PENDAHULUAN
macam aset yang terdiri dari aset berwujud maupun tidak berwujud. Investasi aset
diharapkan memberi tambahan nilai bagi pemilik perusahaan. Hal ini dapat
lebih besar di masa yang akan datang (Brealey, Myers, dan Marcus, 2012).
Salah satu bentuk aset perusahaan adalah kas. Ketersediaan kas merupakan
laba (Gill dan Shah, 2012). Manajemen kas perlu dilakukan seoptimal mungkin
dengan cara memastikan ketersediaan kas yang cukup dan juga meminimalkan
yang berkarakteristik unik karena memiliki fungsi ganda bagi perusahaan. Di satu
dari pendapatan bersih setelah pajak untuk menanggulangi biaya tidak terduga
1
(Hendrawaty, 2015). Terdapat dua alasan utama yang mendasari manajemen
dalam kebijakan cash holding yaitu, motif transaksi dan motif berjaga-jaga.
mengkonversi aset jangka pendek menjadi kas. Perusahaan perlu menjaga level
kas. Apabila level kas dalam perusahaan terlalu rendah, performa likuiditas
Disisi lain, kas dipandang sebagai aset tidak produktif. Hal ini karena cash
proyek menguntungkan dengan net present value positif (Al-Najjar, 2013). Cash
holding yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dari nilai optimalnya
(Ozkan dan Ozkan, 2004) serta tindakan yang dapat merugikan perusahaan karena
menurunkan performa laba perusahaan (Ditmar dan Smith, 2007). Kedua temuan
tersebut berlandaskan pada cash flow theory of Jensen yang menjelaskan bahwa
2
cash holding merupakan suatu bentuk moral hazard dari manajemen yang
merger dan akuisisi yang tidak bermanfaat bagi perusahaan (Harford, Mansi, dan
Maxwell, 2008).
yang melebihi hasil estimasi regresi data panel. Dalam uji empirisnya, ditemukan
bahwa excess cash holding dapat menimbulkan masalah keagenan. Efek negatif
excess cash holding ditemukan lebih kuat pada perusahaan yang tidak terkendala
pendanaan (rutin membayar dividen, memiliki aliran kas yang tinggi, memiliki
peluang pertumbuhan yang rendah dan utang yang rendah). Efek negatif excess
cash holding pada nilai perusahaan ditemukan lebih kuat pada perusahaan yang
al. (1999) menggunakan dua pendekatan, yakni teori trade off dan teori pecking
order. Opler et al (1999) tidak menemukan adanya pengaruh agency conflict atas
3
bertentangan dengan cash flow theory of Jensen. Hasil serupa ditemukan oleh
Bates et al. (2009) yang menjelaskan bahwa cash holding di Amerika Serikat
disebabkan penggunaan utang yang menurun drastis selama lima belas tahun
terakhir yang menyebabkan rata-rata rasio utang bersih atau average net debt ratio
(kas minus utang) perusahaan di Amerika Serikat negatif pada periode tahun 2004
hingga 2006.
rasio cash holding yang besar pada perusahaan di Amerika Serikat (Hendrawaty,
2015). Bates et al. (2009) menemukan bahwa rasio cash holding di Amerika
Serikat mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari 10,5 persen pada
tahun 1980 menjadi 23,2 persen pada tahun 2006. Dibandingkan Amerika, cash
holding pada perusahaan di negara anggota Economy and Monetary Union (EMU)
tahun 1987-2000 adalah sebesar 14,08 persen (Ferreira dan Vilela, 2004). Di
Malaysia, rasio cash holding pada tahun 1999 hingga 2000 adalah sebesar 12
selama tahun 2000-2011 berada di kisaran 9.8 persen hingga 13,1 persen.
Menurut Borio (1990) yang dikutip dalam Ferreira dan Vilela (2004), negara
Anglo-Amerika seperti Inggis dan Amerika Serikat memiliki level utang yang
Jerman. Konflik keagenan dan biaya kebangkrutan juga ditemukan lebih tinggi di
negara Inggris dan Amerika Serikat karena kurangnya hubungan jangka panjang
antara debitur dan kreditur. Akibatnya, perusahaan yang beroperasi di Inggris dan
4
Amerika Serikat cenderung meningkatkan cash holding demi mendukung
Sebagian besar hanya menganalisis secara regional kawasan Asia atau Asia
Tenggara. Dari alasan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor apa saja yang menjadi determinan cash holding pada perusahaan di
tentang determinan keuangan pada cash holding, penelitian ini menggunakan lima
variabel yaitu utang, profitabilitas, dividen, modal kerja bersih non kas, dan
ukuran perusahaan.
di Indonesia?
nonkeuangan di Indonesia?
nonkeuangan di Indonesia?
5
4. Apakah modal kerja bersih non kas menonkeuanganmpengaruhi cash
di Indonesia?
di Indonesia
nonkeuangan di Indonesia
nonkeuangan di Indonesia
4. Menganalisis pengaruh modal kerja bersih non kas pada cash holding
nonkeuangan di Indonesia
1. Manfaat Empiris
6
nonkeuangan di Indonesia dan menjadi referensi bagi penelitian
untuk memahami keputusan cash holding yang telah dilakukan. Hal ini
dan tujuan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini memiliki beberapa batasan,
antara lain:
c. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang aktif terdaftar pada Bursa Efek
7
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
1. BAB I: Pendahuluan
Bab ini berisi kajian teori mengenai dasar pemikiran cash holding,
Bab ini berisi metodologi yang digunakan penulis dalam penelitian ini
Bab ini berisi pengujian hipotesis dan pembahasan analisis yang telah
Bab ini berupa kesimpulan atas hasil temuan penulis serta berisi saran
yang diajukan penulis untuk penelitian cash holding di masa yang akan
datang.