Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) : 80-90 (2016) ISSN : 2303-2960

PEMELIHARAAN IKAN NILA DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA PADA


BUDIDAYA SISTEM AKUAPONIK

Maintenance of Tilapia with Different Stocking Density in Aquaponic System

Juardi Zalukhu1, Mirna Fitrani1*, Ade Dwi Sasanti1


1
PS.Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : fitranimirna@gmail.com

ABSTRACT
Aquaponic is a farming system that use water continuously from fish rearing to the
plant and conversely. Aquaponic system aims to reduce the level of ammonia produced by
fish feces and feed waste then maintain oxygen level in recycling water through an existing
system. Determination of the optimal stocking density in aquaponic will ensure the best
survival and growth of fish. The research was conducted since March to April 2016 at the
Laboratory of Aquaculture, Aquaculture Study Program, Faculty of Agriculture, Sriwijaya
University, Indralaya. This research used a completely randomized design (CRD) with four
treatments with three replications of stocking density 100, 150, 200, dan 250 fish/m2.
Based on observations during the study, the highest percentage for survival rate was
84.67% (P2=150 fish), whereas growth for the highest percentage of both absolute weight
and lenght were 1.42 g and 1.52 cm (P1=100 fish), however there were no significan
differences between P1 dan P2. Plant growth data show that the best growth was in P3
(200 fish). Based on research results, P2 (150 fish) wassugested to apply for the tilapia in
aquaponic system.

Key words : Aquaponic,Tilapia, Stocking density

PENDAHULUAN perikanan secara bersamaan pada lahan


dan ketersediaan air yang terbatas.
Akuaponik merupakan suatu Teknologi inimerupakan teknologi terapan
kombinasi sistem akuakultur dan budidaya hemat lahan dan air dalam budidaya ikan
tanaman hidroponik. Pada sistem ini, ikan sehingga dapatdijadikan sebagai suatu
dan tanaman tumbuh dalam satu sistem model perikanan khususnya di perkotaan
yang terintegrasi, dan menciptakan suatu (Nugroho dan Sutrisno, 2008). Sistem
simbiotik antara keduanya. Teknologi akuaponik akan mendekati sistem yang
akuaponik merupakan salah satu alternatif alami dalam budidaya tanaman ataupun
untuk mendapatkan hasil pertanian dan ikan. Sehingga kedua sistem itu saling

80
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

melengkapi satu sama lain. Menurut kompetisi untuk mendapatkan pakan dan
Wijayani dan Indradewa (1998) dalam ruang gerak. Perbedaan dalam
Wasonowati et al. (2013)unsur N yang memanfaatkan pakan serta ruang gerak
berasal dari hasil oksidasi NH3 merupakan mengakibatkan pertumbuhan ikan
unsur yang sangat penting bagi bervariasi. Menurut Nugroho dan Sutrisno
pertumbuhantanaman. Amonia dioksidasi (2008), padat tebar untuk pemeliharaan
menjadi nitrit oleh bakteri Nitrosomonas ikan nila adalah 100 ekor/m2dengan ukuran
yang kemudiandalam kondisi aerob nitrit panjang 1-3 cm.
dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri Dengan demikian, pemeliharaan ikan nila
Nitrobacter. Nitratyang dihasilkan dengan padat tebar yang berbeda pada
digunakan untukpertumbuhan tanaman sistem akuaponik diduga berpengaruh
(Saptarini, 2010). terhadap kelangsungan hidup dan
Salah satu jenis ikan yang dapat pertumbuhan ikan nila. Tujuan dari
dibudidaya dalam sistem akuaponik adalah penelitian ini adalah untuk mengetahui
ikan nila.Dalam budidaya ikan nila, salah padat tebar terbaik ikan nila dengan sistem
satu hal yang perlu diperhatikan adalah akuaponik sehingga menghasilkan
jumlah padat tebar. Menurut Harper dan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
Pruginin (1981) dalam Wicaksono (2005), nila tertinggi.
jumlah ikan yang ditebar bergantung pada
produktivitas kolam seperti kuantitas, BAHAN DAN METODA
kualitas dan tingkat manajemen (aerasi,
aliran air, dan sebagainya). Menurut Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Diansari et al. (2013), peningkatan padat Maret sampai dengan April 2016 di
tebar hingga mencapai daya dukung Laboratorium Budidaya Perairan, Program
maksimum akan menyebabkan Studi Budidaya Perairan Fakultas
pertumbuhan ikan menurun. Peningkatan Pertanian, Universitas Sriwijaya,
padat penebaran akan diikuti juga dengan Inderalaya.
peningkatan jumlah pakan, buangan Alat-alat yang digunakan dalam
metabolisme tubuh, konsumsi oksigen, dan penelitian ini adalah sebagai berikut;
dapat menurunkan kualitas air. Selain itu kolam terpal, pipa paralon, mistar, blower,
permasalahan yang timbul akibat ikan netpot, pompa, selang, termometer, pH-
ditebar dalam keadaan padat adalah meter, DO-meter, spektrofotometer,

81
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

timbangan dan zeolit. Bahan yang dilakukan pemasangan atap menggunakan


digunakan dalam penelitian ini adalah terpal berwarna transparan dan dilapisi
sebagai berikut; benih ikan nila ukuran 3 ± paranet. Hal ini bertujuan untuk
0,5 cm, tanaman selada,rockwool dan pelet melindungi tanaman dan media
komersil. pemelihaan ikan dari hujan dan megurangi
panas matahari ke tanaman. Selanjutnya,
Rancangan Penelitian masing-masing bak diisi air setinggi 50 cm
Penelitian ini dilakukan kemudian wadah pemeliharaan diberi
menggunakan RAL (Rancangan Acak angka berdasarkan rancangan yang telah
Lengkap) yakni empat perlakuan padat ditetapkan. Persiapan selanjutnya yaitu
tebar dengan tiga ulangan. Adapun jumlah pemasangan pompa dan pipa pada masing-
padat tebar ikan yang diujicobakan dapat masing bak dan penyiapan listrik untuk
dilihat pada Tabel 1. menghidupkan pompa. Selama
pemeliharaan, ikan diberi pakan pelet jenis
Tabel 1. Jumlah padat tebar ikan PF 500 dengan kandungan protein 39-41%.
Padat Frekuensi pemberian pakan diberikan dua
Perlakuan Tebar(ekor/m2)
kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari
P1 100
P2 150 dengan dosis 3% dari berat total pada
P3 200 masing-masing perlakuan. Adapun gambar
P4 250
wadah pemeliharaan ikan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Cara Kerja

Persiapan Media dan Pemeliharaan


Ikan
Persiapan wadah pemeliharaan ikan
dilakukan dengan membuat wadah
menggunakan terpal sesuai ukuran yang
Gambar 1. Wadah pemeliharaan ikan
telah ditentukan yaitu 1x1x1 m3 kemudian

82
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

PersiapanBenih dan Media Tanaman digunakan adalah benih yang mempunyai


Persiapan benih selada dilakukan daun yang baik (tidak cacat) dan sudah
dengan melakukan penyemaian bibit terbuka dengan sempurna dan tinggi 4-4,5
terlebih dahulu di media rokwool. Sebelum cm dan mempunyai jumlah daun 3 helai.
bibit disemaikan, rockwool dipotong- Kemudian setiap bibit dipindahkan
potong berbentuk kubus dengan ukuran ±2 kedalam netpot yang telah berisi zeolit
cm kemudian rockwool dibasahi atau pada bagian dasar netpot kemudian
direndam dengan air kemudian dibuat rockwool diletakkan diatas zeolit. Jumlah
lubang-lubang kecil tempat bibit tanaman zeolit pada masing-masing netpot harus
selanjutnya diisi Setiap lubang diisi 2 biji sama yaitu ±30 g. Selain itu zeolit juga
benih tanaman. Setelah lubang terisi, berfungsi untuk menjernihkan air. Adapun
rockwool dibiarkan hingga benih tersebut tahapan persiapanbibit dan media
tumbuh dengan baik dan dilakukan tanamandapat dilihat pada Gambar.2.
penyiraman setiap hari. Benih yang

Proses penyemaian Benih selada Pemindahan bibit ke


benih di rockwool sudah tumbuh netpot dan pada
menjadi bibit bagian dasar dilapisi
zeolit

Gambar 2. Tahap Persiapanbibit dan media tanaman

Pengumpulan Data Kalium permanganat (KMnO4). Adapun


Data yang dikumpulkan dalam jadwal kegiatan pengambilan data selama
penelitian ini adalah data kelangsungan pemeliharaan benih ikan nila dapat dilihat
hidup dan pertumbuhan ikan, pertumbuhan pada Tabel 2.
tanaman, suhu, pH, DO, amonia dan

83
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

Tabel. 2. Jadwal pengambilan data selama penelitian

No. Parameter Jadwal Pengambilan Data (Hari ke-)


1. Kelangsungan hidup 30
2. Penimbanganbobot ikan 1, 10, 20 dan 30
3. Pengukuran tinggi tanaman 1 dan 30
4. pH, DO, amonia 1, 10, 20 dan 30
5. Suhu 1 sampai 30
6. Kalium permanganat (KMnO4) 1 dan 30

Analisis Data
Parameter pertumbuhan, dan Tabel 3. Rerata kelangsungan hidup ikan
nila
kelangsungan hidup ikan nila dianalisis
(BNT(0,05)
secara statistik. Keseluruhan data nilai Rerata (%)
Perlakuan =
tengah dilakukan uji respon pada tingkat 15,3071)
P1 83±6,24 b
kepercayaan 95% menggunakan analisa
P2 84,66±3,70 b
sidik ragam. Jika data menunjukkan a
P3 63±9,17
berpengaruh nyata, maka dilakukan uji P4 55,2±11,28 a
Beda Nyata Terkecil (Hanafiah, 2010).
Alat bantu pengolahan data statistik Berdasarkan hasil analisis ragam

menggunakan program Microsoft Office (Lampiran 1) diketahui bahwa perbedaan

Excel 2007. Data kualitas air dan padat tebar ikan nila pada sistem

pertumbuhan tanaman akan dianalisis akuaponik berpengaruh nyata terhadap

secara deskriptif. persentase kelangsungan hidup ikan nila.


Berdasarkan hasil analisa uji lanjut Beda

HASIL DAN PEMBAHASAN Nyata Terkecil (BNT(0,05)=15,3071) pada


Tabel 4.1. diketahui bahwa perlakuan P4

KelangsunganHidup tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P3,

Adapun data hasil persentase sedangkan perlakuan P3 berbeda nyata

kelangsungan hidup ikan nila selama terhadap perlakuan P1 dan P2. Persentase

pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3. nilai kelangsungan hidup ikan tertinggi
didapat pada perlakuan P2 yaitu 84,67%
dan nilai persentase terkecil terdapat pada

84
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

perlakuan P4 (55,2%). Hal ini diduga Berdasarkan hasil analisis ragam


karena terbatasnya ruang gerak ikan dan (Lampiran 2) diketahui bahwa perbedaan
adanya persaingan ikan dalam padat tebar ikan nila pada sistem
mendapatkan pakan. akuaponik berpengaruh nyata terhadap
Diansari (2013) menyatakan bahwa pertumbuhan bobot mutlak ikan nila.
kepadatan ikan yang terlalu tinggi dapat Berdasarkan hasil analisa uji lanjut Beda
menurunkan mutu air, pertumbuhan ikan Nyata Terkecil (BNT(0,05) = 0,06125)
menjadi lambat,persaingan dalam diketahui bahwa P4 tidak berbeda nyata
memperebutkan ruang gerak, tingkat terhadap P3, P3 tidak berbeda nyata
kelangsungan hidup ikan yang rendah serta terhadap P2, P2 tidak berbeda nyata
dapat mengakibatkan produksi rendah. terhadap P1 sedangkan P1 berbeda nyata
Menurut BSNI (2009), kelangsungan hidup terhadap perlakuan lainnya.
untuk produksi ikan nila pada kolam air Rahmat (2010) dalam Diansari (2013),
tenang adalah >75%. Berdasarkan hal mengatakan bahwa pada padat penebaran
tersebut perlakuan P1 dan P2 memiliki ikan yang tinggi akan mempunyai daya
persentase yang sudah cukup baik. saing di dalam memanfaatkan makanan
dan ruang gerak, sehingga akan
Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Nila mempengaruhi laju pertumbuhan ikan
Adapun data hasil pertumbuhan tersebut.Pertumbuhan ikan terjadi
bobot mutlakikannila selama pemeliharaan karenatersedianya pakan dalam jumlah
dapat dilihat pada Tabel 4. yangcukup, dimana pakan yang
dikonsumsilebih besar dari kebutuhan pokok
Tabel 4. Rerata pertumbuhan bobot mutlak untukkelangsungan hidup (Huet, 1986dalam
ikan nila Mulyadi et al, 2014).

(BNT(0,05)
Perlakuan Rerata (g)
= 0,06125) Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan

P1 1,42±0,060 c Nila
P2 1,41±0,017 bc Adapun data hasil pertumbuhan
P3 1,35±0,016 ab panjang mutlak ikan nila selam selama
P4 1,34±0,017 a
pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 5.

85
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

Tabel 5. Rerata pertumbuhan bobot mutlak internal diantaranya sifat keturunan dan umur,
ikan nila sedangkan factor eksternal yaitu lingkungan
Perlakuan Rerata (g) (BNT(0,05) perairan, pakan dan penyakit. Sedangkan
= 0,06125) menurut Effendie (1979),laju pertumbuhan
P1 1,42±0,060 c dapat dipengaruhi olehmakanan, suhu, umur
P2 1,41±0,017 bc ikan sertakandungan zat-zat hara dalam
P3 1,35±0,016 ab perairan
P4 1,34±0,017 a
Pertumbuhan Tanaman
Berdasarkan hasil analisis ragam Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh
(Lampiran 2) diketahui bahwa perbedaan pertambahan ukuran, berat dan jumlah
padat tebar ikan nila pada sistem daun. Pertumbuhan tanaman merupakan
akuaponik berpengaruh nyata terhadap wujud luar tanaman yang terukur juga
pertumbuhan bobot mutlak ikan nila. dapat dilihat sebagai hasil kerja atau
Berdasarkan hasil analisa uji lanjut Beda interaksi antara sifat (Wasonowati et al.,
Nyata Terkecil (BNT(0,05)=0,06125) 2013). Ada beberapa parameter yang
diketahui bahwa P4 tidak berbeda nyata digunakan sebagai indikator dalam
terhadap P3, P3 tidak berbeda nyata menentukan pertumbuhan tanaman
terhadap P2, P2 tidak berbeda nyata diantaranya tinggi tanaman, jumlah daun
terhadap P1 sedangkan P1 berbeda nyata dan bobot basah. Adapun data
terhadap perlakuan lainnya pertumbuhan mutlak tanaman dapat dilihat
Menurut Kordi (2009), pertumbuhan pada Tabel 6.
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu factor

Tabel 6. Data pertumbuhan mutlak tanaman selama pemeliharaan


Tinggi Tanaman Pertumbuhan Bobot
Jumlah Daun Pertambahan
Perlakuan (cm) Tinggi Batang dan
Jumlah Daun
Awal Akhir Tanaman(cm) Awal Akhir daun (g)
P1 4,2 15,32 11,12 3 8 5 5,93
P2 4,22 17,22 13 3 8 5 7,22
P3 4,28 18,32 14,04 3 9 6 10,62
P4 4,17 14,93 10,76 3 7 4 3,74

86
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

Nilai pertumbuhan tanaman selama dan kualitas tanaman. Namun unsur N


pemeliharaan menunjukkan bahwa merupakan unsur yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman tertinggi terdapat pertumbuhan tanaman karena merupakan
pada perlakuan P3 diikuti dengan bagian penting dari protoplasma, enzim,
perlakuan P2 sedangkan pertumbuhan agen katalis biologis yang berfungsi
tanaman terendah terdapat pada perlakuan mempercepat proses kehidupan. Dalam
P4. Hal ini dapat dilihat pada hasil akhir rangka untuk menyiapkan makanan untuk
penelitian yang terdapat pada Tabel 4.1. tanaman, tanaman juga memerlukan
Dalam sistem akuaponik, efektifitas sistem peranan nitrogen. Peranan nitrogen secara
juga diindikasikan dengan keberhasilan khusus pada tanaman adalah berperan
pertumbuhan tanaman air. Sistem ini dalam pertumbuhan vegetatif tanaman,
memungkinkan tanaman tumbuh dengan memberikan warna pada tanaman, panjang
memanfaatkan unsur-unsur limbah umur tanaman, penggunaan karbohidrat,
budidaya ikan yaitu ammonia yang berasal dan lain-lain (Zailani, 1993 dalam
dari sisa pakan dan sisa metabolisme ikan Nugroho, 2012)..
(Nugroho, 2012).
Menurut Wijayani dan Indradewa Kualitas Air
(1998) dalam Wasonowati et al. (2013) Kualitas air merupakan salah faktor
menyatakan bahwa tanaman selada penting dalam keberhasilan budidaya ikan,
memerlukan unsur hara makro terdiri atas termasuk budidaya ikan nila. Adapun hasil
C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S dan unsur nilai kualitas air yang didapat selama
hara mikro yaitu Mn, Cu, Fe, Mo, Zn, B pemeliharaan benih ikan lele dapat dilihat
sesuai kebutuhan yang telah tersedia di pada Tabel 7.
dalam larutan nutrisi untuk pertumbuhan

Tabel 7.. Kisaran nilai kualitas air selama pemeliharaan ikan nila
KMnO4
Perlakuan Suhu (oC) pH DO(mg.L-1) Amonia(mg.L-1)
(mg.L-1)
P1 28,8-30,8 5,3-6,9 3,02-5,87 0,02-0,16 2,89-5,05
P2 28,8-30,8 5,2-6,7 3,05-5,99 0,02-0,19 2,89-5,31
P3 28,8-30,8 5,2-6,9 3,06-5,71 0,02-0,22 2,89-6,16
P4 28,8-30,8 5,8-6,9 3,08-5,9 0,02-0,26 2,89-6,21

87
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

Berdasarkan data hasil penelitian Kandungan oksigen terlarut


pada Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai merupakan salah satu faktor penting dalam
suhu yang didapat selama penelitian budidaya ikan termasuk ikan nila. Menurut
berkisar antara 28,8-30,80C. Nilai suhu Iqbal (2011), kandungan oksigen yang
yang didapat selama penelitian tidak mencukupi kebutuhan ikan dapat
menunjukkan bahwa suhu selama menyebabkan penurunan daya hidup ikan
penelitian masih dalam kondisi optimal yang mencakup seluruh aktifitas ikan,
untuk kelangsungan hidup serta seperti berenang, pertumbuhan serta
pertumbuhan ikan nila. Kisaran suhu untuk kelangsungan hidup. Kandungan oksigen
produksi ikan nila kelas pembesaran di terlarut selama pemeliharaan berkisar
0 -1
kolam air tenang adalah 25-32 C (BSNI, antara 3-5,99 mg.L . Menurut BSNI
2009) dan menurut Kordi (2009), suhu (2009) nilai oksigen terlarut untuk
optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu produksi ikan nila pada kolam air tenang
25-300C. adalah ≥3mg.L-1.
Nilai pH yang didapat dalam Nilai amonia yang didapat selama
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pH pemeliharaan mengalami peningkatan
pada awal pemeliharaan lebih rendah sampai akhir pemeliharaan. Hal ini diduga
dibandingkan pada akhir penelitian yaitu disebabkan oleh semakin banyaknya
berkisar antara 5,2-6,9. Menurut BSNI jumlah feses ikan yang mengendap
(2009), nilai pH untuk produksi ikan nila didalam air sehingga menyebabkan
pada kolam air tenang berkisar 6,5-8,5. meningkatnya nilai amonia. Nilai amonia
Namun, menurut Kordi (2009), nilai pH air tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu
yang optimal untuk ikan nila adalah 6-8,5 0,26 mg.L-1 dan yang terendah terdapat
dan nilai pH yang masih dapat ditoleransi pada perlakuan P1 yaitu 0,016 mg.L1.
ikan nila adalah 5-11. Hal ini dapat dilihat Menurut BSNI (2009) nilai amonia
dari nilai kelangsungan hidup yang masih produksi ikan nila kelas pembesaran di
tergolong tinggi yaitu 83% pada perlakuan kolam air tenang adalah <0,02 mg.L -1.
P1 dan 84,63% pada perlakuan P2 yang Namun demikian, meskipun nilai amonia
masih tergolong baik untuk pemeliharaan lebih tinggi dari batas yang ditentukan
ikan nila di kolam air tenang yaitu >75% BSNI, nilai tersebut masih dapat
(BSNI, 2009). ditoleransi ikan nila. Hal ini dapat dilihat

88
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

tinggi pada perlakuan P1 dan P2 yaitu bobot mutlak ikan nila. Nilai kelangsungan
masing-masing 83% dan 84,63%. Menurut hidup ikan tertinggi terdapat pada P2 (150
Asmawi (1983) dalamMonalisa dan ekor) dan pertumbuhan mutlak teringgi
Minggawati (2010), menyatakan bahwa ikan nila terdapat pada P1 (100 ekor),
amoniak terlarut yang baik untuk namun untuk hasil pertumbuhan tanaman
kelangsungan hidup ikan nila kurang dari 1 tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan P3
ppm. (200 ekor).
Hasil pengukuran Kalium
permanganat (KMnO4) air masih dalam Saran
kisaran untuk budidaya ikan. Berdasarkan Berdasarkan hasil dari penelitian
Badan Standarisasi Nasional yang telah dilaksanakan, disarankan bahwa
Indonesia/BSNI (2004) menyatakan bahwa padat tebar maksimum untuk budidaya
batas maksimum Kalium permanganat ikan nila menggunakan sistem akuaponik
(KMnO4) di air adalah 10 mg.L-1. Kalium dengan menggunakan tanaman selada
permanganat merupakan oksidator kuat adalah 150 ekor/m2
yang sering digunakan untuk mengobati
penyakit ikan akibat ektoparasit dan
DAFTAR PUSTAKA
infestasi bakteri, terutama pada ikan-ikan
dalam kolam. Meskipun demikian untuk
BSNI 06-6989.22. 2004. Cara Uji Nilai
pengobatan ikan tidak sepenuhnya Permanganat Secara Titrimetri. Badan
Standarisasi Nasional Indonesia.
dianjurkan karena diketahui banyak spesies
Jakarta.
ikan yang sensitif terhadap Kalium
BSNI 7550. 2009. Produksi Ikan Nila
permanganat. (Oreochromis niloticus Bleker) Kelas
Pembesaran di Kolam Air Tenang.
Badan Standarisasi Nasional
KESIMPULAN DAN SARAN Indonesia. Jakarta.
Diansari VR.., Arini E., dan Elfitasari T.
2013. Pengaruh kepadatan yang
Kesimpulan berbeda terhadap kelulushidupan dan
Pemeliharaan ikan nila dengan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus) pada sistem resirkulasi
padat tebar berbeda pada budidaya sistem dengan filter zeolit. Journal of
akuaponik menggunakan tanaman selada Aquaculture Management and
Technology. 2 (3) : 37-45.
berpengaruh nyata terhadap persentase
kelangsungan hidup dan pertumbuhan

89
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zalukhu, et al. (2016)

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Nugroho RA., Pambudi LT., Chilmawati
Yayasan Pustaka Nusatama. D. dan Haditomo AHC. 2012.
Yogyakarta. Aplikasi teknologi aquaponik pada
budidaya ikan air tawar untuk
terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan
optimalisasi kapasitas produksi. Jurnal
ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
Saintek Perikanan. 8(1):46-50.
sistem resirkulasi dengan filter zeolit.
Journal of Aquaculture Management Wasonowati C., Sinar S. dan Ade R. 2013.
and Technology. 2 (3) : 37-45. Respon dua varietas tanaman selada
(Lactuca sativa L.) terhadap macam
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan.
nutrisi pada sistem hidroponik.
Yayasan Pustaka Nusatama.
Agrovigor. 6 (1) : 50-56.
Yogyakarta.
Wicaksono P. 2005. Pengaruh Padat
Erlania R.., Prasetio AB. dan Haryadi H.
Tebar Terhadap Pertumbuhan dan
2010. Dampak manajemen pakan dari
Kelangsungan Hidup Ikan Nilem
budidaya ikan nila (Oreochromis
Osteochilus hasselti C.V. yang
niloticus) di keramba jaring apung
Dipelihara dalam Keramba Jaring
terhadap kualitas perairan danau
Apung di Waduk Cirata dengan Pakan
maninjau. Pusat Riset Perikanan
Perifiton. Skripsi. Institut Pertanian
Budidaya. Jakarta Selatan.
Bogor. Bogor.
Hanafiah K. 2010. RancanganPercobaan.
Widyastuti YR. 2008.Peningkatan
Rajawalipers. Jakarta.
Produksi Air Tawar melalui Budidaya
Iqbal M. 2011. Kelangsungan hidup ikan Ikan Sistem Akuaponik. Prosiding
lele (Clarias gariepinus) pada Seminar Nasional Limnologi IV LIPI.
budidaya intensif sistem heterofik. Bogor : 62-73.
Fakultas Sains dan Teknologi
Widyastuti E. 2013. Pengelolaan Air
Universitas Islam Negeri Syarif
Untuk Budidaya Ikan dan Sayuran
Hidayatullah..
secara Berkelanjutan dengan
Kordi, KMGH. 2009. Budi DayaPerairan. Menggunakan Sistem Aquaponik.
PT Citra AdityaBakti. Bandung. Banjarnegara.
Monalisa S. dan Minggawati I. 2010.
Kualitas Air Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis
sp.) di Kolam Beton Dan Terpal. J. of
Tropical Fisheries. 5 (2) : 526-530.
Mulyadi., Tang U. dan Yani ES. 2014.
Sistem resirkulasi dengan
menggunakan filter yang berbeda
terhadap pertumbuhan benih ikan nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. 2 (2) :
117-124.
Nugroho E. dan Sutrisno. 2008. Budidaya
Ikan dan Sayuran Dengan Sistem
Akuaponik. Penebar Swadaya. Jakarta.

90

Anda mungkin juga menyukai