Anda di halaman 1dari 8

Didalam pembangunan masyarakat desa masih terdapat permasalahan yang sangat relevan dibahas,

alasannya. Pertama, dalam dua dasawarsa terakhir, perkembangan pembangunan hanya


berkecimpung di daerah perkotaan sementara secara umum Negara kita Indonesia masih didominasi
oleh pedesaan. Kedua, kendati pada masa pemerintahan Orde Baru telah mencanangkan berbagai
upaya kebijaksanaan dan program pembangunan pedesaan, tetapi secara riil dapat kita lihat bahwa
kondisi social ekonomi masyarakat pedesaan masih sangat jauh dari yang diharapkan
(memprihatinkan).

Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat desa sangat perlu diperhatikan oleh pemerintah dan
perkembangan pembangunan masyarakat pedesaann tidak hanya semata-mata pada sector
pertanian, distribusi barang dan jasa tetapi lebih kepada spectrum kegiatan yang menyentuh
pemenuhan berbagai macam kebutuhan segenap anggota masyarakat sehingga mereka lebih bisa
mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan terlepas dari belenggu structural yang membuat hidup
sengsara. Sementara itu, pembangunan juga perlu diarahkan untuk merubah kehidupan masyarakat
menjadi lebih baik sehingga dapat tercapai tujuan dari ruang lingkup pembangunan pedesaan yang
sangat luas.

Dari perkembangannya, cukup beragam strategi-strategi yang dilakukan oleh Negara-negara


berkembang (termasuk Indonesia) dalam upaya pembangunan pedesaan. Tetapi dalam bacaan ini
hanya membahas beberapa saja.

Pastisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari
kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat berkorban dan berkoordinasi dalam implemetasi
program/proyek yang dilaksanakan.

Dimaklumi bahwa anggaran pembangunan yang tersedia adalah relatif terbatas sedangkan
program/proyek pembangunan yang dibutuhkan (yang telah direncanakan) jumlahnya relative
banyak, maka perlu dilakukan peningkatan pertisipasi masyarakat untuk menunujang implementasi
pembangunan program/proyek di masyarakat.

Anggota masyarakat bukan merupakan proyek pembangunan. Anggota masyarakat daerah


pedesaan sebagian besar terdiri dari petani, yang sebagian besarnya pentani kecil dan sebagian
besarnya merupakan buruh tani. Petani umumnya lemah kedudukannya karena tingkat
pendidikannya dan keterampilannya masih rendah, kemampuan modal dan pemasaran mereka
relative terbatas.

Konsep Pembangunan

Todaro (2000:18), menyatakan bahwa pem¬bangunan bukan hanya fenomena semata, namun
pada akhirnya pembangunan tersebut harus melam¬paui sisi materi dan keuangan dari kehidupan
ma¬nusia. Todaro (2000:20), mendefinisikan pemban¬gunan merupakan suatu proses
multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-
lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan
pemberantasan kemiskinan. Menu¬rut Todaro (2000:21), definisi di atas memberikan be¬berapa
implikasi bahwa:

1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk pen¬ingkatan income, tetapi juga pemerataan.

2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan, seperti peningkatan:


a. Life sustenance : Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

b. Self-Esteem : Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai, dan
tidak “diisap” orang lain.

c. Freedom From Survitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang
tentunya tidak merugikan orang lain.

Konsep dasar di atas telah melahirkan beber¬apa arti pembangunan yang sekarang ini menjadi
popular (Todaro, 2000:24), yaitu:

1. Capacity, hal ini menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau produktifitas.

2. Equity, hal ini menyangkut pengurangan kesen¬jangan antara berbagai lapisan masyarakat dan
daerah.

3. Empowerment, hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi aktif dalam
mem¬perjuangkan nasibnya dan sesamanya.

4. Suistanable, hal ini menyangkut usaha untuk men¬jaga kelestarian pembangunan.

Menurut Rostow dalam Arief (1996: 29) pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih ban¬yak
output yang dihasilkan, tetapi juga lebih banyak jenis output dari pada yang diproduksi sebelumnya.
Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan: masyarakat tradisional,
prakondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kema¬tangan dan masa konsumsi besar-
besaran. Kunci di antara tahapan ini adalah tahap tinggal landas yang didorong oleh satu sektor atau
lebih (Arief, 1996:30). Menurut Gant dalam Suryono (2001:31), tujuan pem¬bangunan ada dua
tahap. Pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan ke¬miskinan.
Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya, maka tahap kedua adalah menciptakan
kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala
kebutuhannya.

Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut, maka banyak aspek atau hal-hal yang harus
diperhatikan, yang di antaranya adalah keterlibatan masyarakat di dalam pembangunan. Sanit
(dalam Suryono, 2001:32) menjelaskan bahwa pembangu¬nan dimulai dari pelibatan masyarakat.
Ada beberapa keuntungan ketika masyarakat dilibatkan dalam per¬encanaan pembangunan, yaitu,
Pertama, pembangu¬nan akan berjalan sesuai dengan kebutuhan masyara¬kat. Artinya bahwa, jika
masyarakat dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, maka akan tercipta kon¬trol terhadap
pembangunan tersebut. Kedua, pem¬bangunan yang berorientasi pada masyarakat akan
menciptakan stabilitas politik. Oleh karena masyara¬kat berpartisipasi dalam perencanaan
pembangunan, sehingga masyarakat bisa menjadi kontrol terhadap pembangunan yang sedang
terjadi. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dalam se¬rangkaian kegiatan untuk
mencapai suatu perubahan dari keadaan yang buruk menuju ke keadaan yang lebih baik yang
dilakukan oleh masyarakat terten¬tu di suatu Negara. Sondang P. Siagian, (1981:21) mendefinisikan
pembangunan adalah: “Suatu usaha atau serangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintahan dalam usaha
pembinaan bangsa.” Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam konsep pembangunan terdapat
dua syarat yang harus dipenuhi yakni: harus ada usaha yang di¬lakukan oleh masyarakat dan
pemerintahnya, dilak¬sanakan secara sadar, terarah dan berkesinambungan agar tujuan dari
pembangunan itu dapat tercapai.

Ciri-ciri dan Prinsip Pembangunan Desa


Pembangunan desa dengan berbagai masalahn¬ya merupakan pembangunan yang berlangsung
me¬nyentuh kepentingan bersama. Dengan demikian desa merupakan titik sentral dari
pembangunan nasi¬onal Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan desa tidak mungkin bisa
dilaksanakan oleh satu pihak saja, tetapi harus melalui koordinasi dengan pihak lain baik dengan
pemerintah maupun masyarakat secara keseluruhan. Dalam merealisasikan pemban¬gunan desa
agar sesuai dengan apa yang diharapkan perlu memperhatikan beberapa pendekatan dengan ciri-ciri
khusus yang sekaligus merupakan identitas pembangunan desa itu sendiri, seperti yang
dikemu¬kakan oleh C.S.T Kansil, (1983:251) yaitu :

1. Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik kesejahteraan maupun as¬pek
keamanan dengan mekanisme dan sistem pelaksanaan yang terpadu antar berbagai keg¬iatan
pemerintaha dan masyarakat.

2. Perpaduan sasaran sektoral dengan regional dengan kebutuhan essensial kegiatan masyara¬kat.

3. Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan pedesaan termasuk desa-desa di


wilayah kelurahan.

4. Satu kesatuan pola dengan pembangunan na¬na¬sional dan regional dan daerah pedesaan dan
daerah perkotaan serta antara daerah pengem¬bangan wilayah sedang dan kecil.

5. Menggerakan partisipasi, prakaras dan swada¬ya gotong royong masyarakat serta mendina¬misir
unsur-unsur kepribadian dengan teknolo¬gi tepat waktu.

Jadi di dalam merealisasikan pembangunan desa itu harus meliputi berbagai aspek, jangan dari satu
aspek saja, agar pembangunan desa itu dapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Pembangunan
desa itu harus meliputi berbagai aspek kehidupan dan penghidupan artinya harus melibatkan semua
kom¬ponen yaitu dari pihak masyarakat dan pemerintah, dan harus langsung secara terus menerus
demi ter¬capainya kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

1. Perencanaan

Dalam pelaksanaan pembangunan perencanaan merupakan proses penting untuk mecapai hasil
yang diinginkan, perencanaan pembangunan desa merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh
pemerintahan desa. Perencanaan pembangunan desa merupakan wujud dari visi misi kepala desa
terpilih yang dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menenagh desa.

Dalam pelaksanaan proses perencanaan tersebut kepala desa harus melibatkan masyarakat sebagai
subyek pembangunan, proses yang melibatkan masyarakat ini, mencakup dengar pendapt
terbukasecara eksstensif dengan sejumalah besar warganegara yang mempunyai kepedulian,
dimana dengar pendapt ini disusun dalam suatu cata untuk mempercepat para individu, kelompok
kelompok kepentingan dan para pejabat agensi memberikan kontribusi mereka kepada pembuatan
desain dan redesain kebijakan dengan tujuan mengumpulkan informasi sehingga pembuat kebijakan
bisa membuat kebijakan lebih baik. (winarso, 2007:64).
Dengan pelibatan tersebut maka perencanaan menjadi semakin baik, aspirasi masyarakat semakin
tertampung sehingga tujuan dan langkah langkah yang diambil oleh pmerintah desa semakin baik
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Senada dengan apa yang disampaiakan oleh Robinson
Tarigan, Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. (Tarigan, 2009:1)

Dalam ketentuan umum permendagri lebih jelas dikatakan pada pasal 1 ayat 10, Perencanaan
pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa
dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangkamencapai tujuan pembangunan
desa.

Pemaparan diatas sangatlahjelas bahwa perencanaan adalah proses penting dalam pelaksanaan
pembangunan dan pelibatan masyarakat merupakan upaya untuk mendekatkan kebutuhan
masyarakat dalam kerangka pilihan keputusan dalam perencanaan.

2. Pembangunan

Pembangunan merupakan sebuah proses kegiatan yang sebelumya tidak ada menjadi ada, atau yang
sebelumnya sudah ada dan dikembangkan menjadi lebih baik, menurut Myrdal (1971)
pembangunan adalah sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Artinya bahwa
pembangunan bukan melulu pembangunan ekonomi, melainkan pembangunan seutuhnya yaitu
semua bidang kehidupan dimasyarakat.(dalam Kuncoro. Mudrajad, 2013:5)

Dalam pelaksanaan pembangunan pelibatan masyarakat sangatlah perlu untuk dilakukan karena
dengan partisipasi masyarakat maka proses perencanaan dan hasil perencanaan sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini sebagaimana pendapat Arif (2006 : 149-150) tujuan pembangunan adalah untuk
kesejahteraan masyarakat, jadi sudah selayaknya masyarakat terlibat dalam proses pembangunan,
atau dengan kata lain partisipasi masyarakat (dalam Suwandi dan Dewi Rostyaningsih)

Dengan peningkatan pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan maka diharapkan hasil
pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan tujuan pembangunan itu sendiri
sebagaimana disebutkan dalam Permendagri 114 Pasal 1 ayat 9. Pembangunan Desa adalah upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Dari uaran tersebut sangatlah jelas bahwa pembangunan yang melibatkan masyarakat secara aktif
akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Perencanaan Pembangunan Desa Sebagai Pedoman Pembangunan Desa

Dengan lahirnya Undang Undang no 6 tahun 2014 tentang desa, semakin nyata bahwa desa
mempunyai kewenangan yang sangat luas dalam mengelola pemerintahannya. Pasal 1 ayat 1
mengatakan peraturan desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dengan kewenangan yang begitu besar maka desa wajib membuat perencanaan pembangunan
dalam bentuk Rencana pembangunan Jangka menengah desa yang dioperasionalkan dalam kegiatan
tahunan dalam bentuk rencana kerja pembangunan tahunan RKP Desa

Dalam proses perencanaan Pembangunan desa yang harus dilihat dan dipahami bahwa Perencanaan
pembangunan desa merupakan suatu panduan atau model penggalian potensi dan gagasan
pembangunan desa yang menitikberatkan pada peranserta masyarakat dalam keseluruhan proses
pembangunan.(Supeno, 2011: 32)

Lebih lanjut supeno(2011:32) mengatakan secara garis besar garis besar perencanaan desa
mengandung pengertian sebagai berikut;

a. Perencanaan sebagai serangkaian kegiatan analisis mulai dari identifikasi kebutuhan


masyarakat hingga penetapan program pembangunan.

b. Perencanaan pembangunan lingkungan; semua program peningkatan kesejahteraan,


ketentraman, kemakmuran dan perdamaian masyarakat di lingkungan pemukiman dari tingkat
RT/RW, dusun dan desa

c. Perencanaan pembangunan bertumpu pada masalah, kebutuhan, aspirasi dan sumber daya
masyarakat setempat.

d. Perencanaan desa menjadi wujud nyata peran serta masyarakat dalam membangun masa
depan.

e. Perencanaan yang menghasilkan program pembangunan yang diharapkan dapat memberikan


dampak terhadap peningkatan kesejahteraan, kemakmuran dan perdamaian masyarakat dalam
jangka panjang.

Dari apa yang dikemukakan oleh Supeno tersebut sangatlah jelas bahwa perencanaan pembangunan
desa harus melalui proses penggalian gagasan, dan melibatkan masyarakat serta mengidentifikasi
sumber daya yang ada.
Pemikiran supeno ini sejalan dengan pendapat Robinson Tarigan (2009:5 empat elemen dasar
perencanaan yaitu; (1)Perencanaan berarti memilih, (2) Perencanaan merupaan alat mengalokasikan
sumber daya, (3) Perencanaan merupkan alat untuk mencapai tujuan, (4) Perencanaan berorientasi
masa depan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu jenis penelitian yang berusaha
memaparkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya dengan tujuan
menggambarkan serta menjelaskan tentang variabel yang diteliti.

Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus dalam penelitian “Evaluasi Program Pembangunan Infrastruktur di Desa Sidorejo
Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara” adalah:

1. Evaluasi program pembangunan infrastruktur:

Layanan program

Pencapaian target program

cStrategi pelaksanaan program

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam Program Pembangunan Infrastruktur di Desa Sidorejo


Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara.

Sumber dan Jenis Data


Setiap penelitian memerlukan data karena data merupakan sumber informasi yang memberikan
gambaran utama tentang ada tidaknya masalah yang akan diteliti. Sumber data penelitian ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder

Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui narasumber dengan cara melakukan tanya jawab
langsung dan dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan fokus penelitian yang
telah dipersiapkan sebelumnya.

Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa Sidorejo sebagai key informan, Kaur
Pembangunan dan staf kantor Desa Sidorejo beserta masyarakat Desa sebagai informan melalui
metode Purposive Sampling dan snowball sampling.

Teknik Analisis Data

Menurut Miles, Huberman dan Saldana (2014:31-33) di dalam analisis data kualitatif terdapat tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu : Data Condensation,
Data Display, dan Conclusion Drawing/Verifications.

1. Kondensasi Data (Data Condensation)

Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan, mengabstrakkan, dan atau
mentransformasikan data yang mendekati keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara
tertulis, transkip wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi empiris lainnya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan dari infomasi yang memungkinkan
penyimpulan dan aksi. Penyajian data membantu dalam memahami apa yang terjadi dan untuk
melakukan sesuatu, termasuk analisis yang lebih mendalam atau mengambil aksi berdasarkan
pemahaman.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusions Drawing)


Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi.
Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir,
tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan,
dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan-tuntutan pemberi
dana.

Kuncoro, Mudrajad (2010;5) masalah, kebijakan, dan politik ekonomika Pembangunan, Penerbit
Erlangga, Jakarta

Winarso, Budi (2007:64) kebijakan public, teori dan proses, Penerbit Media Pressindo, Yokyakarta

Supeno, Wahjudin, (2011) Perencanaan desa Terpadu edisi Revisi, Read, Banda Aceh

Tarigan, Robinson (2009) perencanaan pembangunan wilayah, edisi revisis. Penerbit PT Bumi Aksara,
Jakarta

Suwandi dan Rostyaningsih (2012) perencanaan pembangunan partisipatif di desa surakarta


kecamatan suranenggala kabupaten Cirebon, Journal of Public Policy and
Management, http://ejournal-s1.undip.ac.id/inde

Panduan Integrasi Pembangunan, PNPM Mandiri Perdesaan, Tim Koordinasi PNPM Mandiri
Perdesaan Jakarta 2010

Permendagri 114 Tahun 2014 Tentang pedoman pembangunan Desa

Undang Undang Desa no 06 Tentang Desa

Anda mungkin juga menyukai