Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN AKHIR

INOVASI TEKNOLOGI SMART GRID

BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI


BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
2017
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Dan Sasaran 3
1.3 Sistem Kerekayasaan 3
2 PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 6
2.1 Pelaksanaan Kegiatan 6
2.1.1 Penerapan smart grid for urban electrification di gedung energy kawasan 6
puspiptekdengan teknologi EBT PV 10 kWroof top
2.1.2 Smart grid for rural electrification 7
2.2 Hasil Kegiatan 8
2.2.1 Penerapan smart grid for urban electrification di gedung energy kawasan 8
puspiptekdengan teknologi EBT PV 10 kW roof top
2.2.1.1 Desain smart grid for urban elecectrification 8
2.2.1.2 Implementasi smart micro grid 10 kW PV roof top 21
2.2.1.3 Kajian dynamic pricing dan demand respond 27
2.2.2 Smart grid for rural electrification 31
2.2.2.1 Kerjasama Kyudenko dalam rangkan penerapan EMS 31
2.2.2.2 Penambahan kapasitas daya array PV sebesar 200 kWp 39
3 ANALISA CAPAIAN KINERJA 44
3.1 Pemetaan Hasil Kegiatan 44
3.2 Kendala 46
3.3 Pengaruh Efisiensi Sumber Daya 46
4 KESIMPULAN DAN SARAN 48
4.1 Kesimpulan 48
4.2 Saran 49
5 REFERENSI 50

i
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1 Sistem kerekayasaan 4
Gambar 2 Layout Atap Gedung Energi 625 8
Gambar 3 Calon Lokasi PV rooftop 40 kWp (Lokasi A Gedung 625 Sayap Selatan) 9
Gambar 4 Calon Lokasi PV rooftop 50 kWp di lokasi B & C 9
Gambar 5 Draft konseptual design power sharing gedung 625 13
Gambar 6 Intensitas iradiasi matahari bulanan di Gedung Energi 625 Serpong 14
Gambar 7 Intensitas iradiasi matahari pada satu hari 14
Gambar 8 Penentuan Sudut Kemiringan dengan PVsyst 15
Gambar 9 Beban Penerangan di Lantai 2 Gedung Energi B2TKE 16
Gambar 10 Jumlah Panel Surya dan MPPT Controller 16
Gambar 11 Grafik Bayangan Setiap tanggal 21 dalam Setahun 18
Gambar 12 Shading Bulan Mei 2017 pada pukul 17.30 18
Gambar 13 Shading Bulan Desember 2016 pada pukul 18.0 19
Gambar 14 Plot lintasan matahari di Gedung Energi 625 Puspiptek 19
Gambar 15 Tampak Susunan Modul Surya di Gedung Energi 625 Serpong 20
Gambar 16 Desain Penambahan kapasitas PV rooftop 90 kWp 20
Gambar 17 Layout PV 10 Kw Roof top 21
Gambar 18 Inverter 22
Gambar 19 Baterai 22
Gambar 20 Ruang control 23
Gambar 21 Panel 24
Gambar 22 Sistim dalam kondisi normal 24
Gambar 23 Kondisi Grid Fault, Siang Hari 25
Gambar 24 Kondisi Grid Fault, Malam Hari 26
Gambar 25 Foto-foto material 27
Gambar 26 Kinerja smart grid PV 10 kWp roof top 27
Gambar 27 Konfigurasi komunikasi pada Smart Grid 30
Gambar 28 Spyder untuk pemrograman Python 31
Gambar 29 Konfigurasi Energy Management System di Sumba 34
Gambar 30 Jalur komunikasi untuk data dan kontrol pada EMS Sumba 34
Gambar 31 Rak converter 35
Gambar 32 Converter 35
Gambar 33 Inverter 36
Gambar 34 Konfigurasi Battery Controller 37
Gambar 35 Konfigurasi Battery Storage 37
Gambar 36 SCADA EMS Kyudenko yang menampilkan informasi terkait kondisi 38
kelistrikan di SMG Sumba
Gambar 37 Peresmian pengoperasian teknologi EMS 39
Gambar 38 Area pemasangan PLTS 500 kWp (existing) 42
Gambar 39 Area pemasangan PLTS 200 kW (baru) + 500 kWp (existing) 42
Gambar 40 PLTS 200 kWp dan assesorisnya 43
Gambar 41 Capaian hasil kegiatan smart micro grid Sumba 45

ii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1 Peran personil yang terlibat dalam program 4
Tabel 2 Kondisi lahan PLTS 10
Tabel 3 Kata kunci yang digunakan dalam penulisan syntax 31
Tabel 4 Pemetaan hasil kegiatan smart grid di kawasan PUSPIPTEK 44
Tabel 5 TRL Smart Microgrid di kawasan PUSPIPTEK 44
Tabel 6 Pemetaan hasil kegiatan smart grid di Sumba 45
Tabel 7 TRL Smart Microgrid Sumba 46

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini penduduk dunia telah mencapai 7 milliar orang dengan tingkat pertumbuhan sekitar
0,7% setiap tahunnya. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi penduduk dunia akan mencapai
9,1 miliar dan diantaranya sebanyak 70% akan tinggal diperkotaan, hal ini menyiratkan
bahwa penduduk di perkotaan akan tumbuh sekitar 1,5% per tahun. Tingkat urbanisasi yang
cepat ini dapat memberikan peluang, tetapi juga menghadapi sejumlah tantangan berat
kedepannya. Sebuah perkotaan juga berperan aktif dalam perubahan ilkim. Peluangnya adalah
terciptanya perkotaan baru yang lebih efisien dengan mengoptimalka nkegiatan ekonomi,
konsumsi energy dan dampak lingkungan atau lebih dikenal dengan “smart city”. Tantangan
pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan perubahan iklim serta semakin berkurangnya
cadangan sumber daya alam yang dimiliki mengharuskan para penghuni bumi ini untuk dapat
bertahan hidup dan berkembang selama beberapa decade mendatang. Mengurangi emisi gas
rumah kaca untuk mencegah bencana akibat perubahan iklim menjadi proses yang sulit dan
mahal. Dengan konsep smart city diharapkan akan terwujud sebuah perkotaan yang hemat
energy dengan infrastruktur perkotaan yang efisien sehingga dapat mendukung kegiatan
perekonomian yang optimal dan lingkungan yang nyaman.

Dalam konsep kota pintar atau “smart city”, penggunaan energi diusahakan seminimal
mungkin dan memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan serta meminimalisir emisi
karbon. Sistem distribusi yang handal serta kemampuan mensuplai sendiri untuk waktu yang
cukup lama, akan meminimalisir biaya investasi transmisi dalam kapasitas yang besar dari
sebuah pembangkit yang memiliki rentang jarak distribusi yang cukup jauh. Solusi untuk
masalah transmisi dan distribusi saat ini lebih dikenal dengan teknologi smart grid.

Smart grid adalah suatu jaringan listrik yang menggunakan teknologi digital dan
teknologi maju lainnya untuk memantau dan mengelola transportasi listrik dari sumber
pembangkitan listrik untuk memenuhi perubahan kebutuhan listrik dari pelanggan. Suatu
smart grid secara cerdas mengintegrasikan kegiatan semua pelanggan dalam rangka
memberikan suplai listrik secara efisien, berkesinambungan, ekonomis dan aman.

Smart grid memakai produk inovatif dan bersama-sama melayani dengan monitoring,
kontrol, komunikasi dan self-healing technologies untuk:

a. Memfasilitasi lebih baik hubungan dan operasi dari semua generator dan teknologi.
b. Memberikan keleluasaan kepada pelanggan untuk menentukan bagian dari optimisasi

1
operasi dari sistem.
c. Menyediakan pelanggan dengan informasi dan pilihan untuk suplai.
d. Secara signifikan mengurangi dampak lingkungan dari sistem suplai listrik seluruhnya.
e. Menyediakan level peningkatan kehandalan dan kemanan suplai.
Penyebaran smart grid harus memasukkan tidak hanya pertimbangan teknologi, pasar
dan komersial, dampak lingkungan, pengaturan, penggunaan standar, Information and
Communication Technologies (ICT) dan strategi migrasi tapi juga syarat sosial dan kebijakan
pemerintah.
Smart grid adalah kombinasi dari subsets dari berbagai elemen ke dalam solusi
terintegrasi untuk memenuhi tujuan bisnis dari pemain utama seperti solusi smart grid yang
memerlukan penggabungan untuk keperluan pemakai.
Teknologi smart grid merupakan teknologi yang memanfaatkan kemajuan teknologi
komunikasi, komputer dan cyber untuk pengendalian dan pegoperasian sistem tenaga listrik
dalam distribusi energi listrik. Implementasi smart grid dalam semua aspek kelistrikan dapat
memberikan keuntungan, apabila jumlah pembangkit terbarukan serta unit penyimpan yang
terdistribusi dan terintegrasi meningkat maka emisi CO2 menurun, efisiensi akan meningkat
sehingga biaya operasional menurun, keandalan akan meningkat melalui optimalisasi jaringan
karena memiliki kemampuan mengoreksi diri atau memperbaiki sendiri.
Penerapan teknologi smart grid dapat dilakukan pada sistem kelistrikan kotabesar di
Indonesiaseperti Jakarta (Jabotabek). Sistem kelistrikan Jakartamemiliki beban yang paling
bervariasi dibandingkan dengan kota lainnya, mulai dari rumah tangga, sektor komersial, dan
sektor industri. Peningkatanbeban pada sektor komersial dan industri, serta kebutuhan
keandalan yang tinggi dari sistem tenaga listrik dan kebebasan memilih jenis layanan listrik
meningkat, memperlihatkan secara teoritis bahwa teknologi smart gridlayak ditimbang untuk
diterapkan di Jakarta (Jabotabek).
Di dunia kelistrikan saat ini pengembangan produk dan pengembangan sistem di
bidang smart grid sedang giat-giatnya digalakkan oleh negara manapun dibelahan dunia.
Demikian pula dengan Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi saat ini sedang
melakukan “PEREKAYASAAN TEKNOLOGI SMART GRID”, yang akan
diimplementasikan dengan membangun Demo Plant Smart Grid for Smart City di kawasan
PUSPIPTEk – Serpong(smart grid for urban electrification).
Kegiatan laian yang dilakukan adalah melanjutkan pengkajian kinerja dan fungsi dari
sistem smart griduntuk menjadi bahan analisis setelah semua perangkat yang membentuk satu
sistem sudah terpasang semuanya seperti pada smart micro grid Sumba untuk elektrifikasi

2
pedesaan.

1.2 Tujuan Dan Sasaran

Tujuan kegiatan adalah:

a. Melakukan kajian pengembangan teknologi smart grid for smart city pada kawasan
Puspiptek, Serpong (urban electrification) sebagai kawasan yang mandiri akan energi
listrik dan menjadi area percontohan teknologi smart microgrid.

b. Melakukan pengembangan teknologi smart grid dan kajian kinerja pada demo plant smart
micro grid Sumba untuk rural electrification.

Sedangkan sasaran kegiatan adalah:

a. Terlaksananya penerapan smart grid for urban electrification di Gedung Energy Kawasan
Puspiptekdengan teknologi EBT PV 10 kW roof top, dan lanjutan desain smart grid.
b. Terbangunnyateknologi Energy Management System untuk peningkatan kestabilan daya
output PV ke jaringan listrik.

1.3 Sistem Kerekayasaan

Sistim kerekayasaan program smart grid 2017 sesuai dengan DIPA yang diberikan disusun
sedemikian rupa seperti dapat dilihat pada gambar 1 yang melibatkan 39 personil baik yang
berasal dari unit kerja B2TKE sendiri maupun dari unit kerja lain di BPPT, dan peran personil
yang terlibat dalam program diberikan pada tabel 1.

3
Gambar 1 Sistem kerekayasaan

Tabel 1 Peran personil yang terlibat dalam program

Jabatan
Nama NIP Peran WBS/WP Unit Kerja Deputi
Fungsional
0 1 2 6 7 8 10 11
1 Prof. Dr. Ir. Hamzah Hilal, MSc. 195811301982121001 KP WBS 00 Peneliti Utama B2TKE TIEM

2 Ir. Riza, M.Eng 19681126 198801 1 001 CE WBS 00 Peneliti B2TKE TIEM

3 Ir. Nur Aryanto Aryono 196310031991031003 PM WBS 00 Perekayasa Utama B2TKE TIEM

4 Dr. Ir. Marzan A. Iskandar 195805181985121001 Ass CE WBS 00 Peneliti Utama B2TKE TIEM
Ass CE,
5 Ir. Sudirman Palaloi, MT 19670617 199211 1 001 WBS 00 Peneliti B2TKE TIEM
L
Dr. Ir. Muhammad Amirullah
6 196010191986031003 Ass CE WBS 00 Perekayasa Utama B2TKE TIEM
Makmunsyah Oktaufik
7 Supriyadi, SE 197607282007101001 Ass PM WBS 00 Fungsional Umum B2TKE TIEM

8 Ir. Ifanda, M.Sc 196405041985031005 GL WBS 1 Perekayasa Madya B2TKE TIEM

9 Dr. Ir. Kholid Akhmad, MSc. 196204011988121001 GL WBS 2 Perekayasa Madya B2TKE TIEM

10 Dr. Ir. Ferdi Armansyah 196511141986081001 GL WBS 3 Perakayasa Madya B2TKE TIEM
L,
WP 2.2,
11 Suhraeni Syafei, ST 19840719 200901 2 004 ES 2.2.2, Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
WP 3.2,
ES .32.2
L, Teknisi Litkayasa
12 Rohi Adu Wenyi, ST 19630626 198503 1 004 WP 2.1, B2TKE TIEM
ES 2.1.2 Penyelia
13 Moeljono 19691011 198906 1 001 L WP 1.3 Peneliti Madya PTIK TIEM

14 Anita Faradilla, ST 19890303 201212 2 002 L, WP 1.4, Perekayasa Pertama B2TKE TIEM

15 Yuli Astriani, ST 19820404 201402 2 001 L, WP 2.2, Fungsional Umum B2TKE TIEM

4
Jabatan
Nama NIP Peran WBS/WP Unit Kerja Deputi
Fungsional
0 1 2 6 7 8 10 11
L, WP 2.3,
16 Prasetyo Aji, S.Si. 199007312014021003 ES 1.3.2, WP 1.3, Fungsional Umum B2TKE TIEM
ES 3.3.1 WP 3.3
WP 1.1,
L,
17 Zulramadhanie, ST 19860526 201012 1 002 WP 3.1, Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
ES 1.2.1
WP 1.2
Teknisi Litkayasa
18 Louis 19610403 198510 1 001 ES 3.1.1 WP 3.1 B2TKE TIEM
Penyelia
19 Ir. Joko Santoso, MSc 196602121993011001 L WP 3.2 Fungsional Umum B2TKE TIEM
L,
20 Fariz Maulana Rizanulhaq, ST 19881023 201212 1 001 WP 2.1, Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
ES 2.1.2,
L,
21 Setya Sunarna, A.Md 19750821 200901 1 005 WP 1.4, Perakayasa Umum B2TKE TIEM
ES 1.4.3,
22 Ir. Suryo Busono, MSc. 195506131983091001 ES 3.1.7, WP 3.1, Peneliti Madya B2TKE TIEM
ES 1.1.1, WP 1.1,
23 Eka Nurdiana, S.Si 19900818 201402 2 002 ES 2.2.3, WP 2.2, Fungsional Umum B2TKE TIEM
ES 3.1.2, WP 3.1,
ES 1.1.2, WP 1.1,
24 Abduh Aziz Basharah, S.T 199107082015031001 Fungsional Umum B2TKE TIEM
ES 2.3.2, WP 2.3
ES 1.2.2, WP 1.2, B2TKE
25 Dionysius Aldion Renata, S.Kom 198912112014021004 ES 2.3.3 WP 2.3 Fungsional Umum TIEM
ES 3.3.2 WP 3.3
26 Mochamad Arief Albachrony, ST 19840503 200801 1 003 ES 1.3.3 WP 1.3 Fungsional Umum B2TKE TIEM

27 Harnum Annisa Prafitria, S.Si 19890430 101012 2 005 ES 1.3.4 WP 1.3 Fungsional Umum PTIK TIEM
Teknisi Litkayasa B2TKE
28 Edy Prabowo 19611023 198510 1 001 ES 1.4.1, WP1.4, TIEM
Penyelia
29 Hartadhi, ST 19861126 201503 1 002 ES 2.1.1 WP 2.1 Fungsional Umum B2TKE TIEM
ES 2.2.1, WP 1.2,
30 Toha Zaky, ST, MT 19850806 200901 1 001 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
ES 1.2.3 WP 2.2
ES 1.3.1, WP 1.3,
31 Asih Kurniasari, ST 19880114 201402 2 003 Fungsional Umum B2TKE TIEM
ES 2.3.1, WP 2.3,
32 Windy Deliana Khairani, S.Komp 198609042014022001 ES 1.3.5 WP 1.3 Fungsional Umum B2TKE TIEM

33 Muhammad Akbar Hipi, ST 19870411 201402 1 003 ES 3.1.2 WP 3.1 Fungsional Umum B2TKE TIEM
Teknisi Litkayasa
34 Heru Eka Prawoto 19810101 200810 1 001 ES 3.1.3, WP 3.1, B2TKE TIEM
Pelaksana Pemula
35 Lily Sapinah, SE 19770602 200910 2 001 ES 3.1.6, WP 3.1, Perekayasa Pertama B2TKE TIEM

36 Budi Ismoyo, ST 198308222009121001 ES 3.3.3 WP 3.3 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM

37 Danang Yogisworo, ST., M. Eng. 198011032009011003 ES 3.2.4 WP 3.2 Perekayasa Muda B2TKE TIEM
ES 2.1.3, WP 2.1,
38 Wulan Erna Komariah, ST, MT 198410112008012007 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
ES 1.3.5 WP 1.3
ES 1.1.4, WP 1.1
39 Zaenudin, SE 197502232007101003 Fungsional Umum B2TKE TIEM
ES 1.2.4 WP 1.2

5
II. PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

2.1 Pelaksanaan Kegiatan

2.1.1 Penerapan smart grid for urban electrification di gedung energy kawasan
puspiptekdengan teknologi EBT PV 10 kWroof top

Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Desain smart grid for urban elecectrificationdititikberatkan padaDesain engineering rinci


terhadap lanjutan penerapan smart micro grid dengan EBT PV roof top untuk mendukung
smart urban electrification di Kawasan Puspiptek dilakukan dengan terlebih dahulu
mempelajari desain 10 KW PV roof top sebelumnya, kemudian dilakukan secara
bereturut-turut:

• Survey lokasi untuk 90 kW PV roof top di gedung energi.


• Menentukan kapasitas inverter dan baterai yang diperlukan.
• Menentukan fitur-fitur smnart grid yang akan diterapkan.
• Menganalisis penerapan PV dengan software PVSyst.
• Melakukan desain smart grid PV 90 kW roof top dengan beban kritis dan fitur-fitur
yang ditentukan.
• Membuat rancangan anggaran biaya.
b. Implementasi smart micro grid 10 kW PV roof top untuk menjaga kestabilan daya yang
disuplai ke jaringan dan menjaga beban kritis dapat terlayani walaupun terjadi gangguan
pada jaingan dilakukan dengan cara:
• Mereview dan merevisi bila perlu desain smart micro grid PV 10 roof top tahun 2016
dan membuat rencana anggaran biaya yabng diperlukan.
• Menyiapkan kerangka Acuan Kerja yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis untuk
keperluan tender.
• Melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaaan instalasi smart micro grid 10 lW PV
roof top.
• Melakukan komissionong dan test terhadap instalasi smart micro grid yang telah
dibangun.
• Melakukan kajian kinerja smart micro grid.
c. Kajian dynamic pricing dan demand respond dielakukan dengan cara:
• Melakukan pengukuran parameter kelistrikan pada panel listrik dengan menggunakan
smart meter.

6
• Menganalisis hasil pengukuran untuk ditransformasi menjadi besaran harga listrik.

• Melakukan simulasi tarif listrik dinamis yang didasarkan pada beban (time of use).

• Melakukan formulasi dan algorithma demand respond yang dikaitkan dengan tarif
listrik dinamis.

2.1.2 Smart grid for rural electrification

a. Kajian normalisasi baterai dilakukan dengan cara:

• Mereview desain baterai yang terintergrasi dengan teknologi Energy management


System Kyudenko.

• Melakukan penerapan teknologi baterai untuk smart micro grid Sumba.

• Melakukan komisioning, dan testing, dan pongolahan data.

• Melakukan analisis kinerja baterai dengan teknologi Energy Management System


(EMS).

b. Optimasi Pengoperasian dan Pengkondisian Sistem PV dilakukan dengan cara:

• Mereview system wiring PV

• Mempelajari kinerja array PV jenis thin film a-Si/µc-Si, terkait instalasi dan indikasi
PID, serta usaha perbaikan.

• Melakukan pengujian system PV SMGS.

c. Modifikasi sistem kontrol PV, Smart Genset, dan Baterai dilakukan dengan cara:

• Mereview disain sistem kontrol SMG Sumba terkini, dan modifikasinya dari sistem
existing.

• Mempelajari sistem Kontrol teknologi EMS Kyudenko.

• Mempelajari sofware, prinsip kerja, interface sistem kontrol SMG.

7
2.2 Hasil Kegiatan

2.2.1 Penerapan smart grid for urban electrification di gedung energy kawasan
puspiptekdengan teknologi EBT PV 10 kW roof top

2.2.1.1 Desain smart grid for urban elecectrification

a. Survey lokasi untuk 90 kW PV roof top di gedung energi. Dari hasil survei untuk lokasi
PV roof top diperoleh kondisi atap Gedung Energi 625 PUSPIPTEK rata-rata baik. Pada
sekitar atap gedung, terdapat dinding yang membatasi dan mempunyai tinggi sekitar 1 m
pada bagian sisi kiri dan kanan. Untuk bagian depan terdapat pembatas dinding antar
gedung dengan tinggi sekitar 2,5 m. Selain itu juga terdapat PV existing dan beberapa
kompresor AC. Layout atap Gedung Energi 625 dapat dilihat pada gambar 2. Sedangkan
calon lokasi untuk 90 kW diberikan pada gambar 3 dan 4.

Lokasi A : Gedung 625 Sayap Selatan / Diatas Lab.Monitoring.


Lokasi B : Gedung 625 diatas Ruang Pertemuan .
Lokasi C: Gedung 625 Diatas Lab.LPKSF
Lokasi D :Gedung 625 Sayap Utara / PTSEIK

Gambar 2 Layout Atap Gedung Energi 625

8
Gambar 3 Calon Lokasi PV rooftop 40 kWp (Lokasi A Gedung 625 Sayap Selatan)

Gambar 4 Calon Lokasi PV rooftop 50 kWp di lokasi B & C


Spesifikasi atap sebagai berikut :

• Beton : fc’ = 30 Mpa (K-350), Mempunyai kekuatan tekan 350 kg/cm2 pada umur
beton 28 hari dengan kubus beton 15x15x15 cm
• Tulangan : D > 10 BJTD 40, fy = 400 Mpa

D < 10 BJTP 24, fy 240 Mpa

Atap mempunyai jenis baja tulangan deformasi (ulir) untuk diameter lebih dari 10 mm
dengan tegangan leleh 40 kN/cm2 , kekuatan tarik minimum 57 kN/cm2 dan perpanjangan
minimum 16%. Sedangkan untuk yang berdiameter kurang dari 10 mm memiliki jenis
baja tulangan polos dengan tegangan leleh 24 kN/cm 2, kekuatan tarik minimum 39
kN/cm2 dan perpanjangan minimum 18 %. Lebih jelasnya, kondisi lahan PLTS
ditampilkan pada tabel 2.

9
Tabel 2 Kondisi lahan PLTS

No Kondisi Keterangan Keterangan kelayakan

Pada Atap gedung, dengan lahan


Kondisi Lokasi
1 sekitar gedung berupa area hijau dan Layak
PLTS
tidak banyak gedung-gedung tinggi
Lapisan beton dengan kekuatan k-
Jenis Atap 350 dengan spesifik tulangan
2
PLTS menggunakan baja ulir dan baja
polos.
Luas Atap 31.5 m x 13.8 m(atap terbatas,
3
PLTS namun cukup)
Kondisi Jalan
Kondisi jalan sangat baik, dengan
4 Menuju Lokasi
standar jalan menuju gedung kantor
PLTS

b. Kapasitas inverter dan baterai yang diperlukan. Sstem yang didesain akan mengguakan 2
(dua) unit inveter masing-masing kapasitas 50 kW, sedangkan baterai diadakan hanya
untuk membuat perekayasaan manajemen dalam skala kecil.
Konfigurasi sistem PLTS yang akan digunakan adalahAC Coupling. Inverter yang diakan
digunakan harus memenuhi spesifikasi sesuai konfigurasi tersebut. Inverter digunakan
untuk mengubah arus searah dari modul surya menjadi arus bolak balik dan selanjutnya
akan didistribusikan ke beban listrik gedung dan ke jaringan listrik PLN. Inverter yang
digunakan harus mempunyai fleksibilitas yang memungkinkan penambahan jumlah
inverter ketika ada kenaikan permintaan daya. Inverter yang digunakan juga harus
mempunyai kemampuan untuk bisa beroperasi paralel ketika kebutuhan daya meningkat
didaerah tersebut dan mempunyai kemampuan untuk bisa diintegrasikan (hybrid) dengan
listrik PLN atau pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan lainnya seperti
energi angin atau bahkan dengan PLTD.

Hal ini dilakukan mengingat PLTS hybrid ini dapat menjadi back up untuk beban kritis
yang ada di gedung jika suplai dari PLN. Apabila inverter yang ditawarkan berupa
inverter produk dalam negeri, maka wajib melampirkan salinan tanda sah capaian Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diterbitkan oleh Kementerian Perindutrian
Republik Indonesia dan akan menjadi nilai tambah.
10
Untuk konfigurasi AC Coupling, inverter yang digunakan 2 (dua) jenis yaitu inverter on-
grid (solar inverter) dan inverter off-grid (battery inverter). Kedua inverter harus dapat
terkoneksi dan berkomunikasi. Hal ini memungkinkan komunikasi antar inverter on-grid
dan off-grid yang terpisah-pisah dengan jarak yang jauh. Dengan fitur ini, semua inverter
dapat berkomunikasi. Dengan mengubah frekuensi AC, inverter juga harus mempunyai
kemampuan untuk dapat meregulasi fluktuasi beban atau frequency-shift power control
(FSPC).

Pada siang hari, seluruh energi yang dihasilkan oleh modul surya akan dialirkan langsung
oleh inverter on-grid langsung ke jaringan listrik PLN dan beban yang ada di gedung
perkantoran. Jika beban yang dilayani lebih kecil dari energi yang dihasilkan oleh modul
surya, maka kelebihan energi tersebut akan dipakai untuk mengisi (charging) baterai atau
disalurkan ke jaringan PLN. Pada saat baterai dalam kondisi penuh, maka inverter off-grid
akan secara otomatis menghentikan suplai ke baterai. Sebaliknya, jika beban yang
dilayani lebih besar dari energi yang dihasilkan, maka inverter off-grid akan
mengkonversi energi yang tersimpan pada baterai (discharging) untuk melayani
beban.Spesifikasi On-Grid Inverter (Solar Inverter):

• Daya output total : minimum daya output total disesuaikan dengan kapasitas
output pembangkit (PLTS)
• Jumlah inverter : menyesuaikan dengan daftar kuantitas dan harga
• Tegangan output : 3/ N/ PE; 230/ 400 VAC, 50 Hz, fasa tiga
• Gelombang output: sinus murni
• Efisiensi : ≥ 97% (maksimum)
• Sistem proteksi : over load, short circuits, over temperature, over/under
voltage, reverse polarity
• Indikator (LCD display) : Inverter Voltage dan Current, Inverter Frequency, Load
Current dan Load Voltage
• Inverter harus dapat bekerja secara paralel (parallel operation/ stacking)
• Dilengkapi dengan management control untuk mengatur energi yang masuk dan
keluar dari inverter.
• Dilengkapi dengan fitur data logger dan communication/ interface untuk komunikasi
data dengan Remote Monitoring System
• Indeks proteksi : IP65

11
• Garansi produk : minimal 5 (lima) tahun (factory warranty terms wajib
dilampirkan)

c. Fitur-fitur smnart grid yang akan diterapkan adalah scenario power sharing dan
monitoring daya yang disalurakan pada jaringan untuk mengetahui apakah jaringan
tersebut berbeban lebih.
Skenario power sharing dijelaskan sebagai berikut:

• Skenario 1 – melibatkan genset


o Pada saat suplai dari grid ada, maka pembangkit EBT yang dilengkapi dengan
gridtie inverter akan meng-injeksi output dayanya ke jaringan listrik di gedung
625, genset dalam kondisi OFF. Sementara itu baterai akan di-charge oleh grid,
dengan terlebih dahulu melihat kondisi SOC baterai apakah baterai perlu di
charge.
o Pada saat suplai dari grid tidak ada maka yang pertama dikondisikan adalah baterai
dan inv-batt akan mensuplai beban kritis. Dari skenario 1 ini akan terdapat 2
pilihan desain, yaitu:

▪ Hanya menggunakan genset sebagai backup power. Kapasitas genset sebesar


500kVA sehingga bisa digunakan untuk mensuplai beban keseluruhan gedung
625.Inv-batt bisa tetap dioperasikan dengan catatan jaringan beban kritis
terpisah dengan jaringan yang disuplai oleh genset, atau genset dioperasikan
dengan mode parallel dengan referensi dari inv-batt. Atau inv-batt lepas, dan
beban kritis di suplai oleh genset, genset bekerja dengan mode off gird.
▪ Kombinasi genset dan pembangkit EBT. Pada mode ini inverter PLTS juga
dikondisikan menyala dengan menggunakan referensi kerja dari inv-batt.
Genset berkeja dengan mode parallel. Jika suplai baterai telah habis, maka
inverter PLTS lepas terlebih dahulu, sedangkan genset akan bekerja dengan
mode off grid. Selanjutnya inverter kembali menyala dengan menggunakan
referensi tegangan dan frekuensi (P & Q) dari genset.

• Skenario 2 – tanpa melibatkan genset

o Pada saat suplai dari grid ada, maka pembangkit-pembangkit EBT akan
menginjeksi outputnya ke jaringan listrik di gedung 625 melalui grid tie
inverternya masing-masing. Baterai di-charge oleh grid dengan memperhatikan
kondisi SOC baterai.

12
o Pada saat terjadi outage. Karena kapasitas total dari pembangkit EBT lebih kecil
dari total beban, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu beban mana yang
dianggap prioritas untuk disuplai.
Sesuai dengan rencana bahwa tahun 2017 juga akan dipasang baterai kapasitas 10
kWh dengan inverternya 3 kW, maka baterai ini akan terhubung dengan beban
kritis, sehingga ketika terjadi outage maka beban kristis akan segera disuplai oleh
baterai (akan terjadi beberapa detik beban tidak tersuplai karena transisi waktu
yang dibutuhkan oleh inv-batt untuk ON mensuplai beban).

Selanjutnya inv PV akan bekerja dengan menggunakan referensi tegangan dan frekuensi
dari output inv-batt.

Skema adanya baterai dan PV PLTS yang dikondisikan untuk bekerja pada kondisi
islanding membutuhkan konfigurasi koneksi yang khusus antara inv-batt, inverter PLTS
dan beban seperti ditunjukkan pada gambar 5.
Grid PLN Tegengan Menengah (TM)

Panel TM

Trafo 20 kV / 380 V 3 Phase

Panel ATS

Panel SDP

Sinyal Referensi

INV INV
Grid Tie Grid Tie

INV Beban
Beban PLTS Fuel Cell
Bidirectional Prioritas
Diesel
Genset
Baterai Beban
Kritis

Gambar 5 Draft konseptual design power sharing gedung 625

d. Aanalisis penerapan PV dengan software PVSyst.Analisis dengan menggunakan software


PVsyst secara rinci diberikan sebagai berikut:
• Hubungan iradiasi matahari terhadap pemakaian energi listrik.Berdasarkan pada hasil
simulasi software PVsyst, intensitas iradiasi global matahari (kWh/m 2/bulan) bulanan
di Gedung Energi B2TKE Serpong ditunjukkan oleh gambar 6. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa irradiasi global paling tinggi terjadi pada Maret dan paling
rendah pada Januari 2017.

13
Gambar 6. Intensitas iradiasi matahari bulanan di Gedung Energi 625 Serpong

Pada gambar 7 dapat dilihat iradiasi global matahari (kWh/m 2) yang diukur oleh tim
survei energy surya pada 2 Mei 2017, dimana terlihat iradiasi mencapai maksimum
pada jam 10 siang dan mencapai nilai 900 kWh/m2.

Gambar 7 Intensitas iradiasi matahari pada satu hari

• Kapasitas PLTS. Langkah-langkah dalam perhitungan kapasitas PLTS yang akan


didesain dengan bantuan software PVsyst adalah dengan memasukkan data lokasi dan
komponen-komponen lain PLTS yang mungkin belum tersedia pada pilihannya.
Lokasi dan komponen-komponen ini dimasukkan melalui menu "Database". Lokasi
adalah Gedung Energi No. 625 B2TKE Serpong yang didefinisikan dengan
memasukkan koordinat (latitude dan longitude) serta perintah kepada PVsyst untuk
meng-import data meteo Gedung Energi No. 625 B2TKE Serpong dari website NASA

14
SSE. Sementara komponen-komponen PLTS dimasukkan dengan terlebih dahulu
mengetahui spek pabrikannya.

Kemudian simulasi "Grid Connected" sistem dilakukan dengan memasukkan lokasi


gedung yang akan di analisis melalui menu "Site and Meteo". Selanjutnya arah dan
kemiringan panel surya ditentukan melalui menu "Orientation". Pada menu
"Orientation" harga optimal kemiringan panel dicari dengan cara trial-and-error,
yaitu kemiringan panel dicari dengan menukar-nukarkan sudut kemiringan (dari tinggi
ke rendah) tertinggi pada harga global on collector plane maksimum seperti pada
gambar 8.

Gambar 8 Penentuan Sudut Kemiringan dengan PVsyst

Selanjutnya beban didefinisikan melalui menu "User Needs" dengan mengambil beban
dari tabel "Beban Bulanan Gedung" dan didefinisikan sebagai beban tetap bulanan
setiap tahunnya. Rata – rata beban setiap tahun ditunjukkan oleh gambar 9.

15
Gambar 9 Beban Penerangan di Lantai 2 Gedung Energi B2TKE

Selanjutnya komponen seperti Panel Surya, MPPT Controller dan Baterai, dipilih
pada menu sistem dengan mengambil data dari yang telah terlebih dahulu dimasukkan
melalui menu "Database". Pilihan komponen PLTS dilakukan seperti yang
ditunjukkan pada gambar 10.

Gambar 10 Jumlah Panel Surya dan MPPT Controller

16
• Analisis shading. Hasil simulasi dengan PVsyst diketahui bahwa untuk jarak antar
baris panel surya (pitch) sebesar 0,02 m, bayangan antar baris tidak pernah terjadi
sepanjang tahun. Shading terbesar terjadi di pagi dan sore hari di bulan Desember
akibat dari bayangan dari dinding atap. Akibat dari shading yang ditimbulkan tersebut,
PLTS kehilangan daya paling banyak sekitar 1% saat matahari terbit dan terbenam
dibulan Juni. Sementara pada kondisi matahari terik di siang hari, shading tidak
pernah terjadi. Grafik simulasi shading dengan PVsyst ditunjukkan oleh gambar 11

sampai dengan gambar 13.

17
Gambar 11 Grafik Bayangan Setiap tanggal 21 dalam Setahun

Gambar 12 Shading Bulan Mei 2017 pada pukul 17.30

18
Gambar 13 Shading Bulan Desember 2016 pada pukul 18.00
Plot lintasan matahari sepanjang tahun yang menunjukkan lama penyinaran matahari
di Gedung Energi 625 Puspiptek ditunjukkan pada gambar 14. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa lama penyinaran matahari di Gedung Energi 625 Puspiptek
mencapai 12 jam per hari.

Gambar 14 Plot lintasan matahari di Gedung Energi 625 Puspiptek

e. Desain smart grid PV 90 kW roof top.Dari perhitungan PVsyst diketahui bahwa setiap
grup terdiri atas 16 seri dan 2 paralel = 32 panel surya. Perkiraan jumlah panel surya
paralel didasarkan pada kapasitas arus maksimum MPPT Solar Battery Charger yaitu
17.22 A, sementara setiap string (16 seri) panel surya memiliki kapasitas arus hubung
singkat 9,18 A. Desain susunan modul surya ditunjukkan pada gambar 15.

19
Gambar 15 Tampak Susunan Modul Surya di Gedung Energi 625 Serpong

Dari Tata Letak PLTS Gedung Energi 625 Serpong, diperoleh bahwa lahan yang tersedia
sebesar 13 m x 31 m mencukupi luasnya. Namun untuk menghindari bayangan,
pemasangan PLTS tidak terlalu dekat dengan dinding atap, untuk menyesuaikan agar
bayangan dapat diminimalisir.

Sistem PLTS yang diusulkan dibangun di Gedung Energi 625 PUSPIPTEK, Serpong,
Tangerang Selatanmerupakan sistem PLTS Grid-Connected, dapat dilihat pada gambar
16.

Gambar 16 Desain Penambahan kapasitas PV rooftop 90 kWp

20
f. Rancangan anggaran biaya. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan, memasang dan
testing smart grid PV 90 kW roof top adalah sebesar Rp. 1.569.622.000. Sedangkan biaya
yang diperlukan untuk pengadaan, memasang dan testing 2 unit inverter adalah sebesar
Rp. 165.000.000.

2.2.1.2 Implementasi smart micro grid 10 kW PV roof top


a. Review dan Revisi desain smart micro grid PV 10 roof top dan rencana anggaran biaya
yang diperlukan diberikan sebagai berikut:
• Sistem Photovoltaic (PV) (gambar 17), Sistem Photovoltaic terdiri dari 40 unit modul
panel surya Canadian solar tipe CS6p-265P dengan daya nominal 265 Wp, yang
dibagi menjadi 2 string @ 20 modul panel. Tegangan operasi 30.2 VDC x20 per string
– 600 VDC.
Mounting panel terbuat dari bahan aluminium dan hot dip galvanized steel yang
tahan terhadap cuaca dan korosi. Fondasi struktur menggunakan ballast beton
wiremesh yang di-design untuk menghindari terjadinya perubahan posisi panel PV
dari tiupan angin dan faktor eksternal lainnya.
Instalasi kabel sistem PV dilakukan menggunakan konektor MC4 dan kabel DC khusus

solar dengan ukuran 6mm2.

Gambar 17 Layout PV 10 Kw Roof top

21
• Inverter (gambar 18), Inverter on-grid yang digunakan adalah SMA Tripower
TL10000 dengan kapasitas 10250 W. Inverter dilengkapi dengan komunikasi
Speedwire/Modbus berbasis ethernet

Gambar 18 Inverter
• BateraI (gambar 19). Sistem Inverter terdiri dari 3 unit SMA Sunny Island 3.0M untuk
masing-masing fasa. Baterai pada sistem ini menggunakan 2 unit Lithium-ion
Hoppecke Sun Power Pack Premium dengan kapasitas total 10 kWh. Sebagai
kelengkapannya, terdapat komponen fuse pengaman khusus baterai.
Hybrid inverter mengambil data parameter baterai dari BMS (Battery Management
System) melalui komunikasi data digital CANbus. SI master dilengkapi dengan
komunikasi Speedwire/Modbus berbasis Ethernet.

Gambar 19 Baterai

22
• Ruang control (gambar 20). Console operator terdiri dari 1 set PC Workstation yang
dilengkapi dengan UPS, 4 unit TV 40”, serta koneksi internet. Pada control room,
diadakan dua set meja dan kursi console serta satu set IP kamera indoor.
Seluruh komponen PLC yang digunakan menggunakan merk Crevis dengan sistem
operasi berbasis Codesys. Kelengkapan sistem ini antara lain Modbus TCP adapter,
modul digital input, modul digital output, modul analog input, PSU, serta ethernet
switch.

Sistem Scada dikembangkan menggunakan software Atvise SCADA dengan


fitur antara lain: monitoring status komponen smartgrid, rekaman produksi
energi sistem PV, serta integrasi dengan Smart-meter BPPT serta sistem
monitoring cuaca. Data dapat diexport dalam bentuk excel untuk laporan.

Sistem moniting cuaca yang digunakan adalah Davis Vantage Pro 2 Plus. Sistem
ini dilengkapi dengan Modbus gateway dan WeatheLink Cable sehingga dapat
diintegrasikan dengan sistem SCADA.

Gambar 20 Ruang control

23
• Panel (gambar 21)

Gambar 21 Panel
• Cara Kerja Sistem
o Kondisi Normal. Dalam kondisi normal (gambar 22), PV inverter akan supply
daya ke grid. Dengan kondisi beban yang ada pada saat ini, surplus daya di-export
ke jaringan PLN. Jika baterai kurang dari 100%, Hybrid Inverter akan charge
baterai sampai penuh.

Gambar 22 Dalam kondisi normal


o Kondisi Grid Fault, Siang Hari (gambar 23). Dalam kondisi PLN padam, Hybrid
inverter akan mendeteksi under frequency dan memutus interkoneksi dengan
PLN. Di saat yang sama, PV inverter akan mendeteksi grid fault dan masuk ke
kondisi off dengan waktu tunggu 30 detik sebelum mencoba sinkronisasi ke grid
kembali.

24
Hybrid inverter akan membentuk grid setelah 5 detik dan mencatu daya ke beban.
Setelah waktu tunggu selesai, PV inverter kembali sinkron dengan grid. Dengan
kondisi beban yang ada sekarang, output PV akan secara otomatis menyesuaikan
dengan pemakaian.

Gambar 23 Kondisi Grid Fault, Siang Hari


o Kondisi Grid Fault, Malam Hari (gambar 24). Dalam kondisi PLN padam, Hybrid
inverter akan mendeteksi under frequency dan memutus interkoneksi dengan
PLN. Dengan kondisi PV inverter off karena tidak ada matahari, maka berlaku
skema Load Shedding.

Skema load shedding berfungsi agar baterai tidak terpakai sampai habis karena
dapat merusak atau mengurangi umur baterai. Skema ini memiliki 4 tingkatan
dengan 4 setpoint SOC (State of Charge) baterai. Jika nilai SoC lebih rendah dari
setpoint 1 maka beban 1 akan dimatikan oleh sistem, dan seterusnya.

25
Gambar 24 Kondisi Grid Fault, Malam Hari

• Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan dan instalasi termasuk testing adalah sebesar
Rp. 1,255,000,000. Rincian pemanfaatan anggaran ini dapat filihat secara jelas pada
Kerangka Acuan Kerja yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis untuk keperluan
tender.
• Dalam pelaksanaan pekerjaan pengadaan dan inslalasi PV 10 kWp roof top, perekaya
BPPT secara aktif melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaaan instalasi yang
dilanjutkan dengan komissioning dan pelatihan pengoperasian smart grid dengan
system PV 10 kWp roof top. Ftot-foto material dapat dilihat pada gamabr 25,
sedangkan kinerja sistem diberikan pada gambar 26.

a. Modul PV, mounting, dan ballast b. Control Room beserta seluruh material yang di-supply

26
c. Sesi training dan praktek operasi d. Overview Smart Meter

Gambar 25 Foto-foto material

Gambar 26 Kinerja smart grid PV 10 kWp roof top

2.2.1.3 Kajian dynamic pricing dan demand respond

Pengelolaan system kelistrikan memerlukan kesetimbangan antara pasokan dan kebutuhan daya
listrik secara optimal dengan mempertimbangkan sumber-sumber energy yang tersedia secara
kontinu. Salah satu mekanisme untuk menjaga kesetimbangan system kelistrikan tersebut adalah
dengan menerapkan dynamic pricing. Bila pasokan energy listrik yang bersumber dari energy
murah lebih rendah dari kebutuhan, maka harga energy listrik secara otomatis menjadi mahal.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mendukung penerapan Smart Grid


pada system kelistrikan. Meluasnya jaringan internet memungkinkan transparansi harga produksi
energy listrik sehingga konsumen dapat memantau harga listrik dari waktu ke waktu secara real
time. Ketersediaan sinyal harga ini membuka kesempatan bagi konsumen untuk bereaksi terhadap
dinamika harga listrik ini dengan cara mengurangi beban listrik pada saat harga listrik mahal.

Penerapan Smart Grid juga membantu penyerapan energy listrik dari sumber terbarukan
seperti matahari dan angin karena Smart Grid membuat kebutuhan akan energy listrik menjadi
lebih elastic sehingga dapat menyesuaikan dengan pasokan yang dinamis juga. Peralatan listrik di

27
rumah atau gedung yang telah dilengkapi dengan perangkat smart meter akan mampu beradaptasi
dengan kondisi kelistrikan di jaringannya. Peralatan listrik ini akan dikategorikan menjadi dua
kelompok,yaitu: kritikal dan non-kritikal.

Tujuan laporan ini adalah menjelaskan kegiatan observasi dari kelompok Kajian Dynamic
Pricing dan Demand Response pada penggunaan Bahasa Pemrograman Python yang akan
digunakan sebagai alat bantu dalam simulasi dynamic pricing. Penguasaan pada Bahasa
Pemrograman Python akan membantu staff engineer untuk memahami mekanisme/algoritma
pricing untuk diterapkan dalam mekanisme penentuan harga listrik, yang penjelasannya diberikan
sebagai berikut:

a. Paparan. Smart Grid merupakan jaringan system tenaga listrik (dari hulu hingga hilir) yang
menggunakan teknologi system digital untuk memonitoring dan memenaje mentransfer energy
listrik dari semua sumber pembangkit untuk memenuhi kebutuhan beban. Smart grid memakai
produk inovatif dan bersama-sama melayani dengan pemonitoran, kontrol, komunikasi dan self
healing technologies untuk memfasilitasi hubungan dan operasi dari semua generator dan
teknologi yang lebih baik, Selain itu memberikan keleluasaan kepada pelanggan untuk
menentukan bagian dari optimisasi operasi dari sistem. Smart Grid juga menyediakan
informasi dan pilihan bagi pelanggan untuk suplai dan mengurangi dampak lingkungan serta
meningkatkan kehandalan dan keamanan suplai. Dalam paradigm Smart Grid, Demand
Response sangat penting dan salah satu kunci pendekatan. Program demand response banyak
dilakukan pada sector residensial dibandingkan ke kawasan komersial maupun industry
dikarenakan peralatan di perumahan lebih rentan terhadap perubahan tariff harga seperti
mesincuci, pengering, pompa air dan lainnya.

b. Klasifikasi Demand Response. Demand Response menurut Federal Energy Regulatory


Commission adalah perubahan penggunaan energy listrik oleh pengguna dari pola penggunaan
normal biasanya sebagai respon untuk merubah harga listrik setiap saat, atau untuk
pembayaran insentif yang didesain untuk menginduksi energy listrik yang lebih rendah di saat
harga pasar sedang tinggi atau di saat ketidakstabilan sistem. Demand response dapat
memberikan pengaruh seperti:

• Program efisiensi energy dimana DR mengurangi konsumsi, umumnya di saat beban


puncak.

• Program respon harga, dalam program ini terjadi pemindahan konsumsi energy listrik dari
waktu dimana harganya tinggi ke waktu yang harga listriknya rendah.

28
• Peak Shaving, Program ini memerlukan banyak respon selama jam beban puncak dan
focus pada pengurangan penggunaan saat beban puncak.

• Realibility Response, membutuhkan durasi respon tercepat dan terpendek.

• Regulation Response, secara berkelanjutan mengikuti perintah dari menit ke menit dari
jaringan untuk menyeimbangkan antara sistem beban dan pembangkitan.

Demand response sendiri diklasifikasikan menjadi dua yaitu berbasis intensif dan berbasis
harga. Program berdasarkan tariff, menyediakan pengguna dengan perubahan beban dengan
intensif, ada beberapa pendekatan yaitu sebagai control beban langsung, pembatasan beban
dan penawaran permintaan (demand bidding). Sedangkan program berbasis harga, tidak
berurusan dengan demand response, yang manamerupakan alternative harga listrik.

Demand response menyediakan kesempatan kepada konsumen untuk memainkan perannya


dalam operasi dari jaringan listrik dengan mengurangi atau mengubah penggunaan listrik
mereka saat kondisi respon puncak terhadap jangkauan basis waktu atau bentuk lain seperti
intensif. Demand Reponse terus tumbuh dan berkembang. Di dalam demand response sendiri
ada beberapa hal yang patut dimengerti seperti:

• Time of Use (ToU)

• Direct Load Control (DLC)

• Critical Peak Pricing (CPP)

• Peak Time Rebate (PTR)

• Real Time Pricing (RTP)

• Flat Price

• Block Rate Tariff

• Variable Peak Pricing (VPP)

29
Gambar 27 Konfigurasi komunikasi pada Smart Grid.

c. Pendekatan melalui Pemrograman Python. Bahasa pemrograman Python merupakan


bahasa interpretative multiguna. Python lebih menekankan pada keterbacaan kode agar
lebih mudah untuk memahami sintaks. Hal ini membuat Python sangat mudah dipelajari
baik untuk pemula maupun untuk yang sudah menguasai bahasa pemrograman lain.
Bahasa ini muncul pertama kali pada tahun 1991, dirancang oleh seorang bernama Guido
van Rossum. Sampai saat ini Python masih dikembangkan oleh Python Software
Foundation. Bahasa Python mendukung hamper semua system operasi, bahkan untuk system
operasi Linux, hamper semua distronya sudah menyertakan Python di dalamnya. IDE
(Integrated Development Environment) dari Python memiliki fungsi adalah memberikan
fasilitas kepada programmer saat membuat program seperti source code editor build
automation tools dan debugger. Software Anaconda dapat didownload
dihttps://www.continuum.io/downloads. Di dalam instalasi anaconda terkandung Ipython,
jupyter dan spyder yang nantinya akan digunakan untuk membuat simulasi demand response.
Spyder sendiri (gambar 21) merupakan Scientific Python Development Environment dimana
software ini adalah salah satu IDE yang memiliki kemampuan yang sangat baik (power full)
untuk pemrograman python dengan adanya edit lanjutan, pengujian interaktif, debugging dan
fitur introspeksi. Spyder juga merupakan numerical computing environment dimana dapat
mensupport Ipython dan python libraries yang popular seperti NumPy (aljabar linier), Scipy
(pemrosesan sinyal dan gambar) atau matplotlib (plotting interaktif 2D/3D).

30
Gambar 28 Spyder untuk pemrograman Python.

Di dalam Python terdapat kata kunci yang digunakan untuk pemrograman. Ada33 kata
kunci yang digunakan dalam penulisan syntax python. Kecuali True, False dan None, semua
kata kunci menggunakan huruf kecil. Kata kunci yang digunakan dalam penulisan syntax di
antaranya (tabel 3).

Tabel 3 Kata kunci yang digunakan dalam penulisan syntax

2.2.2 Smart grid for rural electrification

2.2.2.1 Kerjasama Kyudenko dalam rangkan penerapan EMS

Dalam rangka untuk meningkatkan kinerja sistem smart micro grid (SMG) Sumba yang pada
saat ini kurang berfungsi dengan maksimal, maka B2TKE-BPPT mengadakan kerja sama
dengan pemerintah Jepang melalui Kementerian Lingkungan Hidup. Selanjutnya
Kementerian Lingkungan Hidup Jepang menunjuk Kyudenko Corporatian untuk
melaksanakan kegiatan tersebut pada tahun 2017 yang secara teknis pelaksanaannya di
lapangan dimulai pada sekitar bulan Agustus. Kyudenko memperkenalkan teknologi energy

31
management systems (EMS) untuk diintegrasikan dengan sistem SMG eksisting. Telah
diketahui bersama bahwa sejak dibangunnya sistem SMG Sumba pada tahun 2012 di desa
Bilacenge, Kabupaten Sumba Barat Daya, pulau Sumba, belum dapat dioperasikan secara
optimal sesuai disain awal karena ada beberapa kendala teknis. Beberapa kendala tersebut
adalah:

a. Kapasitas daya listrik pada jala-jala di daerah Kabupaten Barat Daya masih sangat
terbatas, khususnya pada malam hari, sehingga tidak mampu untuk charging baterai VRB
pada sistem SMG yang membutuhkan charging pada setiap saat (khususnya malam hari).
b. Untuk mengoperasikan smart genset sistem SMG Sumba yang letaknya cukup jauh dari
sistem kontrol di Bilacenge, membutuhkan sarana komunikasi data yang memadai. Pada
saat itu diperlukan komunikasi satelit menggunakan VSAT yang biaya sewa setiap
bulannya cukup mahal, sehingga memberatkan kegiatan di PTKKE-BPPT (pda saat itu).
c. Sering terjadinya trip (mati listrik) pada sisi jala-jala yang disebabkan oleh masalah teknis
(diesel PLN yang sering rusak, beban yang tidak seimbang, dll.) maupun masalah non
teknis (sering terjadi pohon tumbang mengenai kawat jala-jala, kurangnya bahan bakar,
dll..
d. PLN tidak bersedia menyiapkan BBM untuk 2 unit Smart Genset yang merupakan bagian
(sub-sistem) dari sistem SMG Sumba karena merasa bukan milik PLN.

Oleh karena itu secara prinsip, batere VRB belum pernah dioperasikan dalam suatu
system SMG sesuai disain yang telah ditetapkan. Pada akhirnya sub-sistem PV dengan
kapasitas daya 500 kWp dioperasikan terkoneksi langsung dengan jala-jala membentup sistem
PV on Grid. Karena kapasitas daya PV 500 kW terlalu besar untuk kondisi jala-jala di daerah
Kab. Sumba Barat Daya yang hanya mempunyai beban dasar pada siang hari sekitar 1,5 MW,
maka keluaran sub-sistem PV dibatasi pada angka 30% atau sekitar 165 kW.

Kondisi yang cukup memprihatinkan terjadi pada sistem SMG dimana sejak awal
2017, 3 unit inverter sub-sistem PV mengalami kerusakan dari total 5 unit. Dan pada akhirnya
pada pertengan tahun, sekitar Juli 2017 hanya 1 unit inverter yang dapat dioperasikan yang
hanya mampu mendeliveri daya listrik ke jala-jala sekiat 36 kW. Dengan demikian kehadiran
pihak Kyudenko-Japan untuk menerapkan teknologi EMS kepada sub-sistem PV pada SMG
Sumba merupakan waktu yang sangat tepat.

Secara umum lingkup pekerjaan karena adanya kerjasama penerapan teknologi EMS
Kyudenko yang diterapkan pada sistem SMG Sumba dijabarkan sebagai berikut.

32
a. Mempelajari cara kerja PV converter, karakteristik input-output, kapasitas tegangan dan
daya input-output, dan kontrol kendalinya.
b. Mempelajari prinsip kerja PV inverter, teknologi yang digunakan pada konversi DC/AC,
batasan input tegangan, kapasitas daya terpasang, dan jumlah modul yang digunakan.
c. Mempelajari karakteristik listrik battery VRLA Kyudenko, karakteristik charging-
discharging, pengaruh temperatur terhadap life time, kapasitas daya, disain koneksi dan
system sensornya.
d. Mempelajari prinsip kerja dari battery controller yang mengatur 2 unit blok battery
Kyudenko dengan kapasitas total sekitar 1150 kWh. Begitu juga parameter-parameter
kontrol dari sensor yang digunakan.

Hasil pekerjaan dijelaskan sebagai berikut:

a. Konfigurasi EMS. Energy Management System menghasilkan daya dari pembangkit listrik
tenaga surya dan battery yang dikontrol oleh Smart Power Management System (SPM)
berupa sirkuit DC.

Secara garis besar EMS Sumba terdiri dari 3 komponen yaitu Smart Meter Control
System (SMC), Smart Power Management System (SPM), dan Battery Monitoring Unit
(BMU) seperti dapat dilihat pada gambar 22. EMS menerima input daya listrik yang
dihasilkan dari 4 group panel surya dengan kapasitas masing-masing group adalah 100
kw, arus listrik dari setiap group pv tersebut oleh PV Converter yang berkapasitas 25kW
distabilkan menjadikan arus DC 380 V. Listrik yang keluar melaui PV Converter
dikendalikan oleh SPM untuk mengisi storage battery atau menuju inverter untuk
dialirkan ke beban, begitu juga dari battery menuju inverter juga melalui SPM. Terdapat
juga 2 buah AC/DC Converter yang bertugas menerima arus dari generator untuk backup
power.

Ada 12 unit storage battery yang dikendalikan oleh SPM di mana setiap SPM
menangani 6 storage battery. Setiap unit battery memiliki kapasitas 96 kW, di mana
masing-masing terdiri dari 2 x 2v x 24 cell. Setiap unit battery ditangani oleh 3 battery
controller yang terdiri dari 1 master battery controller, dan 2 slave battery controller yang
berkapasitas10 kW. Batery Monitoring Unit (BMU) bertugas untuk memantau status daya
yang tersediadi dalam battery. Monitoring dilakukan oleh BMU bedasarkan data yang
dikirim oleh cellsensor yang terpasang pada setiap unit battery. Arus listrik dari SPM
menuju ke inverteruntuk diubah menjadi arus AC 3 phase 380 V untuk digunakan
menyuplai beban.
33
Gambar 29 Konfigurasi Energy Management System di Sumba

b. Jalur Komunikasi pada Energy Management System Sumba. Komunikasi antara SMC,
SPM, dan BMU di dalam EMS Sumba menggunakan kabel LAN, sedangkan komunikasi
antara PV Converter dan Baterry Controller dalam SPM melaluiprotokol CAN. Smart
meter yang terpasang pada inverter (6 buah) juga saling berkomunikasi menggunakan
kabel LAN (gambar 30).

Gambar 30 Jalur komunikasi untuk data dan kontrol pada EMS Sumba

c. Konfigurasi PV Converter. Ada 16 unit PV Converter yang masing-masing memiliki


kapasitas 25 kW. PV Converter bertugas menstabilkan arus yang dihasilkan dari panel

34
surya menjadi 380 Volt DC. Dari 16 unit PV Converter dibagi menjadi 4 group, di mana
setiap grupnya terdiri dari 1 master dan 3 slave (gambar 31).

Gambar 31 Rak converter

Dari setiap group panel surya menyuplai daya sebesesar 100 kW yang terbagi ke
dalam PV Converter berkapasitas daya 25 kW untuk distabilkan, kemudian dari PV
Converter, arus listrik yang dihasilkan dari PV Converter menuju ke Supply Power
Management (gambar 32).

Gambar 32 Converter

d. Konfigurasi Inverter. Listrik yang keluar melaui PV Converter dikendalikan oleh SPM
untuk mengisi storage battery atau menuju inverter untuk dialirkan ke beban, begitu juga
dari battery menuju inverter juga melalui SPM. Terdapat juga 2 buah AC/DC Converter
untuk backup power dari generator (gambar 33).
35
Gambar 33 Inverter

e. Konfigurasi Battery Controller. Setiap unit battery ditangani oleh 3 battery controller yang
terdiri dari 1 master battery controller, dan 2 slave battery controller yang berkapasitas
10kW. Batery Monitoring Unit (BMU) berfungsi untuk memantau status daya yang
tersedia di dalam battery. Monitoring dilakukan oleh BMU bedasarkan data yang dikirim
oleh cell sensor yang terpasang pada setiap unit battery. Arus listrik dari SPM menuju ke
inverter untuk diubah menjadi arus AC 3 phase 380 V untuk digunakan menyuplai beban
(gambar 34).

36
Gambar 34 Konfigurasi Battery Controller

f. Konfigurasi Battery Storage. Ada 12 unit storage battery yang dikendalikan oleh SPM di
mana setiap SPM menangani 6 storage battery. Setiap unit battery memiliki kapasitas 96
kW, di mana masing-masing terdiri dari 2 x 2V x 24 cell (1 unit 48 cell), (gambar 35).

Gambar 35 Konfigurasi Battery Storage

37
g. SCADA, menampilkan informasi terkait kondisi kelistrikan di SMG Sumba dan
algorithmanya (gambar 36). Dari gambar tersebut, SMG dapat menyuplai ke grid sekitar
176 kW yang berasal dari EMSsebesar 148.2 kW dan Inverter 5 (eksisting) sebesar 36,2
kW. Listrik dari PV yang dihasilkansebesar 113.7 kW dengan radias matahari 830W/m 2

Gambar 36 SCADA EMS Kyudenko yang menampilkan


informasi terkait kondisi kelistrikan di SMG Sumba.

h. Persemian pengoperasian teknologi EMS. Ka. BPPT didampingi Setama BPPT dan
beberapa Deputi pada 19 Desember 2017 telah meresmikan pengoperasian teknologi
Energy Management System (EMS) yang dipasang pada Smart Micro Grid Sumba
(gambar 37). Turut hadir dan menyaksikan peresmian tersebut adalah Yoshiaki Tanaka
(Senior Executive Officer Kyudenko), Wakil Bupati Pemkab Sumba Barat Daya, PLN
NTT yang diwakli oleh Kepala Area Jaringan Sumba, beberapa staf Ditjen EBTKE
Kementrian ESDM, Founder PJCI. Teknologi EMS yang diresmikan pengoperasiannya
ini dilengkapi dengan Smart Metering Control System (SMC), Smart Power Management
(SPM) dan Battery Monitoring Unit (BMU) serta Communication and Control Power
Supply System (CCPS)mampu mensuplai energi listrik secara konstan dan stabil ke
jaringan listrik PLN Sumba 200 kW sampai 300 kW pada selang waktu sekitar 6-7 jam
setiap harinya dengan sumber Photovoltaic sebesar 400 kWp.

38
Gambar 37 Peresmian pengoperasian teknologi EMS

2.2.2.2 Penambahan kapasitas daya array PV sebesar 200 kWp

Pilot project demo plant Smart Micro Grid (SMG) di Kabupaten Sumba Barat Daya dengan
kapasitas daya sel surya 500 kWp telah dilaksanakan pembangunannya sejak 2011 oleh
BPPT. Kegiatan ini merupakan langkah awal dari upaya untuk mengadopsi dan menguasai
teknologi smart grid. Targetnya adalah memberikan sarana dalam pengkajian penerapan
teknologi smart microgrid, yang sekaligus kajian pengoperasian sistem kelistrikan dengan
kontribusi yang optimal dari sumber-sumber energi terbarukan, khususnya sumber energi dari
sel surya (atau sel fotovoltaik), yang tersebar dalam sistem ketenagalistrikan, sekaligus
meningkatkan kualitas daya pada jala-jala (jaringan PLN). Konsep rancang bangun dari demo
plan ini adalah untuk memungkinkan penetrasi sistem fotovoltaik(PV) dengan tingkat yang
tinggi, yang pada umumnya penetrasi energi terbarukan non-dispatchable dibatasi hingga
20% dari beban dasar PLN setempat.

39
Setelah dioperasikan sejak 2014, memang harus diakui selama proses pengoperasian
demo plant ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena banyak ditemui kendala-
kendala teknis. Namun demikian demo plant ini juga telah memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap penyediaan enegi listrik di Kab. Sumba Barat Daya. Dari hasil yang
tercatat pada kWh meter ekport-impor dan kWh meter pada peralatan inverter, maka demo
plan ini telah mensuplai energi listrik ke jala-jala PLN sekitar 400 MWh. Nilai ini setara
dengan sekitar 133 kilo liter BBM, apabila diasumsikan setiap liter BBM dengan
menggunakan Genset seperti yang digunakan oleh PLN setempat, akan menghasilkan 3 kWh.

Oleh karena itu setelah dikaji dan dianalisis, maka ada beberapa yang perlu diperbaiki untuk
dioptimalkan. Dalam usaha lebih mengoptimalkan kinerja demo plant SMG Sumba ini, BPPT
bekerja sama dengan pemerintah Jepang melalui Kyudenko Corporation. Direncanakan
pengembangan sistem ini akan mampu mensuplai daya listrik yang kontinu pada angka
sekitar 400 kW pada selang waktu sekitar 6-8 jam perharinya. Kondisi ini dapat dicapai
apabila kapasitas daya fotovoltaik terpasang sekitar 400 kWp. Perlu diketahui bahwa
kapasitas daya fotovoltaik riil saat ini yang ada di SMG Sumba, berdasarkan hasil pengukuran
arus-tegangan (I-V curve) pada string array PV (data sampling) menunjukkan kinerja output
dayanya telah mengalami derating sekitar 43% dari kapasitas daya awal terpasang. Hal ini
berarti dari kapasitas 400 kW yang disepakati bersama pihak Kyudenko, pada saat ini nilai
riilnya hanya berkisar pada angka 175 kWp - 200 kWp. Oleh karena itu untuk memenuhi
daya keluaran hingga 400 kW diperlukan ada penambahan kapasitas daya fotovoltaik baru
yang harus terpasang, yakni pada kisaran 200 kWp. Untuk mendukung kebutuhan tersebut
maka Kepala BPPT melalui Kepala B2TKE untuk menyusun kerangka acuan kerja (KAK):
Pengembangan Sistem SMG Sumba Melalui Penambahan Kapasitas Daya Array PV Jenis
Silikon Kristalin Sebesar 200 kWp beserta instalasinya di Desa Bilacenge, Kabupaten Sumba
Barat Daya, yang rencananya akan dibiayai dari anggaran biaya tambahan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tambahan (APBNP) tahun anggaran 2017.Total biaya yang
dibutuhkan sekitar Rp. 3.500.000.000,-

Maksud dan tujuan dari kegiatan pengembangan sistem SMG Sumba melalui
penambahan kapasitas daya array PV jenis silikon kristalin sebesar 200 kWp adalah sebagai
berikut:

a. Memberikan jaminan kepada pihak Kyudenko yang bekerja sama dengan BPPT melalui
B2TKE dalam pengembangan SMG Sumba bahwa daya array PV yang terpasang akan

40
mampu memberikan daya keluaran hingga 400 kW.
b. Memberikan jaminan kepada PT.PLN Persero setempat bahwa sistem SMG Sumba
nantinya akan mampu memberikan daya listrik yang kontinyu hingga 400 kW pada
rentang waktu sekitar 4 hingga 6 jam per-harinya.
c. Memperbaiki (meningkatkan) kualitas daya pada sistem kelistrikan di daerah kabupaten
Sumba Barat Daya, baik pada sisi ketersediaan daya maupun stabilitas frekwensi
(tegangan) pada jala-jala PLN setempat.

Lingkup kegiatan ini meliputi:

a. Pengadaan dan pengiriman komponen-komponen array PV ke lokasi SMG Sumba di desa


Bilacenge, Kabupaten Sumba Barat Daya.
b. Pembangunan pondasi dan instalasi penyangga modul PV.
c. Penyusunan & pemasangan modul PV dalam unit string array PV berikut wiring (koneksi
kabel)
d. Pembangunan pondasi dan instalasi combiner box
e. Penarikan kabel array PV ke combiner box (bus DC).
f. Penarikan kabel DC (kapasitas besar) dari combiner box ke ruang kontrol
g. Instalasi grounding array PV terhubung pada busbar DC negativedengan nilai resistansi <
1 Ω (dalam bentuk mesh grounding).
Saat ini luas instalasi modul existing PLTS 500 kWp sebesar 134m x 93 m - 12.462
m2. Ini berarti bahwa setiap 100 kWp menempati sekitar 2500 m2. Oleh karena itu untuk
pemasangan PLTS 200 kWp setidaknya membutuhkan luasan area sekitar 5000 m2. Namun
karena modul poly/monocrystalline Silicon, tentu space yang digunakan jauh lebih kecil .
Modul PLTS yang akan dipasang dengan kapasitas 200 kWp berdampingan dengan modul
PLTS existing. Oleh karena itu luasan tersebut disamping membutuhkan lahan baru juga
akan menempati setidaknya 2500 meter lahan modul PLTS existing yang akan dipindahkan,
selama ini kurang optimum. Sehingga hanya membutuhkan lahan bari sekitar 2000 m – 2000
meter. Lahan yang dibutuhkan sudah tersedia seperti pada gambar 38 dan 39.

41
Gambar 38 Area pemasangan PLTS 500 kWp (existing).

Gambar 39 Area pemasangan PLTS 200 kW (baru) + 500 kWp (existing).

Tepat akhir tahun anggaran 2017, instalasi photovltaic sebesar 200 kWp di lokasi
Smart Micro Grid Sumba dari dana APBNP untuk mendukung operasi teknologi EMS sudah
selesai (gambar 40). Direncanakan untuk melakukan test penyambunga output PV tersebut ke
sistem EMS pada 17 Januari 2018.

42
Gambar 40 PLTS 200 kWp dan assesorisnya

43
III. ANALISA CAPAIAN KINERJA

3.1 Pemetaan Hasil Kegiatan


Pemetaan hasil kegiatan smart grid dapat dilakukan antara capaian dengan tahun ini dengan
tahun-tahun sebelumnya dapat dilihat sbb:

a. Smart Microgrid di kawasan PUSPIPTEK (tabel 4)

Tabel 4 Pemetaan hasil kegiatan smart grid di kawasan PUSPIPTEK

2016 2017
Desain Smart Micro Grid Teknologi EBT PLTS tahap I sebesar 10 kW dengan Feature:
10 kW PV rooftop di Gedung Energi pelayanan beban kritis dan prioritizing
demand respond

TRL Smart Microgrid di kawasan PUSPIPTEK dapat dilihat pada table 5.


Tabel 5 TRL Smart Microgrid di kawasan PUSPIPTEK
( 0=tidak terpenuhi; 1=20%; 2=40%; 3=60%; 4=80%; 5=100% atau
No 0 1 2 3 4 5
terpenuhi )
1 x Peralatan, proses, metode dan desain teknik telah diidentifikasi
2 x Proses dan prosedur fabrikasi peralatan mulai diujicobakan
Perlengkapan proses dan peralatan test / inspeksi diujicobakan didalam lingkungan
3 x produksi
4 x Draft gambar desain telah lengkap
Peralatan, proses, metode dan desain teknik telah dikembangkan dan mulai
5 x diujicobakan.
6 x Perhitungan perkiraan biaya telah divalidasi (design to cost)
7 x Proses fabrikasi secara umum telah dipahami dengan baik
8 x Hampir semua fungsi dapat berjalan dalam lingkungan/kondisi operasi
9 x Prototipe lengkap telah didemonstrasikan pada simulasi lingkungan operasional
10 x Prototipe sistem telah teruji pada ujicoba lapangan
11 x Siap untuk produksi awal (Low Rate Initial Production- LRIP)
S 0 0 0 2 7 2
S 80.0%
Indikator TKT 7 = TERPENUHI

44
b. Smart Micro Grid Sumba (table 6)

Tabel 6 Pemetaan hasil kegiatan smart grid di Sumba

2012 2013 2014 2015 2016 2017


- Sistem PLTS Sistem siap Instalasi PV- Pengujian Uji coba
beropera dioperasikan dioperasikan diesel point PV-diesel teknologi EMS
si tanpa oleh staf PLN PV-diesel to point point to
VRB access point
access.
Disain
system
EMS

Gambar 41 Capaian hasil kegiatan smart micro grid Sumba


Realisasi Kinerja pada tahun ini sebagai tahap lanjutan dari apa yang telah dihasilkan
pada tahun lalu, adalah terlaksananya demo plant baik demo plant smart grid 10 kWp PV di
Serpong maupun demo plant teknologi EMS di Sumba dapat dicapai dengan baik..
Realisasi kinerja pada tahun ini berupa terlaksananya demo plant baik demo plant
smart grid 10 kWp PV di Serpong maupun demo plant teknologi EMS di Sumba telah
berhasil dilakukan dan sesuai dengan standar yang berlaku secara Nasional dengan
tersambungnya sistem ke jaringan PLN.
TRL Smart Microgrid Sumba dapat dilihat pada table 7.

45
Tabel 7 TRL Smart Microgrid Sumba
( 0=tidak terpenuhi; 1=20%; 2=40%; 3=60%; 4=80%; 5=100% atau
No 0 1 2 3 4 5
terpenuhi )
1 x Bentuk, kesesuaian dan fungsi komponen kompatibel dengan sistem operasi
2 x Mesin dan peralatan telah diuji dalam lingkungan produksi
3 x Diagram akhir selesai dibuat
4 x Proses fabrikasi diujicobakan pada skala percontohan (pilot-line atau LRIP)
Uji proses fabrikasi menunjukkan hasil dan tingkat produktifitas yang dapat
5 x diterima
6 x Uji seluruh fungsi dilakukan dalam simulasi lingkungan operasi
Semua bahan/ material dan peralatan tersedia untuk digunakan dalam
7 x produksi
8 x Sistem memenuhi kualifikasi melalui test dan evaluasi (DT&E selesai)
9 x Siap untuk produksi skala penuh (kapasitas penuh).
 0 0 0 0 6 3
 86.7%
Indikator TKT 8 = TERPENUHI

3.2 Kendala
Tidak ada kendala yang temui, namun keberhasilan/peningkatan kinerja kegiatan inovasi
teknologi Smart Grid dapat dicapai karena beberapa faktor pendukung antara lain:
a. BPPT memiliki SDM yang kompeten dalam bidang pengembangan teknologi smart grid.
b. BPPT memiliki teknologi dan fasilitas yang mendukung pengembangan teknologi smart
grid.
c. Dukungan dari pihak manufaktur komponen yang diterapkan pada Pilot Plant.
d. Pembelajaran (Lesson Learned) yang diperoleh dari pelaksanaan pengujian yang
berulang, sehingga dapat semakin memahami profil dan karakteristik peralatan/komponen
dari teknologi smart grid yang sebelumnya belum diketahui secara pasti.

3.3 Pengaruh Efisiensi Sumber Daya


Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya
a. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia. Untuk pelaksanaan instalasi dan uji
operasi dilakukan dengan jumlah personil yang optimal sesuai kebutuhan.
b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan. Penggunan anggaran dilakukan
seefektif mungkin sehingga terget bisa diselesaikan sesuai jadwal.
c. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan. Sumberdaya
laboratorium diperlukan untuk mengetahui karakteristik PV yang digunakan, sedangkan
peralatan ukur yang digunakan sudah terpasang pada sistem yang bisa dipantau dari jauh.

46
d. Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan. Penggunaan mesin dan peralatan adalah objek
dari kegiatan ini, dimana efisiensi dari operasi Mesin dan Peralatan Pilot Plant merupakan
target analisis dan evaluasi dalam kegiatan ini.
Dalam rangka pencapaian target kinerja yang ditetapkan, terdapat beberapa program /
kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a. Peningkatan kompetensi SDM melalui program pelatihan yang didanai melalui program
Riset Pro Kementrian RistekDIKTI.
b. Pemeliharaan fasilitas demo plant sesuai dengan ketersediaan anggaran.

47
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

a. PV rooftop 90 kWp yang akan didesain adalah PV rooftop on grid yang digunakan untuk
meningkatkan kapasitas PV rooftop yang dilaksanakan tahun ini.
b. Lokasi PV rooftop 90 KWP dapat diimplemetasikan di lokasi A sebesar 40 kwp dan
lokasi B dan C sebesar 50 kwp.
c. Untuk Sistem control/SCADA mengunakan PV rooftop 10 kWp yang akan dilaksanakan
tahun ini.
d. Hasil simulasi dengan PVsyst diketahui bahwa untuk jarak antar baris panel surya (pitch)
sebesar 0.02m, bayangan antar baris tidak pernah terjadi sepanjang tahun. Shading
terbesar terjadi di pagi dan sore hari di bulan Desember. Akibat dari shading yang
ditimbulkan tersebut, PLTS kehilangan daya paling banyak sekitar <1% .
e. Weather Station memiliki Spektrum penyebaran frekuensi Vantage Pro2 radio
mentransmisikan dan menerima data hingga 1.000 kaki (300 m) garis pandang apabila
ingin mendapatkan data yang lebih banyak sebaiknya dipasang diradius 300 m. Gedung
621 dan gedung 622.
f. Test kinerja smart micro grid dengan PV 10 kWp roopf top menunjukkan hasil yang
sesuai dengan desain, dimana apabila terjadi gangguan pada sisi grid, maka dapat
dilakukan islanding denga suplai dari sistem baterai untuk melayani beban kritis dan load
shadding. Bila kapasitas baterai mengalami penurunan, maka sebagain beban akan
diputukan dan apabila penuruna berlanjut maka beberapa beban lagi akan mengalami
pemutusan. Bila kapasitas baterai terus mengalami penurunan, mkaka diharapkan genset
dapat mensuplai beban dan mengisi baterai.
g. Instalasi Teknologi EMS di SMGS kerjasama dengan Kyudenko telah selesai dan
diresmikan pada tanggal 19 Desember 2017.
h. Pengujian EMS di SMGS dapat mentransfer daya ke jaringan dengan konstan sehingga
tidak menganggu kestabilan jaringan. Hasil pengujian yang ditampilkan pada SCADA,
SMG dapat menyuplai ke grid sekitar 176 kW yang berasal dari EMSsebesar 148.2 kW
dan Inverter 5 (eksisting) sebesar 36,2 kW. Listrik dari PV yang dihasilkansebesar 113.7
kW dengan radias matahari 830W/m2
i. Instasalasi modul PV tambahan sebesar 200 kWp dengan anggran APBNP diharapkan
dapat meningkatkan output smart micri grid Sumba ke jaringan PLN Sumba.

48
4.2 Saran

a. Diperlukan simulasi flow energy dengan mengunakan software etap untuk menghindari
reverse power apabila PLN padam dan suplai listrik mengunakan genset.
b. Diperlukan control tambahan untuk mengetahui status suplai listrik apakah dari PLN atau
dari genset. Apabila status suplai listrik dari genset, suplai listrik dari PV dialihkan ke
gedung 620 karena digedung tersebut tidak memiliki backup power selain menghindari
reverse power karena kapasitas pv sudah 100 kWp atau lebih dari 50% pengunaan listrik
rata-rata di gedung 625 sebesar 180 kW.
c. Perlu mencari opsi lain untuk komunikasi data sehingga data yang ditampilkan oleh
SCADA yang ada di SMGS dapat pula dilihat untuk dilakukan monitoring dan
pengendalian di kantor BPPT Serpong.
d. Perlu mendalami kinerja teknologi EMS yang ada di SMGS baik perkomponen
pendukung smart grid maupun secara terintegrasi.

49
V. REFERENSI
[1] Technical Document GL100
[2] Technical Document: GL200
[3] Program Manual Smart Grid 2017.
[4] A Guide for Effective Deployment “SMART GRIDS AND RENEWABLES”, The
International Renewable Energy Agency (IRENA), November 2013
[5] SMARTGRIDS - Clouds, Communications, Open Source, and Automation, Edited By
David Bakken Washington State University School of Electrical Engineering and
Computer Science © 2014 by Taylor & Francis Group, LLC
[6] SMART GRID TECHNOLOGY AND APPLICATIONS, © 2012 John Wiley & Sons,
Ltd
[7] Energy Management and Control System: Desired Capabilities and Functionality, ©2008
PACIFIC NORTHWEST NATIONAL LABORATORY (PNNL) prepared for UNITED
STATES DEPARTMENT OF ENERGY US DoE)
[8] Ali Keyhani, Mohammad N. Marwali, Min Dai, “Integration of Green and Renewable
Energy in Electric Power Systems”, Copyright © 2010 by John Wiley & Sons, Inc. All
rights reserved.
[9] Nordman, Mikal and Matti Lehtonen, 2001, “TETRA Radio In Monitoring and Control of
Secondary Substations,” IEEE Developments in Power System Protection Conference,
Publication No. 479

50
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN/SUB KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2017
FORM A
ANGGARAN (dlm ribuan) LUARAN
KODE KEG DAN NAMA SDM
No. BIDANG KETERANGAN
KEGIATAN (lampiran 4) Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.) %
(org,)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 PROGRAM: 1. Prototype Smart Micro Grid


(081.06.5864) DIPA 2,323,271,000 2,273,929,000 98 dengan PVG 10 kWp Di Kawasan
PUSPIPTEK
PENGKAJIAN DAN 8. Pilot plant pemanfaatan
PENERAPAN teknologi EMS di SMGS
TEKNOLOGI 1 1 1 3. Alih teknologi EMS dari
Kyudenko, Jepang
Kegiatan: (5864.001)
Inovasi Teknologi Smart
Grid

Keterangan nomor 1-24 adalah sebagai berikut :


1. Rekomendasi 5. Pengujian 9. Prototype
2. Advokasi 6. Jasa operasional 10. Survei
3. Alih Teknologi 7. Pilot Project
4. Konsultasi 8. Pilot plant

Petunjuk Pengisian Kolom Tabel di atas :


A. KEGIATAN, diisi dengan nama kegiatan yang ada dibawah unit kerja yang bersangkutan (yang sesuai dengan program unit kerja).
B. ANGGARAN
Diisi dengan jumlah DIPA, PNBP dan PHLN sesuai pagu serta realisasinya untuk per kegiatan
C. SDM, diisi dengan jumlah tenaga peneliti
D. LUARAN, nomor 1-24 merupakan indikator kinerja hasil/luaran kegiatan, diisi jumlah dari masing-masing indikator yang dicapai pada satu tahun anggaran.
E. KETERANGAN, Untuk masing - masing luaran sebutkan kode dan uraikan data dan informasi lebih detail.
INOVASI TEKNOLOGI SMART GRID
Deskripsi :
Dalam konsep kota pintar atau “smart city”, penggunaan energi
diusahakan seminimal mungkin dan memanfaatkan sumber
energi baru dan terbarukan serta meminimalisir emisi karbon.
Sistem distribusi yang handal serta kemampuan mensuplai
sendiri untuk waktu yang cukup lama, akan meminimalisir biaya
investasi transmisi dalam kapasitas yang besar dari sebuah
pembangkit yang memiliki rentang jarak distribusi yang cukup
jauh. Solusi untuk masalah transmisi dan distribusi saat ini lebih
dikenal dengan teknologi smart grid.
ModulPV, mounting, dan ballast Smart Grid Di Smart grid memakai produk inovatif dan bersama-sama
Control Room Smart Grid Di Kawasan PUSPIPTEK
Kawasan PUSPIPTEK melayani dengan monitoring, kontrol, komunikasi dan self-
healing technologies untuk:
a. Memfasilitasi lebih baik hubungan dan operasi dari semua
generator dan teknologi.
b. Memberikan keleluasaan kepada pelanggan untuk
menentukan bagian dari optimisasi operasi dari sistem.
c. Menyediakan pelanggan dengan informasi dan pilihan
untuk suplai.
d. Secara signifikan mengurangi dampak lingkungan dari
sistem suplai listrik seluruhnya.
Algorithma Teknologi EMS di SMGS e. Menyediakan level peningkatan kehandalan dan kemanan
Kinerja Smart Grid Di Kawasan PUSPIPTEK suplai.
Di dunia kelistrikan saat ini pengembangan produk dan
pengembangan sistem di bidang smart grid sedang giat-
giatnya digalakkan oleh negara manapun dibelahan dunia.
Demikian pula dengan Indonesia, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi saat ini sedang melakukan
“PEREKAYASAAN TEKNOLOGI SMART GRID”, yang akan
diimplementasikan dengan membangun Demo Plant Smart Grid
for Smart City di kawasan PUSPIPTEk – Serpong(smart grid for
urban electrification).
Kegiatan lain yang dilakukan adalah melanjutkan
pengkajian kinerja dan fungsi dari sistem smart griduntuk
menjadi bahan analisis setelah semua perangkat yang
membentuk satu sistem sudah terpasang semuanya seperti
PV tambahan 200 kWp di SMGS pada smart micro grid Sumba untuk elektrifikasi pedesaan.
Kinerja teknologi EMS di SMGS Tujuan :
a. Melakukan kajian pengembangan teknologi smart grid for
Bidang : Energi Unit Kerja : B2TKE Dana DIPA : Rp. smart city pada kawasan Puspiptek, Serpong (urban
Lokasi : Jakarta Koordinator : Prof. Dr. Hamzah Hilal Dana mitra 2.323.271.000 electrification) sebagai kawasan yang mandiri akan energi
Durasi : Jan-Des 2017 Peneliti Utama : Ir. Riza MEng. Nama mitra kerja :Rp. listrik dan menjadi area percontohan teknologi smart
Tahun ke :3 Peneliti : Dr. Kholid Akhmad MSc, Ir Ifanda Pengguna : microgrid.
MSc, Ir. Nur Aryanto Aryono, cs : b. Melakukan pengembangan teknologi smart grid dan kajian
Alamat : Gedung 625, klaster energy, kawasan kinerja pada demo plant smart micro grid Sumba untuk rural
PUSPIPTEK Serpong, Tangerang electrification
Selatan, Banten, Indonesia Sasaran
Telepon/fax : 021-7579.1366/7579.1366 a. Tersedianya detail engineering design smart grid for smart
E-mai : sekretariatb2tke@gmail.com city Kawasan Puspiptek.
a. Tersedianya kelayakan operasi smart micro grid yang
mengintegrasikan energi terbarukan di Sumba khususnya
PV untuk rural electrification.
Kegiatan :
a. Kajian penerapan smart grid for smart city di kawasan
Puspiptek, Serpong.
b. Optimasi kinerja smart micro grid Sumba
Hasil Kegiatan :
a. 1 Prototype Smart Micro Grid dengan PVG 10 kWp Di
Kawasan PUSPIPTEK
b. 1 Pilot plant pemanfaatan teknologi EMS di SMGS
c. 1 Alih teknologi EMS dari Kyudenko, Jepang

Anda mungkin juga menyukai