Ikan Gabus Post Gingiect PDF
Ikan Gabus Post Gingiect PDF
2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11729
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
EFEK GEL EKSTRAK IKAN GABUS (Channa Striata)
TERHADAP JUMLAH SEL MAKROFAG
PASCAGINGIVEKTOMI PADA TIKUS
WISTAR JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
AMALIA KHOIRI SILALAHI
NIM. 130600063
Kata Kunci : Gel Ekstrak Ikan Gabus, Sel Makrofag, Pasca Gingivektomi
Daftar Rujukan : 21 (2001 – 2017)
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
viii
ix
Gambar Halaman
1. Kandungan Gizi Ikan Gabus .................................................... 5
2. Perhitungan Jumlah Sel Makrofag Pascagingivektomi Pada Tikus Wistar
Setelah Pemberian Gel Ekstrak Ikan Gabus menggunakan Uji One Way
Anova........................................................................................ 40
Gambar Halaman
xi
Lampiran
1. Lembar Angaran Biaya Penelitian
2. Lembar Jadwal Penelitian
3. Biodata Peneliti
4. Hasil Analisis Statistik
5. Ethical Cle
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan air tawar dari genus Channa yang
banyak ditemukan di sungai-sungai maupun perairan umum. Genus Channa terdiri
dari 4 spesies yaitu Channa striata (ikan gabus), Channa gachua (ikan bakak),
Channa micropeltes (ikan toman) dan Channa lucius (ikan bujok). Badannya bulat,
pipih pada bagian posterior, punggungnya kecokelatan hampir hitam, bagian perut
putih kecokelatan. Ikan gabus sendiri mempunyai senyawa yang penting bagi tubuh,
seperti protein dan beberapa mineral. Kadar protein ikan gabus mencapai 25,5%
dibandingkan protein ikan lainnya, albumin ikan gabus cukup tinggi mencapai 6,22%
dan daging ikan gabus mengandung mineral seng dengan kadar 1,74 mg/100 gram.1
Menurut penelitian Suprayitno E. (2003), menyatakan bahwa ikan gabus jenis
canna striata sangat kaya akan sumber albumin, salah satu jenis protein penting yang
diperlukan tubuh manusia setiap hari. Sumber albumin ikan gabus sangat baik
digunakan bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan penyembuhan luka
pasca operasi maupun luka bakar.1 Albumin merupakan kandungan protein dengan
volume atau jumlah terbanyak dalam darah. Dalam proses penyembuhan atau pemulihan
luka, albumin sangat berperan penting karena dalam proses metabolisme sel, albumin
berperan dalam pembentukan jaringan sel baru. Oleh karena itu, albumin cocok
digunakan untuk menstimulasi pembentukan sel baru yang rusak akibat pembedahan saat
operasi. Bahkan, di daerah pedesaan, anak laki-laki pasca khitan selalu dianjurkan
mengonsumsi ikan jenis ini agar penyembuhan lebih cepat, wanita habis melahirkan,
dan pasien pasca operasi dianjurkan mengonsumsi untuk mempercepat penyembuhan
luka.1 Salah satunya pada pasien pasca gingivektomi.
Gingivektomi adalah pemotongan jaringan gingiva dengan membuang
dinding lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan keradangan
gingiva sehingga didapat gingiva yang fisiologis, fungsional dan estetik baik.
Walaupun ekstrak ikan gabus (Channa Striata) telah banyak digunakan dalam
terapi di bidang kesehatan, namun belum ada penelitian yang menunjukkan pengaruh
ekstrak ikan gabus (Channa Striata) terhadap jumlah sel makrofag pasca
gingivektomi dan efektifitasnya dalam bentuk sediaan gel. Sehingga peneliti ingin
membuat ekstrak albumin dari ikan gabus dan mengembangkan ekstrak albumin
menjadi gel penyembuh luka pasca gingivektomi dengan melihat jumlah sel
makrofag pada tikus wistar jantan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan gabus dikenal dengan banyak nama lokal dan daerah. Ada yang
menyebutnya sebagai aruan (Melayu dan Banjar), bogo, licingan, kutuk (Jawa),
kocolan (Betawi). Ada beberapa jenis ikan gabus yang umum ditemui di Indonesia.
Pertama adalah channa striata yang banyak ditemuin memiliki ukuran tubuh tidak
terlalu besar. Kedua adalah channa micropeltes atau sering disebut gabus toman yang
merupakan jenis gabus berukuran besar dengan panjang mencapai 1m dan berat 5kg. 7
Adapun secara taksonomi ikan gabus tergolong dalam:8
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Subfilum: vertebrata
Superkelas: pisces
Kelas: Actinopterygii
Superordo: Teleostei
Ordo: Perceformes
Famili: Channidae
Genus: Ophiocephalus
Spesies: Ophiocephalus striatus
Kalium (mg) -
Besi (mg) 0,9
Kalsium (mg) 62
Fosfor (mg) 176
Vit. A (SI) 150
Vit. B I (mg) 0,04
Air (g) 69
Ikan gabus merupakan alternatif lain sebagai sumber protein albumin karena
diketahui mengandung senyawa-senyawa penting bagi tubuh manusia diantaranya
protein yang cukup tinggi, lemak, air dan mineral, terutama mineral Zinc (Zn). Zinc
berfungsi sebagai anti oksidan yang melindungi sel-sel, mempercepat proses
penyembuhan luka, mengatur ekspresi dalam limfosit dan protein, memperbaiki nafsu
makan dan stabilisasi berat badan. Sebagaimana protein ikan pada umumnya, ikan
gabus mengandung tiga jenis protein yaitu protein larut (yang mudah dihilangkan
dengan cara ekstraksi), protein stroma jaringan ikat, dan protein kontraktil.
Sarkoplasma merupakan cairan yang ada di antara myofibril. Protein sarkoplasma
disebut juga miogen termasuk dalam protein ini adalah albumin, mioalbumin,
mioprotein, globulin-X dan miostromin. Albumin, mioalbumin dan mioprotein
mempunyai sifat mudah larut dalam air. Globulin dan miostromin sukar larut dalam
air tetapi mudah larut dalam larutan basa atau asam lemah. Protein ini larut dalam air
dan larutan garam berkekuatan ion rendah (konsentrasi garam 0,5%), dapat
digumpalkan dengan suhu (900 C).
Para peneliti di Asia Tenggara, khususnya Malaysia dan Indonesia, telah
membuktikan bahwa ikan gabus merupakan salah satu ikan penting bagi kesehatan.
Ekstrak ikan gabus dapat dimanfaatkan sebagai pengganti serum albumin yang biasa
digunakan untuk menyembuhkan luka operasi. Untuk memanfaatkan ikan gabus
sebagai obat, ikan diambil ekstraknya dengan cara mengukusnya, lalu menampung
airnya. Air ekstrak langsung diminumkan kepada pasien yang baru operasi.
2.1.1 Albumin
sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh. Ekstrak ikan gabus
mengandung albumin dengan kadar cukup tinggi (2,17± 0,14 g/100ml), lebih tinggi
dibandingkan albumin dalam susu (0,17 g/100ml), tetapi lebih rendah jika
dibandingkan dengan albumin putih telur yaitu 7,74 g/100g. Ekstrak ikan gabus
secara sederhana dapat dilakukan sendiri dirumah tangga. Bagi mereka yang belum
bisa mengkonsumsi makanan berat, dapat merebus ikan gabus hingga sarinya keluar.8
2.2 Gel
2.4 Gingivektomi
Insisi kontiniu dimulai dari daerah paling distal yang akan di gingivektomi
tanpa terputus-putus mengikuti tanda dasar saku ke arah mesial. Sebaiknya pada
insisi diskontiniu insisinya dimulai dari sudut distal gigi paling distal mengikuti tanda
dasar saku menuju sudut distal dari gigi disebelah mesialnya. Insisi selanjutnya
dimulai pada posisi di mana insisi yang pertama menyilang ruang interdental dan
diarahkan ke sudut distal dari gigi berikutnya. Prosedur yang sama diulangi sampai
insisi pada semua daerah yang akan dibedah diselesaikan.
2.5 Makrofag
Makrofag merupakan sel fagosit yang hampir ditemui pada setiap organ
diseluruh tubuh, terutama pada jaringan ikat longgar. Makrofag termasuk
mononuklear fagosit system, makrofag merupakan suatu sistem yang dulu disebut
dengan Retikulo Endotelial System (RES), ini merupakan istilah bersama untuk sel-
sel yang sangat fagositik yang tersebar luas diseluruh tubuh terutama pada daerah
yang kaya akan pembuluh darah. 14
Makrofag terutama berasal dari sel precursor dari sum-sum tulang, dari
promonosit yang akan membelah menghasilkan monosit yang beredar dalam darah.
Pada tahap kedua monosit berimigrasi kedalam jaringan ikat tempat mereka menjadi
matang dan inilah yang disebut makrofag (makro=besar+phagen=makan). Di dalam
jaringan makrofag dapat berproliferasi secara lokal menghasilkan sel sejenis lebih
banyak. Pada penelitian yang terutama menggunakan sel berlabel radioaktif
mendapatkan bahwa kebanyakan bahkan mungkin semua, sel fagostik ini berasal dari
promonosit sel mononuclear yang berasal dari sum-sum tulang. Jadi nama yang
paling cocok untuk system ini adalah Sistem Fagosit. Pada penelitian yang terutama
menggunakan sel berlabel radio aktif, didapati bahwa kebanyakan bahkan mungkin
semua, sel fagostik ini berasal dari promonosi sel mononuklir yang berasal dari
sumsum tulang. Jadi nama yang paling cocok untuk system ini adalah Sistem Fagosit.
Pada penelitian yang terutama menggunakan sel berlabel ardio aktif,
didapati bahwa kebanyakan bahkan mungkin semua, sel fagositik ini berasal dari
promonosi sel mononuklir yang berasal dari sumsum tulang. Jadi nama yang paling
cocok untuk system ini adalah Sistem Fagosit Mononuklir atau lebih sederhana
system makrofag. Sel-sel system makrofag terdapat pada:
1. Jaringan ikat Inggar berupa macrofag atau histiosit
2. Didalam darah berupa monosit
3. Didalam hati melapisi sinusoid dikenal sebagai sel Kupffer
sel, zat inter sel berubah, mikro organisme dan partikel yang memasuki tubuh. Jika
makrofag menjumpai benda yang berukuran besar, makrofag-makrofag bersatu untuk
membentuk sel besar dengan 100 nukleus atau lebih yang disebut dengan sel raksasa
benda asing multi nuklir. Dalam keadaan sehat, makrofag merupakan fase akhir
dalam siklus hidup monosit, setelah meninggalkan sum-sum tulang monosit tinggal
selama 8 – 74 dalam dan melintasi dinding venula atau kapiler untuk menembus
jaringan penyambung, yang akhirnya menjadi makrofag.
Makrofag juga berperan pada reaksi imunologis tubuh, dengan menelan
memproses, dan menyimpan antigen dan menyampaikan informasi kepada sel-sel
berdekatan secara imunologis kompeten (limfosit dan sel plasma). Makrofag
mempunyai reseptor yang mengikat antibody dan makrofag bersenjata demikian
sanggup mencari dan menghancurkan antigen yang khas terhadap antibody itu.
Selama proses infeksi limfosit – T yang terangsang menghasilkan sejumlah limfokin
yang menarik makrofag ketempat yang membutuhkannya dan terus mengaktifkannya.
Makrofag berukuran 10 – 30 mm, bentuk tidak teratur, inti lonjong atau bentuk ginjal
letak exentrik, mengandung granula azurofilik, Makro. Makrofog merupakan sel yang
panjang umurnya dapat bertahan berbulan-bulan dalam jaringan.
Bila cukup dirangsang sel-sel ini dapat bertumbuh besar, membentuk sel
epiteloid (yn epi=diatas + thele = putting + eidos = seperti sel) atau beberapa melebur
menjadi sel datia (sel raksasa) multinukleus, jenis-jenis sel yang ditemukan dalam
keadaan patologis. Makrofag kadang-kadang mempunyai bentuk yang sangat tidak
teratur dengan kaki-kaki palsu yang terjulur keseluruh arah, membran plasma yang
melipat-lipat dan bertonjolan kecil-kecil. Keadaan permukaan demikian itu
membantu perluasan fagositosis dan gerakan sel.
Sajian jaringan dari hewan yang telah disuntik secara vital dengan karbon
koloid atau zat warna koloid seperti biru tripan menampakkan makrofag dengan
kumpulan zat warna tadi dalam vakuol-vakuol dalam sitoplasma.14
Pada saat sel dan jaringan sedang mengalami cedera, terjadi perusakan
sekaligus penyiapan sel yang bertahan hidup untuk melakukan replikasi.17 Menurut
Gillian dkk proses penyembuhan luka terjadi pada awal inflamasi, selanjutnya akan
bersamaan terjadi pada tahap berikutnya. Dalam proses inflamasi terjadi perusakan,
pelarutan dan penghancuran sel atau agen penyebab kerusakan sel. Pada saat yang
sama terjadi proses reparasi yaitu proses pembentukan kembali jaringan rusak atau
proses penyembuhan jaringan rusak. Selama proses reparasi berlangsung, jaringan
rusak diganti oleh regenerasi sel parenkimal asli dengan cara mengisi bagian yang
rusak dengan jaringan fibroblas (proses scarring) atau kombinasi keduanya.
Tahap penyembuhan luka secara berurutan: a) tahap inflamasi atau
keradangan, b) tahap proliferasi atau pembentukan jaringan granulasi, c) tahap
kontraksi luka, termasuk akumulasi kolagen dan remodeling.17
Fase inflamasi terjadi pada hari 0 – 5. Proses penyembuhan terjadi pada saat
terjadi luka. Luka karena pembedahan mengakibatkan kerusakan pada struktur
jaringan dan mengakibatkan perdarahan. Pada awalnya darah akan mengisi jaringan
yang cedera dan terpaparnya darah terhadap kolagen akan mengakibatkan terjadinya
degranulasi trombosit dan pengaktifan faktor Hageman. Hal ini kemudian akan
memicu system biologis lain seperti pengaktifan komplemen kinin, faktor pembekuan
dan pembentukan plasmin. Keadaan ini memperkuat sinyal dari daerah terluka, yang
tidak saja mengaktifkan pembentukan bekuan yang menyatukan tepi luka tetapi juga
akumulasi dari beberapa mitogen dan menarik zat kimia ke daerah luka.
Pembentukan kinin dan prostaglandin menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas dari pembuluh darah di daerah luka. Hal ini menyebabkan edema dan
kemudian menimbulkan pembengkakan dan nyeri pada awal terjadinya luka.
Polimorfonuklear (PMN) adalah sel pertama yang menuju ke tempat terjadinya luka.
Jumlahnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada 24 – 48 jam. Fungsi
utamanya adalah memfagositosis bakteri yang masuk. Adanya sel ini menunjukkan
bahwa luka terkontaminasi bakteri. Bila tidak terjadi infeksi sel-sel PMN berumur
pendek dan jumlahnya menurun dengan cepat setelah hari ketiga.18
Pada setiap kerusakan jaringan ringan, besar maupun kecil, akan diawali
pembentukan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah yang mengisi rongga yang
ditinggalkan jaringan yang rusak dan disebut jaringan granulasi. Secara makroskopik
terlihat warna merah muda, lunak dan granuler. Dalam 3 sampai 5 hari dan berlanjut
hingga 2 minggu bergantung ukuran luka, muncul jenis jaringan khusus yang
mencirikan terjadinya penyembuhan,yang disebut jaringan granulasi. Secara
mikroskopis, jaringan ini ditandai dengan adanya proliferasi fibroblas. 18 Fibroblas
muncul pertama kali secara bermakna pada hari ke 3 dan mencapai puncak pada hari
ke 7.19
Peningkatan jumlah fibroblas pada daerah luka merupakan kombinasi dari
proliferasi dan migrasi. Fibroblas ini berasal dari sel-sel mesenkimal lokal, terutama
yang berhubungan dengan lapisan adventisia, pertumbuhannya disebabkan oleh
sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan limfosit. Fibroblas merupakan elemen
utama pada proses perbaikan untuk pembentukan protein struktural yang berperan
dalam pembentukan jaringan. Fibroblas juga memproduksi kolagen dalam jumlah
besar, kolagen ini berupa glikoprotein berantai tripel, unsur utama matriks luka
ekstraseluler yang berguna membentuk kekuatan pada jaringan parut. Kolagen
pertama kali dideteksi pada hari ke 3 setelah luka, meningkat sampai minggu ke 3.
Kolagen terus menumpuk sampai tiga bulan. Penumpukan kolagen pada saat awal
terjadi berlebihan kemudian fibril kolagen mengalami reorganisasi sehingga
terbentuk jaringan regular sepanjang luka. Proses proliferasi fibroblas dan aktifasi ini
dikenal dengan fibroplasia.19
Tikus Wistar
Jantan (30 ekor)
Gingivektomi
Pengamatan
jumlah sel
makrofag
Analisis data
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan desain Post Test
Control Group Design yaitu dengan melakukan pengukuran atau observasi sesudah
perlakuan diberikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Perlakuan yang digunakan mengacu kepada pengujian langsung gel ekstrak ikan
gabus (Channa Striata) pada konsentrasi 10%, 7,5%, 5%, 2,5% terhadap
penyembuhan luka pasca gingivektomi dan jumlah sel makrofag (jumlah tikus yang
di gingivektomi 30 ekor, 20 ekor diberikan gel ekstrak ikan gabus, 5 ekor sebagai
kontrol dan 5 ekor diberi oxyfresh).
17. Alu
18. Pot plastik
19. Kertas label
20. Kertas perkamen
21. Kertas saring
b) Bahan:
1. Metil paraben
2. Propilen glikol
3. Air suling
4. Carboxyl methyl cellulose (CMC)
5. Ikan gabus
6. Etanol 96%
7. Aluminium foil
A B
C D
b) Bahan:
1. Formalin
2. Ketamin sebagai anastesi
3. Masker
4. Baju bedah
5. Nurse cap
A B
b) Bahan :
1. Bahan dekalsifikasi
2. Haematoksilin – Eosin sebagai pewarna jaringan
3. Xylol
4. Parafin
5. Alkohol
6. Larutan formalin buffer 10% sebagai bahan fiksas
a b
Gambar 8.1 Prosedur pembuatan ekstrak, a. Pemisahan daging dari tulangnya,
b. Pengeringan di atas kertas perkamen.
3. Daging ikan gabus yang sudah kering ditimbang kembali dan dihaluskan
dengan blender. (Gambar 8.1 c)
4. Simplisia lalu dimasukkan kedalam botol kaca dan ditambahkan etanol
96% sebanyak 1,5 liter untuk perendaman. (Gambar 8.1 d)
c d
Gambar 8.1 Prosedur pembuatan ekstrak, c. Daging ikan gabus dihaluskan,
d. Daging ikan gabus direndam dengan etanol.
e f
Gambar 8.1 Prosedur pembuatan ekstrak e. Simplisia di simpan di wadah. f.
simplisia disaring.
g h
Gambar 8.1 Prosedur pembuatan ekstrak. g. hasil saringan dipekatkan dengan alat
penguap vacum rotavator. h. diuapkan diatas waterbath.
i
Gambar 8.1 prosedur pembuatan ekstrak. i. ekstrak dimasukkan kedalam botol
kaca.
b. Pembuatan gel
1. Timbang bahan yang akan digunakan dengan mengunakan neraca
analitik. (Gambar 8.2 j)
2. Kembangkan CMC Na dengan air suling >80°C. (Gambar 8.2 k)
j k
gambar 8.2 prosedur pembuatan gel. j. timbang bahan menggunakan neraca
analitik. k. kembangkan CMC Na dengan air suling.
l m
l m
n
gambar 8.2 prosedur pembuatan gel. l dan m. Larutkan bahan dan ektrak diatas
pemanas air. n.Gel dimasukkan kedalam pot plastik.
o p
gambar 8.3 prosedur gingivektomi. o. tikus dianastesi. p. dilakukan gingivektomi pada
anterior mandibula tikus.
q r
Gambar 8.3 prosedur gingivektomi. q. pemberian gel ekstrak ikan gabus. r.
pengambilan jaringan mandibula tikus.
s
Gambar 8.3 prosedur gingivektomi. s. Perendaman
jaringan dengan formalin
A B
C D
E F
Analisis data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 2. Perhitungan jumlah sel makrofag pascagingivektomi pada tikus wistar setelah
pemberian gel ekstrak ikan gabus menggunakan Uji One Way Anova.
Kontrol 0,8 ± 0,45cd 0,8 ± 0,44cd 1 ± 0,71d 0,6 ± 0,55bcd 0,6 ± 0,55bcd 0,76* ± 0,54
K 2,5 % 0 ± 0a 0 ± 0a 0 ± 0a 0 ± 0a 0 ± 0a 0±0
K 10% 0 ± 0a 0,2 ± 0,45ab 0,2 ± 0,48ab 0 ± 0a 0,2 ± 0,48ab 0,12 ± 0,27 0,000*
BAB 5
PEMBAHASAN
adanya fagositosis lebih banyak terhadap bakteri sehingga pembersihan luka berjalan
lebih cepat.4
Penelitian ini dilakukan eksperimental laboratoris dengan beberapa tahap,
tahap pertama adalah pembuatan gel ektrak ikan gabus, kemudian dilakukan
pembedahan pada satu rahang tikus wistar jantan. Lalu dilakukan pengolesan gel
ekstrak ikan gabus pada bekas luka pada hari 1, 3, 5, 7 dan 14. Pemeriksan histologis
dilakukan dengan miskroskop untuk melihat dan menghitung jumlah sel makrofag
yang ada di daerah luka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat sel makrofag pada
konsentrasi 2,5% pada setiap hari pengolesan. Pada konsentrasi 5% tidak terdapat sel
makrofag pada pengolesan hari ke-5 dan 7. Pada konsentrasi 7,5% tidak terdapat sel
makrofag pada pengolesan hari 3 dan 14. Pada konsentrasi 10% tidak terdapat sel
makrofag pada pengolesan hari ke 1 dan 7. Pada oxyfresh tidak terdapat sel makrofag
pada pengolesan hari ke 14.
Kelompok kontrol menunjukkan makrofag yang lebih banyak dibandingkan
dengan kelompok perlakuan dalam proses penyembuhan luka operasi bedah
gingivektomi, hal ini diyakini karena kandungan albumin dan mineral yang tinggi
pada ekstrak ikan gabus. Peran keduanya sangat penting dalam regenerasi sel yang
sangat erat kaitannya dengan proses penyembuhan luka.
Pada uji One Way Anova didapatkan perbedaan yang signifikan dengan nilai
p=0,000 (p<0,05), sehingga dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk melihat perbedaan
antara tiap konsentrasi. Tabel 1 menunjukkan perbedaan yang nyata pada kelompok
kontrol dan kelompok yang diuji pada setiap konsentrasi. Hasil uji Post Hoc
menunjukkan bahwa semua konsentrasi, yaitu 2,5%, 5%, 7,5%, 10% memiliki
perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol.
Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi gel ikan gabus terbaik adalah
konsentrasi 2,5%, dengan nilai 0 sel makrofag pada hari pertama dan berlanjut ke hari
3, 5, 7 dan 14. Hal tersebut dikarenakan kandungan ekstrak ikan gabus yang berperan
penting dalam penyembuhan luka yakni albumin dan mineral yang terkandung
didalamnya. Adapun fungsi dari albumin telah dipaparkan pada pembahasan
prolin. Hal ini sangat mempengaruhi fibroblas untuk mensintesis kolagen sehingga
mempercepat proses pembentukan jaringan baru pada proliferasi dan maturasi.
Fungsi ketiga dari albumin adalah sebagai sarana pengangkut atau transportasi
nutrisi serta oksigen yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan jaringan baru
pada tahap proliferasi. Nutrisi lain yang terkandung pada fase air ekstrak ikan gabus
adalah vitamin larut air seperti vitamin C serta mineral-mineral. Mineral seng
berperan dalam memperkuat jaringan baru sementara vitamin C berperan dalam
pembentukan kolagen.20
Penyembuhan luka secara normal tampak sangat komplek, dengan melibatkan
sel radang dan faktor- faktor pertumbuhan yang saling mempengaruhi pada setiap
fase penyembuhan. Pembekuan darah yang terdiri dari fibronektin dan fibrin,
merupakan tahap awal yang sangat menentukan dalam proses penyembuhan luka
yang terjadi dalam hitungan menit hingga beberapa jam fase inflamasi akan
didominasi oleh neutrofil dalam waktu beberapa jam hingga beberapa hari untuk
mengeliminasi etiologi infeksi. Neutrofil kemudian digantikan oleh makrofag sebagai
bagian dari fase inflamasi akhir pada 48 – 72 jam setelah terjadi luka untuk
melanjutkan proses fagositosis. Proses diikuti fase proliferasi sel dan pembentukan
pembuluh darah baru yang dikenal dengan jaringan granulasi. Tahap selanjutnya
jaringan granulasi akan diremodeling dengan cara diganti oleh jaringan ikat yang
didominasi oleh fibroblas. Jaringan sekitar luka yang didominasi oleh sel-sel radang
seperti neutrofil dan makrofag dalam jangka waktu cukup lama penyebabkan
pembentukan jaringan ikat akan terhambat.21
Fase proliferasi dimulai pada hari ke-3 sesudah terjadinya jejas, ditandai
dengan terbentuk jaringan granulasi terdiri dari pembuluh darah baru (neovaskular),
fibroblas, dan makrofag. Selanjutnya pada fase pembentukan jaringan, epitelisasi dan
jaringan granulasi akan mengisi dan menutupi daerah luka guna memperbaiki
kepadatan dan kerapatan jaringan. Proses sintesis, remodelling, dan infiltrasi
struktural dari molekul matriks ekstraselular sangat ditentukan pada tahap awal dan
lanjut dari penyembuhan luka. Studi terbaru menunjukkan bahwa makrofag dapat
dijumpai pada beberapa tahap penyembuhan luka yang berbeda dan berpengaruh
BAB 6
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak ikan gabus
dapat menurunkan jumlah sel makrofag.
2. Konsentrasi gel ikan gabus terbaik adalah konsentrasi 2,5%, dengan nilai
0 sel makrofag pada hari pertama dan berlanjut ke hari 3, 5, 7 dan 14.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap ekstrak gel ikan gabus
terhadap konsentrasi < 2,5 untuk mengevaluasi keefektifan gel ekstrak ikan gabus
terhadap penyembuhan luka di rongga mulut.
2. Bau pada gel ekstrak gabus masih seperti bau khas ikan, untuk itu perlu
penelitian lanjutan mengenai bau atau aroma pada gel ekstrak ikan gabus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Peralatan Penelitian
2. Bahan Penelitian
BIODATA PENELITI
A. Identitas Diri
Nama Amalia khoiri silalahi
NIM 130600063
Pekerjaan Mahasiswa
Tempat/tanggal lahir Bandar pulau 21 Agustus 1995
Alamat Jl. Perjuangan komp cellini no b8 Setia budi
No. Hp 081262072885
B. Riwayat Pendidikan
Tingkat SD SMP SMA Universitas
Pendidikan
Nama Sekolah SD Miss Bazzis SMP Negeri 1 SMA Shafiyyatul Universitas Sumatera
Bandar Pulau Amaliyyah Medan Utara
Tahun Masuk 2001 2007 2010 2013
Tahun Lulus 2007 2010 2013 -
2 Pelaksanaan
Penelitian
3 Pembuatan
laporanhasil
penelitian
4 Penggandaan
Laporan