan pelayanan publik.
4. Pemda DIY masih dihadapkan pada situasi yang kompleks terkait masalah pengelolaan sampah di wilayahnya.
5. Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) di Piyungan mengalami overload.
6. Sanitary Landfill adalah sistem pengolahan sampah dengan menumpuk di lokasi cekung, memadatkannya
kemudian ditimbun dengan tanah. Tiap hari ada sejumlah 150 hingga 170 truk yang membuang sampah di TPST Piyungan
7. Fakta ini masih ditambah dengan rusaknya beberapa unit alat berat. Sampah yang terangkut ke tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah paling banyak adalah dari Kota Yogyakarta (34,89%), kemudian Sleman (13,17%), Kulon Progo (7,20%),
Gunung Kidul(5,37%), dan terakhir Bantul (1,91%).
8. Kota Yogyakarta menghasilkan 900 gram per hari per orang.
9. Sampah menduduki urutan keempat sebagai produsen emisi masyarakat dengan kapasitas 158.692 ton ekuivalen CO2 atau CO2e.
10. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ikut serta menangani manajemen pengelolaan sampah di Kota
Yogyakarta bersama dengan Sekretariat Bersama Yogyakarta, Sleman, dan Bantul.
11. Pengawasan yang dilakukan mulai dari penarikan retribusi, pengumpulan dari sumber untuk dibawa ke TPS sampah,
pengangkutan sampah dari TPS ke TPST Piyungan oleh puluhan truk atau kendaraan pengangkut sampah lain yang beroperasi
di tiga daerah (Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul) sampai dengan pengoperasian TPST Piyungan.
12.Campur tangan pemerintah provinsi ternyata tidak begitu saja menyelesaikan berbagai
permasalahan persampahan di DIY, seperti penegakan regulasi, pendanaan, dan pemberdayaan
masyarakat.
13. DIY sendiri juga menghadapi persoalan sampah sebagai dampak dari banyaknya
destinasi wisata di DIY.
14. Dengan demikian diperlukan suatu terobosan dalam pengelolaan dan penanganan
persoalan sampah di DIY.
15. Dalam hal ini, bahwa pengelolaan sampah "dikembalikan" kepada masing-masing
wilayah dengan memanfaatkan Bumdes (apabila wilayah tersebut merupakan pedesaan) dan
sebagainya.
16. Tiap individu warga mestinya juga dibekali dengan edukasi terkait tanggungjawab
Masalah Sampah Yogyakarta Sudah Sangat Serius
https://jogja.suara.com/read/2019/03/29/070500/masalah-sampah-yogyakarta-sudah-sangat-serius

Kepala Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY Budhi Masthuri mengatakan


masalah sampah DIY sudah sangat serius. Hal ini perlu ditangani oleh Pemda DIY
secepatnya.
Masalah ini diawali dengan menumpuknya sampah di TPST Piyungan. Akibatnya,
antrean mobil pengangkut sampah menjadi sangat panjang. Selain itu, jalan masuk ke
area TPST juga berlumpur dan becek.
"Karena bisa jadi bom waktu ya. Saat orang memproduksi sampah. Maka sudah
tempatnya kalau pemprov memberikan perhatian dalam masalah ini," kata Budhi saat
dihubungi wartawan, Kamis (28/03/2019).
Budhi mengaku sudah bertemu dengan perwakilan warga. Mereka umumnya
meminta dilakukan pengerasan jalan dan penambahan dermaga agar mobil pengangkut
sampah tak perlu antre.
"Warga bereaksi seperti itu karena antrian truk sedemikan rupa panjangnya dalam
kondisi jalan becek karena hujan. Anak-anak di sana kalau sekolah harus pakai sepatu
boot, kesulitan akses, dan sebagainya. Yang membuat mereka bereaksi seperti itu," kata
Budhi.
Reaksi warga berujung pada penutupan paksa jalan menuju ke TPST Piyungan.
Akibatnya, terjadi penumpukan sampah di beberapa TPS, terutama di wilayah Kota
Yogyakarta. Pemda DIY mengambil langkah taktis dengan melakukan pengerasan
dermaga. Ada pula rencana untuk menambah alat berat.
"Jadi harapan warga sebenarnya sederhana dan sangat mungkin bisa dipenuhi oleh
pemprov dalam waktu dekat dan semoga dapat perhatian serius," ujar dia.
Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY berencana mengirim surat ke semua
pemerintah kabupaten dan kota (pemkab/pemkot) untuk mengetahui dukungan pemerintah
kepada warga yang terlibat.
"Secepatnyalah. Minimal kami menyurati untuk minta datanya dulu ke semua kabupaten
dan kota tentang itu," kata Budhi.
Menurut Budhi, solusi pengelolaan sampah tidak cukup dilakukan dengan
ekstensifikasi atau penambahan lokasi. Di samping langkah tersebut, harus ada upaya
untuk membangun kesadaran bersama dari warga untuk memilah sampah sejak dari
rumah tangga, perusahaan, instansi pemerintah, maupun dunia usaha.
Selain itu, warga dapat membangun kelompok-kelompok yang peduli terhadap
pengelolaan sampah. Hal ini wajib difasilitasi dan didanai oleh pemerintah. Hal ini
menjadi tanggung jawab pemkab dan pemkot.
Budhi menambahkan, sebenarnya minat warga untuk membangun komunitas
peduli pengelolaan sampah sangat tinggi. Namun, fasilitas dari pemerintah masih sangat
kurang, baik dalam pendanaan, pengolahan, hingga penyaluran produk.
"Kami akan minta keterangan pemkab dan pemkot. Sejauh mana mereka
mendorong terbentuknya komunitas warga yang punya kepedulian mengolah sampah dan
bagaimana memfasilitasinya," ujar Budhi.
Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Kota Yogyakarta
pun menyemprotkan disinfektan ke tumpukan sampah tersebut. Kepala Dinas Lingkungan
Hidup Kota Yogyakarta, Suyana mengatakan penyemprotan telah dilakukan sejak Rabu
(27/3/2019). Hal ini dilakukan agar sampah tersebut tidak menimbulkan dampak lebih
lanjut, misalnya penyakit dan infeksi.
"Penyemprotan dilakukan di 142 TPS yang ada di Kota Yogya," kata Suyana
kepada wartawan melalui telpon.
Penyemprotan disinfektan masih dilakukan hingga hari ini. Hal itu akan
dilanjutkan secara rutin hingga TPST Piyungan dibuka.
Sebagai informasi, akses ke TPST Piyungan telah ditutup oleh warga Dusun
Ngablak, Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul, sejak Minggu (24/3/2019). Ketua Komunitas
Pemulung Piyungan, Maryono, mengatakan penutupan dilakukan karena tuntutan warga
belum dipenuhi oleh pemerintah. Warga meminta TPST dibenahi karena sudah melebihi
kapasitas.
"Dermaga yang di atas untuk pembuangan sudah sempit. Bahkan tidak bisa lagi
untuk pembuangan," kata Maryono.
Selain itu, jalan menuju tempat pembuangan juga berlubang dan berlumpur.
Antrian truk untuk membuang sampah mencapai kurang lebih 1,5 kilo meter. Satu truk
yang biasanya dapat membuang sampah hingga tiga kali trip, hanya bisa mengangkut satu
kali. Antrian tersebut membuat truk harus menunggu 8-9 jam untuk membuang satu truk
sampah.

Identifikasi Masalah :
1. Masalah sampah DIY sudah sangat serius
2. Masalah diawali dengan menumpuknya sampah di TPST Piyungan.
3. Reaksi warga berujung pada penutupan paksa jalan menuju ke TPST Piyungan.
4. Akibatnya, terjadi penumpukan sampah di beberapa TPS, terutama di wilayah Kota Yogyakarta.
5. Solusi pengelolaan sampah tidak cukup dilakukan dengan ekstensifikasi atau penambahan lokasi.
6. Harus ada upaya untuk membangun kesadaran bersama dari warga untuk memilah sampah.
7. Selain itu, warga dapat membangun kelompok-kelompok yang peduli terhadap pengelolaan sampah.
8. Jalan menuju tempat pembuangan juga berlubang dan berlumpur. Antrian truk untuk
membuang sampah mencapai kurang lebih 1,5 kilo meter
Sebegini Parah Ternyata Masalah Sampah Plastik di Indonesia
https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-86420/sebegini-parah-ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia

Masalah sampah plastik di Indonesia lagi-lagi menjadi sorotan publik. Melihat


perkembangan masalah sampah plastik, agaknya pemerintah memang sudah harus mempercepat
perbaikan sistem pengelolaannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of
Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia.
Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut.
Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya
menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta
ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.
Jumlah Polusi Laut atas Sampah Plastik (juta ton/tahun)

Data itu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah
pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. China memimpin dengan tingkat
pencemaran sampah plastik ke laut sekitar 1,23-3,53 juta ton/tahun.
Padahal kalau boleh dibilang, jumlah penduduk pesisir Indonesia hampir sama dengan
India, yaitu 187 juta jiwa. Namun tingkat pencemaran plastik ke laut India hanya sekitar 0,09-
0,24 juta ton/tahun dan menempati urutan ke 12. Artinya memang ada sistem pengelolaan
sampah yang buruk di Indonesia.
Tidak berhenti sampai di situ, pencemaran plastik di Indonesia diperkirakan akan terus
meningkat. Saat ini, industri industri minuman di Indonesia merupakan salah satu sektor yang
pertumbuhannya paling pesat. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan industri pengolahan minuman
mencapai 24,2% secara tahunan (YoY) hanya kalah dari industri pakaian jadi.
Banyak dari hasil akhir produk minuman menggunakan plastik sekali pakai sebagai
packaging. Minuman-minuman tersebut dapat dengan mudah ditemui di berbagai gerai ritel, baik
modern maupun tradisional.
Pertumbuhan industri minuman yang sangat pesat tentu saja akan menghasilkan
pertumbuhan jumlah sampah plastik yang semakin banyak. Terlebih saat ini kapasitas
pengolahan limbah plastik masih terbilang minim.
Gelombang Baru Sampah Plastik Impor
Ancaman lain adalah gelombang impor plastik yang kemungkinan besar akan datang dari
negara-negara lain. Hal itu disebabkan China kini tak lagi memperbolehkan penduduknya untuk
mengimpor sampah plastik.
Sudah sejak tahun 90-an, China melakukan impor sampah plastik sebagai bahan baku
industri pengolahan limbah. Berdasarkan penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, pada tahun
2017, jumlah impor sampah plastik (HS 3915) China mencapai 5,8 juta ton. Jumlah terbesar
berasal dari Jepang dan negara-negara Eropa.
Namun pada November 2017, pemerintah China dengan tegas melarang impor sampah
plastik, sehingga para eksportir kebingungan mencari alternatif tempat pembuangan. Terbukti di
tahun 2018, jumlah impor sampah plastik China turun drastis hingga sebesar 51 ribu ton saja.
Alhasil, negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia mendapat
limpahan sampah plastik dari negara-negara yang sebelumnya mengekspor ke China. Hal itu
mengakibatkan volume impor sampah plastik Indonesia pada tahun 2018 mencapai 320 ribu ton
atau naik hingga 150% dari tahun sebelumnya.

Dampak untuk Indonesia, tentu saja polusi akan semakin meningkat. Kualitas lingkungan
hidup sudah tentu akan terancam.
Sudah bukan rahasia lagi kalau Indonesia adalah salah satu pusat dari ekosistem laut
dunia. Perairan Indonesia merupakan rumah dari 76% spesies karang, hutan bakau, dan padang
lamun. Berbagai spesies perikanan, tentu akan terganggu dengan adanya sampah plastik.
Selain dampak lingkungan, sampah plastik juga berisiko menekan kegiatan
perekonomian Indonesia. Sebab, berdasarkan buku saku Kementerian Pariwisata, sektor
pariwisata RI menyumbang 9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2014.
Adanya polusi perairan tentu saja akan berdampak pada penurunan kinerja pariwisata RI.
Apalagi dunia internasional menilai daya tarik utama pariwisata Indonesia adalah di wilayah
pesisir. Hal itu dibuktikan dari jumlah wisatawan asing yang mendarat di Bali mencapai 2,29 juta
sepanjang Januari-Mei 2019 atau 62% dari total wisatawan yang datang melalui pintu udara.
Kala potensi pariwisata tidak bisa digarap akibat hambatan faktor polusi, laju
pertumbuhan ekonomi semakin sulit untuk diangkat dari kisaran 5% seperti sekarang ini.

Identifikasi Masalah :
1. Masalah sampah plastik di Indonesia lagi-lagi menjadi sorotan publik
2. Pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia
3. Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22
juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik.
4. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.
5. Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.
6. Pencemaran plastik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat.
7. Pertumbuhan Industri minuman yang sangat pesat tentu saja akan menghasilkan pertumbuhan jumlah
sampah plastik yang semakin banyak.
8. Perairan Indonesia merupakan rumah dari 76% spesies karang, hutan bakau, dan padang
lamun. Berbagai spesies perikanan, tentu akan terganggu dengan adanya sampah plastik.
9. Polusi perairan tentu saja akan berdampak pada penurunan kinerja pariwisata RI.
10. Wisatawan asing yang mendarat di Bali mencapai 2,29 juta sepanjang Januari-Mei 2019
atau 62% dari total wisatawan yang datang melalui pintu udara
Indonesia Hasilkan 67 Juta Ton Sampah Pada 2019
https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/indonesia-hasilkan-67-juta-ton-sampah-pada-2019/1373712#

Indonesia akan menghasilkan sampah sekitar 66 - 67 juta ton sampah pada tahun 2019.

Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan jumlah sampah per tahunnya yang mencapai 64 juta
ton.

Berdasarkan laporannya kepada Presiden RI Joko Widodo, Menteri Lingkungan Hidup


dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan jenis sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah
organik yang mencapai sekitar 60 persen dan sampah plastik yang mencapai 15 persen.

Pemerintah kata dia saat ini tengah menyiapkan langkah agar sampah plastik itu tidak
mencemari lautan di Indonesia.

Sebab menurut dia, setiap tahunnya kesadaran masyarakat terus meningkat terhadap
masalah sampah plastik di Indonesia.

"Dinamika masyarakat jadi kalau kita lihat concern masyarakatnya luar biasa bagus
banget," ujar Siti Nurbaya di Istana Kepresidenan, Jakarta pada Kamis.

Dia mencontohkan pada hari peduli sampah pada tahun 2015 hanya ada 61 kolaborator
sementara pada 2017 mencapai 9.550 kolaborator.

Dia menegaskan bakal terus mendampingi dan memfasilitasi masyarakat. Nantinya kata
dia, pemerintah akan membuat gerakan untuk mengurangi sampah plastik.

Sebelumnya, berdasarkan data The World Bank tahun 2018, 87 kota di pesisir Indonesia
memberikan kontribusi sampah ke laut diperkirakan sekitar 1, 27 juta ton.

Dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta
ton adalah sedotan plastik.

Identifikasi Masalah
1. Indonesia akan menghasilkan sampah sekitar 66 - 67 juta ton sampah pada tahun 2019.
2. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan jumlah sampah per tahunnya yang mencapai 64 juta
ton.
3. Sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah organik yang mencapai sekitar 60 persen
dan sampah plastik yang mencapai 15 persen.
4. Pemerintah kata dia saat ini tengah menyiapkan langkah agar sampah plastik itu tidak
mencemari lautan di Indonesia.
5. Dia mencontohkan pada hari peduli sampah pada tahun 2015 hanya ada 61 kolaborator
sementara pada 2017 mencapai 9.550 kolaborator.
6. Pemerintah akan membuat gerakan untuk mengurangi sampah plastik.
Indonesia
7. Memberikan kontribusi sampah ke laut diperkirakan sekitar 1, 27 juta ton.
8. Dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta
ton adalah sedotan plastik
Pencemaran Kali Brantas: 'Australia, Ambil Sampahmu dari
Indonesia'
https://news.detik.com/abc-australia/d-4523299/pencemaran-kali-brantas-australia-ambil-sampahmu-dari-indonesia

Hasil investigasi sebuah lembaga konservasi lingkungan di Jawa Timur menunjukkan


adanya praktik penyelundupan sampah plastik dari Australia, yang masuk lewat impor kertas
bekas di Indonesia.
Ada sampah plastik dalam kertas bekas yang dikirim dari Australia ke Indonesia
 Industri pengolahan sampah di Australia alami krisis sejak China melarang impor produk
limbah
 Ecoton meminta Australia bertanggung jawab atas dampak buangan sampah plastik di
Kali Brantas
Industri kertas di Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan, termasuk kesulitan
mendapat bahan baku kertas bekas dan terpaksa harus membelinya dari negara-negara lain.
Amerika Serikat, Italia, Inggris, Korea Selatan, dan Australia adalah lima negara
pengekspor kertas bekas ke sejumlah pabrik di Jawa Timur.
Di tahun 2018 lalu, impor kertas bekas dari Australia mencapai 52 ribu ton dan jumlah ini
naik lebih dari 250 persen dibandingkan tahun 2014.
Namun dari hasil penelusuran lembaga Ecological Observations and Wetlands
Conversation (Ecoton) menemukan ada kandungan plastik dalam kertas bekas yang dikirim dari
Australia dan diduga "ada unsur kesengajaan".
Sejumlah aktivis lingkungan mengkhawatirkan kondisi kesehatan para pemilah sampah. (Foto:
Koleksi Ecoton)
"Sebenarnya menurut aturan di Indonesia sampah plastik tidak boleh lebih dari 2 persen
dari bobot kertas bekas yang diimpor," ujar Prigi Arisandi, Direktur Eksekutif Ecoton.
"Namun faktanya, hingga November 2018 hampir 30 persen sampah kertas yang kita beli
itu isinya adalah sampah plastik."
Kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia, Prigi mengatakan adanya perilaku buruk dari
negara-negara maju yang merasa kesulitan mengatasi sampah dan menyadari mahalnya biaya
daur ulang.
"Mereka tidak mau lingkungannya terganggu karena sampah, karenanya menaruh resiko
itu ke negara-negara miskin atau berkembang karena kita tidak memiliki regulasi terlalu kuat,"
katanya.
Industri pengolahan sampah di Australia telah mulai mencapai titik krisis pada
bulan April tahun lalu, menyusul langkah China yang melarang impor produk limbah dari luar
negeri.
Awal pekan ini (22/04/2019) Ecoton dan sejumlah aktivis lingkungan menggelar aksi
demo di depan kantor Konsulat Jenderal Australia di Surabaya.
"Di Jawa Timur ada 22 pabrik kertas dan 12 diantaranya berada di pinggiran Kali
Brantas," kata Prigi, yang juga mengatakan kebanyakan ikan-ikan di perairan tersebut memiliki
Identifikasi
lambung yangMasalah :
sudah terkontaminasi plastik.
1. Gambar
Dalam1kertas
: bekas yang diterima pabrik tersebut, ditemukan pula sampah plastik dari
2. Gambar
personal care 2dalam
: kemasan sachet, bungkus makanan, botol plastik, kantung plastik, popok,
3. Gambar 3 : Sampahbertuliskan
dan beberapa diantaranya plastik berada
"Madediinlautan.
Australia".
4. Gambar 4 :Sampah plastik mengganggu fungsi sungai
Ecoton menemukan beberapa pabrik
5. Gambar 5 : Sampah plastik merusak keindahankertas yang pantai
kemudian menjual sampah-sampah ini
6. Video
kepada :
masyarakat untuk dipilah, dengan harga mencapai Rp 1,2 juta per ton.
Tapi karena sebagian besar sampah plastik ini tidak bisa didaur ulang, warga kemudian
membakarnya atau menimbunnya di tepi sungai.
Prigi mengatakan telah menyampaikan masalah ini kepada pemerintah Indonesia, lewat
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan meminta agar impor kertas
bekas dievaluasi secara menyeluruh.
Amerika Serikat dan Australia masuk dalam daftar negara pengekspor sampah kertas
terbanyak ke Jawa Timur. (Foto:KoleksiEcoton)
Sementara kepada pemerintah Australia, Ecoton juga menuntut agar pengecekan
pelabuhan-pelabuhan di Australia diperketat, sebagai upaya menghentikan penyelundupan
sampah lewat pengiriman kertas bekas.
"Ada pelanggaran aturan dan etika dari menyelundupkan sampah ... kalau ternyata
memang menganggap Indonesia jadi tempat sampah bagi Australia harusnya ada perjanjian
bukan diselundupkan," tegas Prigi.
Ecoton juga meminta Australia bertanggung jawab atas dampak buangan sampah plastik
ke aliran air, yang pernah disampaikan kepada Kedutaan Besar Australia di Jakarta 11 April lalu
namun mereka mengaku belum mendapatkan tanggapan.

Hasil Identifikasi :
1. Hasil investigasi sebuah lembaga konservasi lingkungan di Jawa Timur menunjukkan adanya
praktik penyelundupan sampah plastik dari Australia, yang masuk lewat impor kertas
bekas di Indonesia.
2. Di tahun 2018 lalu, impor kertas bekas dari Australia mencapai 52 ribu ton dan jumlah ini
naik lebih dari 250 persen dibandingkan tahun 2014.
3. Sebenarnya menurut aturan di Indonesia sampah plastik tidak boleh lebih dari 2 persen
dari bobot kertas bekas yang diimpor, namun faktanya, hingga November 2018 hampir 30 persen
sampah kertas yang kita beli itu isinya adalah sampah plastik.
4. Mereka tidak mau lingkungannya terganggu karena sampah, karenanya menaruh resiko
itu ke negara-negara miskin atau berkembang karena kita tidak memiliki regulasi terlalu kuat.
Serbuan sampah plastik di pantai Bali
https://beritagar.id/artikel/berita/serbuan-sampah-plastik-di-pantai-bali

Gelombang tinggi dan angin kencang yang menghantam wilayah perairan selatan Bali
dalam sepekan terakhir membawa petaka bagi spot wisata pantai di area tersebut.
Beribu-ribu ton sampah, didominasi sampah plastik, terdampar di sepanjang 12 kilometer
garis pantai yang membentang dari selatan hingga utara Bali. Beberapa pantai yang dilaporkan
menerima sampah kiriman adalah Kuta, Kedonganan, Legian, Seminyak, dan Canggu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung, Putu Eka Marthawan,
menyebut gundukan sampah yang rata-ratanya 50 ton per hari, dalam sepekan terakhir bisa
mencapai 250 ton atau setara 12 truk.
Tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung, Denpasar, juga kewalahan menerima sampah-
sampah tersebut. Akibatnya, antrean panjang truk sampah mengekor di sepanjang jalan menuju
TPA. Ditambah satu dari tiga eskavator (bego) yang dimiliki Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (PUPR) setempat dalam keadaan rusak.
Untuk mengatasi tumpukan antrean, DLHK mengalihkan pembuangan ke beberapa titik
dekat pantai yang disiapkan sebagai tempat penampungan sampah sementara.
“Serbuan sampah kiriman pada awal 2019 ini menjadi sejarah terburuk dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya,” ucap Putu Eka, dikutip dari Bali Post, Minggu (27/1/2019).
Pihaknya juga telah menugaskan nyaris seribu tenaga kebersihan untuk meminimalisir
dampak dari fenomena tahunan ini.
Belum dapat dipastikan sampai kapan siklus ini akan berakhir. Putu memprediksi
fenomena ini bakal terus terjadi hingga Maret mendatang—sampai musim penghujan rampung.
Salah satu hal yang paling dikhawatirkan adalah jelang perayaan Imlek nanti, jumlah sampah
besar kemungkinan meningkat.
“Kalau bulan lalu 90 persen sampah organik dan 10 persen plastik, sekarang terbalik, 80
persen sampah plastik dan 20 persennya organik,” tukasnya.
Salah satu warga Kedonganan, Bali, Mud Sarif mengaku tumpukan sawah ini mengganggu
aktivitasnya sebagai nelayan. Bukan hanya itu, aktivitas wisatawan juga turun akibat kedatangan
sampah-sampah ini.
Kendati demikian, Mud bersama kawan-kawan nelayannya berinisiatif membantu proses
pembersihan sampah, sekaligus menjual kembali sampah-sampah plastik yang masih dapat
didaur ulang.
Setidaknya dalam satu hari Mud mengumpulkan sekitar 50 kilogram sampah plastik.
Olehnya, sampah itu dijual kembali dengan harga sekitar Rp2 ribu per kilogram.
“Ini yang kami ambil kebanyakan botol atau gelas plastik. Itu yang harganya lebih mahal.
Kebetulan, di pantai ini sampahnya juga banyak yang botol air mineral bekas,” kata Mud,
dalam AntaraNews, Minggu (27/1/2019).
Koordinator Unit Reaksi Cepat (URC) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK)
Badung, Bali, I Made Gede Dwipayana, meminta kepada masyarakat untuk turut membantu
dengan tidak lagi membuang sampah sembarangan, seperti di sungai. Sebab, aliran sampah-
sampah yang berada di sungai itu bakal berakhir di laut.
Pemerintah Bali menyadari bahwa persoalan sampah ini lama-lama bisa menggerus
potensi bisnis pariwisata di daerah mereka.
Gubernur Bali Wayan Koster telah menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 97 Tahun
2018 tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik. Aturan sejenis juga dirilis Wali Kota
Denpasar, yakni Perwali Nomor 36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong
Plastik.
Ada tiga jenis plastik yang dilarang dalam dua aturan tersebut, yakni kantong plastik,
styrofoam atau polysterina, dan sedotan plastik.
Selain itu, mulai 1 Januari 2019, Pemerintah Kota Denpasar secara resmi memberlakukan
pelarangan penggunaan kantong plastik di toko-toko modern dan pusat perbelanjaan.
Di sisi lain, Kementerian LHK tengah menggenjot pengembangan industri pengolahan
sampah plastik yang dimulai dari darat dan berakhir di lautan.
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan pengembangan industri pengolahan
sampah ini mengacu pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2018 tentang penanganan sampah laut.
Kewajiban yang Siti maksud tertera dalam Pasal 15 UU 18/2018 yang menjelaskan bahwa
produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau
sulit terurai oleh proses alam.
Ditemui usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Kamis (24/1/2019), Siti menjelaskan
pengelolaan sampah di darat merupakan langkah awal untuk mengurangi sampah di lautan.
Berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebanyak
80 persen sampah di laut berasal dari daratan. Langkah yang bakal diterapkannya adalah
mendorong industri hulu untuk memproduksi bahan polimer plastik yang mudah terurai dan
dapat didaur ulang.
Adapun, jumlah yang ditargetkan mencapai 5 persen dari kapasitas produksi plastik.
Langkah lain yang akan dilakukan yakni dengan menggandeng sejumlah aktivis lingkungan,
termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengurangi pencemaran sampah plastik
di lautan.
Menurutnya, masyarakat melalui lembaga swadaya, komunitas, dan mitra lingkungan
banyak yang turut membantu menjaga kebersihan lingkungan dari sampah plastik, baik di
sungai, pesisir pantai, hingga kawasan laut.
"Intinya kami akan meningkatkan koordinasi di pusat, kemudian meningkatkan
pembinaan dan pemberdayaan daerah, sambil mengelola dinamika masyarakatnya," ujar Siti.
Identifikasi Masalah :
1. Beribu-ribu ton sampah, didominasi sampah plastik, terdampar di sepanjang 12
kilometer garis pantai yang membentang dari selatan hingga utara Bali.
2. Gundukan sampah yang rata-ratanya 50 ton per hari, dalam sepekan terakhir bisa
mencapai 250 ton atau setara 12 truk .
3. Tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung, Denpasar, juga kewalahan menerima sampah-
sampah tersebut.
4. DLHK mengalihkan pembuangan ke beberapa titik dekat pantai.
5. Persoalan sampah ini lama-lama bisa menggerus potensi bisnis pariwisata di daerah mereka.
6. Gubernur Bali menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik.
7. Pengelolaan sampah di darat merupakan langkah awal untuk mengurangi sampah di lautan.
8. Sebanyak 80 persen sampah di laut berasal dari daratan.
9. Masyarakat melalui lembaga swadaya, komunitas, dan mitra lingkungan
banyak yang turut membantu menjaga kebersihan lingkungan dari sampah plastik, baik di
sungai, pesisir pantai, hingga kawasan laut.
1.

2.

3.
4.

5.

Identifikasi Masalah :
1. Gambar 1 : Sampah plastik merusak keindahan pantai dan mengganggu nelayan dalam
menjalankan aktivitas.
2. Gambar 2 : Masalah sampah di Yogyakarta sudah sangat serius.
3. Gambar 3 : Sampah plastik berada di dasar lautan.
4. Gambar 4 : Sampah plastik mengganggu fungsi sungai.
5. Gambar 5 : Sampah plastik merusak keindahan pesisir pantai.
6. Video : Polusi sampah plastik mengancam kehidupan masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai