Bab II Kegagalan Konstruksi
Bab II Kegagalan Konstruksi
BAB II
KEGAGALAN KONSTRUKSI
and defects of such nature that are irrepairable or uneconomical to repair for
proper usage.
d) HAKI pada tahun 2001 coba mengkaitkan dengan UU-RI No.18 Tahun
1999
Tentang Jasa Konstruksi, dan memberikan usulan definisi sebagai berikut:
Definisi Umum:
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami
kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu
(persyaratan minimum , maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh
Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga bangunan
tidak berfungsi dengan baik.
Definisi Kegagalan Bangunan akibat Struktur.
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami
kegagalan struktur bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja
tertentu (persyaratan minimum , maksimum dan toleransi) yang ditentukan
oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga
mengakibatkan struktur bangunan tidak memenuhi unsur-unsur kekuatan
(strength), stabilitas (stability) dan kenyamanan laik pakai (serviceability)
yang disyaratkan.
e) Dr. Jack E. Snell, Director, Building and Fire Research Laboratory, NIST
Investigation Authorities, minutes of April 29, 2003, meeting - Gaithersburg,
Maryland, The National Construction Safety Team Advisory Committee National
Institute of Standards and Technology: All the law says is that significant loss of
life or the potential for significant loss of life within buildings would constitute a
building failure. Pernyataan ini dikemukakan pada saat ada peserta meeting
menanyakan apa definisi dari “Building Failure”.
Tentunya masih banyak lagi definisi-definisi yang dapat dikemukakan berbagai
pihak, sehingga kelihatannya sampai saat ini belum ditemukan satu kesepakatan
yang universal sebagaimana yang terlihat pada pernyataan-pernyataan berikut.
Prof. Briant Clancy, President, Institution of Structural Engineers dalam Keynote
Address pada International Conference on Foundation Failures, 12-13 May 1997,
Singapore mengatakan: ……..I have attended many Conferences over the years
but few speakers have attempted to address the question of “what is a failure?”
7
Greed, on the other hand, is an error of intent which is done with full
knowledge.
Mistakes: Mistakes result from lack of judgment, caused by a
misconception or misapprehension-that is, by conceiving or understanding
wrongly. Lack of judgment may be divided into two categories: mistakes
due to acceptance of wrong data and mistakes due to lack of experience.
Blunders: Blunders are the result of lack of care.
Workmanship
Inspection
b) Unpredictable, “act of God”.
5) Failure Range.
R J M. Sutherland Partner Harris & Sutherland, London, England, “ Structural
safety and Failure – An Overview”, International Conference on Structural
Failure, ICSF 87, Singapore, 30-31 March 1987:
Failure range from total collapses, local fractures, excessive deflections
and uncomfortable vibration to premature decay and unexpectedly high
maintenance.
3) Kesalahan Penggunaan
Saat bangunan mulai beroperasi, dapat terjadi kesalahan dalam penggunaan, yang
disebabkan antara lain karena bangunan dibebani pengaruh yang dalam tahap
perencanaan tidak diperhitungkan, misalnya :
a) Beban yang lebih tinggi
b) Pembuatan lobang / bukaan
c) Penambahan struktur
Pada dasarnya suatu bangunan tidak terlepas dari kerusakan- kerusakan yang
terjadi, baik yang disebabkan oleh karena kesalahan- kesalahan perencanaan,
pelaksanaan, penggunaan maupun pengaruh eksternal / lingkungan dan waktu.
Kerusakan,baik jenis maupun penyebabnya perlu diketahui secara dini dan tepat.
Banyak jenis dan penyebab kerusakan yang dapat diketahui secara visual dengan mata
langsung maupun dengan peralatan. Dengan diketahuinya jenis dan penyebab
kerusakan akan dapat ditangani perbaikannya dengan metode yang tepat dan waktu
yang tidak terlambat. Di dalam pelaksanaan konstruksi beton bertulang harus ketat
dalam pengawasan material dan metoda pelaksannan yang diterapkan harus sesuai
dengan ketentuan teknik sipil yang telah dituangkan oleh perencana dalam dokumen
perencanaan. Material yang jelek dapat menurunkan kualitas bangunan sehingga
bangunan tidak layak fungsi selama umur rencana.
Untuk melakukan pemeriksaan terhadap struktur secara detail perlunya alat
investigasi. Peralatan investigasi terbagi 2 ( dua ) :
1) Non destructive apparatus ( alat uji tidak merusak )
Mekanik, optik, kimia, elektronik, dinamik, termik, suara.
2) Destructive apparatus ( alat uji merusak )
Mekanik, optik, kimia, elektronik, dinamik, termik
Secara umum, semua bangunan sipil dirancang untuk sesuai dengan fungsi/
tujuan dengan mengindahkan persyaratan- persyaratan kekuatan, kekakuan,
kestabilan, daktalitas dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan. Namun setelah
bangunan berdiri, terjadi kerusakan yang berakibat persyaratan- persyaratan tersebut
tidak terpenuhi lagi. Jika bangunan tidak segera ditangani perbaikan atau
perkuatannya, kerusakan dapat berlanjut lebih parah lagi.
Agar bangunan yang sudah rusak dapat terus difungsikan, diperlukan tindakan
rehabilitasi yang dapat berupa perbaikan ( retrofit ) atau perkuatan( strengthening ).
13
Secara khusus definisi kegagalan bangunan untuk jalan dan jembatan adalah
suatu kondisi dimana bangunan jalan dan jembatan tidak mampu melayani pengguna
jalan sesuai dengan kecepatan rencana secara nyaman dan aman.
b) Geometrik
Kegiatan di bidang geometrik mencakup perencanaan alinyemen baik vertikal
maupun horizontal. Semua besaran dari elemen elemen geometrik sangat
tergantung dari kelas jalan tersebut yang akan mempengaruhi besaran kecepatan
rencana (design speed). Dengan demikian kegagalan di bidang ini dapat berupa :
Lebar lajur lalu lintas yang terlalu sempit,
Jari jari tikungan yang terlalu kecil,
Jarak pandang (henti dan menyiap) terlalu pendek,
Superelevasi yang tidak memadai,
Landai kritis yang terlalu besar,
Cross fall yang tidak memenuhi syarat,
Bahu yang terlalu sempit,
dan sebagainya.
c) Perkerasan
Kegiatan di bidang perkerasan mencakup mulai dari pemilihan bahan lapis
pondasi bawah, lapis pondasi atas dan lapis penutup (sub base, base and wearing
course), juga mencakup perhitungan tebal perkerasan (tebal masing masing
lapisan) berdasarkan perkiraan beban rencana untuk suatu umur rencana tertentu.
Dengan demikian kegagalan di bidang ini dapat berupa :
Stripping,
Differential settlement,
Pothole,
Permanent deformation,
Cracks,
Polishing,
Rutting,
dan sebagainya.
17
Besaran dari semua faktor diatas adalah mutu dari permukaan jalan (riding
quality) dalam bentuk parameter “Kekasaran” (Roughness) dan “Kekesatan” (Skid
Resistance).
- Puntir, berarti terjadinya suatu amblas yang disertai posisi miring yang
tidak beraturan .
Pondasi sumuran, kegagalan pondasi sumuran secara fisik sama dengan
Pondasi Langsung.
Pondasi Tiang Pancang Beton/ Baja, kegagalan pondasi tiang pancang beton/
baja secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut mengalami:
Amblas, berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah
daripada elevasi rencana.
Patah, yaitu kondisi dimana tidak ada kesatuan antara tiang dan poor
bangunan bawah yang mengakibatkan tiang pancang tidak berfungsi, atau
tiang pancang beton mengalami retak struktural.
b) Bangunan Atas
Kegagalan Bangunan Atas Jembatan dapat dibagi sesuai dengan jenis bangunan
atas yaitu:
Retak Struktural
Unsur retak akan mempengaruhi kekuatan struktur adalah lebarnya dan
kedalaman retak yang terjadi. Lebar retak yang berlebihan, disamping akan
secara langsung mengurangi kekuatan struktur juga akan memberikan peluang
udara dan air yang akan mengakibatkan terjadinya korosi yang pada akhirnya
juga mengurangi kekuatan struktrur. Maka oleh karena itu lebar maksimum
dan kedalaman retak harus dibatasi. Besarnya kedalaman maksimum retak
yang diizinkan adalah proporsional dengan tebal struktur itu sendiri.
Lendutan
Lendutan yang berlebihan, disamping akan mempengaruhi kekuatan struktur
juga mempunyai dampak psikologis bagi sipengendara. Besarnya lendutan
maksimum yang diizinkan adalah proporsional dengan bentang jembatan yang
bersangkutan.
Getaran/ Goyangan
Amplitudo getaran harus dibatasi sedemikian rupa, baik akibat angin maupun
pergerakan lalu lintas disamping sehingga masih memenuhi persyaratan baik
dari segi stabilitas struktur maupun dari dari kenyamanan sipengendara.
19
7) Acuan Standar
Standar yang dipergunakan adalah standar yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
Republik Indonesia yang sudah mendapat status “Standar Nasional Indonesia”
(SNI), Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan Standar standar yang
telah dikeluarkan oleh Dit.Jen. Prasarana Wilayah (Dit.Jen. Binamarga) yang
masih dalam proses menuju RSNI dan SNI. Khusus untuk pekerjaan Jalan dan
Jembatan, SNI maupun RSNI yang sudah ada sebagian besar merujuk kepada
Standar-standar yang sudah dikenal secara internasional (world wide) mis.
AASHTO, ASTM , BS, NAASRA dll. Standar standar tersebut dapat berupa
“Metoda”, “Tata Cara” dan “Spesifikasi”.
20
Keruntuhan diduga karena lemahnya aksi komposit beton dan besi tulangan serta
detailing penulangan yang salah pada sebagian elemen struktur. Lemahnya aksi
komposit diduga karena rendahnya mutu beton yang diakibatkan keluarnya air
semen.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah masalah selimut beton. Karena
lokasi Pasar X berdekatan dengan lingkungan laut maka perlu ada jaminan agar
tidak terjadai korosi pada besi tulangan, karena hal ini sangat mempengaruhi
terhadap kekuatan struktur beton.
21
Identifikasi lebih lanjut terhadap kelayakan struktur beton perlu dilakukan oleh
kontraktor dan pihak-pihak yang terkait. Karena Pasar X merupakan bangunan
publik maka perbaikan dan perkuatan perlu dilakukan secara teliti dan sesuai
dengan Standar yang ada sehingga Pasar X dapat berfungsi sesuai dengan umur
rencana.
2) Latar Belakang
3) Metodologi
Metodologi yang digunakan untuk kajian teknis ini adalah dengan melakukan
rekonstruksi pada keruntuhan yang terjadi berdasarkan data-data yang ada dan
kondisi lapangan.
Dalam rangka kajian teknis tersebut telah dilakukan serangkaian kegiatan sebagai
berikut:
5) Hasil Kajian
a) Kronologi Kejadian
Pada hari Selasa tanggal 13 Oktober 2009, telah terjadi keruntuhan pada
Struktur Beton Lantai 2 pada area yang dibatasi as D, G, 5 dan 9, sebagaimana
Gambar 2.1. Keruntuhan terjadi sekitar pukul 13.00 WITA pada saat terjadi
hujan deras dan angin kencang. Pada saat kejadian umur beton telah mencapai
21 hari, sehingga telah dilakukan perancah dan bekisting.
1
15/40 15/40
30/45
30/45
15/40
30/45
30/45
15/40
15/40
30/45 50/70 50/70
2 50/70 30/45
15/40
15/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
30/40
30/40
30/40
30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60 15/60
Area Keruntuhan
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
50/70 50/70 50/70 50/70
3 30/45 30/45
50/70
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60
15/60
30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60 15/60
30/45 30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60
15/60
30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45
30/45
50/70
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
15/60
15/60
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45 30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60 15/60
30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60
30/45 30/45
15/60
30/45
30/45
30/45
30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
15/60 15/60
30/45 30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
15/40
15/40
50/70 50/70
9 30/45 50/70 30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
15/40
15/40 15/40
15/40 15/40
A B C D E F G H I J
b) Pola Keruntuhan
Keruntuhan pada area yang dibatasi as D,G, 5 dan 9 merupakan keruntuhan
akibat efek domino, dengan dugaan urutan sebagai berikut:
1. Balok as F7-F8 runtuh pada tengah bentang
2. Kolom F8 roboh ke arah kolom G9 (adanya bukaan pada plat as F, G, 8
dan 9 menyebabkan kolom cenderung bergerak ke arah G9)
3. Robohnya kolom F8 menyebabkan balok F8-E8 putus
4. Putusnya balok F8-E8 diikuti runtuhnya kolom E8 ke arah kolom D9
5. Selanjutnya diikuti runtuhnya balok dan plat lainnya seluas area yang
dibatasi D, G, 5 dan 9 sebagai efek domino
23
2. Balok as F7-F8
runtuh pada tengah
3. Kolom F8 bentang
1
30/
50/
30/ 30/
7040
4550/
7050/
30/
50/7
040 70
30/
50/ 30/
4070 40
50/
70
50/
70
30/
50/
7030/
50/ 50/
70 70
30/
40
50/ 30/
4070 40
30/
30/ 30/
45 45
15/ 15/
30/
50/
40
407030/
30/ 45
50/
407030/
40
roboh kearah
45 45 4545 45 45 45 45 45 45 45
15/ 15/6
15/ 50/7
30/ 30/
50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/ 30/
50/ 15/
6050/ 0
3 60
30/0 4070 4070 4070 4070 4070 4070 4070 4070 4050/ 407030/60
45 70 30/ 45
30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 50/
30/
30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/
40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 4070
45 4545 45 45 45 45 45 45 45 45 45
45
15/ 15/
30/ 30/ 30/ 30/
30/4 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 50/30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/4
kolom G9
60
50/ 45 50/ 50/ 30/
4030/ 30/
40 50/ 50/ 45 60
4 15/ 15/
30/700 50/ 4070 4070 4070 4070 4070 40 50/ 40 40 704070 4070 4070 4070 4050/ 0 30/
60 60 PEKERJ A
45 70 30/ 30/ 30/
70 70 30/445
30/4 50/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/
30/ 30/
30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ AN
30/ 30/4 30/ 30/ 40 30/ 30/ 30/ 30/ 30/
0 4070 40 4070 40 407030/
4040
30/ 40
4070 40 4070 40 4070 40 0
45 5 45 45 45 45 45 45
45 45 45
15/
30/ 30/15/ PER ENCAN AAN
PEM BAN GUNAN DAN
30/4 30/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/4
50/7 50/ 50/
PASAR
IS X
50/ 60
45 50/ 50/ 50/ 50/ 50/ 45 6050/
TEKN
REHABILIT ASI
50/ 0 0 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 0
5 50/
50/ 70 70 70 70 70 70 70 50/ 70
15/ 15/ 70
70 70 30/4 30/ 30/ 30/ 30/470
60 30/4 50/ 30/ 50/ 30/30/
30/
50/ 30/30/
30/
50/ 30/30/
30/
50/ 30/
30/
30/
50/ 30/30/ 60 15/
15/ 0 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 0
NAMA
60 5 45 45 45 45 45 45 60 GAM BAR
15/
15/
15/ RENCAN A
15/
50/ 60 50/ 30/4
50/730/50/ 30/50/ 30/ 50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/
50/ 30/50/ 30/50/ 30/4 50/ BALOK LT.1
6
70 0
70 0 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 0 60 70
70 70 70 70 70 70
30/ 30/
15/ 15/
30/ 30/
30/4 30/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/
50/ 30/ 30/4
6030/ 30/4 50/ 30/ 30/ 50/
30/430/430/
50/ 30/ 30/ 30/ 30/60
0 4070 40 4070 40 4070 704045 4070 4045 4070 4045 0
45 5 45 45 5 45
30/ 530/ 45
40
30/
40
30/30/ 30/ 30/ 30/430/ 30/
30/ Disiapkan
30/50/ 30/ 50/ 30/50/ 30/50/4030/40 30/
40 50/ 30/
50/ 30/50/ 30/
50/ 30/50/ 5
15/4
45 45 45 50/745 50/ 50/ 45 4545
30/
oleh :
15/
7
704070 4070 4070 407030/ 4070 40 704070 4070 4070 4070
45 45
30/
45
0 30/ 30/
45
45
45 15/ 30/ 30/ 30/ 30/ 4030/40 30/
4050/ 30/ 30/ 30/ 30/ 15/
50/ 30/ 50/ 30/ 50/ 30/ 30/15/
50/
15/
30/
15/ 30/ 30/
50/
40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 40 4070 60 60
50/
60
60
45 45 45 45 45 45 45
30/30/ 30/430/ 30/ 30/ 30/
30/4 SUPR AYITN
0
30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 30/50/ 45
Ketua
30/ 40
8 45 45 550/ 45 50/ 45 455 O, ST
30/ 40 4070 40 4070 40 4070 30/4
Tim ks a
Diperi
70 70 70 70 70
oleh :Pembuat
40
45 15/ 30/ 30/
50/ 30/ 5 Pej abat
15/
15/
30/ 30/ 50/ 30/ 50/
70
45 45 45 40
70 30/ 50/
45 30/ 30/
40 30/ 30/4
45
45
45 50/ 45 50/ 50/
50/7 45 5
9 30/ 50/ 30/
Drs. AKHMAD
70 70 NIP. 380 053
70 0 SYAR WANI
40
45 15/ 70 15/45
40
532
Disetujui
40 RENCA NA BALOK oleh :
40 Kepal a Kantor Pengel olaan Pas ar dan
40 40 70
1
40 70 40 70
50/ LT. 1 SKALA 1 : Kebersi han
45
0 300
40 70
70
Drs. AHM AD
NIP. 170
FARHAN , Msi 012
A B C D E F G H I J Skal790 No.
1a: Gambar
3
50 1
30/ 30/
30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/
45 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 45
45 45 45 50/ 45 45 45 50/ 45 45 50/45 45 45 50/45 45 45 50/
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
30/
70 70 70 70 70
30/ 30/ 30/
4545 45 45
50/ 50/ 50/ 50/ 50/
30/50/ 30/ 70 30/50/ 30/ 70 30/50/ 30/ 70 30/50/ 30/ 70 30/50/ 30/ 70 30/50/ 30/
40 70 40 40 70 40 40 70 40 40 70 40 40 70 40 40 70 40
50/
30/
30/
45
30/
50/
30/
30/
45
30/
50/
30/
30/
45
30/
50/
30/
30/
45
30/
50/
30/
30/
45
30/
50/
1. Putusnya balok F8-E8
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 diikuti runtuhnya kolom
70 70 70 70 70 70
E8 ke arah kolom D9
50/ 50/ 50/ 50/ 50/
30/ 70 30/50/ 30/ 70 30/50/ 30/ 70 30/50/ 30/ 70 30/50/ 30/ 70 30/
40 40 70 40 40 70 40 40 70 40 40 70 40 40 4. Robohnya kolom F8
menyebabkan balok F8-E8
30/ 30/ 30/ 30/ 30/ putus
30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/ 30/
45 50/ 45 50/ 45 50/ 45 50/ 45
40 40 40 40 40 40 40 40
70 70 70 70
Detail sambungan
tulangan lentur
lapangan tidak
memenuhi
persyaratan
Detail sambungan
antar kolom lemah
Detail sambungan
tulangan lentur
lapangan tidak
memenuhi
persyaratan Gambar Balok as F8-E8 Runtuh
Detail sambungan
antar kolom lemah
Secara garis besar dugaan penyebab utama keruntuhan adalah mutu beton
yang rendah dan pendetailan penulangan yang salah khususnya pada area
keruntuhan. Hasil Hammer Test sebagaimana terlampir.
Retak
Gambar 2.4 Balok 50/70 Lantai 1 yang retak akibat keruntuhan (perlu segera
perkuatan sementara sebelum remedial work)
15/40 15/40
30/45
30/45
15/40
30/45
30/45
15/40
15/40
30/45 50/70 50/70
2 50/70 30/45
15/40
15/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
30/40
30/40
30/40
30/45 30/45
30/45 30/45 30/45
30/45 30/45 Area yang
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60 15/60
harus
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60
15/60
30/45
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
30/45
dibongkar
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60 15/60
30/45 30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60
15/60
30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45
30/45
50/70
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
15/60
15/60
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
30/45 30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60 15/60
30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
50/70
50/70
15/60
30/45 30/45
15/60
30/45
30/45
30/45
30/45
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
15/60 15/60
30/45 30/45 30/45
30/45 30/45 30/45 30/45
30/40
30/40
30/40
50/70
50/70
50/70
15/40
15/40
50/70 50/70
9 30/45 50/70 30/45
30/45
30/45
30/45
30/45
15/40
15/40 15/40
15/40 15/40
A B C D E F G H I J
Alternatif perkuatan yang bisa digunakan antara lain dengan menambah plat
baja pada bagian yang retak (bonded steel plate) sebagaimana sketsa Gambar.
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk menentukan solusi yang optimal.
Contoh pendetailan tulangan yang salah dijumpai pada tulangan tumpuan plat.
Gambar 2.10 .Detail Penulangan Pelat yang Salah, Tulangan Tumpuan di atas
Seharusnya Ada
30
Terdapat beberapa struktur balok dan plat yang tidak kedap air
Beton spailling
Gambar 2.17 Usulan Rencana Perbaikan Plat yang Belum Terpasang Tulangan
Tumpuan
33
2.4 Pertanyaan
1) Dari siklus hidup sebuah proyek, jelaskan peluang terjadinya kegagalan
konstruksi!
2) Jelaskan penyebab terjadinya kegagalan konstruksi pada setiap tahap siklus
sebuah proyek!
3) Bagaimana cara meminimalkan peluang terjadinya kegagalan konstruksi pada
setiap tahap siklus sebuah proyek?
2.5 Tugas
1) Buatlah makalah tentang cacat dan kegagalan pada beton bertulang beserta cara
penanganannya
2) Buatlah makalah tentang cacat dan kegagalan konstruksi yang terjadi pada
bangunan air