Anda di halaman 1dari 17

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya gesek selalu ada dalam kehidupan sehari-hari karena pada setiap
aktifitas yang dilakuan selalu ada sentuhan baik pada makhluk hidup maupun
benda mati. Aktifitas berjalan juga dipengaruhi oleh gara gesek antara kaki
dengan lantai atau tanah. Jika tidak ada gesekan antara kaki dengan tanah, maka
akan licin dan kemungkinan tidak akan bisa berjalan karena tergelincir. Gaya
gesek adalah gaya non konservatif yang bekerja pada dua permukaan yang saling
bergerak satu sama lain (Alonso, 1994).
Pada praktikum “Penentuan Koefisien Gesek Bahan” kali ini, akan dilakukan
perhitungan mengnai waktu yang diperlukan untuk suatu balok dalam melewati
lintasan. Balok tersebut telah diketahui massanya, dan ditentukan jarak
tempuhnya serta sudut kemiringan lintasan. Praktikum ini akan menghitung dan
menentukan koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis.
Gaya gesek timbul ketika dua benda bersentuhan. Contohnya ketika
meletakkan buku diatas meja. Jika buku tidak bergerak dan tidak digerakkan,
disitu masih terdapat gaya gesek, yang disebut gaya gesek statis. Gaya tersebut
akan menjadi gaya gesek kinetis jika buku atau benda tersebut digerakkan. Gaya
gesek selalu diperlukan dalam kehidupan, tanpa adanya gaya gesek mungkin
mobil tidak akan melaju diatas lintasan, manusia tidak bisa berjalan diatas tanah
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai gaya gesek
diperlukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Pemahaman mengenai gaya
gesek berguna untuk menentukan dan menyesuaikan besar dan jenis gaya gesekan
yang diperlukan dalam suatu masalah dikehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum “Penentuan Koefisien Gesek Bahan”
diantaranya:
1. Bagaimana pengaruh massa bahan pada koefisien gesek statisnya?
2. Bagaimana pengaruh landasan pada koefisien gesek statis bahan? Dan
bagaimana ralatnya?
3. Bagaimana perbandingan dari hasil yang diperoleh dengan referensi?
4. Bagaimana pengaruh massa pada koefisien gesek kinetik?

1.3 Tujuan
Tujuan praktikum “penentuan Koefisien Gesek Bahan” berdasarkan rumusan
masalahnya yaitu:
1. Mampu mengetahui pengaruh massa benda pada koefisien gesek statisnya.
2. Mampu mengetahui pengaruh landasan pada koefisien gesek statis bahan.
3. Mampu mengetahui hasil perhitungan yang diperoleh dengan referensi.
4. Mampu mengetahui pengaruh massa beban pada koefisien gesek.

1.4 Manfaat
Pemanfaatan gaya gesek dalam kehidupan dapat dilihat pada sepeda. Adanya
gaya gesek antara rem sepeda dengan roda sepeda menyebabkan rotasi pasa
sepeda semakin pelan. Sehingga laju sepeda juga semakin pelan dan akhirnya
berhenti. Gaya gesek juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contohnya adalah dalam kegiatan berjalan, kita dapat berjalan karena ada gaya
gesek anatara alas kaki dengan lantai. Gaya gesek yang berkerja untuk
menjalankan dan mencegah tergelincir.
BAB 2. DASAR TEORI

Permukaan benda yang meluncur diatas permukaan benda yang lain


keduanya akan saling melakukan gaya gesekan yang sejajar dengan permukaan.
Arah gaya gesek suatu benda berlawanan dengan arah gerak benda pada
relatifnya. Misalkan sebuah balok meluncur dari kanan ke kiri diatas permukaan
bidang, maka gaya gesek yang timbul akan memiliki arah ke kanan. Gaya
horizontal sebuah benda yang beratnya terletak pada permukaan bidang tidak
cukup untuk menggerakkan benda tersebut bila gaya yang diberikan tidak sesuai.
Gaya yang diberikan juga dipengaruhi oleh gaya gesek yang besarnya sama dan
arahnya berlawanan (Francis, 1998).
Gesekan dalam bahasa ilmiahnya yaitu frittion pertama kali dibahas oleh
menteri pendidikan di Inggris pada tahun 1966 yaitu H. P. Jost. H. P. Jost saat itu
memberikan laporan mengenai besarnya energi yang terbuang karena gesekan.
The Jost Report nama laporannya, didalamnya disebutkan bahwa energi yang
hilang di Inggris akibat gesekan setara dengan 1,3 NP atau sekitar 500 juga
poundsterling. Laporan Jost memunculkan istilah baru untuk ilmu tetang gesekan
dan cara menguranginya yaitu Tribology. Tribology berasal dari bahasa Yunani
(tribo : gesekan) yang berarti ilmu yang mempelajari gesekan (frittion),
pelumasan (lubrication) dan aus (wear). Tribology adalah ilmu tentang interaksi
permukaan benda padat yang bergerak dan implikasi yang muncul dari interaksi
tersebut. Tribology bermula pada gesekan dari dua permukaan yang bersentuhan,
sehingga muncul ide untuk melakukan pelumasan agar suatu benda bergerak lebih
mudah (Dowson, 1979).
Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat sentuhan antara permukaan
dua benda dengan arah gaya berlawanan terhadap kecenderungan arah gerak
benda. Balok yang mempunyai berat W diletakkan diatas bidang datar dan balok
tidak diberi gaya lurus, gaya normal (N) yang bekerja pada balok besarnya sama
dengan gaya berat (W) balok sesuai dengan persamaan :
N=W (2.1)
Gaya normal adalah gaya yang ditimbulkan oleh alas bidang tempat benda
terletak yang arahnya tegak lurus terhadap bidang.
N = m g Cos ϴ (2.2)
Persamaan (2.2) merupakan persamaan dari sebuah benda dengan massa (m) yang
terletak pada bidang miring dengan sudut ϴ dan N sama dengan m g cos ϴ
(Zaelani, 2006).
Menurut Sutrisno (1997), gaya gesek dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Gaya gesek statis (fs) yaitu gaya gesekan yang bekerja pada benda dalam
keadaan diam.
2. Gaya gesek kinetis (fk) yaitu gaya gesekan yang bekerja pada benda yang
bergerak.

Gambar 2.1 Jenis Gaya Gesek; a. Gaya Gesek Statis ;b. Gaya Gesek Kinetik
(Sumber: Giancoli, 2001).
Perbedaan antara gaya gesek statis dan gaya gesek kinetik yaitu titik-titik
sentuhan antara benda kedua permukaannya yang tetap atau saling berganti
(Giancoli, 2001).
Gaya gesek yang bekerja pada permukaan benda yang bersentuhan dalam
keadaa belum bergerak disebut gaya gesek statis (fs). Gaya gesek statis
maksimum sama dengan gaya terkecil yang diperlukan untuk benda bergerak.
Gaya gesek yang terjadi pada benda yang telah bergerak, gesekannya terjadi
antara permukaan 2 benda tersebut adalah gaya gesek kinetik (fk). Benda yang
bergerak pada permukaan benda lain dan arah gayanya berlawanan arah terhadap
gerakan benda (Halliday dan Resrick, 2001).
Menurut Zaelani (2006), besar gaya kinetik meningkat apabila gaya gaya
normal meningkat, gaya gesek kintek (fk) berbanding lurus dengan besar gaya
kinetik normal.
Fk = μk N (2.3)
μk adalah konstanta koefisien gesek kinetik. Besar gaya gesek statis fs adalah
Fc = μs N (2.4)
μs adalah konstanta koefisien gesek statis.
BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum “Penentuan Koefisien
Gesek Bahan” adalah:
1. Benda dan bahan yang akan ditentukan koefisien geseknya.
2. 1 set alat bidang miring berfungsi sebagai media peluncur benda yang akan
menimbulkan gesekan terhadap benda.
3. Neraca berfungsi untuk menentukan massa benda atau balok yang akan
ditentukan koefisien geseknya.
4. Stopwatch berfungsi untuk menghitung waktu yang dibutuhkan benda untuk
bergerak atau berjalan diatas bidang miring.
5. Mistar berfungsi untuk mengukur panjang lintasan bidang miring yang dilalui
benda saat meluncur.

3.2 Desain Percobaan


Berikut adalah desain percobaan untuk praktikum “Penentuan Koefisien
Gesek Bahan”.
N
fs

𝜃
W
Gambar 3.1 Pengukuran Koefisien Gesek Statis Permukaan Bidang Miring
(Sumber: Tim Penyusun, 2017)
Keterangan:
N : gaya normal benda terhadap permukaan.
W : gaya berat benda.
Fs : gaya gesek statis.
Ө : sudut kemiringan permukaan
N T T
a
fk
𝜃

W1 W2
Gambar 3.2 Pengukuran Koefisien Gesek Kinetik Permukaan Bidang Miring
(Sumber : Tim Penyusun, 2017)
Keterangan:
N : gaya normal benda terhadap permukaan.
W1 : gaya berat benda 1 (balok)
W2 : gaya berat benda 2 (beban)
Fk : gaya gesek kinetik.
Ө : sudut kemiringan permukaan
T : tegangan tali
a : percepatan

3.3 Langkah Kerja


Langkah kerja pada praktikum “Penentuan Koefisien Gesek Bahan” ini
adalah sebagai berikut.
3.3.1 Menentukan Koefisien Gesek Statis (μs)
Langkah kerja untuk menentukan koefisien gesek statis di antaranya:
1. Ditimbang bahan yang akan ditentukan koefisien gesek statisnya, dicatat
massa bahan.
2. Diletakkan bahan uji diatas bidang miring berlandaskan kayu dengan sudut
kemiringan awa sebesar 0°.
3. Diperbesar sudut kemiringan bidang miring secara perlahan-lahan hingga
bahan tepat mulai meluncur.
4. Dihitung sudut yang dibentuk bidang miring dengan horizontal.
5. Diulangi langkah 2 dan 4 hingga mendapatkan 5 data pengamatan untuk
massa bahan pertama.
6. Ditammbahkan beban yang telah diketahui massanya di atas bahan, kemudian
ulangi langkah 2 sampai dengan langkah 5 untuk 3 kali penambahan beban.
7. Diulangi langkah 1 sampai 6 untuk bahan landasan yang berbeda.

3.3.2 Menentukan Koefisien Gesek Kinetik (μk)


Langkah kerja dalam menentukan koefisien gesek kinetik bahan, yaitu:
1. Ditimbang beban 1 dengan menggunakan neraca.
2. Disusun peralatan seperti pada Gambar 3.2 dengan kemiringan sudut yang
telah ditentukan.
3. Diletakkan benda 1 pada posisi yang sudah ditentukan, dicatat di titik acuan
pada landasan, titik awal benda 1 dan titik lain pada jarak tertentu.
4. Diberikan beban benda 2 seperti Gambar 3.2 dengan sedemikian rupa
sehingga sistem bergerak di percepat.
5. Dicatat waktu yang diperlukan benda 1 untuk bergerak dari titik awal ke titik
acuan yang telah ditentukan.
6. Ditimbang benda 2, dicatat massanya.
7. Diulangi langkah 1 sampai dengan 6 untuk beban yang berbeda.
8. Diulangi langkah 1 sampai dengan 7 untuk sudut kemiringan yang berbeda.
9. Diulangi langkah 1 sampai dengan 8 untuk beban landasan yang berbeda.

3.4 Analisis Data


Analisis data pada percobaan praktikum “Penentuan Koefisien Gesek Bahan”
kali ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Tabel
Tabel 3.1 Koefisien Gesek Statis (Landasan Kayu dan Kaca)
M Ө° μs Δμs I K AP μs ± Δμs
Tabel 3.2 Koefisien Gesek Kinetik (Landasan Kayu dan Kaca)
Ө m1 m2 a μk Δμk I K AP μk ± Δμk

3.4.2 Ralat
𝑠𝑖𝑛𝜃
μs = tan Ө = 𝑐𝑜𝑠𝜃
2
𝑐𝑜𝑠²𝜃+𝑠𝑖𝑛²𝜃
Δμs = √( ) (∆𝜃 2 )
𝑐𝑜𝑠²𝜃
1
ΔӨ = 2 nst
∆𝜇𝑠
I= x 100%
𝜇𝑠

K = 100% - I
∆𝜇𝑠
AP = 1 – log 𝜇𝑠

μs = (μs ± Δμs)

Keterangan:
μs : koefisien gesek statis
Ө : sudut
Δμs : ralat koefisien gesek statis
ΔӨ : ralat sudut
I : ralat nisbi/relatif
K : keseksamaan
AP : jumlah angka penting

1 𝑚2 𝑎
μk = cos 𝜃 ((𝑚1 + 1) (1 − 𝑔) − 1) – tanӨ

𝑠
a = 𝑡2
1
Δm2 = Δm1 = 2 𝑛𝑠𝑡
1 𝑠
Δa = |𝑡 2 | |∆𝑠| |−2 𝑡 2 | |∆𝑡|
1
ΔӨ = 2 𝑛𝑠𝑡
1 𝑎 𝑚2 𝑚2
Δμk = |𝑚1 − | |∆𝑚2| + |𝑚1² 𝑐𝑜𝑠𝜃 + | |∆𝑚1| +
𝑚1 𝑔 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑚1² 𝑔 𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚2 𝑚2 𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑚2 𝑎
|𝑚2 𝑔 𝑐𝑜𝑠𝜃 + | |∆𝑎| + | 𝑐𝑜𝑠𝜃 {(𝑚1 + 1) (1 − 𝑔) − 1} − 1 −
𝑔 𝑐𝑜𝑠𝜃

𝑡𝑎𝑛 𝜃 2 | |∆𝜃|
∆𝜇𝑘
I= x 100%
𝜇𝑘

K = 100% - I
∆𝜇𝑘
AP = 1 – log 𝜇𝑘

μs = (μk ± Δμk)

Keterangan:
μk : koefisien gesek kinetik
Ө : sudut
Δμk : ralat koefisien gesek kinetik
ΔӨ : ralat sudut
m1 : massa benda 1
m2 : massa benda 2
Δm1 : ralat massa benda 1
Δm2 : ralat massa benda 2
g : gaya gravitasi
a : percepatan
s : jarak
t : waktu
Δa : ralat percepatan
Δs : ralat jarak
Δt : ralat waktu
I : ralat nisbi/relatif
K : keseksamaan
AP : jumlah angka penting
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang dapat diambil dari percobaan Penentuan Koefisien Gesek Bahan
antara lain :
Tabel 4.1 Koefisien Gesek Statis
Landasan m (gram) Ө° µs ∆µs I (%) K (%) AP µs ± ∆µs
25 0,13 0,5 3,75 96,25 1 0,13 ± 0,5
171,2 25 0,13 0,5 3,75 96,25 1 0,13 ± 0,5
27 3,27 5,4 1,65 98,35 1 3,27 ± 5,4
37 0,84 0,65 0,77 99,23 1 0,84 ± 065
294,3 38 0,31 0,5 1,62 98,38 1 0,31 ± 0,5
38 0,31 0,5 1,62 98,38 1 0,31 ± 0,5
Kayu
16 0,3 0,5 1,68 98,32 1 0,3 ± 0,5
341,7 16 0,3 0,5 1,68 98,32 1 0,3 ± 0,5
17 3,49 6,14 1,76 98,24 1 3,49 ± 6,14
19 0,15 0,5 3,3 96,7 1 0,15 ± 0,5
465,5 18 1,14 0,86 0,76 99,24 1 1,14 ± 0,86
18 1,14 0,86 0,76 99,24 1 1,14 ± 0,86
34 0,62 0,55 0,89 99,11 1 0,62 ± 0,55
171,2 33 75,3 2836 37,7 62,34 1 75,3 ± 2836
35 0,47 0,52 1,1 98,9 1 0,47 ± 0,52
32 0,66 0,57 0,86 99,14 1 0,66 ± 0,57
294,3 34 0,62 0,55 0,89 99,11 1 0,62 ± 0,55
37 0,84 0,65 0,77 99,23 1 0,84 ± 0,65
Kaca
19 0,15 0,5 3,3 96,7 1 0,15 ± 0,5
341,7 19 0,15 0,5 3,3 96,7 1 0,15 ± 0,5
21 1,53 1,32 0,86 99,14 1 1,53 ± 1,32
21 1,53 1,32 0,86 99,14 1 1,53 ± 1,32
465,5 24 2,13 2,37 1,11 98,89 1 2,13 ± 2,37
25 0,13 0,5 3,75 96,25 1 0,13 ± 0,5

Tabel 4.2 penetuan Koefisien Gesek Kinetik


µk
I K
Landasan m1 (gr) m2 (gr) Ө° a µk ∆µk AP ±
(%) (%)
∆µk
Kayu 171,2 50 0 0,07 0,28 0,5 1,77 98,23 1 0,28
±
0,5
4,57
60 5 0,09 4,57 8,23 1,8 98,2 1 ±
8,23
1,12
70 10 0,08 1,12 0,86 0,77 99,23 1 ±
0,86
0,3
90 0 0,01 0,3 0,5 1,64 98,36 1 ±
0,5
4,54
294,3 100 5 0,08 4,54 8,17 1,8 98,2 1 ±
8,17
1,16
130 10 0,11 1,16 0,88 0,76 99,24 1 ±
0,88
0,28
100 0 0,08 0,28 0,5 1,76 98,24 1 ±
0,5

341,7 160 5 0,06 5 8,95 1,79 98,21 1
8,95
1,37
210 10 0,07 1,37 0,94 0,69 99,31 1 ±
0,94
0,55
100 0 0,21 0,55 0,49 0,9 99,1 1 ±
0,49
5,63
171,2 110 5 0,02 5,63 10 1,78 98,22 1
± 10
1,66
150 10 0,16 1,66 1,04 0,63 99,37 1 ±
1,04
0,54
170 0 0,24 0,54 0,49 0,9 99,1 1 ±
Kaca
0,49
5,73
294,3 200 5 0,08 5,73 10,2 1,78 98,22 1 ±
10,2
1,64
250 10 0,08 1,64 1,03 0,63 99,37 1 ±
1,03
0,62
341,7 220 0 0,16 0,62 0,49 0,8 99,2 1 ±
0,49
6,49
310 5 0,13 6,49 11,5 1,77 98,23 1 ±
11,5
1,92
380 10 0,22 1,92 1,14 0,59 99,41 1 ±
1,14
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini yaitu menentukan koefisien gesek bahan, yang
diukur koefisien gesek statis (μs) dan kinetik (μk) pada balok yang didapatkan
pada hasil tabel seperti diatas. Dalam percobaan kali ini menentukan koefisien
gesek statis dan koefisien gesek kinetis pada balok dengan landasan berbeda yaitu
kaca dan kayu. Berdasarkan percobaan tersebut dapat diketahui bahwa koefisien
gesek yang dilakukan antara balok dengan kayu memiliki gaya statis maksimum
dan gaya kinetisnya lebih besar dari pada kaca. Karena semakin kasar permukaan
benda atau permukaan landasan meluncur, semakin besar pula gaya gesek statis
maksimumnya dan semakin besar pula gaya kinetisnya.
Gaya gesek sebagaimana diketahui arahnya berlawanan dengan gerak benda.
Gaya gesek ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Gaya gesek
benda kecepatannya juga dipengaruhi oleh bidang landasan yang dilewatinya.
Karena ada berbagai macam landasan seperti kayu, kaca dan lain-lain. Namun,
pada kraktikum kali ini yang digunakan sebagai landasan hanya kayu dan kaca.
Hingga satu landasan tersebut bersifat kasar dan satunya lagi bersifat halus.
Suatu landasan yang berbeda akan berpengaruh terhadap kecepatan benda
dari titik awal menuju titik acuan. Terlihat disaat benda meluncur di atas
permukaan kayu yang kasar akan lebih lambat sampai ke titik acuan daripada
benda yang meluncur di landasan kaca yang licin. Baik pada percobaan gaya
gesek statis maupun gaya gesek kinetik.
Selain dipengaruhi oleh landasan permukaan yang dilewati, gaya gesek juga
dipengaruhi oleh sudut yang digunakan. Sebagaimana diketahui, pada percobaan
gaya gesek statis, di mana sudutnya dibuat bermacam-macam. Dari situ terlihat
bahwa semakin tinggi atau semakin besar sudut, maka benda akan meluncur
semakin cepat dari titik awal ke titik akhir. Berdasarkan dengan persamaan yang
telah dibahas di bab sebelumnya, dapat diketahui semakin besar sudut, maka
koefisien geseknya semakin besar pula. Begitu pula sebaliknya. Sedangkan pada
percobaan gaya gesek kinetik, jika sudut diperbesar, maka benda akan lambat
bergerak dari titik awal ke titik acuan, sehingga waktu untuk sampai semakin
lama.
Pada percobaan pertama, yaitu menentukan nilai koefisien gesek statis pada
balok dengan landasan kaca dan kayu dengan dua perlakuan yaitu pertama diberi
beban dan yang kedua diberi penambahan beban, dan ini tidak mempengaruhi
gaya gesek statis. Karena dalam rumusnya dapat dilihat bahwa yang
mempengaruhi yaitu kemiringan beserta sifat permukaan benda (halus atau kasar).
Dimana prinsip kerja gesekan statis yaitu akan timbul ketika benda akan bergerak
dengan sudut tertentu.
Pada percobaan kedua yaitu menentukan nilai koefisien gesek kinetik pada
balok dengan landasan kaca dan kayu juga dengan perlakuan sama ditambah
beban dan satunya juga ditambah beban karena gaya kinetik dipengaruhi oleh
beban maupun massa juga sifat permukaan benda (halus ataupun kasar). Besar
gaya kinetik ini konstan dan selalu lebih tinggi dari besar gaya gesek statis
maksimum, karena ketika kita mendorong benda diatas permukaan yang kasar
yang pada landasan kayu. Pada saat benda belum bergerak kita harus memberikan
gaya tarik yang kuat yaitu pada balok 2 dengan ditambahi beban yang cukup besar
untuk membuatnya bergerak.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikun “Penentuan Koefisien Gesek Bahan” diantaranya:
1. Permukaan landasan yang digunakan mempengaruhi besar koefisien gesek
statis benda.
2. Massa tidak mempengaruhi besar koefisien gesek statis suatu bahan.
3. Kemiringan landasan mempengaruhi besar koefisien gesek statis dan kinetik.
Semakin besar sudut kemiringannya maka semakin besar koefisien gesek
statisnya, namun untuk koefisien gesek kinetik terjadi sebaliknya.
4. Massa mempengaruhi besar koefisien gesek kinetik, baik massa bahan atau
beban yang diberikan.

5.2 Saran
Praktikum selanjutnya agar diharapkan mempersiapkan materi sebelumnya
mengenai percobaan yang akan dilakukan terutama langkah kerja dan prosedur
kerja yang akan dilakukan. Praktikan juga harus lebih memperhatikan intruksi
dari asisten. Praktikan juga harus mengecek kesiapan barang yang akan
digunakan agar tidak terjadi kesalahan data. Kebersihan juga harus diperhatikan,
agar setelah melakukan percobaan laboratorium tetap bersih dan rapi.
DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcello dan Fien Edward J. 1994. Dasar – Dasar Fisika Universitas
Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Downson, D. 1979. History of Tribology. New York : Longman.
Francis. 1998. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Giancolli, Dauglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Halliday, dkk. 2001. Fisika Dasar Edisi ke 1 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sutrisno. 1997. Fisika Dasar Mekanika. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Tim Penyusun. 2017. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember : Universiras
Jember
Zaelani, Ahmad, dkk. 2006. Belajar Itu Berbeda Apa Tidak?. Bandung : Yrama
Widya.

Anda mungkin juga menyukai