Tugas
Tugas
2.2 Kepemimpinan
Menurut Robbins dalam (Fahmi, 2012) mengatakan bahwa, Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
Menurut Yukl (2010) mendefinisikan kepemimpinan adalah proses untuk
mempengaruhi orang lain untuk memahami dan menyetujui kebutuhan yang harus
dipenuhi dan cara melakukannya, serta proses memfasilitasi individu dan kelompok
berusaha mencapai tujuan bersama.
Soerkarso, et al (2010), menyatakan kepemimpinan (leadership) merupakan
proses pengaruh sosial, yaitu suatu kehidupan yang memengaruhi kehidupan lain,
kekuatan yang memengaruhi prilaku orang lain kearah pencapaian tujuan tertentu.
Bass (2011) mendefinisikan kepemimpinan adalah interaksi dua orang lebih
dalam suatu kelompok terstruktur atau struktur ulang terhadap situasi persepsi dan
harapan anggota. Dua orang itu merupakan pemimpin dengan bawahannya. Keduanya
atau lebih menyamakan persepsi dan harapan agar memiliki pola pikir, pola sikap, dan
pola tindak yang sama dalam memenuhi harapan bersama.
2.3 Gaya Kepemimpinan
Menurut Hasibuan (2011), gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin
mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Robbins (2005), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan
seseorang untuk mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran.
Menurut Soekarso, et al (2010), gaya kepemimpinan adalah perilaku atau
tindakan pemimpin dalam mempengaruhi para anggota / pengikut serta melaksanakan
tugas-tugas pekerjaan manajerial.
Robbins (2008), berpendapat dan mengemukakan adanya tiga gaya kepemimpinan:
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis adalah pemimpin yang cenderung memusatkan
kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus
diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi
partisipasi karyawan.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah:
a. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
b. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu,
sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti.
c. Para anggota karyawan bekerja dengan tim/kelompok yang ditentukan oleh
pemimpin dan pembagian tugas ditentukan oleh pemimpin.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis adalah pemimpin yang cenderung
mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelagasikan
kekuasaan, mendorong pastisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana
metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik
sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis adalah:
a. Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan
dorongan dan bantuan dari pemimpin.
b. Semua kegiatan kerja didiskusikan, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk
pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
c. Para anggota karyawan bebas bekerja sama dengan siapa saja yang mereka
pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire adalah pemimpin yang secara keseluruhan
memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan
keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang karyawannya
paling sesuai.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez-faire:
a. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
b. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
c. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan
dalam segala hal yang mereka anggap cocok.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan adalah cara
yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi kelompok menuju tercapainya
sasaran. Dengan dimensi seperti gaya kepemimpinan otokratis, demokratis, dan
Laissez-faire (Robbins, 2008)
Peluang Karir :
• Kontinuitas pelatihan
• Pengembangan dan bimbingan Penghargaan :
• Perencanaan karir • Gaji dan tunjangan yang
kompetitif
• Perbedaan penghargaan kinerja
Komponen Organisasi : • Pengakuan
• Nilai dan budaya
• Strategi dan peluang
• Dikelola dengan baik dan
Rancangan tugas dan pekerjaan
terorientasi pada hasil
:
• Kontinuitas dan keamanan kerja
• Tanggung jawab dan otonomi
kerja
Hubungan karyawan : • Fleksibilitas kerja
• Perlakuan adil / tidak • Kondisi kerja
diskriminatif • Kesinambungan kerja /
• Dukungan dari supervisor /
manajemen
• Hubungan rekan kerja
1. Komponen Organisasi
Beberapa komponen organisasional mempengaruhi karyawan dalam memutuskan
apakah bertahan atau meninggalkan perusahaan. Perusahaan yang memiliki budaya
dan nilai yang positif dan berbeda mengalami perputaran karyawan yang lebih rendah.
a. Budaya dan Nilai Organisasional
Pola nilai dan keyakinan bersama yang memberikan arti dan peraturan
perilaku bagi organisasional. Ada banyak contoh yang dapat diberikan
mengenai karyawan teknis utama, professional, dan administratif yang
meninggalkan perusahaan karena budaya perusahaan yang tampaknya tidak
menghargai orang dan menciptakan rintangan terhadap penggunaan
kapabilitas individual.
hGaya Kepemimpinan
Retensi Karyawan
Lingkungan Kerja
Non Fisik
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, hipotesis penelitian ditetapkan sebagai
berikut:
Hipotesis Pertama
Ho = Gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap retensi karyawan
Ha = Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap retensi karyawan
Hipotesis Kedua
Ho = Lingkungan kerja non fisik tidak berpengaruh terhadap retensi karyawan
Ha = Lingkungan kerja non fisik berpengaruh terhadap retensi karyawan
Hipotesis Ketiga
Ho = Gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja non fisik tidak berpengaruh terhadap
retensi karyawan
Ha = Gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja non fisik berpengaruh terhadap
retensi karyawan