8/Sep-Nov/2014
77
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
maupun waktu yang tidak tertentu.3 pekerjanya ialah adanya hak dan kewajiban
Hubungan kerja yang baik akan tercipta jika yang jelas. Hak dan kewajiban perusahaan
adanya komunikasi yang baik antara terhadap pekerjanya, maupun hak dan
perusahaan dengan pekerja. Komunikasi kewajiban pekerja terhadap perusahaan
yang baik akan tercipta bila kontrak-kontrak tempatnya bekerja. Hak dan kewajiban
dalam perjanjian kerja antara perusahaan merupakan landasan yang penting
dengan pekerja jelas. Dimana terdapat terhadap suatu perjanjian kerja.
keseimbangan (equilibrium) antara hak dan Meskipun telah ada beberapa peraturan
kewajiban perusahaan dengan hak dan atau keputusan yang mengatur mengenai
kewajiban pekerja. Di dalam suatu perusahaan dan ketenagakerjaan yang
hubungan kerja antara suatu perusahaan telah dibuat oleh pemerintah, seperti
dalam hal ini adalah antar pengusaha dan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
pekerja/buruh, biasanya dituangkan dalam ketenagakerjaan, namun masih terdapat
suatu perjanjian kerja yang dimana juga pelanggaran-pelanggaran terhadap
berisikan pernyataan akan hak-hak dan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
kewajiban antara kedua belah pihak, serta perusahaan terhadap para pekerja yang
segala akibat hukumnya. Perjanjian kerja bekerja melebihi batas waktu.
biasanya tidak memperkenankan suatu
aturan ataupun syarat yang bertentangan B. RUMUSAN MASALAH
dengan Undang-undang nomor 13 Tahun 1. Apa Hak dan Kewajiban Perusahaan
2003, begitupun untuk aggaran dasar tidak terhadap pekerja yang bekerja melebihi
boleh bertentangan dengan peraturan batas waktu.
perundang-undangan yang berlaku. 2. Bagaimana bentuk perlindungan yang
Akhir-akhir ini terdapat berbagai macam dapat dilakukan Pemerintah terhadap
kejadian yang terjadi akibat dari adanya pekerja yang bekerja melebihi batas
hubungan kerja yang tidak baik. Banyak waktu.
perusahaan yang membuat peraturan
terhadap pekerjanya dengan semena-mena C. METODE PENELITIAN
tanpa memperhatikan peraturan-peraturan Dalam penyusunan skripsi ini penulis
atau kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh menggunakan penelitian hukum normatif
pemerintah. Di zaman sekarang yang makin dengan mengumpulkan peraturan
lama makin berkembang,tentu saja akan perundang-undangan, dan literatur-
membuat pergeseran dan tata kehidupan literatur yang diperoleh sebagai bahan
yang terjadi. Pergeseran yang dimaksud penunjang penuyusunan skripsi melalui
tidak jarang melanggar peraturan studi kepustakaan.
perundang-undangan yang berlaku. Bahan-bahan hukum yang telah
Masalah-masalah diatas yang dilakukan dikumpulkan tentunya berkaitan dengan
oleh perusahaan semakin hari semakin hak dan kewajiban perusahaan serta buku-
banyak dan bervariasi sehingga buku tentang perusahaan dan tenaga kerja.
memerlukan penanganan yang lebih serius. Peraturan perundang-undangan sebagai
Masalah-masalah diatas juga bahan hukum primer dan literatur-literatur
mencerminkan kurangnya perlindungan sebagai bahan hukum sekunder kemudian
terhadap para pekerja. Salah satu solusi dianalisa secara kualitatif.
untuk melindungi perusahaan maupun
3
Sendjun H. Manulang, Pokok-pokok Hukum
Ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka
Cipta,Jakarta, 1987, hal 63.
78
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
79
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
80
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
81
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
dibayar tiga kali upah sejam dan jam Sehubungan hal di atas berikut beberapa
kesepuluh dan kesebelas empat kali hal prinsip tentang pengaturan waktu
upah sejam.8 lembur :
- Memberi kesempatan kesempatan 1. Pengaturan waktu kerja lembur berlaku
untuk istirahat secukupnya untuk semua perusahaan kecuali
- Memberikan makanan dan minuman perusahaan pada sektor usaha tertentu
sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila atau perusahaan tertentu.
kerja lembur dilakukan selama tiga jam 2. Waktu kerja lembur hanya dapat
lebih. 9 dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas)
Secara jelas undang-undang No.13/2003, jam dalam 1 (satu) minggu.
menyatakan bahwa setiap pekerja yang 3. Perusahaan yang mempekerjakan
bekerja atau dipekerjakan melebihi batas pekerja/buruh melebihi ketentuan
waktu yang seharusnya dihitung sebagai waktu kerja wajib membayar upah
waktu lembur. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 lembur.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan 4. Untuk melakukan kerja lembur harus
Transmigrasi Nomor KEP- ada perintah tertulis dari pengusaha dan
102/MEN/VI/2004, pengertian waktu kerja persetujuan tertulis dari perkerja/buruh
lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 yang bersangkutan. Perintah tertulis
(tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat atau persetujuan tertulis dapat dibuat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) dalam bentuk daftar pekerja/buruh yang
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 bersedia bekerja lembur yang
(delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat ditandatangani masing-masing
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) pekerja/buruh dan pengusaha.
hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau 5. Disamping wajib memberikan
waktu kerja pada hari istirahat mingguan kesempatan istirahat secukupnya,
dan atau pada hari libur resmi yang pengusaha wajib memberi makan dan
ditetapkan pemerintah.10 minuman minimal 1.400 kalori apabila
Hal tersebut di atas merupakan kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga)
penjelasan bahwa setiap pekerja yang jam atau lebih.11
bekerja atau dipekerjakan yang telah Pada angka 3 jelas mengatur apabila
melebihi batas waktu kerja yang ditentukan seorang pekerja yang bekerja atau
dalam undang-undang atau peraturan dipekerjakan melebihi batas waktu, maka
khusus perusahaan dihitung sebagai waktu pengusaha ataupun perusahaan harus
lembur.Namun hal ini tidak berlaku apabila menghitung sebagai waktu lembur dan
telah ada kesepakatan khusus antara harus membayar upah lembur sebagaimana
perusahaan atau pengusaha dengan mestinya, untuk cara pembayaran
pekerja yang menyatakan bahwa pekerja upah/gaji lembur telah jelas di atas, yang
bersedia atau mampu melaksanakan tertuang dalam Pasal 11 Kepmen No.102
pekerjaan yang melebihi waktu kerja dan Tahun 2004.
pengusaha bersedia membayarnya dengan
upah atau gaji lebih. 2. Bentuk Perlindungan Yang Dapat
Dilakukan Pemerintah Terhadap
Pekerja Yang Bekerja Melebihi Batas
8
Op.Cit Waktu.
9
Ibid, hal 99
10
Abdul Khakim, Aspek Hukum Pengupahan, PT.
11
Citra Aditya Bakti, Bandung 2006, halaman 29 Ibidop.cit
82
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
83
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
d. upah tidak masuk kerja karena Bentuk perlindungan yang kedua adalah
melakukan kegiatan lain di luar Pengawasan. Semua peraturan yang telah
pekerjaannya; dipersiapkan dan dibuat tentunya akan
e. upah karena menjalankan hak waktu ditindak lanjuti yaitu dengan melakukan
istirahat kerjanya; pengawasan. Pasal 176 sampai 181
f. bentuk dan cara pembayaran upah; Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
g. denda dan potongan upah; Tentang Ketenagakerjaan. Selain tindakan
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan Pengawasan pemerintah sebagai bentuk
dengan upah; upya perlindungan hak perkerja/buruh,
i. struktur dan skala pengupahan yang maka sebagai tindak lanjutnya, pemerintah
proporsional; melakukan upaya penegakan hukum
j. upah untuk pembayaran pesangon; terhadap pelanggaran terhadap peraturan
dan perlindungan terhadap pekerja/buruh.
k. upah untuk perhitungan pajak Sering terjadi pelanggaran yang dilakukan
penghasilan. oleh pihak pengusaha atau perusahan
2. Jaminan Sosial Tenaga dengan melanggar ketentuan yang
Kerja/kesejahteraan Tenaga Kerja. melanggar hak perkerja/buruh sehingga
Menurut Pasal 99 sampai 101 Undang- terjadi ketidakseimbangan yang merugikan
Undang No.13 Tahun 2003 pihak pekerja/buruh. Sebagai contoh
TentangKetenagakerjaan. Menurut pasal adalah masalah mempekerjakanbururh
99 ayat (1) disebutkan bahwa :1) Setiap melebihi batas waktu yang telah dtetapkan,
pekerja/buruh dan keluarganya berhak yang tentunya ini sangat menguntungkan
untuk memperoleh jaminan sosial bagi pihak pengusaha, namun mungkin
tenaga kerja. (2) Jaminan sosial tenaga merugikan bagi pihak Pekerja/buruh. Hal
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat demikian tentunya perlu ditindaklanjuti
(1), dilaksanakan sesuai dengan karna pasti yang muncul
peraturan perundang-undangan yang ketidakseimbangan hak, dimana
berlaku. pekerja/buruh telah bekerja melebihi batas
3. Perlindungan Teknis Tenaga Kerja waktu yang ditetapkan, namun dia tidak
Perlindungan hukum bagi tenaga kerja memperoleh haknya (upah/gaji) yang layak
terutama berkaitan dengan waktu kerja dan untuknya, sedangkan pihak pengusaha
lebih khusus lagi terhadap perlindungan dapat memperoleh keutungan atas dirinya.
tenaga kerja yang bekerja atau Intinya adalah jika seseorang bekerja
dipekerjakan melebihi batas waktu.Langkah atau dipekerjakan telah melebihi batas
atau bentuk pertama yang dapat dilakukan waktu yang ditetapkan, maka sisa waktu dia
oleh Pemerintah yaitu adalah Persiapan. bekerja dihitung sebagai lembur dan pihak
Persiapan yang dimaksud disini adalah perusahaan harus membayar upah lembur.
persiapan atau pembentukan semua Namun hal ini sering diabaikan oleh pihak
istrumen hukum yang mengatur perusahaan atau pengusaha untuk
perlindungan terhadap tenaga kerja. Bukti mengambil keuntungan dari para pekerja
bahwa upaya pemerintah dalam yang masiawam tidak tahu dan mengerti
melaksanakan perlindungan tenaga kerja, akan suatu peraturan. Ini merupakan suatu
yaitu dengan mempersiapkan serta pelanggaran hukum apabila peraturan
membentuk peraturan yang berkaitan waktu kerja ini diabaikan. Upaya Penegakan
dengan hal itu, seperti contoh adalah hukum ketenagakerjaan dapat dilakukan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 melalui Aspek Hukum Pidana, Hukum
tentang Ketenagakerjaan. Perdata, Dan hukum Administrasi.
84
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
PENUTUP B. Saran
A. Kesimpulan Bagi pemerintah agar lebih serius lagi
1. Perusahaan berhak menuntut pekerja dalam melakukan perlindungan terhadap
untuk melaksanakan pekerjaannya hak pekerja/buruh melalui pengawasan
meski sudah melebihi jam kerja yang yang lebih baik lagi, penegakan yang lebih
telah disepakati bersama dalam tegas lagi, serta lebih serius untuk
85
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
86
Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014
87