Anda di halaman 1dari 11

PENGOLAHAN CITRA

“CITRA BINER”

Disusun Oleh :

 Sunarna 12160491
 Mohammad Bagus Nugraha 12160424
 Mohamad Yudha Bayhaky 12160250
 Rendi Saputra 12160299
 Syaepul Widianto 12160361
 Rizaldi Muharam 12160449
 Machrus Ali 12160507
 Achmad Ihsan Fajrin 12160366

Kelas 12.6A.10

Jurusan Teknik Informatika


Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
Nusa Mandiri
Jakarta
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang kami beri judul “PENGOLAHAN CITRA
: CITRA BINER” ini telah terselesaikan.

Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Yahdi Kusnadi, M.Kom sebagai dosen mata kuliah Pengolahan Citra yang
telah memberikan pengarahan dan dorongan dalam penyusunan laporan ini. .
2. Rekan-rekan kelas 12.6A.10 jurusan Teknik Informatika STMIK Nusa Mandiri
Jakarta.
3. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan
pembaca yang membutuhkannya sebagai referensi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran untuk memperbaiki makalah yang
telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah kami susun ini dapat berguna untuk kami sendiri maupun orang
yang membutuhkannya.

Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..... 1


I.2 Rumusan Masalah ….……………………………………………………........... 1
I.3 Maksud dan Tujuan …………………………………………………………...... 2

BAB II LANDASAN TEORI

II.1 Pengertian Citra ………………………………………........................................ 3


II.2 Pengertian Pengolahan Citra ……………………………………….................... 3
II.3 Pengertian Citra Biner ....……………………………………….......................... 4

BAB III PEMBAHASAN


III.1 Konversi Citra Biner ....………………………………………............................ 5
III.2 Penapis Luas ………………………….………………….…………….......…... 5
III.3 Pengkodean Citra Biner ………………………….………………….………..... 6
III.4 Segmentasi Citra Biner ………………………………………............................ 6
III.5 Representasi Wilayah ……………………………………….............................. 6
III.6 Properti Geometri ……………………………………….................................... 7
III.7 Penipisan Pola ………………………………………......................................... 7

BAB IV PENUTUP
VI.1 Kesimpulan ………………………………………............................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi pada masa sekarang telah memasuki era digital.
Proses digitalisasi teknologi juga telah mengubah suatu citra berkembang dan lebih
menarik buat semua orang dalam menggunakan nya. Teknologi semakin menarik
karena adanya multimedia yang membuat sebuah teknologi yang dulunya disajikan
hanya berupa sebuah teks, namun sekarang sudah berupa gambar,musik,videodan
lain lain.
Dalam suatu citra mengandung derajat warna yang berbeda di setiap bitnya
citra warna 16 bit mempunyai di setiap pixelnya memiliki 65.536 warna dan
sedangkan citra warna 24 bit memiliki 16.777.216 variasi warna. Variasi warna ini
lebih cukup untuk memvisualisasikan seluruh warna yang dapat di lihat oleh
manusia.
Bit merupakan jumlah yang digunakan untuk mempresentasikan tiap pixel
banyaknya jumlah bit yang digunakan untuk sebuah pixel, semakin tinggi
kedalaman pixel maka semakin tinggi kualitasnya.
Image resulation yaitu jumlah pixel per inci yang dinyatakan pixel x pixel.
Semakin tinggi kualitas citra, maka semakin bagus kualitas citranya maka semakin
tinggi akan lebih detilnya jika citra di perbesar akan semakin lebih jelas, resolusi
yang tinggi akan menjadi jumlah bit yang diperlukan untuk menyimpan akan
semakin meningkat.
Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai
derajat keabuan yaitu hitam dan putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih
disukai karena memberi kesan yang lebih kaya daripada citra biner, namun tidak
membuat citra biner mati.

I.2 Rumusan Masalah


Terdapat beberapa rumusanmasalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
a. Apa pengertian Citra Biner ?
b. Apa saja jenis – jenis Citra Biner ?

1
I.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengolahan Citra.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Citra Biner.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Citra Biner.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Citra


Menurut Pearson (1991), citra adalah representasi dua dimensi dari dunia
visual, menyangkut berbagai macam disiplin ilmu yang mencakup seni, human
vision, astronomi, teknik, dan sebagainya. Merupakan suatu kumpulan piksel-piksel
atau titik-titik yang berwarna yang berbentuk dua dimensi.

II.2 Pengertian Pengolahan Citra


Pengolahan citra adalah sebuah proses pengolahan yang inputnya adalah
citra. Outputnya dapat berupa citra atau sekumpulan karakteristik atau parameter
yang berhubungan dengan citra. Istilah pengolahan citra digital secara umum
didefinisikan sebagai pemrosesan citra dua dimensi dengan komputer. Dalam
definisi yang lebih luas, pengolahan citra digital juga mencakup semua data dua
dimensi. Citra digital adalah barisan bilangan nyata maupun kompleks yang
diwakili oleh bit-bit tertentu. Pengolahan citra memiliki beberapa fungsi,
diantaranya adalah:
1. Digunakan sebagai proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi
oleh manusia atau komputer.
2. Digunakan untuk Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra
menjadi citra lain. Contoh : pemampatan citra (image compression) Sebagai
proses awal (preprocessing) dari komputer visi .

II.3 Pengertian Citra Biner


Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai
derajat keabuan: hitam dan putih. Pada beberapa aplikasi citra biner masih tetap
dibutuhkan, misalnya citra logo instansi (yang hanya terdiri atas warna hitam dan
putih), citra kode batang (bar code) yang tertera pada label barang, citra hasil
pemindaian dokumen teks, dan sebagainya.

3
BAB III

PEMBAHASAN
III.1 Konversi Citra Biner
Pengkonversian citra hitam-putih (greyscale) menjadi citra biner dilakukan
untuk alasan-alasan sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi keberadaan objek, yang direpresentasikan sebagai
daerah (region) di dalam citra. Misalnya kita ingin memisahkan (segmentasi)
objek dari gambar latar belakangnya. Pixel-pixel objek dinyatakan dengan nilai
1 sedangkan pixel lainnya dengan 0. Objek ditampilkan seperti gambar siluet.
Untuk memperoleh siluet yang bagus, objek harus dapat dipisahkan dengan
mudah dari gambar latar belakangnya.
2. Untuk lebih memfokuskan pada analisis bentuk morfologi, yang dalam hal ini
intensitas pixel tidak terlalu penting dibandingkan bentuknya. Setelah objek
dipisahkan dari latar belakangnya, properti geometri dan morfologi/topologi
objek dapat dihitung dari citra biner. Hal ini berguna untuk pengambilan
keputusan.
3. Untuk menampilkan citra pada piranti keluaran yang hanya mempunyai
resolusi intensitas satu bit, yaitu piranti penampil dua-aras atau biner seperti
pencetak (printer).
4. Mengkonversi citra yang telah ditingkatkan kualitas tepinya (edge
enhancement) ke penggambaran garis-garis tepi. Ini perlu untuk membedakan
tepi yang kuat yang berkoresponden dengan batas-batas objek dengan tepi
lemah yang berkoresponden dengan perubahan illumination, bayangan, dll.

III.2 Penapis Luas


Proses pengambangan menghasilkan citra biner. Seringkali citra biner yang
dihasilkan mengandung beberapa daerah yang dianggap sebagai gangguan.
Biasanya daerah gangguan itu berukuran kecil. Penapis luas dapat digunakan untuk
menghilangan daerah gangguan tersebut. Misalkan objek yang dianalisis diketahui
mempunyai luas yang lebih besar dari T. Maka, pixel-pixel dari daerah yang
luasnya di bawah T dinyatakan dengan 0. Dengan cara ini, daerah yang berupa
gangguan dapat dihilangkan.

4
III.3 Pengkodean Citra Biner
Citra biner umumnya dikodekan dengan metode Run-Length Encoding (RLE).
Metode pengkodean ini menghasilkan representasi citra yang mampat. Dua
pendekatan yang digunakan dalam penerapan RLE pada citra biner:
a. Posisi awal kelompok nilai 1 dan panjangnya (length of runs)
b. Panjang run, dimulai dengan panjang run 1.

III.4 Segmentasi Citra Biner


Proses awal yang dilakukan dalam menganalisis objek di dalam citra biner
adalah segmentasi objek. Proses segmentasi bertujuan mengelompokkan pixel-pixel
objek menjadi wilayah (region) yang merepresentasikan objek.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam segmentasi objek:
1. Segmentasi berdasarkan batas wilayah (tepi dari objek). Pixel-pixel tepi
ditelusuri sehingga rangkaian pixel yang menjadi batas (boundary) antara objek
dengan latar belakang dapat diketahui secara keseluruhan (algoritma boundary
following).
2. Segmentasi ke bentuk-bentuk dasar (misalnya segmentasi huruf menjadi garis-
garis vertikal dan horizontal, segmentasi objek menjadi bentuk lingkaran, elips,
dan sebagainya).

III.5 Representasi Wilayah


Wilayah (region) di dalam citra biner dapat direpresentasikan dalam
beberapa cara. Salah satu cara yang populer adalah representasi wilayah dengan
pohonempatan (quadtree). Setiap simpul di dalam pohon-empatan merupakan salah
satu dari tiga ketagori: putih, hitam, dan abu-abu. Pohon-empatan diperoleh dengan
membagi citra secara rekursif. Wilayah di dalam citra dibagi menjadi empat buah
upa-wilayah yang berukuran sama. Untuk setiap upa-wilayah, bila pixel-pixel di
dalam wilayah tersebut semuanya hitam atau semuanya putih, maka proses
pembagian dihentikan.
Sebaliknya, bila pixel-pixel di dalam upa-wilayah mengandung baik pixel
hitam mapupun pixel putih (kategori abu-abu), maka upa wilayah tersebut dibagi
lagi mejadi empat bagian. Demikian seterusnya sampai diperoleh upa-wilayah yang
semua pixel-nya hitam atau semua pixel-nya putih. Proses pembagian tersebut

5
digambarkan dengan pohon-empatan. Dinamakan pohon-empatan karena setiap
simpul mempunyai tepat empat anak, kecuali simpul daun.

III.6 Properti Geometri


Setelah proses segmentasi objek selesai dilakukan, maka proses berikutnya
adalah menganalisis objek untuk mengenali objek tersebut. Analisis objek
didasarkan pada ciri khas (feature) geometri pada objek tersebut. Kita asumsikan di
dalam citra biner hanya terdapat 1 buah objek.

Ada dua kelompok ciri khas pada objek :


a. Global feature, yaitu ciri khas keseluruhan objek.
b. Local feature, yaitu ciri khas bagian tertentu dari objek.

III.7 Penipisan Pola


Penipisan (thinning) adalah operasi pemrosesan citra biner yang dalam hal
ini objek (region) direduksi menjadi rangka yang menghampiri garis sumbu objek.
Tujuan penipisan adalah mengurangi bagian yang tidak perlu (redundant) sehingga
hanya dihasilkan informasi yang esensial saja. Pola hasil penipisan harus tetap
mempunyai bentuk yang menyerupai pola asalnya.

6
BAB IV

PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan
bahwa :
a. Citra digital memiliki fungsi dua dimensi f(x,y) dimana x dan y merupakan
suatu koordinat. Pada matriks citra digital f(x,y), nilai x dan y menyatakan
koordinat posisi piksel itu berada.
b. Pengolahan citra merupakan salah satu cabang dari ilmu informatika yang pada
prosesnya memanipulasi gambar yang telah ada menjadi gambar lain dengan
menggunakan suatu algoritma atau teknik tertentu.
c. Citra biner (binary image) adalah citra digital yang hanya memiliki 2
kemungkinan warna, yaitu hitam dan putih. Citra biner disebut juga dengan
citra W&B (White & Black) atau citra monokrom. Hanya dibutuhkan 1 bit
untuk mewakili nilai setiap piksel dari citra biner.
d. Citra biner dapat dikembangkan dengan berbagai cara pemrosesan seperti :
 Konversi citra hitam-putih (grayscale).
 Penapis luas, digunakan untuk menghilangkan daerah gangguan.
 Pengkodean citra biner, dengan metode Run-Leght Encoding (RLE).
 Segmentasi citra biner, bertujuan mengelompokkan pixel-pixel objek
menjadi wilayah (region) yang merepresentasikan objek.
 Representasi wilayah, direpresentasikan dengan pohonempatan
(quadtree).
 Properti geometri, proses menganalisis objek untuk mengenali objek
tersebut.
 Penipisan pola, proses yang menghilangkan pixel-pixel hitam
(mengubahnya menjadi pixel putih) pada tepi-tepi pola.

7
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Darma. “Pengolahan Citra Digital”. Yogyakarta: ANDI.

Santi, Candra Noor. 2011. "Mengubah Citra Berwarna Menjadi Grayscale dan Citra
Biner." Jurnal Teknologi Informasi DINAMIKA Volume 16,No.1, 14.

Hakim, Luqman. 2014. "Aplikasi dan Implementasi Secret Sharing Menggunakan


Kriptografi Visual pada Citra Biner."

Darujati, Cahyo, Syamsul Anam, Hasan Dwi Cahyono, dan Agustinus Bimo Gumelar.
2014. "Magnifikasi Perbaikan Citra Digital Multi Resolusi dengan Metode Gabungan
Tapis Lolos Bawah dan Interpolasi Bilinear." Jurnal Ilmiah Mikrotek Vol.1,No.2 33.

achmadrizal. 2014. Pengolahan Citra.


https://achmadrizal.staff.telkomuniversity.ac.id/pengolahan-citra. 19 Juni 2014.

Anda mungkin juga menyukai