Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN ASPEK BIOLOGI IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) YANG

DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)


PONDOKDADAP SENDANG BIRU
KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

ZUKA NAWA MASRUKHIN


125080200111078

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan Lemuru yang dalam FAO species Catalouge disebut Sardinella lemuru
(Whitehead 1986, dalam Merta 1981) merupakan salah satu jenis ikan pelagis
kecil ekonomis penting di Indonesia. Menurut FAO (2000), penyebaran ikan
lemuru terdapat di Samudera Hindia bagian Timur yaitu Phuket, Thailand, Pantai
Selatan Jawa Timur dan Bali, Australia, dan di sebelah Barat Jawa. Sumberdaya
ikan lemuru telah dieksploitasi secara intensif di Selat Bali karena telah menjadi
tulang punggung kegiatan usaha perikanan di perairan tersebut (Simbolon 2011).
Di daerah Jawa sentra perikanan Lemuru terdapat di perairan Selatan Jawa Timur,
salah satu diantaranya ada di Prigi Jawa Timur.
Klasifikasi ikan Sardinella lemuru menurut Bleeker (1853) dalam Simbolon
2011 adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aptinocterrygii
Ordo : Clupeformes
Family : Clupeidae
Subfamily : Clupeinae
Genus : Sardinella
Species : Sardinella Lemuru
Menurut Weberdan Befort (1965) dalam Simbolon (2011), ikan lemuru
mempunyai rumus sirip punggung D,16-18, sirip dubur A.13-16, sirip dada P.15-
16, dan sirip perut V.8-9. Tipe sisik lemuru adalah sikloid, sisik garis rusuk L1.45,
dan sisik melintang Ltr, 12-13, bentuk sisik memanjang, cembung dan membundar
pada bagian perut. Suboverkulum membentuk segi empat dengan bagian bawah
melengkung. Sirip punggung lebih dekat ke ekor daripada ke moncong. Permulaan
sirip depan perut berada di belakang pertengahan sirip punggung. Panjang tubuh
dapat mencapai 23 cm, tetapi pada umumnya hanya 10-15 cm.
Ciri-ciri ikan lemuru yang terdapat di Selat Bali menurut Dwiponggo (1982)
adalah :
1. Bentuk badan bulat memanjang, perut agak menipis dengan sisik –sisik
duri yang menonjol dan tajam.
2. Berwarna biru kehijauan di bagian punggung, putih keperakan di bagian
bawah.
3. Pada bagian atas penutup insang sampai pangkal ekor terdapat sebagris
bulatan-bulatan berwarna hitam sebanyak 10-20 buah.
4. Siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan.
5. Warna sirip ekor kehitaman dan demikian juga pada ujung moncongnya.
6. Termasuk pemakan plankton.
7. Panjang dapat mencapai 23 cm dan umumnya ditemukan 10-15 cm.
Lemuru dapat mencapai umur 4 tahun dengan ratarata panjang 115 mm
pada umur 1 tahun, 155 mm pada umur 2 tahun, 186 mm pada umur 3 tahun dan
203 mm pada umur 4 tahun. Menurut Merta (1995) ikan lemuru memijah pada
bulan Juni-Juli dan biasanya bermigrasi ke perairan pantai yang bersalinitas lebih
rendah dan memijah pada ukuran 17,79-18,3 cm. sedangkan whitehead (1985)
mengemukanan ikan lemuru memijah pada akhir musim hujan setiap tahun.
Penelitian ini menyampaikan tentang pengamatan terhadap kondisi biologi
reproduksi ikan Lemuru yang meliputi; sebaran ukuran dan kondisi kematangan
gonad, serta kondisi umum perikanan lemuru di sekitar Prigi.

1.2 Rumusan Masalah


Hasil Tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Pondokdadap
Sendang Biru memegang peranan penting dalam hal memenuhi permintaan
konsumen di pasar. Kegiatan penangkapan ikan lemuru yang tinggi dapat
mengakibatkan penurunan stok ikan di perairan yang akhirnya berdampak kepada
turunnya pendapatan nelayan. Demi terwujudnya kegiatan perikanan yang
berkelanjutan, maka pelaku perikanan harus memahami bahwa ikan yang
seharusnya ditangkap adalah minimal pernah memijah satu kali dengan asumsi
ikan tersebut sudah matang gonad. Melihat dari hal tersebut maka dalam
melakukan pengelolaan perikanan lestari perlu adanya informasi mengenai
distribusi ikan lemuru (Sadinella lemuru) yang didasarkan pada aspek biologi,
sehingga dalam pengelolaan dapat dikontrol dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana ciri morfologi ikan lemuru (Sadinella lemuru)yang didaratkan di
PPP Pondokdadap Sendang Biru?
2. Bagaimana kondisi ikan lemuru (Sadinella lemuru) yang meliputi panjang
dan berat, nisbah kelamin dan Tingkat Kematangan Gonad?
3. Bagaimana kondisi ikan lemuru (Sadinella lemuru) yang meliputi ukuran
panjang ikan pertama kali tertangkap (Lc) dan ukuran ikan pertama kali
matang gonad (Lm) sebaran frekuensi panjang dan kelompok umur ikan?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah untuk mempelajari perikanan
lemuru (Sardinella Lemuru) yang didaratkan di PPP Pondokdadap Sendang Biru
yaitu dengan:
1. Mengidentifikasi morfologi ikan lemuru (Sadinella lemuru)yang didaratkan
di PPP Pondokdadap Sendang Biru
2. Menganalisis aspek biologi ikan meliputi panjang dan berat, nisbah kelamin
dan Tingkat Kematangan Gonad
3. Mengetahui ukuran panjang ikan pertama kali tertangkap (Lc) dan ukuran
ikan pertama kali matang gonad (Lm) sebaran frekuensi panjang dan
kelompok umur ikan

1.4 Kegunaan
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai ilmu pengetahuan dan sumber informasi untuk penelitian
selanjutnya tidak hanya mengenai aspek biologi ikan lemuru (Sardinella
Lemuru) di PPP Pondokdadap Sendang Biru tetapi dapat juga aspek-aspek
yang lain.
2. Bagi Stakeholder (pemerintah yaitu Kementrian Kelautan & Perikanan
pusat sampai daerah atau non pemerintah yaitu pihak swasta yang
berkaitan dengan pengelolaan perikanan)
Diharapkan dapat menjadi informasi mengenai aspek biologi ikan lemuru
(Sardinella lemuru) sehingga keseimbangan populasi ikan dapat terjaga dan
pemanfaatan sumber daya ikan dapat dilakukan dengan optimal dan lestari.
3. Bagi Masyarakat Umum
Sebagai informasi mengenai sumber daya ikan pelagis kecil di PPP
Pondokdadap Sendang Biru dan masyarakat nelayan mendapatkan gambaran
pentingnya penangkapan ikan berkelanjutan dengan memperhatikan proses
penangkapan yang diperbolehkan tanpa merusakl ingkungan dan kelestarian
ikan hasil tangkapan.

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


1.5.1 Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)


Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa Timur

1.5.2 Waktu

Penelitian dilaksanakan pada rentang waktu September-Desember 2019.

1.6 Jadwal dan Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Jadwal dan tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahapan pertama yaitu konsultasi topik dan pengajuan judul penelitian
pada awal September 2019.
2. Tahapan kedua dengan pengiriman surat ijin penelitian kepada instansi
tempat penelitian pada bulan September 2019.
3. Setelah itu, akhir bulan September-Desember 2019 penulis melakukan
penelitian di PPP Pondokdadap Sendang Biru. Tahap terakhir yaitu
penyusunan laporan hasil penelitian., seminar hasil penelitian dan ujian
skripsi.

Kegiatan September Oktober November Desember


Pengajuan Judul
Pembuatan Proposal &
Konsultasi
Pengambilan Data
Penyusunan Laporan
dan Konsultasi
Seminar Hasil Penelitian
Ujian Skripsi
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Umum Ikan


2.1.1 Sumberdaya Ikan
2.1.2 Klasifikasi & Morfologi
2.1.3 Daerah Persebaran Ikan
2.2 Alat Tangkap
2.3 Aspek Biologi
Kajian aspek biologi ikan pada dasarnya diperlukan untuk mengetahui
karateristik ikan dalam kondisi lingkungan baik tingkah laku, makanan, reproduksi
dan hubingan dengan ketiganya. Menurut Nugraha dan Stiti (2008), Beberapa
aspek biologiseperti panjang bobot, jenis kelamin, dan tingkat kematangan
gonad adalah suatu pengetahuan dasar untuk mengetahui potensi produksi
suatu stok ikan dan pengetahuan tentang jenis kelamin dan kematangan gonad
dari ikan adalah salah satu pengetahuan dasar biologi reproduksi.
Dalam mengelola sumberdaya ikan pelagis berbasis stok maka sifat
biologi terutama aspek reproduksi dikumpulkan. Informasi biologi reproduksi
sangat diperlukan dalam pengelolaan sumber daya bagi wilayah perairan padat
tangkap dan pengembangan perikanan bagi wilayah-wilayah yang
penangkapannya rendah (Zamroni dan Suwarso, 2011).

2.3.1 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu pengembangan
gonad sebelum dan sesudah ikan melimpah (Effendie, 1979). Kematangan
gonad ikan diginakan untuk mengetahui Perbandingan antara ikan yang sudah
matang gonad dengan ikan yang belum matang gonad, ikan yang sudah
ataubelum memijah, waktu pemijahan ikan, lama ikan memijah serta jumlah
pemijahan dalam satu tahun.
Tester dan Takata (1953), memyatakan Tingkat Kematangan Gonad
(TKG), yaitu:
1. Tidak masak: Gonad sangat kecilseperti benang dan transparan,
penampang gonad pada ikan jantan pipih dengan warna kelabu
penampang gonad ikan betina tampak bulat dengan warna kemerah-
merahan.
2. Pemulaan masak: Gonad mengisi seperempat rongga tubuh. Warna
gonad pada ikan jantan kelabu atau putih dan berbentuk pipih, kemudian
pada ikan betina bewarna kuning atau kemerahan dan berbentuk bulat.
Telur tidak tampak.
3. Hampir masak: Gonad mengisi setengah rongga tubuh. Gonad pada ikan
jantan berwarna putih, pada betina bewarna kuning. Bentuk telur tampak
melalui dinding ovari.
4. Masak Gonad: Mengisi tiga perempat rongga tubuh. Gonad jantan
bewarna putih berisi cairan bewarna putih. Gonad betina bewwarna
kuning, hampir bening atau bening. Telur mulai terlihat. Kadang-kadang
dengan tekanan halus perutnya maka akan ada yang menonjol pada
lubang pelepasannya.
5. Salin: Hampir sama dengan tahap kedua dan sukar dibedakan. Gonad
jantan bewarna putih, kadang-kadang dengan bintik cokelat. Gonad
betina bewarna merah, lembek dan telur tentu tidak lembek.

2.3.2 Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Indeks kematangan gonad merupakan suatu metode kuantitatif untuk
mengetahui tingkat kematangan yang terjadi pada gonad. Indeks kematangan
gonad adalah nilai yang menunjukkan perbandingan antara bobot gonad dan
bobot tubuh. Pertambahan bobot gonad, menunjukkan perkembangan gonad
yang mengalami tekanan karena tangkapan lebih cenderung memiliki gonad
yang ukurannya lebih kecil (Ballerena, 2012).
Pengetahuan tentang Indeks Kematangan Gonad (IKG) merupakan salah
satu aspek yang memiliki peranan penting dalam biologi perikanan, dimana niali
IKG digunakan untuk memprediksi kapan ikan tersebut siap melakukan
pemijahan. Dengan begitu penangkapan pada waktu ikan mencapai IKG
maksimumdapat ditekan agar keberlangsungan dan ketersediaan ikan lomek
tersebut dapat berlangsung secara terus menerus. Penentuan Indeks
Kematangan gonad dapat dihitung menggunakan rumus Indeks Kematangan
Gonad (GSI) = (BG/BT) x 100%, di mana BG=Berat Gonad (g) dan BT=Berat
Tubuh (Putri et al, 2012).
2.3.3 Nisbah Kelamin (Sex Ratio)
Nisbah Kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dan ikan
betina di dalam satu populasi. Pemahaman tentang nisbah kelamin pada ikan di
bulan dan musim yang berbeda adalah salah satu aspek penting yang perlu
diiketahui. Informasi nisbah kelamin dapat menjelaskan tentang perbedaan jenis
kelamin secara musiman dan kelimpahan relatifnya di musim pemijahan.
Menurut Ball & Rao (1984) dalam Rudi et al (2019), untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dalam suatu populasi, perbandingan ikan
jantan dan betina diharapkan berada dalam kondisi seimbang, setidaknya ikan
betina lebih banyak meskipun nisbah kelamin di alam sering terjadi penyimpangan
dari kondisi ideal. Hasil ini menginformasikan bahwa rasio kelamin belum
memenuhi kriteria yang diharapkan untuk menjaga kondisi sumberdaya tetap
stabil, karena secara sampling justru ikan jantan yang lebih banyak tertangkap.
Kondisi ini diduga disebabkan pola tingkah laku antara ikan jantan dan betina,
kondisi lingkungan, dan faktor penangkapan.
2.3.4 Panjang Ikan Pertama Kali Matang Gonad (Lm)
Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu cara
mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan, seperti pendugaan
saat ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan
pada saat pertama kali matang gonad dapat digunakan sebagai indikator
ketersediaan stok reproduktif (Budimawan et al, 2004). Ikan dengan spesies sama
dan tersebar pada lintang yang perbedaannya lebih dari lima derajat memiliki
ukuran pertama kali matang gonad yang berbeda-beda (Effendie, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertama kali ikan matang gonad terdiri
dari dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu hubungan
antara lamanya terang dan gelap (photoperiodity), suhu dan arus. Sedangkan
faktor internal yaitu perbedaan spesies. umur dan ukuran serta sifat-sifatfisiologis
ikantersebut sdeperti kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya.
Perbedaan pertama kali matang gonad ikan jantan dan betina dapat disebabkan
parameter pertumbuhan yang berbeda sehingga dalam satu kelas umur dapat
terjadi perbedaan matang gonad. Selain itu semakin tinggi intensitas penangkapan
setiap bulannya mengakibatkan ikan-kan yang belu saatnya matang gonad akan
mengalami matang gonad lebih awal. Ikan yang mengalami tekanan karena
tangkap lebih cenderung memiliki gonad yang ukurannya lebih kecil (Ballerena,
2012)

2.3.5 Panjang Ikan Pertama Kali Tertangkap (Lc)


Menurut Mahrus (2012) dalam Permatachani et al (2016) panjang pertama
kali tertangkap (Lc) ialah panjang ikan yang ke-50% dari ikan tertangkap di suatu
perairan. Panjang ikan pertama kali matang gonad (Lm) dianalisis berdasarkan
tingkat kematangan gonad (TKG), sedangkan untuk ukuran pertama kali ikan
tertangkap dihitung menggunakan data frekuensi dan selang kelas panjang ikan.
Jika menghubungkan keduanya tersebut dapat diambil kesimpulan apakah
sumberdaya didaerah tersebut lestari atau tidak.
Ikan yang layak tangkap adalah ikan yang memiliki panjang lebih besar dari
pada panjang ikan pertama kali matang gonad (length at first mature). Mengetahui
ukuran panjang ikan pertama kali tertangkap sangatlah penting karena ada
kaitannya dengan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Tingginya jumlah
ukuran ikan yang tidak layak tangkap menggambarkan bahwa nelayan belum
sepenuhnya mengetahui dan memahami waktu atau bulan-bulan dimana
penangkapan harusnya dilakukan dan harus tidak dilakukan. Ikan yang tertangkap
sebelum matang gonad, diduga ikan tersebut belum matang gonad sehingga hal
ini dapat mempengaruhi rekruitmen di daerah penangkapan tersebut (Jamal et al,
2011)
2.3.6 Hubungan Panjang dan Berat (LW)
Dalam biologi perikanan, hubungan panjang berat ikan merupakan salah
satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber
daya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan-
ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap saja (Nurhayati et al,
2016). Sehingga dengan mengetahui hubungan panjang dan berat pengelolaan
perikanan berkelanjutan dapat terwujud.
Secara umum pertumbuhan ikan dapat diartikan sebagai masalah perubahan
baik perubahan bobot ikan, besar ikan, jumlah ukuran berat(gram) atau ukuran
panjang (cm, inchi) dalam waktu tertentu. Pertumbuhan juga dapat dianggap
sebagai hasil dari dua proses yaitu, proses yang cendrung untuk menurunkan
energi tubuh. Pertumbuhan ikan yang cepat tentu akan mempercepat masa panen
dengan ukuran ikan yang seimbang dan menekan pengeluaran. Hubungan
panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk keadaan ikan baik itu dari
kondisi ikan itu sendiri dan kondisi luar yang berhubungan dengan ikan tersebut.
Diantaranya adalah keturunan, umur, parasit dan penyakit (Efendiansyah, 2018).
2.3.7 Sebaran Frekuensi Panjang
Sebaran frekuensi panjang adalah distribusi ukuran panjang pada
kelompok panjang tertentu. Sebaran frekuensi panjang deidapatkan dengan
menentukan nilai tengah kelas dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang.
Sebaran kelas, nilai tengah kelas dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang.
Sebaran frekuensi ikan terlihat karena adanya pergeseran sebaran ukuran
panjang total dan perbedaan ukuran panjang. Perbedaan tersebut diduga karena
beberapa faktor yaitu keturunan, jenis kelamin dan umur. Sedangkan faktor luar
yaitu disebabkan oleh jumlah individu dalam ekosistem sehingga terjadi kompetisi
dalam mendapatkan makanan (Langler et al., 1997 dalam Mas’ud, 2015).

Data Frekuensi panjang digunakan untuk metode pendugaan


pertumbuhan selain metode yang lain seperti pembacaan umur. Jika metode
pembacaan umur tidak bisa digunakan, maka metode pendugaan pertumbuhan
berdasarkan data frekuensi merupakan opsi yang paling memungkinkan. Data
Frekuensi panjangyang dijadikan contoh dan dianalisa dengan benar dapat
memperkirakan parameter pertumbuhan yang digunakan dalam pendugaan stok
spesies tunggal (Sparre dan Venema, 1999).

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian


3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.3 Metode Penelitian
3.4 Metode Pengambilan Data
3.4.1 Data Primer
3.4.2 Data Sekunder
3.4.3 Prosedur Penelitian
3.5 Prosedur Penelitian
3.6

Anda mungkin juga menyukai