STUDI KASUS PADA Ny. “M” UMUR 37 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH
KEPERAWATAN NYERI DENGAN DIAGNOSA MEDIS MYOMA UTERI DAN
ANEMIS DI RUANG DAHLIA II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
GAMBIRAN KOTA KEDIRI
Disusun Oleh:
CAHYA EKA SUDRAJAD
NIM. 12.2.05.01.0005
12.2.05.01.0005
ESUDRAJAD@GMAIL.COM
ABSTRAK
A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
Namun beberapa penelitian mengatakan bahwa mioma muncul dari satu sel ganas yang
berada diantara otot polos dalam rahim. Selain itu adanya faktor keturunan sebagai penyebab
mioma. Pertumbuhan dari mioma uteri diduga berkaitan dengan esterogen. Mioma
maksimal dan dapat bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dimana disaat itu kadar
tahun 2010 diseeluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 760.000 penderita, 585.000 orang
meninggal karena hal tersebut (DepKes 2011). Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-
11,7 % pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Di Surabaya penelitian yang
dilakukan oleh Susilo Raharjo angka jenis mioma uteri sebesar 11,87 dari semua penderita
ginekologi yang dirawat. (Yuad, 2007). Sedangkan menurut Medical Record RSUD
Gambiran Kota Kediri angka kejadian mioma uteri pada tahun 2012 sebesar 29 pasien, 2013
sebesar 50 pasien dan tahun 2014 sebesar 56 pasien yang kesemuanya dirawat di ruang
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktoral. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
progesteron dan human rowth hormone (Kusuma dan Nurarif 2012). Mioma ini sangat jarang
belum memiliki rangsangan esterogen. Sementara itu, pada wanita menopause, mioma
biasanya mengecil karena esterogen sudah berkurang (Manuaba, 2007). Adapun dampak
bila mioma uteri tidak diangkat dapat terjadi pertumbuhan leimisarkoma, nekrosis dan
infeksi.
Untuk mencegah agar tidak terjadi dampak-dampak yang lebih parah maka ada
beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah terapi operatif yaitu
dengan histeroktomitotal. Pada mioma kecil tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan
terapi, hanya diobservasi tiap 3-6 bulan untuk menilai pembesarannya, mioma akan sulit
setelah menopause. Pemberian GNRH agnosis selama 6 minggu, Miomektomi dengan atau
tanpa histeroktomi bila besar uterus melebihi seperti kehamilan 12-14 minggu, radioterapi,
eserogen untuk pasien setelah menopause dan observasi setiap 6 bulan ( Mansjoer, 2008).
Sedangkan peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Mioma Uteri di Ruang Dahlia II
B. Pengumpulan Data
Cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
1. Wawancara (Interview) adalah pengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab (dialog)
HASIL
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan Pengkajian ini harus
dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun
spiritual klien.Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi tentang klien, dan
membuat perumusan masalah yang di alami klien.Pasien dating ke Rumah Sakit Gambiran
dengan keluhan pasien mengatakan datang ke UGD pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 13.00
wib dengan keluhan nyeri perut sebelah kiri dan menjalar sampai pinggang, seluruh badan
menggumpal sejak 3 (tiga) hari tetapi mulai sakit saat menstruasi 4(empat) bulan yang
lalau .
Pada tinjauan pustaka menurut Kusuma dan Nuratif (2012),mioma uteri adalah tumor
jinak dari miometerium (otot rahim). Mioma uteri juga disebut mioma (myom) tumor otot
rahim atau tumor fibroid. Berdasarkan letaknya, mioma uteri bisa dibagi menjadi 3, yaitu
tanda-tanda diantaranya perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid, rasa nyeri
penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum atau organ
pinggul lainnya, menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran
perut bawah perut sebelah rahim terasa kenyal. Sering kali penderita merasa nyeri akibat
dalam rongga rahim. Pasangan suami istri sering kali sulit untuk punya anak (infertilitas)
secara langsung dengan teori tentang tuberkulosis paru, penulis hanya menemukan
Terdapat kesenjangan antara hasil pengkajian secara langsung dengan teori tentang
Myoma Uteri, penulis hanya menemukan sebagian kejadian yang disebutkan pada teori.
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua indikasi dari Myoma Uteri
yang ada dalam teori dapat ditemukan secara langsung pada pasien dengan Myoma Uteri,
begitupun sebaliknya gejala yang tidak ada dalam teori namun dapat ditemukan secara
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual, resiko tinggi ataupun
PadakasusNy. “M” diagnosa yang muncul adalah, nyeri berhubungan dengan penekanan
pada uteri, karena tidak ada data-data subyektif maupun data objektif yang ditemukan
semua kebutuhan pasien akan selalu memerlukan bantuan dari keluarga atau orang lain.
diagnosa lain yang muncul, karena nyeri merupakan diagnosa yang perlu ditangani segera
sebab dalam kasus nyata pasien akan mengalami nyeri yang dapat mempengaruhi tingkat
kenyamanan. Di dalam kasus nyeri merupakan masalah yang kompleks karena dapat
3. RENCANA TINDAKAN
(Nursalam, 2008).
penulis susun antara lain : 1) observasi TTV untuk mengetahui keadaan umum pasien 2)
kaji nyeri dengan PQRST 3) menganjurkan teknik relaksasi dan distraksi, mengajarkan
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa rencana tindakan pada diagnose
umum pasien, kaji nyeri dengan PQRST, Observasi reaksi nonverbal dari
analgesik, gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien. Hal
ini terjadi karena intervensi direncanakan berdasarkan dengan kebutuhan dan masalah
pasien, sehingga intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang dialami pasien.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah
disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan pada diagnosa : pada
tanggal 28 juli 2015 jam 09:00 1) Mengobservasi TTV TD :130/80 mmhg, S: 36,6OC, N:
84 x/mnt, RR:20 x/mnt 2) Melakukan pengkajian nyeri dengan PQRST P : nyeri Q : seperti
Ajarkan pasien tehnik nafas dalam 4) melakukan Kolaborasi pemberian analgesic injeksi
Adapun implementasi yang dapat dilakukan oleh penulis kasus ini, hanya dapat
dilakukan selama 3 hari rawat. Hal ini disebabkan karena secara umum kondisi kesehatan
4. EVALUASI .
(Nursalam, 2008)
Langkah terakhir dari proses keperawatan yang dilakukan pada Ny. M dengan
masalah utama Myoma Uteri adalah dengan melakukan evaluasi dengan cara
membandingkan data yang ada di criteria hasil dengan data dievaluasi (subyektif, obyektif,
assesment/analisa, planning). Evaluasi penulis lakukan sejak tanggal 28-30 Juli 2015
dengan hasil evaluasi pada diagnose keperawatan; nyeri berhubungan dengan penekanan
subyektif S: Pasien mengatakan sudah tidak nyeri pada daerah perut bagian bawah kiri, P :
sudah tidak merasakan nyeri pada daerah perut bagian bawah sebelah kiri S:skala 2, Pasien
sudah tidak tampak meringis kesakitan, pasien sudah tidak tampak memegangi perutnya,
dihentikan. Kekuatan dari evaluasi yang penulis lakukan adalah evaluasi yang dilakukan
penulis sesuai dengan kondisi klien setelah penulis memberikan asuhan keperawatan
selama tiga hari. Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa semua masalah teratasi. Adapun
masalah keperawatan yang telah teratasi adalah sebagai berikut: nyeri berhubungan dengan
KESIMPULAN:
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada Ny.M dengan diagnosa medis MYOMA UTERI dan
Dari data yang ditemukan tidak semuanya ada pada tinjauan pustaka sehingga diperlukan
2. Diagnosa keperawatan
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan harus melihat kondisi pasien. Pada pasien ini
diagnosa prioritas yaitu nyeri berhubungan dengan penekanan uteri ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri pada perut bawah sebelah kiri skala nyeri 7, TD = 130/90
mmHg, Nadi 84x/mnt, Suhu = 36°c, RR = 22x/mnt, konjungtiva anemis, Hb 7,7 g/dl.
3. Intervensi Keperawatan
waktu dan masing-masing tujuan dan kriteria hasil yang telah disesuaikan untuk dapat
4. Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan dalam tinjauan kasus dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun dengan melibatkan pasien, keluarga, dan kolaborasi dengan tim medis lain.
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi ditemukan masalah sudah teratasi. Hal ini disebabkan karena secara
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Hal :
45-47
Nelson. (2008). Mioma Uteri, www.nelsonmiomauteri. Diunduh tanggal 3 Januari 2015 jam
17.00 WIB.
Sarwono Prawirohardjo.