Anda di halaman 1dari 7

PAPER ILMU KONSERVASI GIGI III

Pengukuran Panjang Kerja Pada Perawatan Saluran Akar

Oleh:

Eka Sriwahyuni Rahman

15/377695/KG/10191

DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau mungkin lebih. Karies gigi merupakan suatu penyakit
jaringan keras gigi yang melibatkan email, dentin dan juga pulpa (Sluder,
1985). Adanya kerusakan pada gigi, baik oleh karena karies maupun karena
trauma dapat berakibat tergganggunya fungsi gigi secara maksimal. Kerusakan
gigi dapat diawali dengan keradangan pulpa dan bila tidak dilakukan perawatan
dapat berlanjut dengan kematian pulpa atau yang dkenal dengan nekrosis
(Cheung 2005).
Gigi yang mengalami nekrosis memerlukan perawatan saluran akar, yang
bertujuan untuk membersihkan ruang pulpa dari jaringan pulpa yang telah
terinfeksi, kemudian membentuk saluran akar untuk obturasi agar terbentuk
apical seal (Eccless, 1994). Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis
dengan maksud untuk mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi
yang rusak dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya, tanpa gajala,
dapat berfungsi kembali dan tidak ada tanda-tanda kelainan patologis. Gigi
yang rusak biasa dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan di dalam
rongga mulut selama akarnya terletak pada jaringan penyangga yang sehat
(Bence, 1990). Prinsip perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap yaitu
pembersihan dan preparasi, sterilisasi dan pengisian saluran akar (Grossman
dkk, 1995).
Perawatan saluran akar dikatakan berhasil bila dalam waktu observasi
minimal satu tahun tidak terdapat keluhan dan lesi periapikal yang ada dapat
berkurang atau tetap. Penyebab kegagalan PSA sangat banyak antara lain
obturasi yang tidak sempurna, perforasi akar, resopsi akar eksternal, lesi
periodontal-periradikuler, overfilling, tertinggalnya instrument yang patah
dalam saluran akar, perforasi dasar foramen nasalis dan kebocoran koronal
(Hoen dan Frank, 2002).
Metode yang sering digunakan untuk mengukur panjang kerja pada
saluran akar adalah dengan metode radiografik dan elektrolik (Plotino dkk,
2006). Salah satu factor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran
akar adalah ketepatan pengukuran panjang saluran akar gigi untuk menghindari
terjadinya overfilling atau underfilling saat pengisial gutta percha . Maka dari
itu penulis ingin menjelaskan mengenai cara pengukuran panjang kerja agar
tidak terjadi kesalahan lagi.

B. Tujuan
Tujuan penyusunan paper dengan judul Pengukuran Panjang Kerja agar
dapat mengetahui tahap-tahap pengukuran panjang kerja pada perawatan
saluran akar dengan baik dan benar.

C. Manfaat
Manfaat dari penyusunan paper ini agar dapat memberitahukan kepada
pembaca tentang tahap-tahap pengukuran panjang kerja pada perawatan saluran
akar.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi
Menurut glosarium endodontic, panjang kerja didefinisakan sebagai jarak dari
titik rujukan koronal ke titik dimana persiapan dan perolehan kanal harus di akhiri.
Titik referensi terdapat pada permukaan oklusal atau incisal pada gigi yang dilakukan
pengukuran. Syaratnya :
- Harus stabil dan mudah divisualisasikan selama persiapan
- Biasanya merupakan titik tertinggi pada tepi incisal gigi anterior dan bukal
cups gigi posterior
- Seharusnya tidak ada perubahan pada panjang kerja. Oleh karena itu dalam
kasus gigi dengan bukal cups yang rusak dan tambalan, harus dikurangi
sebelum persiapan akses.
(Gard & Gard, 2014)

B. Instrumen Pengukur Panjang Kerja


Untuk mengukur panjang kerja, ada empat alat yang digunakan, yaitu :
1. Foto rontgen, yaitu gambaran radiografi dari gigi yang akan dirawat
2. Instrument intrakanal yang dilengkapi dengan stopper karet
3. Penggaris endodontic
4. Endodontic meter (endometri)

Untuk mendapatkan jalan masuk ke korona yang memadai dan


mengeksplorasi saluran akar, serta mencapai keberhasilan terapi, kita harus
mengetahui ukuran panjang gigi yang akurat sebelum dilakukan preparasi.
Panjang gigi adalah jarak yang diukur dari ujung akar gigi sampai puncak
tertinggi mahkota gigi yang terlihat melalui foot rontgen, sedangkan panjang
kerja adalah jarak antara titik refrensi dengan titik yang terletak kira-kira 0,5 mm
dari apeks.
Titik refensi merupakan titik yang ditetapkan pada edge incisal gigi anterior,
sedangkan pada gigi posterior pada tonjol gigi. Kadang-kadang dapat juga dipakai
titik pada cingulum atau tepi kavitas. Ingle mengatakan bahwa panjang kerja
adalah ukuran dari incisal atau ujung tonjol sampai pertautan semento-dentin,
sedangkan menurut Grossman, pengukuran panjang kerja harus sedikit lebih
pandek dari ujung akar gigi. Ahli lain seperti Bruke mengatakan bahwa panjang
kerja adalah notasi foramen apical yaitu 0,4- 0,7 mm dari ujung akar gigi,
sedangkan Kuttler mengatakan pengukuran panjang kerja adalah diatas pertautan
semento-dentin lebih kurang 0,75 mm dari ujung akar gigi.
Panjang kerja harus ditentukan dengn tepat sehingga instrumentasi berlebih
yang melukai jaringan periapeks dapat di hindari. Jika terjadi instrumentasi
berlebihan, maktriks dentin yang dibutuhkan untuk menahan bahan pengisi saluran
akar akan hilang dan pengisian berlebih akan mudah terjadi. Demikian juga
sebaliknya, jika terjadi instrumentasi yang kurang, berarti operators meninggalkan
jaringan pulpa yang nekrosis yang mungkin akan menyebebakan peradangan
terus-menerus setelah perawatan selesai (Tarigan, 2006).

C. Tahap-tahap Pengukuran Panjang Kerja


- Sebelum open acces¸ cups yang mengalami fraktur, restorasi yang mengalami
karies di kurangi terlebih dahulu untuk menghindari email yang melemah
selama perawatan. Ini akan menghindari hilangnya titik refrensi dan ini
panjang kerja awal.
- Setelah itu mengukur estimasi panjang kerja dari radiograf periapikal pasca
dilakukan preparasi
- Sesuaikan rubber stop pada instrument dengan memperkirakan panjang kerja
ini dan di letakkan di canal pulpa sampai dengan rubber stop sudah sesuai
- Setelah itu ambil kembali radiograf
- Pada radiograf tersebut di ukur panjang instrument. Jika pada radiograf terjadi
over instrument/under instrument, panjang kerja di kurangi atau di tambahkan
untuk mendapatkan panjang kerja yang baru
- Setelah itu jangan lupa untuk menyesuaikan letak rubber stop
- Panjang kerja yang benar pada akhirnya lalu di hitung dengan mengurangi 1
mm dari panjang kerja yang baru (Gard & Gard, 2014).
Daftar Pustaka

Bence R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, Edisi ke- 1. UI-Press. Jakarta. hal.
80-82.

Cheung WA, 2005, Review of the management of endodontically treted teeth: post,
core and the final restoration, JADA, 136: 611-619.

Eccless JD, Green RM. 1994. Konservasi gigi (terj). Ed 2. Jakarta: Penerbit
Universitas; hal. 145-150.

Gard N & Gard A, 2014, Textbook of Endodontic ed3, New Delhi, Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) LDT, hal 238 -239

Grossman Li, Oliet S, and Rio CED, 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek. Alih
Bahasa Rafiah Byono. EGC. Jakarta, hal.196-247

Hoen MM, Frank E., 2002, Contemporary endodontic retreatments: An analysis based
on clinical treatment findings, Journal Endod.; 28: 834-7

Plotino G, Grande N, Brigante L, Lestri B, Somma F., 2006, Ex vivo accuracy of three
electronic apex locator: Root ZX, Elements Diagnotic Unit and Apex
Locator and ProPex ;39:408-14

Sluder Jr Tb, 1985, Clinical dental anatomy, histology, physiology and occlusion. In
Studervant CM, Heymann HO, Studervant JR. The art and science of
operative dentistry. Ed 2. St. Louis: The CV. Mosby Company.

Tarigan R., 2006, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti) Ed. 2, Jakarta, EGC, hal. 70-72

Anda mungkin juga menyukai